Sutardi dan B. Sudaryanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta ABSTRAK
Kekahatan unsur hara Nitrogen (N) dalam tanah merupakan salah satu faktor pembatas utama hasil tanaman jagung. Di sisi lain, penggunaan pupuk Urea dan pupuk organik yang efisien dan sesuai dengan kemampuan petani perlu diperhatikan. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi dosis penggunaan pupuk Urea dan kompos terhadap hasil jagung komposit varietas Lamuru. Pengkajian dilakukan dalam MH 2005 pada tanah Vertisols di pewakil kawasan lahan kering dataran rendah beriklim kering wilayah Kabupaten Gunungkidul. Pengkajian dilaksanakan secara on farm dengan menggunakan 16 lahan petani kooperator sebagai ulangan. Perlakuan terdiri dari dua macam, yaitu; (A) 450 kg Urea/ha + 2,5 ton kompos/ha dan (B) 300 kg Urea /ha + 5,0 ton kompos/ha. Sebagai pupuk dasar digunakan 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl. Luas petak perlakuan berkisar 1.000 1.250 m2. Benih jagung yang digunakan adalah benih bersertifikat kelas Breeder Seed (BS) dari Balai Penelitian Jagung dan Serealia (Balitjas), Maros. Benih ditanam satu biji/lubang, jarak tanam 70 cm x 20-25 cm. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa perbedaan komposisi dosis pupuk Urea dengan kompos (A dan B) tidak berpengaruh nyata terhadap hasil biji jagung kering. Rata-rata hasil biji jagung dari kedua perlakuan adalah 6,69 dan 6,58 ton/ha, berarti subsitusi 150 kg Urea/ha dengan 2,5 ton kompos/ha memberikan hasil biji yang relatif sama. Demikian juga hasil hijauan yang potensial untuk pakan ternak dari masing-masing perlakuan (A dan B) adalah untuk tebon bagian atas tongkol 3,48 dan 3,72; klobot 7,87 dan 7,71; dan tongkol tanpa biji 5,11 dan 5,01 ton/ha. Kata Kunci : lahan kering, jagung, nitrogen, kompos, produktivitas.
PENDAHULUAN Jagung merupakan salah satu komoditas utama yang banyak diusahakan petani di daerah Kabupaten Gunungkidul yang umumnya termasuk dalam kawasan lahan kering dataran rendah beriklim kering. Tanaman jagung selain diharapkan hasil bijinya juga bahan hijauannya untuk pakan ternak. Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman jagung yang baik dan memperoleh hasil yang tinggi diperlukan kondisi tanah yang gembur dan subur karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik serta ketersediaan unsur-unsur hara essensial yang dapat diserap tanaman dalam keadaan cukup. Untuk itu, pada tanah-tanah yang bertektur berat (liat), seperti halnya dijumpai pada kebanyakan tanah Vertisols, pengelolaan tanah yang mengarah untuk perbaikan drainase maupun aerasi baik melalui pengolahan tanah maupun pemberian pupuk organik sangat diperlukan. Di sisi lain, di antara unsur hara makro yang paling banyak diperlukan adalah K, menyusul N dan P (Sutoro et al. 1992). Meskipun, kebutuhan N sedikit lebih rendah daripada K namun ketersediaan N dalam tanah umumnya sangat kurang mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal mengingat selain sifat unsur hara N yang sangat labil juga secara alami sumber N dalam tanah sangat tergantung dari kadar bahan organik tanah yang umumnya juga rendah (Tisdale et al., 1993). Tanah-tanah dengan tektur liat, berkadar bahan organik rendah dan miskin unsur hara N pada umumnya banyak dijumpai di kawasan lahan kering beriklim kering khususnya di wilayah Kabupaten Gunungkidul (Puslittanak, 1994). Di Amerika tanaman jagung untuk menghasilkan biji sebanyak 7,5 ton/ha diperlukan sekitar 135 kg N/ha, pada tanah dengan kadar P dan K rendah diperlukan pemupukan 100 kg P 2O5 dan 170 kg K2O/ha (Donahue et al., 1977). Hasil penelitian yang dilakukan di beberapa lokasi dengan berbagai jenis tanah di Indonesia diketahui bahwa pemupukan N sebanyak 135 kg N/ha perlu dilakukan bagi tanaman jagung pada tanah dengan kadar N kurang dari 0,4 % dan tanaman jagung umumnya memberikan respon terhadap pemupukan P dan K masingmasing pada tanah dengan kadar kurang dari 20 mg P 2O5 dan 20 mg K2O/100 gram tanah (Sutoro et al., 1992). Namun hasil penelitian juga melaporkan bahwa peningkatan penggunaan pupuk N sampai dengan 142,7 kg N/ha selain meningkatkan hasil biji juga meningkatkan kadar protein dalam jagung (Winarso, 2005). Dalam kaitannya dengan pemupukan N, selama ini macam pupuk yang banyak digunakan petani adalah Urea. Namun demikian, sementara ini masalah keterbatasan ketersediaan pupuk dan harganya yang cenderung meningkat sering menjadi kendala petani untuk dapat memenuhi kebutuhan akan pupuk Urea tersebut. Untuk itu, upaya pemanfaatan sumberdaya lokal seperti pupuk organik/kompos perlu digalakkan kembali sebagai sarana produksi untuk peningkatan produktivitas lahan. Meskipun, kadar N dari pupuk
