Anda di halaman 1dari 26

Jumat, 07 Mei 2010

SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN PADA BELOKAN-U (BUKAAN MEDIAN) DI JALAN T. HASAN DEK, BANDA ACEH
Oleh

NOVIAR CHALIQ 0704101010030 TEKNIK SIPIL

Latar Belakang
Setelah beberapa tahun terjadinya bencana alam Gempa dan Tsunami yang melanda sebagian besar pesisir Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, telah mengakibatkan kehancuran atau merusak berbagai macam fasilitas umum salah satunya jalan raya. Hal ini menyebabkan munculnya sub-sub kegiatan perekonomian yang berakibat pada perubahan aliran lalu lintas di Kota Banda Aceh. Seperti kita lihat beberapa ruas jalan kota Banda Aceh terdapat BelokanU (Bukaan median).

Permasalahan
Salah satu perubahan dan permasalahan yang terjadi yaitu aliran lalu lintas pada Belokan-U (Bukaan median) di Jalan T. Hasan Dek dan merupakan masalah transpotasi yang secara visual dapat dilihat terjadinya delay (perlambatan) dan kemacetan lalu lintas akibat adanya kendaraan yang memutar balik arah

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan akan berlanjut pada perbaikan tingkat pelayanan jalan akibat adanya bukaan median di jalan T. Hasan Dek, Banda Aceh.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Volume Konflik Lalu Lintas
Dalam highway capacity manual, (HCM 1985 : 10-4) disebutkan bahwa keadaan aliran konflik pada persimpangan tanpa lampu lalu lintas relatif kompleks. Setiap pergerakan lalu lintas menghadapi sejumlah konflik yang berbeda yang secara langsung berkaitan dengan kondisi lapangan dari pergerakan-pergerakan tersebut.

2.2 Ukuran Kritikal gap


Kritikal gap didefinisikan sebagai nilai tengah dari headway antara dua kendaraan pada aliran lalu lintas di jalan utama yang dapat diterima oleh pengemudi untuk dapat memotong dan atau berbaur ke aliran jalan utama. Kritikal gap disimbolkan sebagai Tc dengan satuan detik (highway capacity manual, HCM 1985 : 10-5).

2.3

Nilai Kritikal Gap

Menurut Highway Capacity Manual, (HCM 1985 : 10-6). Nilai Kritikal Gap dipilih melalui 2 langkah :
1. Besar kritikal gap awal dipilih berdasarkan jenis gerakan, jenis kontrol dan kecepatan lalu lintas jalan utama.

2. Penyesuaian dan modifikasi terhadap nilai kritikal gap awal


dipilih dari bagian kedua berdasarkan sejumlah kondisi menurut batasan-batasan yang diberikan.

Pengaruh dari jarak pandang yang kurang, merupakan faktor kompleks yang memerlukan penyesuaian. Faktor-faktor tersebut adalah seperti catatan jumlah kecelakaan, respon pengemudi dan penerimaan gap, volume lalu lintas, dan ukuran jarak pandang yang perlu dipertimbangkan.

2.4. Kapasitas Potensial Untuk Sebuah Pergerakan


Diuraikan dalam Highway Capacity Manual, (HCM 1985 : 10-6), kapasitas potensial dari sebuah pergerakan disimbolkan dengan CPi (untuk gerakan i) dan didefinisikan sebagai kapasitas ideal untuk pergerakan tersebut dan mengasumsikan kondisi-kondisi berikut : Lalu lintas di jalan utama tidak menghalangi jalan minor Lalu lintas dari persimpangan di sekitarnya telah terputus dengan lalu lintas di persimpangan yang dimaksud. Lajur khusus disediakan di jalan minor Tidak ada gerakan yang menghalangi gerakan dimaksud

2.5.

Dampak Dari Halangan

Diketahui bahwa kendaraan menggunakan gap di persimpangan dengan prioritas saat lalu lintas dalam keadaan padat.pada pergerakan dengan prioritas utama akan menghalangi pergerakan kendaraan dengan prioritas-prioritas utama akan menghalangi pergerakan kendaraan dengan prioritas yang lebih rendah.untuk menggunakan gap aliran lalu lintas mengurangi kapasitas potensial dari gerakan tersebut (Highway capacity manual, HCM 1985 : 10-6).

2.6.

