Anda di halaman 1dari 5

Pebisnis Kolombia jajaki potensi produk RI

Kamis, 14/10/2010 19:56:34 WIB

Oleh: Maria Y. Benyamin JAKARTA: Sejumlah pebisnis dari Kolombia menjajaki potensi produk Indonesia untuk dikembangkan di pasar Kolombia, di luar dari produk utama yang selama ini sudah masuk ke pasar negara itu. Johannes Subagia Made, Head of Councelor KBRI Bogota, mengatakan saat ini belum banyak produk Indonesia yang masuk ke pasar Kolombia. Impor terbesar dari Kolombia masih didominasi oleh produk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan karet. Kedatangan mereka melalui misi dagang kali ini bertujuan untuk menjajaki potensi produk yang bisa dikembangkan di sana [Kolombia], termasuk melihat peluang pemasaran produk mereka di Indonesia, kata Johannes di sela-sela The Colombia Trade Forum yang digelar KBRI Bogota dan perusahaan ritel Mazee The Art & Fashion Store, hari ini. Turut hadir dalam acara tersebut 25 pelaku usaha dari Kolombia yang bergerak di berbagai sektor, di antaranya furnitur, perhiasan, TI, irigasi, peralatan olahraga, bahan kimia, dan lain sebagainya. Dalam kesempatan tersebut sejumlah pelaku usaha itu juga melakukan pertemuan langsung dengan pelaku bisnis dari Indonesia untuk menjajaki kemungkinan kerjasama antara kedua negara, termasuk sejumlah pemilik gerai pada retailer Mazee The Art & Fashion Store. Menurut Johannes, hasil survey yang pernah dilakukan di Kolombia mengungkapkan produk Indonesia yang paling besar masuk ke pasar Kolombia adalah CPO dan karet. Impor kedua jenis produk tersebut meskipun tidak besar dari segi volume namun terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain kedua produk itu, pelaku bisnis Kolombia pun mulai menyasar produk lainnya, di antaranya handicraft dan furniture dari Indonesia. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor kita ke negara itu, katanya. Johannes menjelaskan kunjungan misi dagang kali ini merupakan kali kelimanya. Dari tahun ke tahun, kunjungan tersebut menunjukkan peningkatan mulai dari jumlah pelaku bisnis yang ikut dalam misi dagang dan semakin beragamnya produk yang disasar. Ini membuktikan bahwa minat mereka terhadap produk Indonesia cukup besar. Dia mengakui sejauh ini masih ada kendala yang dihadapi pelaku usaha untuk menembus pasar Kolombia. Selain kendala bahasa yang seringkali memicu kesalahpahaman antara pelaku bisnis yang bernegosiasi, faktor jarak juga menjadi hambatan terbesar.

Hariadi Saptadji, Direktur Eksekutif Kadin Indonesia, mengungkapkan tidak banyak pelaku usaha yang mengekspor ke Kolombia. Pelaku usaha pasti memikirkan untung rugi dan ekspor ke sana memang belum cukup menjanjikan karena daya beli di negara itu mungkin tidak sebagus negara lainnya, kecuali untuk bahan baku bagi kepentingan industri di sana, jelasnya.(msb)

Pasar pakaian jadi produk RI kian tergerus


Kamis, 14/10/2010 18:36:10 WIB

Oleh: Maria Y. Benyamin JAKARTA: Pangsa pasar produk pakaian jadi buatan dalam negeri kian tergerus dan berpotensi turun menjadi 45%, akibat banjir impor produk sejenis di pasaran domestik. Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy mengatakan produk pakaian jadi buatan dalam negeri saat ini masih mendominasi pasar pakaian jadi di Tanah Air dengan tingkat pengusahaan pasar sebesar 65%. Namun, lonjakan impor pakaian jadi yang kian tak terbendung berpotensi menggerus pasar produk domestik tersebut menjadi lebih kecil dari saat ini dan bahkan berpeluang kembali ke kondisi sebelum 2005 di mana pangsa pasarnya hanya sebesar 40-45%. Lonjakan impor ini tak bisa dibendung. Sekarang pangsa pasar kita 65%. Market share ini berpeluang jadi 45% atau bahkan kembali ke level sebelum 2005 yang pernah sampai 40%, kata Ernovian kepada Bisnis, hari ini.(msb)

Pasar Indomie di ritel modern stabil


Rabu, 13/10/2010 16:56:09 WIB

Oleh: Arif Pitoyo JAKARTA: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengungkapkan isu penarikan produk Indomie di Taiwan tidak memengaruhi omzet penjualannya di gerai ritel modern di Indonesia. Ketua Harian Aprindo Tutum Rahanta mengatakan tidak ada penurunan penjualan produk mi instan tersebut di ritel modern sementara pasokan dari produsennya tetap lancar seperti sedia kala. Selama belum ada permintaan dari pihak yang berwenang, maka ritel modern tidak akan menarik produk tertentu, termasuk Indomie, tegasnya kepada Bisnis hari ini. Pemerintah Taiwan menarik peredaran produk Indomie asal Indonesia karena terindikasi terdapat kandungan bahan pengawet E218 atau Methyl P-Hydroxybenzoate. Pemerintah Taiwan memang tidak membolehkan penggunaan bahan pengawet tersebut dalam produk-produk makanannya, tetapi sudah sekitar 20 tahun PT Indofood memasok produknya ke negara tersebut tanpa dipermasalahkan. Tutum menilai pasar mi instan, terutama Indomie di gerai ritel modern masih sangat menjanjikan, bahkan termasuk yang paling laku diantara barang-barang lainnya. Ketika disinggung mengenai adanya indikasi perang bisnis yang melatarbelakangi penarikan produk tersebut di Taiwan, Tutum menolak berkomentar. Kami hanya menjual produk selama ada permintaan dan selama masih memenuhi persyaratan standardisasi di Indonesia. Di luar hal itu merupakan masalah internal masing-masing pemasok, ujarnya.(api)

Malaysia dominasi pasar makanan minuman RI


Selasa, 12/10/2010 19:05:42 WIB

Oleh: Maria Y. Benyamin

JAKARTA: Malaysia mendominasi nilai impor terbesar untuk produk makanan dan minuman (mamin) yang masuk ke pasar domestik selama Januari-September dengan pangsa pasar hampir 17% dari total nilai impor mamin sebesar US$153 juta. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan yang diolah dari Laporan Surveyor di pelabuhan muat, total nilai impor produk makanan dan minuman yang masuk ke dalam negeri selama sembilan bulan pertama tahun ini sebesar US$25,8 juta. Dominasi Malaysia tersebut sekaligus mengukuhkan negara tersebut sebagai pemasok produk makanan dan minuman impor yang beredar di pasar dalam negeri, disusul China yang menguasai pangsa pasar produk mamin impor sebesar 15%. Namun, apabila dilihat dari perkembangan impor bulan per bulan selama tahun ini, Malaysia dan China selalu menempati posisi teratas secara bergantian. Pada dua bulan pertama tahun ini, China menguasai pasar mamin impor, sebelum akhirnya diambil alih Malaysia pada Maret. Pada April dan Mei, China kembali mengusai pasar domestik sebelum akhirnya digeser oleh Malaysia selama tiga bulan berturut-turut. Adapun pada September, nilai impor makanan dan minuman terbesar kembali didominasi oleh China. Secara keseluruhan, nilai impor produk makanan dan minuman selama JanuariSeptember mengalami lonjakan 27% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar US$120 juta. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan lonjakan impor produk makanan dan minuman tersebut dipengaruhi oleh tingginya konsumsi di dalam negeri. Impor produk ini memang meningkat. Ini menunjukkan adanya peningkatan konsumsi di dalam negeri. Indonesia adalah pasar yang sangat besar dengan pertumbuhan manusia yang cukup tinggi. Tentu ini sasaran pasar yang potensial bagi negara lain, kata Adhi kepada Bisnis, kemarin.(msb)

Target transaksi Trade Expo Indonesia US$300 juta


Rabu, 13/10/2010 17:38:44 WIB

Oleh: Maria Y. Benyamin & Martin Sihombing JAKARTA: Pemerintah menargetkan nilai transaksi selama Trade Expo Indonesia ke-25, yang akan berlangsung 13-17 Oktober di Jakarta International Expo Kemayoran, sebesar US$300 juta. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan nilai transaksi expo pada tahun lalu US$285,4 juta. "Trade Expo Indonesia rata-rata meningkat 16% setiap tahun," ujarnya pada pembukaan TEI ke-25 yang dibuka oleh Wakil Presiden Boediono di Jakarta International Expo Kemayoran Jakarta, hari ini. Tahun ini, Mendag berharap, aneka produk ekspor unggulan dan produk ekspor potensial yang ditampilkan oleh 810 peserta dapat menarik lebih banyak pembeli melakukan transaksi pembelian. TEI tahun ini diperkirakan akan didatangi 8.000 pengunjung dari dalam dan luar negeri. "Lebih banyak dari jumlah pengunjung TEI 2009 yang mencapai 7.914 pengunjung," ujarnya. Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Peningkatan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Hesti Indah Kresnarini mengatakan pada tahun ini ada 24 atase perdagangan dan 19 kantor promosi dagang Indonesia di luar negeri (Indonesian Trade and Promotion Center atau ITPC) yang hadir serta membawa sekitar 500 delegasi misi dagang. Delegasi misi dagang yang datang ke pameran, kata Hesti, a.l. dari Jepang, Kamboja, Korea Selatan, Pakistan, Fiji, Kolombia, India, Kanada, Meksiko, Slovakia, Uni Emirat Arab, Afrika Selatan, Malaysia, Nepal, Yordania, Libia, Afganistan, Irak dan Banglades. (msb)
Referensi : (http://web.bisnis.com/sektor-riil/perdagangan/1id214957.html)

Anda mungkin juga menyukai