organik tidak setinggi pupuk Urea namun penggunaan pupuk organik dalam takaran yang relatif banyak dapat menyumbangkan sejumlah unsur-unsur hara makro dan mikro. Di samping itu, penggunaan pupuk organik memiliki beberapa keunggulan lain yang tidak dapat digantikan dari penggunaan pupuk kimia/anorganik. Keunggulan tersebut antara lain adalah dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah memegang air dan unsur-unsur hara sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, mengurangi kehilangan hara akibat pencucian dan menekan erosi. Tulisan ini menyajikan hasil pengkajian tentang penggunaan kombinasi dosis pupuk Urea dengan kompos dari limbah kandang pada pertanaman jagung pada tanah vertisols di daerah lahan kering beriklim kering wilayah Kabupaten Gunungkidul. BAHAN DAN METODE Pengkajian dilakukan dalam musim hujan (MH 2005) pada tanah Vertisols (Puslittanak, 1994) di pewakil kawasan lahan kering dataran rendah beriklim kering wilayah Kabupaten Gunungkidul (ketinggian tempat < 700 m dan curah hujan < 2000 mm/tahun). Hasil analisis tanah diketahui bahwa rata-rata kadar C organik dan N total masing-masing adalah 0,14 dan 0,09% yang mana secara umum tergolong sangat rendah dan kadar P2O5 dan K2O masing-masing adalah 35,6 dan 7,0 mg/100 g tanah. Pengkajian dilaksanakan secara on farm dengan menggunakan 16 lahan petani kooperator (sebagai ulangan) dari Kelompok Tani Sedya Maju di dusun Ngunut Kidul, Desa Kelor, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Pemilihan lokasi dan kelompok didasarkan pada kesanggupan kelompok untuk memenuhi persyaratan dalam penangkaran benih diantaranya adalah menghindari adanya penanaman jagung di sekeliling lokasi penanaman jagung yang akan dikaji/ditangkarkan, minimal 200 m. Teknologi yang dikaji terdiri dari dua macam perlakuan pemupukan, yaitu; (A) 450 kg Urea/ha + 2,5 ton kompos/ha dan (B) 300 kg Urea /ha + 5,0 ton kompos/ha. Sebagai pupuk dasar digunakan 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl. Luas petak perlakuan berkisar 1.000 1.250 m 2. Pemupukan Urea dilakukan dua kali yaitu 1/3 bagian pada saat tanam dan 2/3 bagian pada saat tanaman berumur 25 hari setelah tanam. Jagung yang digunakan adalah jagung komposit (bersari bebas) varietas Lamuru dengan benih bersertifikat kelas Breeder Seed (BS) dari Balai Penelitian Jagung dan Serealia (Balitjas), Maros. Benih yang digunakan mempunyai daya tumbuh 96% dan benih ditanam satu biji/lubang, jarak tanam 70 cm x 20-25 cm. Panen jagung dilakukan pada saat tanaman berumur 96 hari setelah tanam. Data yang dikumpulkan meliputi tinggi tanaman, berat biji kering dan brangkasan kering. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan antar perlakuan, data dianalisis dengan menggunakan uji T (T test) pada taraf beda nyata 5%. Pengkajian ini selain dimaksudkan untuk mengetahui tingkat produktivitas tanaman juga untuk pengawalan perbanyakan benih dan pembinaan kelompok tani dalam kemampuan dan ketrampilan menangkarkan benih. Untuk itu, dalam pelaksanaan pengkajian dilakukan dengan mengikutsertakan pendampingan dari BPSB Propinsi DIY dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Pertumbuhan Tanaman Jagung Hasil pengamatan keragaan pertumbuhan (tinggi tanaman) yang diperlakukan dengan perbedaan kombinasi dosis pemupukan Urea dengan kompos disajikan dalam Tabel 1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbedaan komposisi dosis pupuk Urea dengan kompos, yaitu (A) 450 kg Urea + 2,5 ton kompos/ha dan (B) 300 kg Urea + 5,0 ton kompos/ha tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman baik yang diamati pada saat mulai berbunga maupun saat panen.
Tabel 1. Keragaan Tinggi Tanaman Jagung Varietas Lamuru Pada Perbedaan Dosis Pemupukan Urea dan Kompos di Karangmojo, MH 2005 Keragaan Tanaman dan Hasil Taraf Dosis A (450 kg Urea + 2,5 ton kompos/ha) Taraf Dosis B (300 kg Urea + 5,0 ton kompos/ha)
Keragaan Pertumbuhan Tanaman : 1. Tinggi tanaman saat mulai berbunga, umur 55 hst (cm) 220,9 208,5 2. Tinggi tanaman saat panen, 96 hst (cm) 225 215 Ket : Semua perlakuan dipupuk 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl/ha; Faktor koreksi untuk hasil dari ubinan adalah 30%.
Komponen Hasil Panen Jagung Tanaman jagung selain dimaksudkan untuk produksi biji juga hasil hijauan, klobot dan tongkolnya potensial untuk pakan ternak. Seperti halnya pengaruh terhadap tinggi tanaman, perbedaan perlakuan komposisi dosis pupuk Urea dengan kompos, yaitu (A) 450 kg Urea + 2,5 ton kompos/ha dan (B) 300 kg Urea + 5,0 ton kompos/ha tidak berpengaruh nyata terhadap hasil brangkasan/tebon dan jagung berkulit kering termasuk komponen-komponennya (Tabel 2). Rata-rata hasil biji jagung dari kedua perlakuan adalah 6,69 dan 6,58 ton/ha sedangkan hasil hijauan yang potensial untuk pakan ternak dari masing-masing perlakuan (A dan B) adalah untuk tebon bagian atas tongkol 3,48 dan 3,72; klobot 7,87 dan 7,71; dan tongkol tanpa biji 5,11 dan 5,01 ton/ha.
Tabel 2. Hasil Tanaman Jagung Varietas Lamuru Pada Perbedaan Dosis Pemupukan Urea dan Kompos Di Karangmojo, MH 2005 Komponen Hasil Panen Jagung 1. Taraf Dosis A (450 kg Urea + 2,5 ton kompos/ha) 11,38 3,48 Taraf Dosis B (300 kg Urea + 5,0 ton kompos/ha) 10,88 3,72
Berat tebon (brangkasan) ton/ha a. Berat tebon bagian atas tongkol (umumnya untuk pakan ternak) ton/ha b. Berat tebon bagian bawah tongkol (umumnya tidak 7,90 7,16 dimanfaatkan untuk pakan) ton/ha 2. Jagung berkulit kering (ton/ha) 19,67 19,28 a. a. Klobot kering 7,87 7,71 b. b. Tongkol kering tanpa biji 5,11 5,01 c. Jagung pipilan kering kadar air 14 % (ton/ha) 6,69 6,56 Ket : Semua perlakuan dipupuk 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl/ha; Faktor koreksi untuk hasil dari ubinan adalah 30%.
Hasil pengkajian dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa subsitusi 150 kg Urea/ha dengan 2,5 ton kompos/ha memberikan hasil tanaman yang relatif sama. Bila dinilai secara ekonomi, subsitusi penggunaan Urea 150 kg/ha (harga Rp 1.050/kg) dengan 2,5 ton kompos/ha (harga Rp 250/kg) maka pemupukan 300 kg Urea + 5 ton kompos/ha relatif lebih mahal sekitar Rp 467.500/ha, namun ketersedian pupuk kompos yang dapat diproduksi petani sendiri secara lokal lebih mungkin terjamin dan mudah di dapat, khususnya hal ini akan mungkin dapat dipenuhi bagi petani yang mempunyai ternak. Di samping itu, penggunaan kompos secara berkelanjutan berpotensi untuk memperbaiki kesuburan tanah yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil tanaman berikutnya. Untuk itu, pengembangan usahatani integrasi tanaman dan ternak di kawasan lahan kering beriklim kering sangat penting artinya karena merupakan usaha yang saling komplementer baik untuk peningkatan pendapatan maupun pemeliharaan keberlanjutan produktivitas lahan. KESIMPULAN Pada lahan kering dengan tanah Vertisols berkadar C organik dan N total rendah yang ditanami jagung varietas Lamuru dengan pemupukan (A) 450 kg Urea + 2,5 ton kompos/ha atau (B) 300 kg Urea + 5,0 ton kompos/ha memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman (brangkasan dan biji kering) yang relatif sama. Penggantian penggunaan Urea 150 kg/ha dengan 2,5 ton kompos/ha tidak mempengaruhi hasil tanaman jagung. Rata-rata hasil biji jagung yang diperoleh adalah 6,58-6,69 ton/ha sedangkan hasil hijauan yang potensial untuk pakan ternak, yaitu untuk tebon bagian atas tongkol 3,48 - 3,72; klobot 7,71 - 7,87 dan tongkol tanpa biji 5,01 -5,11 ton/ha.
DAFTAR PUSTAKA Donahue, R.L., R.W. Miller, and J.C. Shikluna. 1977. Soils. An Introduction to Soil and Plant Growth. Prentice-Hall, Inc. New Yersey. Puslittanak, 1994. Laporan Akhir; Survai Dan Pemetaan Sumberdaya Lahan Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Dan Konservasi Hutan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Laporan Akhir No. 03/PSDT/02.0202.01/94. Bagian Proyek Pengelolaan Sumberdaya Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittamnak), Badan Litbang Petanian, Deptan. Sutoro, Y. Soelaeman dan Iskandar. 1992. Budidaya Tanaman Jagung. Paket Informasi Jagung. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian. Badan Litbang Pertanian. Tisdale, S.L., W.L. Nelson, J.D. Beaton, and J.L. Havlin. 1993. Soil Fertility and Fertilizers, 5th Ed. Macmillan Publishing Company. New York. Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Penerbit Gava Media. Yogyakarta.