Kapasitas Dari Shared-Lane

Dalam highway capacity manual, (HCM 1985 : 10-9) menyatakan bahwa sering kali persimpangan dengan jari-jari sudut belok yang besar akan mengakibatkan kendaraan dapat berhenti dengan dua kendaraan di satu lajur. Hal ini akan mengurangi atau menghilangkan dampak dari shared-lane. Pada saat sejumlah gerakan kendaraan berbagi di sebuah lajur dan tidak dapat diisi oleh dua kendaraan yang sejajar pada satu lajur.

2.7.

Kriteria Tingkat Pelayanan Highway Capacity Manual, (HCM 1985 : 10-9) menyatakan bahwa perhitungan yang telah dijelaskan di atas adalah untuk persimpangan dengan kontrol stop atau yield. Nilai tersebut dihitung dengan : CR = CSH V

Dimana : CR CSH V

= Kapasitas yang tersedia dalam smp/jam = Kapasitas lajur shared-lane dalam smp/jam = Volume total yang menggunakan lajur dalam smp/jam

2.8.

Potensi Peningkatan

Highway Capacity Manual, (HCM 1985 : 10-10) mengatakan bahwa, metodologi ini adalah bukan aturan resmi dalam mempertimbangkan penggunaan lampu lalu lintas. Saat tingkat pelayanan telah tidak dapat diterima di sebuah persimpangan tanpa lampu lalu lintas, sejumlah perbaikan perlu dipertimbangkan antara lain perbaikan jarak pandang, penambahan lajur (stop kontrol dengan lajur banyak) dan lain-lain. Dalam konteks ini kemungkinan penggunaan lampu lalu lintas juga perlu dipertimbangkan dan data standar untuk pertimbangan tersebut perlu diambil dan dianalisis.

2.9.

Volume dan Komposisi Lalu Lintas

Morlok (1985) mengemukakan bahwa volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan melalui satu titik pada jalur gerak untuk satu satuan waktu tertentu biasanya diukur dalam satuan kendaraan persatuan waktu, yang dinyatakan dengan rumus:

q=n/T
Dimana: q = Volume lalu lintas (kend/jam/lajur); n = Jumlah kendaraan yang melintasi tampang (kend/lajur); T = Interval waktu pengamatan (jam)

Menurut Bukhari, dkk (1997 : 14) volume lalu lintas didefinisikan sebagai jumlah lalu lintas yang melewati suatu titik atau tampang dalam satu satuan waktu, jumlah tersebut terdiri dari bermacam-macam jenis kendaraan. Secara garis besar lalu lintas dapat dibedakan atas 2 jenis yaitu kendaraan fisik dan kendaraan bermesin.

Abubakar, dkk (1995 : 51) menyatakan bahwa klasifikasi kendaraan diperlukan untuk mengkonversikan kendaraan ke dalam satuan mobil penumpang (smp),

s t

2.10

Kecepatan Lalu Lintas

Menurut Bukhari, dkk (1997 : 8), kecepatan adalah jarak yang di tempuh kendaraan pada lajur jalan dalam satusatuan waktu tertentu dan biasanya dinyatakan dalam kilometer per jam (km/jam).
s t

Berdasarkan pengertian diatas, definisi kecepatan juga dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

s V= T

Dimana :
V = kecepatan kendaraan (km/jam); S = Jarak yang dilalui oleh masingmasing kendaraan (km): T= Waktu tempuh yang diperlukan masing-masing kendaraan (jam).

METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data digunakan sistem pengamatan langsung di lapangan. Lokasi pengamatan dibagi menjadi 2 pos, yaitu: Pos I (Depan pante pirak market Jln. T. Hasan Dek) Pos II (Sekitar depan Showroom Yamaha jalan T.Hasan Dek)

3.1.1. Geometrik Jalan Pada Bukaan Median Dalam hal ini untuk mengetahui kondisi geometrik jalan pada bukaan median, dilakukan pengukuran baik arah memanjang maupun arah melintang, hal ini meliputi panjang masing-masing pias jalan yang telah dibagi pada dua arah jalan T. Hasan Dek, lebar dan jumlah lajur, lebar median, serta bangunan pelengkap lainnya seperti trotoar. Alat yang digunakan untuk mengukur lebar perkerasan dan lebar bahu dilakukan dengan menggunakan alat ukur (meteran). Sedangkan untuk mengukur pias pengamatan kecepatan yaitu menggunakan alat ukur Speedometer kendaraan.

3.1.2. Volume lalu lintas


Pengumpulan data volume lalu-lintas dilakukan secara manual dengan mencatat langsung jumlah berbagai jenis kendaraan yang melewati setiap pos pengamatan (yang telah ditentukan) untuk tiap-tiap lajur pada masing-masing jalan. Periode pencatatan selama 3 hari selama seminggu untuk tiap-tiap lajur, yaitu meliputi: hari Selasa, hari Jum'at, dan hari Minggu. Kegiatan pencatatan untuk setiap harinya dimulai dari jam 07.00 Wib-19.00 Wib dengan interval waktu pengamatan setiap 15 menit.

3.1.3. Kecepatan Lalu Lintas

Kecepatan yang diamati pada penelitian yang akan dilakukan adalah kecepatan setempat, berjumlah 2 orang, yang ditempatkan pada garis awal dan akhir dari pias pengamatan. Peralatan yang digunakan adalah stopwatch.

3.2 Metode Pengolahan Data


Pada bab ini dilakukan cara pengolahan data untuk mendapatkan kapasitas dan tingkat pelayanan berdasarkan kondisi geometrik jalan. Pada pengolahan data antara lain volume lalu lintas dapat dilakukan dengan memasukkan angka jumlah kendaraan yang melintasi tampang melintang jalan yang telah ditentukan dibagi dengan interval waktu pengamatan dan dikalikan dengan angka ekivalensi sesuai dengan jenis kendaraan, lalu dikalikan lagi dengan angka ekivalensi arah pergerakan kendaraan.

Sketsa Volume Konflik Lalu Lintas

Jl. Lr. Kesdam Jl.Lr. Kesdam

Lokasi Pengamatan
V2 V2

Jl. T. Hasan Dek

Jl. T. Hasan Dek

V1
Lokasi Pengamatan

Jl. T. T. Hasan Dek Dek Jl. Hasan


V4

V3 V3

V4

Jl. Keuchik Saman

3.3

Analisa data

Dari hasil pengolahan data akan didapat perhitungan kapasitas shared-lane, maka tingkat pelayanan dapat diketahui. Setelah tingkat pelayanan diketahui, ini akan dilihat apakah tinGkat pelayanan lebih rendah dari tingkat pelayanan rencana (TP<TP C), maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan geometrik jalan pada bukaan median. Tapi bila tingkat pelayanan lebih baik dari tingkat pelayanan rencana (TP>TP C) maka cukup dengan pengaturan lalu lintas.

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Adapun yang akan dihasilkan dari penelitian ini adalah :

Volume lalu lintas konflik didapat dari perhitungan setengah volume jalan utama maka didapat volume lalu lintas konflik pada ruas jalan T. Hasan Dek Banda Aceh. Adapun kecepatan lalu lintas dihasilkan dari perhitungan jarak pada pias pengamatan yang telah ditentukan, kemudian hasilnya dirata-ratakan. Kapasitas shared-lane didapat dari volume lalu lintas konflik, kritikal gap dan kapasitas potensial. Untuk tingkat pelayanan didapat dari perhitungan volume lalu lintas konflik dan kapasitas, baik itu kapasitas potensial juga kapasitas shared-lane.

4.2

Pembahasan

Hasil penelitian untuk tingkat pelayanan akan didapat apakah tingkat pelayanan lebih rendah dari tingkat pelayanan rencana (TP<TP C), hal ini dapat dilakukan dengan perbaikan-perbaikan geometrik jalan. Perbaikan geometrik jalan tersebut dilakukan dengan memperkecil lebar median. Dengan demikian maka bertambah lagi lajur untuk kendaraan yang akan berputar balik arah pada bukaan median berupa bentuk setengah leher botol (half bottle) dan bila tingkat pelayanan masih dalam batas yang diperbolehkan maka perlu pemasangan rambu lalu lintas menurut aturan yang telah ditetapkan.

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan yang didasarkan dari tingkat pelayanan, apakah perlu perbaikan geometrik atau hanya penambahan rambu lalu lintas sehingga arus lalu lintas dapat berjalan lancar sesui dengan kecepatan yang telah ditetapkan menurut kelas jalan.

5.2

Saran

Disarankan sesuai hal-hal yang diperlukan yang didapat dari hasil pembahasan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai