Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI OLEH WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS LAMPASEH KOTA, BANDA ACEH TAHUN 2011

Mayniza I1, Ibrahim T2, Ika S3, Andalas M3, Sofia2 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2) Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUDZA Banda Aceh; 3)Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUDZA Banda Aceh;

ABSTRAK Gerakan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu kegiatan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan cara penurunan angka kelahiran. Pada tahun 2010 prevalensi penggunaan alat kontrasepsi pada pasangan usia subur di Puskesmas Lampaseh Kota sejumlah 1.211. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, faktor usia reproduksi dan pendapatan dengan pemilihan jenis kontrasepsi pada wanita usia subur di Puskesmas Lampaseh Kota, Banda Aceh tahun 2011 Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional survey. Pengambilan data dilakukan melalui kuisioner terhadap 67 orang responden. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Data univariat ditampilkan dalam bentuk distribusi sedangkan bivariat dianilisis dengan uji chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemilihan jenis kontrasepsi pada Puskesmas Lampaseh Kota, Banda Aceh tahun 2011 adalah ASI (1,5%), Kondom (11,9%), Pil KB(38,8%), suntik (44,8%), AKDR (3%), tidak ada responden yang menggunakan implant, spermisida dan diafragma. Hasil penelitian ke tiga variabel menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yaitu pendidikan (2 = 10,3), pengetahuan (2 = 4,92), fase usia reproduksi (2 = 4,91), dan pendapatan (2 = 3,74).

ABSTRACT Family Planning Movement (KB) is one of the activities to control the rate of population growth in a way birth rate decline. In 2010 the prevalence of contraceptive use in Puskesmas Lampaseh Kota about 1.211. The purpose of this research is to determine association of knowledge, reproductive age factor and income with the choice of the contraceptives on fertile age women in the Puskesmas Lampaseh Kota, Banda Aceh in 2011, This kind of research is designed analytically by using the cross sectional survey approach. Data are collected by

questionnaire to 67 respondents. Data is analyzed by univariate and bivariate. Univariate data presented as distribution, frequency, and percentage, whereas bivariate data is analyzed by Chi square test. The result of this study indicate that the distribution of frequency contraceptive choice in Puskesmas Lampaseh Kota is ASI (1.5%), condom (11.9%), implant (19.4%), MOW (15.3%), pill (14.3%), and the IUD (2.1%), while theres nobody utilize implant, spermicide and diafragma. The result showed there was no significant relationship between education (2 = 10.3), knowledge (2 = 6.62), reproductive age phase (2 = 4.91), income (2 = 3.74) to the contraceptives choice on fertile age women.

PENDAHULUAN Paradigma baru Keluarga Berencana

Untuk wilayah kerja Puskesmas Lampaseh Kota pada tahun 2010 jumlah pasangan usia subur (PUS) adalah sebanyak 1.211 dengan jumlah peserta KB baru 186 peserta (15,35%), dan jumlah peserta KB aktif 643 peserta (53,09%) dengan metode kotrasepsi yang digunakan adalah IUD 0 peserta (0%), Metode Operasi Wanita (MOW)/ Metode Operasi Pria (MOP) 0 peserta (0%), implant 0 peserta (0%), suntik 352 peserta (29,06%), pil 417 peserta (34,43%), dan kondom 60 peserta (4,95%) (Hasanah, 2011). Pola kecenderungan pemakaian

Nasional dengan visi baru yaitu untuk mewujudkan keluarga berkualitas pada

tahun 2015, keluarga berkualitas maksudnya adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki anak yang ideal,

berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai konstribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk, dimana dapat dilihat pada program Making Pregnancy Safer (MPS), dengan pesan di Indonesia 2001-2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan, untuk mewujudkan pesan

kontrasepsi cenderung memilih kontrasepsi suntik daripada AKDR. Hal ini memacu peneliti untuk melakukan penelitian berupa menganalisa pemilihan jenis kontrasepsi oleh wanita usia subur (15-39 tahun) di Puskesmas Lampaseh Kota, Banda Aceh tahun 2011.

tersebut KB merupakan pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Pengoptimalan manfaat KB bagi kesehatan harus digabung dengan pelayanan kesehatan reproduksi (Bari, 2003).

TINJAUAN TEORI Keluarga Berencana Menurut Organization) WHO Expert (World Committe Health 1970,

tidak

menimbulkan koitus,

gangguan tidak

sewaktu

melakukan

memerlukan

motivasi secara terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan

Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004). Pengertian kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang

masyarakat, dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan (Sastro, 2002). Efektivitas Kontrasepsi Seseorang cenderung menggunakan suatu metode kontrasepsi secara tepat ketika semakin terbiasa dengan metode kontrasepsi tersebut. Hasilnya, perbedaan efektivitas antara penggunaan yang tipikal dengan penggunaan sempurna semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu.

Efektivitas suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 3 tingkat: 1. Daya guna teoritis (theoretical

mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau

effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila cara tersebut digunakan terus- menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan. 2. Daya guna pemakaian (use effectiveness),

mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Pribadi, 2008). Sampai saat ini belum ada cara kontrasepsi yang ideal. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai

yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari oleh dimana factorhati-hati,

pemakaiannya faktor

dipengaruhi

berikut: dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan,

seperti pemakai tidak

kurang taat pada peraturan dan sebagainya.

3. Daya guna demografik (demographic effectiveness), menunjukkan berapa banyak kontrasepsi yang diperlukan untuk

kombinasi estrogen dan progesteronn atau hanya progesteron-mini pil. Kontrasepsi

injeksi atau implan hanya mengandung progesteron atau kombinasi estrogen dan progesteron. (Cunningham, 2006). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau spiral adalah alat yang dibuat dari plastik halus berukuran kecil. Ada yang berbentuk spiral saja, bentuk T dan seperti kipas yang bagian batangnya dililiti

mencegah suatu kelahiran (Sastro, 2002). Tujuan Keluarga Berencana Tujuan program keluarga berencana adalah untuk meningkatkan kesehatan

reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu dan bayi, mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera yang merupakan sumber daya manusia dengan mengendalikan kelahiran dalam rangka menjamin terkendalinya

tembaga, dan yang tersedia adalah Lippes Loop type B, C, dan D, Copper T 200 B, Multiload Cu 250. Dalam tahap uji klinik adalah Copper T380 A dan Multiload Cu 375 (Saifuddin, 2003). Kontrasepsi Mantap Kontrasepsi mantap atau biasa disebut sterilisasi dapat dibedakan menjadi

pertumbuhan penduduk Indonesia (Hartanto, 2004). Metode-metode kontrasepsi - Metode Kontrasepsi Sederhana Kontrasepsi sederhana tanpa alat terdiri dari KB Alamiah (Gambar 2.1) dan senggama terputus, Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat dapat dilakukan Barrier dengan Intra-

dua yaitu tubektomi untuk wanita dan vasektomi untuk pria. Kontrasepsi mantap ini merupakan suatu metode kontrasepsi permanen yang dilakukan terhadap saluran telur wanita (sterilisasi) atau saluran bibit pria (vasektomi) sehingga dapat enghalangi pertemuan ovum dan sperma dan dapat

menggunakan

kondom,

vaginal, dan spermisid (Cuningham, 2006). - Metode Kontrasepsi Modern Kontrasepsi Hormonal: Saat diperkenalkan pada tahun 1960, sebuah

mencegah terjadinya kehamilan.

kontrasepsi perubahan

hormonal drastis dari

menjadi

metode-metode Kontrasepsi ini

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu

tradisional sebelumnya.

tersedia dalam berbagai bentuk, oral, injeksi, dan implant. Kontrasepsi oral adalah

penelitian

untuk

mengetahui

gambaran

subur terdiri dari responden yang memilih metode alamiah (ASI) sebanyak 1 orang (1,5%), kondom sebanyak 8 orang (11,9%), pil KB sebanyak 26 orang (38,8%), suntik sebanyak 30 orang (44,8%), AKDR

pemilihan metode kontrasepsi serta faktorfaktor yang mempengaruhi para wanita usia subur di wilayah Puskesmas Lampaseh Kota untuk memilih metode tersebut dimana data yang menyangkut variabel dependen dan independen dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan secara langsung. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Lampaseh Kota pada bulan September 2009 sampai dengan Januari 2012. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur (15-39 tahun) yang datang ke Puskesmas Lampaseh Kota Banda Aceh untuk mendapatkan pelayanan di unit Keluarga Berencana pada periode 29 November 2011 29 Desember 2011 yaitu sebanyak 67 sampel. Tehnik pengambilan sampel secara accidental

sebanyak 2 orang (3%), tidak ada responden yang menggunakan diafragma, spermisida dan implant (0%). Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pemilihan Jenis Kontrasepsi No. Variabel Frekuensi Persentase (n) 1. Metode 1 1,5 Alamiah (ASI) 3. Kondom 8 11,9 4. Diafragma 0 0 5. Spermisida 0 0 6. Pil KB 26 38,8 7. Suntik 30 44,8 8. Implant 0 0 9. AKDR 2 3,0 Jumlah 67 100

sampling, yaitu dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia. Variabel pendidikan, yang diamati fase adalah usia

2. Pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan. No. Pendidikan Frekuensi Persentase (n) 1. Tinggi 13 19,4 2. Menengah 40 59,7 3. Dasar 14 20,9 Jumlah 67 100,0

pengetahuan,

reproduksi, dan pendapatan. Data dianalisis dengan menggunakan univariat dan bivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Univariat 1. Pemilihan Jenis Kontrasepsi Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa pemilihan jenis kontrasepsi pada wanita usia

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan tinggi sebanyak 13 orang

(19,4%), pendidikan menengah sebanyak 40 orang (59,7%) dan pendidikan dasar

Tabel responden

4.5 dengan

menunjukkan pendapatan

bahwa tinggi

sebanyak 14 orang (20,9%). 3. Pengetahuan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan. No. Pengetahuan Frekuensi Persentase (n) 1. Baik 42 62,7 2. Kurang Baik 25 37,3 Jumlah 67 100,0

sebanyak 45 orang (67,2%), dan pendapatan rendah sebanyak 22 orang (32,8%). Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Menurut Pendapatan. No. 1. 2. Pendapatan Tinggi Rendah Jumlah Frekuensi (n) 45 22 67 Persentase 67,2 32,8 100,0

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik sebanyak 42 orang (62,7%), dan pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (37,3%). 4. Fase Usia Reproduksi Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Menurut Fase Usia Reproduksi. No. 1. 2. 3. Fase Usia Reproduksi < 20 tahun 20-30 tahun >30 tahun Jumlah Frekuensi (n) 0 33 34 67 Persentase 0 49,3 50,7 100,0 dengan pendapatan tinggi sebanyak 45 orang (67,2%), dan pendapatan rendah sebanyak 22 orang (32,8%). Hasil Bivariat 1. Hubungan Antara Pendidikan dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan tinggi cenderung

menggunakan suntik yaitu sebanyak 6 orang (7,7%), responden dengan pendidikan

menengah cenderung menggunakan pil yaitu sebanyak 18 orang (45%) dan responden dengan pendidikan dasar cenderung

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa tidak ada responden yang fase usia

menggunakan suntik yaitu sebanyak 8 orang (57,1%) , dan responden yang menggunakan AKDR cenderung berasal dari responden dengan pendidikan tinggi dan menengah yaitu masing-masing sebanyak 1 orang, dan perhitungan dengan menggunakan metode uji statistik dengan chi-square pada = 0,05

reproduksi < 20 tahun, dimana usia termuda dari responden adalah 21 tahun dan usia tertua pada responden adalah 38 tahun. 5. Pendapatan

dengan tingkat kemaknaan 95% diperoleh hasil = 10,3 yang menunjukkan nilai 2 hitung < 2 tabel. Berarti H0 diterima yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pemilihan jenis kontrasepsi oleh wanita usia subur di Puskesmas Lampaseh Kota, Banda Aceh tahun 2011. 2. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik cenderung

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden dengan periode usia 20-30 tahun cenderung menggunakan suntik yaitu sebanyak 17 orang (51,5%), dan responden dengan usia >30 tahun cenderung menggunakan pil yaitu sebanyak 16 orang (47,1%), dan responden yang memilih AKDR cenderung berasal dari usia 20-30 tahun, dan dari perhitungan dengan menggunakan metode uji statistik dengan chi-square pada = 0,05 dengan tingkat kemaknaan 95% dengan perhitungan rumus diperoleh hasil = 4,91 yang menunjukkan nilai 2 hitung < 2 tabel. Berarti H0 diterima yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara fase usia dengan pemilihan jenis

menggunakan suntik yaitu sebanyak 21 orang (48,8%), dan responden dengan pengetahuan kurang baik cenderung

menggunakan pil yaitu sebanyak 12 orang (50%) , dan responden yang menggunakan AKDR cenderung memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 2 orang (4,7%), dan perhitungan dengan menggunakan metode uji statistik dengan chi-square pada = 0,05 dengan tingkat kemaknaan 95% diperoleh hasil = 4,92 yang menunjukkan nilai 2 hitung < 2 tabel. Berarti H0 diterima yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan jenis kontrasepsi oleh wanita usia subur di Puskesmas Lampaseh Kota, Banda Aceh tahun 2011. 3. Hubungan Antara Fase Usia Reproduksi dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi.

reproduksi

kontrasepsi oleh wanita usia subur di Puskesmas Lampaseh Kota, Banda Aceh tahun 2011. 4. Hubungan Antara Pendapatan dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi. Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden dengan pendapatan tinggi cenderung

menggunakan pil dan suntik yaitu sebanyak 19 orang (42,2%), dan responden dengan pendapatan rendah cenderung menggunakan suntik yaitu sebanyak 11 orang (50%), dan responden yang memilih AKDR merupakan responden dengan pendapatan tinggi, dan dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode uji statistik dengan chi-square pada

= 0,05 dengan tingkat kemaknaan 95% dengan perhitungan rumus diperoleh hasil = 3,74 yang menunjukkan nilai 2 hitung > 2 tabel. Berarti H0 diterima yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

pendapatan

dengan

pemilihan

jenis

kontrasepsi oleh wanita usia subur di Puskesmas Lampaseh Kota, Banda Aceh tahun 2011.

Tabel 4.6 Hubungan Pendidikan dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi


Pendidikan Tinggi Menengah Dasar AKDR n % 1 7,7 1 2,5 0 0 Kontrasepsi ASI Kondom Pil Suntik Total n % n % n % n % n % 0 0 3 23,1 3 23,1 6 46,1 13 100 0 0 5 12,5 18 45 16 40 40 100 1 7,2 0 0 5 35,7 8 57,1 14 100 (O-E) hitung=10,3 tabel=15,507

Jumlah

26

30

67

Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi


Pengetahuan Baik Kurang baik Jumlah Pemilihan jenis kontrasepsi Jumlah AKDR ASI Kondom Pil Suntik n % n % n % n % n % n % 2 4,7 0 0 6 13,9 14 32,5 21 48,8 43 100 0 0 1 4,2 2 8,3 12 50 9 37,5 24 100 2 1 8 26 30 67 hitung=4,92 tabel=9,488

Tabel 4.8 Hubungan Faser Usia Reproduksi dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi
Fase Usia Reproduksi 20-30 tahun >30 tahun Jumlah Pemilihan jenis kontrasepsi Jumlah AKDR ASI Kondom Pil Suntik n % n % n % n % n % N % 2 6,1 0 0 4 12,1 10 30,3 17 51,5 33 100 hitung=4,91 0 0 1 2,9 4 11,8 16 47,1 13 38,5 34 100 tabel=9,4888 2 1 8 26 30 67

Tabel 4.9 Hubungan Pendapatan dengan Pemilihan Jenis Kontrasepsi


Pendapatan Tinggi Rendah Jumlah AKDR n % 2 4.4 0 0 2 Pemilihan jenis kontrasepsi Jumlah ASI Kondom Pil Suntik n % n % n % n % n % 0 0 5 11,1 19 42,2 19 42,2 45 100 hitung=3,74 1 4,5 3 13,6 7 31,9 11 50 22 100 tabel=13,277 1 8 26 30 67

PEMBAHASAN Dari 67 responden yang diberikan kuisioner, diketahui bahwa wanita usia subur yang mendapatkan pelayanan pada unit KB di Puskesmas Lampaseh Kota Banda Aceh lebih dominan memilih jenis kontrasepsi berupa suntik yaitu sejumlah 30 orang (44,8%), dan responden yang memilih AKDR cenderung sedikit yaitu sejumlah 2 orang (3%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Yeni (2008) bahwa sebagian besar para wanita usia subur di RB. Kharisma Husada menggunakan kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 263
(72,2%), dan responden yang memilih AKDR cenderung sedikit yaitu sebanyak 2 orang (0,5%). Menurut studi pendahuluan yang telah dilakukan Yeni (2008) pada para ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik Depo Medroksi menyatakan Progesteron bahwa Asetat mereka (DMPA) memilih Demikian pula dengan responden di Puskesmas Lampaseh Kota, sebanyak 23 orang (73,7%) responden cenderung memilih suntik dengan alasan praktis, hanya 7 orang (23,3%) yang karena anjuran bidan. Hal ini

menunjukkan bahwa hingga saat ini jenis kontrasepsi suntik masih sangat diminati dibandingkan AKDR. Menurut penelitian yang dilakukan Radita (2009) beberapa kendala di lapangan sehingga masyarakat masih enggan menggunakan kontrasepsi AKDR antara lain : Pengetahuan /

pemahaman yang salah tentang AKDR, Pendidikan PUS yang rendah, Sikap dan Pandangan negatif masyarakat, Sosial

budaya dan ekonomi. Pendidikan seseorang merupakan

salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. Menurut Azwar (2010), merupakan suatu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dan

kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) karena mendapatkan

informasi dari teman, penjelasan konsultasi dari bidan. Selain itu kontrasepsi suntikan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) praktis, sangat cocok untuk ibu yang masih menyusui, biayanya relatif lebih murah

pendidikan dapat mendewasakan seseorang serta berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat. Berdasarkan hasil penelitian

dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya, tidak perlu setiap hari minum pil atau setiap bulan datang untuk suntik KB dan semuanya sudah terjadwal sehingga tidak sampai lupa.

menunjukkan bahwa responden dengan pendidikan tinggi cenderung menggunakan

suntik yaitu sebanyak 6 orang (7,7%), responden dengan pendidikan menengah cenderung menggunakan pil yaitu sebanyak 18 orang (45%) dan responden dengan pendidikan dasar cenderung menggunakan suntik yaitu sebanyak 8 orang (57,1%) , dan responden yang menggunakan AKDR

sebanyak 58%. Jadi, secara umum semakin tinggi tingkat pendidikan wanita, semakin besar kemungkinannya memakai alat/cara KB modern. Dari hal ini dapat kita lihat bahwa pendidikan tinggi yang dimiliki oleh

responden di Puskesmas Lampaseh Kota tidak menjamin responden tersebut memiliki

cenderung berasal dari responden dengan pendidikan tinggi dan menengah yaitu

pengetahuan yang baik mengenai jenis-jenis kontrasepsi, sehingga dalam memilih jenis kontrasepsi responden cenderung dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan, intervensi bidan, segi praktis dan ekonomis.

masing-masing sebanyak 1 orang, Hasil uji statitistik menyatakan tidak adanya

hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemilihan jenis kontrasepsi oleh wanita usia subur dimana pada = 0,05 dengan tingkat kemaknaan 95% diperoleh hasil = 10,3 yang menunjukkan nilai 2 hitung < 2 tabel. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Radita (2009) bahwa
dalam hubungan

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi manusia, yakni: melalui indra pancaindra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian diperoleh besar melalui pengetahuan mata dan manusia telinga.

dengan pemakaian kontrasepsi pendidikan akseptor dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan jenis kontrasepsi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kelangsungan pemakaiannya. Penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik cenderung menggunakan suntik yaitu sebanyak 21 orang (48,8%), dan responden dengan pengetahuan kurang baik cenderung menggunakan pil yaitu sebanyak 12 orang (50%), dan responden yang menggunakan AKDR cenderung memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 2 orang (4,7%), Hasil uji statitistik menyatakan tidak adanya hubungan yang bermakna antara

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki mempunyai pengaruh yang kuat pada perilaku reproduksi dan penggunaan alat kontrasepsi. Sebesar 45% wanita yang tidak sekolah menggunakan cara kontrasepsi

modern, sedangkan wanita berpendidikan menengah menggunakan atau cara lebih tinggi yang modern

kontrasepsi

pengetahuan

dengan

pemilihan

jenis

informasi dari lingkungan, intervensi bidan, segi praktis dan ekonomis.

kontrasepsi oleh wanita usia subur dimana pada = 0,05 dengan tingkat kemaknaan 95% diperoleh hasil = 4,92 yang menunjukkan nilai 2 hitung < 2 tabel. Hal ini tidak sejalan dengan studi yang telah
dilakukan oleh Anne R Pebley dan James W Breckett, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang tempat pelayanan dan metode kontrasepsi yang digunakan. (Radita, 2009).

Dan menurut penelitian Radita (2009) beberapa kendala yang sering dijumpai di lapangan sehingga masyarakat masih enggan menggunakan kontrasepsi IUD / AKDR seperti pengetahuan / pemahaman yang salah tentang IUD, pendidikan PUS yang rendah, sikap dan pandangan negatif

masyarakat, sosial budaya dan ekonomi perlu diperhatikan demi meningkatkan minat para wanita usia subur untuk memilih AKDR sebagai jenis kontrasepsi yang aman. Usia adalah Lama waktu hidup seseorang dalam kurun waktu tertentu. Fase usia reproduksi seorang wanita dibagi atas 3 (tiga) periode yaitu : 1. Fase Usia <20 tahun yakni fase menunda perkawinan/kesuburan. 2. Fase Usia 20 30 tahun yakni fase menjarangkan kehamilan. 3. Fase Usia >30 tahun yakni fase

Dalam memperkenalkan cara-cara kontrasepsi kepada masyarakat tidak mudah untuk segera diterima karena menyangkut pengambilan keputusan oleh masyarakat untuk menerima cara-cara kontrasepsi

tersebut. Menurut Rogers, ada empat tahap untuk mengambil keputusan untuk

menerima inovasi tersebut yaitu tahap pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan keputusan (decision), (confirmation). dan tahap Melalui konfirmasi tahap-tahap

menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan (Hartanto, 2004) Berdasarkan hasil penelitian

tersebut, inovasi bisa diterima maupun ditolak. (Radita, 2009)


Dari hal ini dapat kita lihat bahwa pengetahuan responden di Puskesmas

menunjukkan bahwa responden dengan periode usia 20-30 tahun cenderung

Lampaseh Kota mengenai jenis kontrasepsi AKDR sebagai jenis kontrasepsi yang aman masih perlu ditingkatkan, karena berdasarkan penelitian dalam memilih jenis kontrasepsi responden cenderung dipengaruhi oleh

menggunakan suntik yaitu sebanyak 17 orang (51,5%), dan responden dengan periode usia >30 tahun cenderung

menggunakan pil yaitu sebanyak 16 orang

(47,1%), dan responden yang memilih AKDR cenderung berasal dari usia 20-30 tahun, Hasil uji statitistik menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor usia reproduksi dengan pemilihan jenis kontrasepsi oleh wanita usia subur dimana pada = 0,05 dengan tingkat kemaknaan 95% diperoleh hasil = 4,91 yang menunjukkan nilai 2 hitung < 2 tabel. Usia dalam hubungannya dengan pemakaian KB berperan sebagai faktor intrinsik. Usia berhubungan dengan struktur organ, fungsi fisiologis, sistem komposisi hormonal rata

Menurut Badan Pusat Statistik, Rataupah/gaji/pendapatan

buruh/karyawan/pegawai sebulan menurut provinsi (rupiah), 2009-2011 untuk Provinsi Aceh sebesar Rp.1.561.499,-. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pendapatan sesuai cenderung menggunakan pil dan suntik yaitu sebanyak 19 orang (42,2%), dan responden dengan pendapatan tidak sesuai cenderung menggunakan suntik yaitu sebanyak 11 orang (50%), Hasil uji statitistik menyatakan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan pemilihan jenis kontrasepsi oleh wanita usia subur dimana pada = 0,05 dengan tingkat kemaknaan 95% diperoleh hasil = 3,74 yang menunjukkan nilai 2 hitung < 2 tabel. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Radita (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini dapat diperkuat dengan suatu program kesehatan bernama Jamkesmas. Jamkesmas adalah kebijakan yang sangat efektif untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan

biokimiawi

termasuk

seorang wanita. Perbedaan fungsi fisiologis, komposisi biokimiawi, dan sistem hormon pada suatu periode usia menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan (Radita, 2009).
Dari hal ini dapat kita lihat bahwa pengetahuan responden di Puskesmas

Lampaseh Kota mengenai jenis kontrasepsi yang sesuai dengan fase usia reproduksi wanita usia subur masih perlu ditingkatkan, karena selama ini dalam memilih jenis kontrasepsi responden cenderung dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan, intervensi bidan, segi praktis dan

aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia.

Pendapatan adalah segala bentuk penghasilan atau penerimaan yang nyata dari seluruh anggota keluarga untuk

Jamkesmas diharapkan dapat mempercepat pencapaian sasaran pembangunan kesehatan

memenuhi kebutuhan rumah tangga.

dan peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Sasaran Jamkesmas adalah seluruh masyarakat miskin, sangat miskin, dan mendekati miskin yang diperkirakan

Puskesmas kecuali untuk jenis MOW dan MOP yang harus dirujuk ke rumah sakit.

Kesimpulan Pemilihan jenis kontrasepsi oleh responden tidak dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengetahuan, fase usia reproduksi, namun

jumlahnya mencapai 76,4 juta. Sumber dana Jamkesmas adalah APBN Depkes (Radita, 2009). Dengan adanya Jamkesmas, keluarga miskin akan mendapatkan pelayanan KB secara cuma-cuma baik obat maupun alat kontrasepsi. Program ini dimaksudkan agar keluarga miskin tidak kesulitan dalam mengakses pertambahan program KB, karena tidak bila dapat

cenderung dipengaruhi oleh informasi dari


lingkungan, intervensi dari bidan, kepraktisan dan segi ekonomis.

Saran 1. Kepada kepala Puskesmas Lampaseh Kota, Banda Aceh melalui bidan desa dan kader posyandu agar dapat

penduduk

dikendalikan, maka beban pembangunan akan bertambah. Oleh karena itu, dalam hal ini dengan adanya program Jamkesmas diduga faktor pendapatan tidak

meningkatkan pengetahuan wanita usia subur dalam memilih jenis kontrasepsi serta memberikan promosi kesehatan melalui penyuluhan, brosur, ataupun leaflet mengenai pemilihan kontrasepsi yang aman digunakan oleh wanita usia subur AKDR tersebut, sebagai yang serta menganjurkan alat aman

mempengaruhi wanita usia subur dalam memilih jenis kontrasepsi. (Radita, 2009) Pelayanan Jamkesmas yang diberikan komprehensif

bersifat

berjenjang. Komprehensif artinya meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Berjenjang artinya pelayanan diberikan dengan sistem rujukan mulai dari tingkat pelayanan kesehatan yang paling rendah yakni Puskesmas sampai ke 2.

pemilihan paling

kontrasepsi digunakan.

Kepada bidan desa Lampaseh kota agar memperbaharui mengenai jenis pengetahuannya kontrasepsi melalui

pelayanan oleh dokter spesialis di Rumah Sakit Umum. Pelayanan KB gratis termasuk dalam pelayanan yang diberikan di tingkat

seminar kesehatan, informasi melalui internet, buku dan TV agar dapat meningkatkan pengetahuannya

mengenai jenis kontrasepsi yang aman dan sesuai dengan kebutuhan akseptor. 3. Kepada pemerintah dan dinas kesehatan agar tetap mempertahankan program jaminas JAMKESMAS kesehatan agar berupa mewujudkan

Pribadi

A.

2008.

Profil

penggunaan

kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah kecamatan Nguter Skripsi. kabupaten Sarjana Sukoharjo. Universitas

Muhammadiyah Surakarta;. h. 9-23. Radita K. 2009. Faktor-Faktor Pemilihan Yang Jenis

keadilan dan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan sehingga keluarga miskin tidak memiliki kendala dalam memilih jenis kontrasepsi yang sesuai dengan yang dikehendaki.

Mempengaruhi

Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur. Skripsi.

Sarjana Universitas Diponegoro; h. 34-59. Saifuddin BA. 2003. Buku Panduan Kontrasepsi,

Daftar Pustaka:. Bari AS. 2003 Buku Panduan Praktis Pelayanan Bina Kontrasepsi. Pustaka Yayasan Sarwono

Praktis

Pelayanan

Yayasan Bina

Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta. Wiknjosastro H. 2002 Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta Cunningham GF. 2006. Obstetri Williams. EGC, Jakarta. Hartanto H. 2004. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta, Pustaka sinar harapan. 2004 Hasanah S. 2011. Laporan Peserta KB Tahun 2010, Puskesmas Lampaseh Kota, Banda Aceh. Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan

Prawirohardjo, Jakarta. Wiknjosastro H. 2002 Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta.

Masyarakat; Ilmu dan seni. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai