Anda di halaman 1dari 47

BAB 5 KARAKTERISASI MATERIAL

Budi Santoso Dept. Teknik Mesin UNISMA

TEKNIK MESIN
5.1 Sarana Karateristik Penelitian material dengan berkas dradiasi ataupartikel berenergi tinggi. Radiasi bersifat elektromagnetik dan dapat bersifat monokromatik atau polikromatik; spektru elektromagnetik (gbr 5.1) dengan jelas menunjukkan rentang energi yg dapat digunakan. Cara utama meneliti bantuan : Cahaya Sinar X Elektron Neutron struktur logan dengan

5.1 Sarana krakteristik

Figure 5.1 Spektrum radiasi elektromagnetik (from Askeland, 1990, p. 732; by permission of Chapman and Hall).

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 2

TEKNIK MESIN

5.2 Mikroskopi cahaya

5.2 Mikrokoskopi cahaya 5.2.1 Prinsip Dasar Mikroskop cahaya menyediakan gambaran struktur 2 dimensional dengan pembesaran total dari 40x hingga 1250x. Tingkat serangan bahan kimia peka terhadap orientasi kristas dan aggregat polikristalin yang dietsa akan menampilkan struktur butirnya dengan jelas Gbr.2a

Figure 5.2 (a) Refleksi cahaya dari spesimen yg dietsa. (b) Pengguna minyak untuk peningkatan orpertur numerik lensa obyektif. Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 3

TEKNIK MESIN
5.2.2 Beberapa teknik mikroskopis 5.2.2.1 Mikroskopis kontras-fasa Mikroskopis kontras-fasa merupakan tekinik yang digunakan untuk mempelajari ciri permukaan kusus meskipun tidak diperoleh kontras warna atau refleksivitas. Cahaya yg dipantulkan oleh depresi kecil dalam specimen metalografi akan meninggalkan fasa sebesar fraksi panjang gelombang caha tertentu.

5.2 Mikroskopi cahaya

Figure 5.3 Rentang pembesaran berguna pada mikroskop cahaya (from Optical Systems for the Microscope, 1967, p. 15; by courtesy of Carl Zeiss, Germany). Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 4

TEKNIK MESIN

5.2 Mikroskopi cahaya

5.2.2.2 Mikroskopi cahaya terpolarisasi Cahaya terpolarisasi diperlihatkan pada gambar 5.4 b Penerapan ini tergantung pada fakta bahwa cahaya terpolarisasi bidang yang jatuh tegak lurus pada pemukaan lubang isotropik secara optik akan direfleksikan atau dipantulkan tanpa perubahan.

Figure 5.4 Skema susunan sistim mikroskop untuk (a) mikroskopi kontras fasa (b) kikroskopi cahaya terpolarisasi

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 5

TEKNIK MESIN
5.2.2.3 Mikroskopi dudukan-panas Digunakan untuk mengamati formasi fasa dan perubahan struktur dalam logam, keramik dan polimer pada pembesaran tinggi ketika dipanaskan 5.2.2.4 Pengujian mikrokekerasan Pengukuran kekerasan dengan bantuan piranti mikroskop, mencakup indontor intan dan sarana pemberian beban ringan. Gambar 5.5 garis meyer dengan keminringan n yang menggambarkan kebergantungan nilai mikrokekerasan pada beban untuk material tertentu

5.2 Mikroskopi cahaya

Figure 5.5 Garis Meyer untuk material dgn kekerasan bergantungbahan (by courtesy of Carl Zeiss, Germany). Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 6

TEKNIK MESIN

5.2 Mikroskopi cahaya

5.2.2.5 Mikroskopi kuantitatif Beasr butir dalam struktur metalik biasanya diukur dengan metode ASTM (McQuaid-Ehn). Pda metode ini, mikrostruktur yang sietsa dibandingkan dengan diagram atau set foto standar dengan perbesaran standar 100x. Misalnya daerah pandang tertentu mengandungfasa gelap dan matriks berwarna cerah Gbr.5.6a Diagram gambar 5.7 menunjukan beberapa persamaan stereologi yang dapat digunakan menghitung besaran tak terukur

Figure 5.6 Perbandingan berbagai metode untuk mengukur fraksi luas. Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 7

TEKNIK MESIN
Diagram gambar 5.7 menunjukan persamaan stereologi yang dapat menghitung besaran tak terukur beberapa digunakan

5.3 Analisis difraksi sinar-X

5.3.1 Produksi dan absorpsi sinar-X Pemanfaatan metode difraksi memegang peran sangat penting untuk analisis pendataan kristalin. Sinar-X adalah suatu radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang = 0.1nm yang lebih pendek dibandingkan gelombang cahaya =400-800nm. Apabila logam ditembak dengan elektron cepat dalam tabung vakum maka dihasilkan sinar-X Radiasi yang dipancarkan seperti gbr 5.8a

Figure 5.7 Hubungan antara besaran stereologis. Budi Santoso


Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 8

TEKNIK MESIN
Gambar 5.8 memeperlihatkan bahwa sesungguhnya eksitasi yang satu tidak dapat tanpa yg lainya dan karekteristik radiasi K yang bersal dari target tembaga secara rinci terdiri dari doublet K kuat dan garis K yg lebih lemah 5.3.2 Difraksi sinar X oleh kristal Persyaratan yg harus dipenuhi : 1. Kisi-kisi bersifat periodik 2. Panjang gelombang cahaya memiliki orde yang sama dengan jarak kisi2 yang akan ditentukan.

5.3 Analisis difraksi sinar-X

Figure 5.8 (a) distribusi intensitas sinar-X yg berasal (b) ketergantungan koefisien absopsi masa pada panjang gelombang sinaX utk Nikel Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 9

TEKNIK MESIN

5.3 Analisis difraksi sinar-X

Gambar 5.9a memperlihatkan berkas sinarXdengan panjang gelombang yangjatuh dengan sudut pada set bidang kristal dengan jarak d

Figure 5.9 (a) Difraksi dr bidang kristal (b) bentuk kurva hamburan atom untuk almunium dan seng.

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 10

TEKNIK MESIN
5.3.3 Metode difraksi sinar X 5.3.3.1 Metode Laue Pd metode ini Kristal tunggal disinari berkar radiasi putih . Karena spesimen merupakan kristal tunggal dengan posisi tetap, dan agar semua bidang kristal memenuhi hukum Bragg amak variabel yang berubah disini adalah panjang gelombang dari berkas yang memiliki rentang gelombang tertentu.

5.3 Analisis difraksi sinar-X

Figure 5.10 (a) difraksi sinarX dengan metode Laue. (b) Fotograf transmisi Laue dari seng yang mengalami deformasi, tampak asterisme (after Cahn, 1949). Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 11

TEKNIK MESIN

5.3 Analisis difraksi sinar-X

5.3.3.2 Metode serbuk Metode serbuk yang dikembangkan secara terpisah oleh Debye dan Scherr, merupakan teknik sinar X yang paling bermanfaat. Pada metode ini digunakan radiasi monokromatik dan specimen halus atau kawat polikristalin berbutir halus.

Apabila film dipasang diseputar spesimen seperti gbr 5.11 terbentuk sudut terdifraksi berurutan terdiri dari berkas yang berasal dari ratusan buti

Figure 5.11 Difraksi sinar X metode serbuk

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 12

TEKNIK MESIN

5.3 Analisis difraksi sinar-X

Kerucut memotong film dan memebntuk kurva kosentris diseputar lubang masuk dan keluar. Contoh gambar 5.12 pola material bcc dan fcc

Figure 5.12 Foto serbuk yang diambil dengan kamera Philifs (114 mm radius) of (a) besi dengan radiasi kobalt menggunakan filter besi (b) Almunium dengan radiasi tembaga menggunakan filter nikel. Garis sudut besar dan refleksi terpisah untuk =K1 dan =K2.

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 13

TEKNIK MESIN
5.3.3.3 Difraktometri sinar X Sinar X dapat dideteksi menggunakan tabung pencacah (jenis Geiger, proposional, skintilasi) beserta rangkaian listrik. Susunan geometrik defraktometer pada gambar 5.13 a

5.3 Analisis difraksi sinar-X

Figure 5.13 Geometri (a) difraktometer konvensional and (b) Difraktometer hamburan sudut kecil, (c) rekaman catatan pola difraksi serbuk almunium dengan radiasi tembaga dan filter nikel

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 14

TEKNIK MESIN

5.3 Analisis difraksi sinar-X

5.3.3.4 Topografi sinar X Sinar X dapat digunakan untuk mepelajari cacat pada kristal individu dengan mendeteksi perbedaan intensitas defraksi didaerah kristal dekat dislokasi dan daerah kristal yang lebih mendekati kesempurnaan. Gbr 5.14a memeprlihatkan skema susunan percobaan dengan radiasi K monokromatik yang terhimpun beserta rekaman foto

Figure 5.14 (a) Geometri teknik topografi sinarX, (b) Topografi kristal tunggal magnesium dengan loop dislokasi g=010 (after Vale and Smallman, 1977).

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 15

TEKNIK MESIN
5.3.4 Prosedur interpretatif tipikal untuk pola difraksi 5.3.4.1 Intensitas difraksi Berbagai penerapan metode serbuk bergantung pada ketelitian pengukuran posisi garis atau intersitas garis. Susunan garis difraksi pada setiap pola merupakan karakteristik material yang diperiksa, sehingga identifikasi fasa yg tidak diketahui menggunakan metode ini.

5.3 Analisis difraksi sinar-X

Figure 5.15 (a) 1 0 0 reflection from bcc cell showing interference of diffracted rays, (b) 2 0 0 reflection showing reinforcement (after Barrett, 1952; courtesy of McGraw-Hill). Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 16

TEKNIK MESIN
Pola difraksi terkait mengandung garis bila N=3,4,8,11,12,16,19,20 dst, dan ciri karakteristik susunan tersebut adalah urutan dua garis berdekatan dan satu garis terpisah seperti gbr 5.12b 5.3.4.2 Penentuan parameter kisi Metode serbuk paling sering digunakan untuk menentukan parameter kisi dgn teliti. Parameter presisi penting untuk penelitian koefisien muai termal, penentuan kerapatan, variasi sifat dengan komposisi, presipitasi laurtan padat dan tegangan termal. Gbr 5.16 memeperlihat prinsip metode ini.

5.3 Analisis difraksi sinar-X

Figure 5.16 (a) and (b) Phase-boundary determination using lattice parameter measurements. Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 17

TEKNIK MESIN
5.3.4.3 Pelebaran garis Pengaruh dari faktor peralatan seperti lebar celah, kondisi spesimen dan sebaran panjang gelombang. Selain itu garis dapat melebar akibat regangan kisi didaerah difraksi kristal dan keterbatasan ukuran spesimen. 5.3.4.4 Hamburan sudut kecil Sudut kecil terjadi karena material yang inhomogen. Susunan yg cocok untuk penelitian ini gbr 5.13b 5.3.4.5 Konsep kisi resiprokal Hukum Bragg menunjukan bahwa kondisi difraksi bergantung pada geometri kumpulan bidang kristal. Kisi resiprokal disusun dr kisi real dengan menarik garis dari titik asal tegak lurus bidang kisi hkl seprti gbr 5.17

5.3 Analisis difraksi sinar-X

Figure 5.17 Kisi reciprocall fcc

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 18

TEKNIK MESIN
Pemotongan permukaaan bola tempat kedudukan ini dengan permukaan bola pantul merupakan lingkaran kecil dengan sumbu berkas jatuh seperti gbr 5.19

5.3 Analisis difraksi sinar-X

Figure 5.18 Konstuksi bola refleksi Ewald

Figure 5.19 Prinsip metode serbuk. Budi Santoso


Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 19

TEKNIK MESIN

5.4 Mikroskopi elektron analitis

5.4.1 Interaksi antara berkas elektron dengan padatan Berkas elektron mengenaispesimen padat, terjadi beberapa interaksi yang dapat memeberikan keterangan mengenai struktur material tersebut. Gbr 5.20 memperlihatkan interaksi tsb

Figure 5.20 hamburan dari elektron jatuh oleh lembaran tipis. Pada spesimen berkas yang ditransisikan, elastis maupun anelastis diabsorpsi

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 20

TEKNIK MESIN

5.4 Mikroskopi elektron analitis

5.4.2 Mikroskop elektron transmisi (TEM) Untuk meningkatka daya resolusi mikroskop perlu dimanfaatkan gelombang dengan panjang gelombang yg lebih pendek. Maka mikroskop elektron dapat melihat dimensi kurang dr 1nm. Susunan dasar mikroskop transmisi seperti gbr 5.12

Figure 5.21 Skema susunan sistem mikroskop elektron transmisi dasar Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 21

TEKNIK MESIN

5.4 Mikroskopi elektron analitis

5.4.3 Mikroskop elektron scan Stuktur permukaan logam dapat dilihat dengan TEM menggunakan replika tipis transparan dari topografi permukaan. Ada tiga jenis replika yaitu Oksida, plastik dan replika karbon Diagaran SEM dapat dilihat gbr 5.22

Figure 5.22 Skema dasar mikroskop scan elektron (courtesy of Cambridge Instrument Co.). Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 22

TEKNIK MESIN
Elektron Backsrattered sangat peka terhadap nomor atomik Z sehingga sanagt penting untukmenunjukan kontras perubahaan komposisi bgr 5.23 Kontran orientasi kontras penyaluran dari Fe3% Si setelah rekristalisasi sekunder dan pola penyaluran dapat dianalisi untuk membuktikan bhw butir baru memiliki tekstur Goss gbr 5.24

5.4 Mikroskopi elektron analitis

Figure 5.23 Citra elektron hambur-balik akibat kontras nomor atomik paduan 70Ag30Cu alloy showing (a) -dendrites C eutectic and (b) eutectic (courtesy of B. W. Hutchinson).

Figure 5.24 (a) Citra elektron hambur balik (b) pola penyaluran terkait berasal dari Fe3%Si terkristalisasi sekunder (courtesy of B. W. Hutchinson). Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 23

TEKNIK MESIN

5.4 Mikroskopi elektron analitis

5.4.4 Aspek teoretis TEM 5.4.4.1 Pembentukan citra dan difraksi Pemeriksaan material dapat dilakukan dengan berkas elektron yang mengenai permukaan pada sudut jatuh kecil Mikroskop elektron disusun untuk teknik transmisi karena dapat memperoleh informasi tambahan mengenai. Diagram berkas kedua mode operasi, pembuatan citra dan difraksi diperlihatkan gbr 5.25

Figure 5.25 Schematic ray diagrams for (a) pencitraan dan (b) diffraction.

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 24

TEKNIK MESIN

5.4 Mikroskopi elektron analitis

Apabila hanya sinar difraksi yang dibiarkan melalui arpertur dengan memiringkan berkas jatuh maka diperoleh kontras pada latar belakang gelap yang disebut citra medan gelap. Kedua susunan ini dapat dilihat pada gbr 5.26

Figure 5.26 Skema diagram yang menggambarkan pembentukan citra (a) medan-cerah and (b) medan gelap

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 25

TEKNIK MESIN
Dislokasi dapat dilihat sengan bantuan mikroskop elektron karena dislokasi nmengubah orientasi kristal setempat dan terjadi perubahan itensitas difraksi gbr 5.27

5.4 Mikroskopi elektron analitis

Figure 5.27 Mekanisme kontras difraksi: bidang di sebelahkana dislokasi dibengkokkan sehingga hampir memenuhi kondisi bragg dan intensitas berkas langsung yang muncul dari kristal berkurang.

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 26

TEKNIK MESIN

5.4 Mikroskopi elektron analitis

Figure 5.29 Skema diagram untuk menjelaskan penentuan s pada posisi simetri, bersama pola difraksi terkait

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 27

TEKNIK MESIN

5.4 Mikroskopi elektron analitis

Garis Kikuchi terjadi akibat sinar hamburan anelitas berasal dari titik P dalam spesimen Gbr 5.30

Figure 5.30 Kikuchi lines. (a) pembentukan peta kikuchi (b) polankikuchi kristal fcc Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 28

TEKNIK MESIN

5.4 Mikroskopi elektron analitis

5.4.4.2 Pola difraksi berkas konvergen Difraksi berkas konvergen gbr 5.31a. Cakram intensitas yg terbentuk dibidang fokus belakang mengadung salah saty dari tiga jenis informasi sbb : 1. Fringer 2. Informasi sudut besar 3. Struktur terinci

Figure 5.31 (a) Skema pembentukan pola difraksi berkas konvergen dibidang fokus belakang lensa obyektif, (b) and (c) h1 1 1i CBDPs from Si; (b) lapisan nol dan HOLZ (Higher Order Laue Zones) dalam berkas langsung (c) lapisan nolFOLZ (First Order Laue Zones). Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 29

TEKNIK MESIN

5.4 Mikroskopi elektron analitis

5.4.4.3 Mikrokoskopi elektron tegangan lebih tinggi Keterbatasan mikroskop elektron transmisi konvensional (CTEM) terletak pada tipisnya specimen yanga dapat diuji (50-500nm) Sample elemen berat, karena hanya mengandung partikel dan ciri struktural lain yang serba terbatas dan menghambat penelitian proses dinamis (deformasi, anil) 5.4.5 Mikroanalisis kimia 5.4.5.1 Pemanfaatan sinarX karakteristik Mikro probe elektron (EPMA) ketelitian analitis sampai 0,1%. Keterbatasanya untuk sample curah adalh kenyataan bahwa volume spesimen yang menghasilkan sinar X relatif tidak tergantung pada ukuran probe elektron, karena elastis sudut besar dari elektron dalam spesimen menghasilkan sinar X gbr 5.32

Figure 5.32 Skema diagramEDX dan EELS pada TEM

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 30

TEKNIK MESIN

5.4 Mikroskopi elektron analitis

TEM mutahir menggunakan sistem detektor khusus seperti gbr 5.33

Figure 5.33 Schematic diagram of EDX and EELS pada TEM.

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 31

TEKNIK MESIN

5.4 Mikroskopi elektron analitis

Gambar 5.34 Sinar X masuk melalui jendela Be yang tipis dan menghasilkan pasangan elektron lubang dalam Si-Li

Figure 5.34 Skema diagram detektor sinar SiLi X

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 32

TEKNIK MESIN

5.4 Mikroskopi elektron analitis

Table 5.2 Relationships between measured intensities and composition for a NiAl alloy

5.4.5.2 Mikronalisis elektron pada lembaran tipis Kehilnagan energi rata2 yang dialami elektron ketika lembaran tipis hanya sekitar 20% Spektrum sederhana untuk NiAl stoikiometrik pada gambar 5.35 dan nilai Ni AL dan yang diperoleh IK . IK setelah dikurangi latar belakang terdapat pd tabel 5.2

Figure 5.35 EDX spectrum from a stoichiometric NiAl specimen

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 33

TEKNIK MESIN

5.4 Mikroskopi elektron analitis

5.4.6 Spektroskopi kehilangan energi elektron (EELS, electron energy loss spectroscopy) Keterbatasan EDK dengan detektor tanpa-jendela mengakibatkan tumpang tindih garis spektrum, ini mendorong pengembangan EELS Spektrum EELS pada gbr 3.56 memiliki 3 daerah berbeda : 1. 2. 3. Tidak dihamburkan oleh spesimen Mengalami penghamburan foton(1/40 eV) Dihamburkan secara elastis

5.4.7 Spektroskopi elektron Auger (AES) AES merupakan teknik untuk mempelajari oksidasi, katalisis dan reaksi permukaan lain

Figure 5.36 Skema spektrum kehilangan-energi, memperlihatkan daerah kehilangan-nol dan daerah plasmon bersama tepi karakteristik ionisasi, energy Enl and intensitas Inl. Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 34

TEKNIK MESIN
5.5.1 Lubang etsa Karena dislokasi merupakan daerah energi tinggi, kehadiran diperlihatkan dengan zat pengetsa yang menyerang daerah tersebut secara kimia. Gambar 3.37a Memperlihatkan pola lubang etsa rangkaian tumpukan dislokasi dalam kristal seng 5.5.2 Dekorasi dislokasi Teknik dekorasi untuk menampilkan struktur internal Contoh teknik ini pada gbr 5.37b

5.5 Pengamatan cacat

Figure 5.37 Pengamatan langsung dislokasi. (a) penumpukan dalam kristal tunggal seng (after Gilman, 1956, p. 1000). (b) Sumber Frank-Read dalam silikon (after Dash, 1957; courtesy of John Wiley and Sons).

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 35

TEKNIK MESIN

5.5 Pengamatan cacat

5.5.3 Kontras tegangan dislokasi pada TEM Pengamatan langsung dislokasi dalam material dilakukan dengan penerapan teknik transmisi pada spesimen tipis.

Figure 5.38 (a) pendekatan kolom yang menggunakan untuk menghitung amplituo berkas terdifraksi g pada permukaan dasar kristal. Dislokasi berada pd kedalaman y dan berjarak x dr kolom. (b) Variasi intensitas terhadap kedalaman kristal

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 36

TEKNIK MESIN
5.5.4 Kontras dari kristal-kristal Kristal2 yg diamati dengan mikroskop tampak cerah karena transmisi elektorn yang baik. Namun lembaran umumnya agak melengkung sehingga orientasi kristal relatif terhadap berkas elektron berbeda dari tempat ke tempat dan apabila orientasi bagian kristal sesuai sudut Bragg, terjadi difraksi kuat. 5.5.5 Pembentukan citra dislokasi Gbr 5,39 diperlihatkan kasus dengan orientasi kristal sedemikian rupa sehingga berkas yang jatuh pada bidang refleksi membuat sudut yang lebih besar dari pada sudut bragg. s>0

5.5 Pengamatan cacat

Figure 5.39 Skema diagram yang diperlihatkan ketergantungan posisi citra dislokasi pada kondisi difraksi

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 37

TEKNIK MESIN

5.5 Pengamatan cacat

Figure 5.40 (a) penerapan aplikasi kriteria g.b = 0 efek perubahan kondisi difraksi (lihat pola difraksi disisipan) menyebabkan dislokasi heliks panjang B yang terdapat di (a) menghilang di (b) (after Hirsch, Howie and Whelan, 1960; courtesy of the Royal Society).

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 38

TEKNIK MESIN

5.5 Pengamatan cacat

5.5.6 Pembentukan citra salah susun Kontras pada salah susun terjadi karena cacat tersebut memindahkan bidang refleksi satu terhadap yg lainya,diatas dan dibawah bidang salah, gbr 5.41a 5.5.7 Penerapan teori dinamis Terori ini hanya berlaku untuk lembaran dengantebal kurang dari setengah jarak peniadaan (1/2g) dan absorbsi diabaikan. Tujuan teori ini ad untuk mencakup interaksi antara gelombang terdifraksi dan gelombang yang ditrasmisikan.

Figure 5.41 Schematic diagram showing (a) displacement of reflecting planes by a stacking fault and (b) the condition forg.R D n when the fault would be invisible.
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Budi Santoso

Page 39

TEKNIK MESIN

5.5 Pengamatan cacat

Memperlihatkan intensitas medan cerah dan gelap dari salah susun pda bidang miring, masing2 garis penuh dan putus2

Figure 5.42 Profil intensitas yg dihitung terhadap titik pusat lembaran untuk cacat salah susun dengan = +2/3 kurva penuh untuk citra B.F dan kurva terputus untuk citra D.F (from Hirsch, Howie et al., 1965). Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 40

TEKNIK MESIN
Gbr. 5.43 memperlihatkan contoh kesalahan intrinsik (111)

5.5 Pengamatan cacat

Figure 5.43 Mikrografi medan gelap dan medan cerah dari salah susun intrinsik pada paduan AL-Cu vektor difraksi operasionalnya ad (a) 1 1 1 (b) 1 1 1 and (c) 1 1 1 (after Howie and Valdre, 1963; courtesy of Taylor and Francis). Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 41

TEKNIK MESIN
5.5.8 Mikroskopi berkas-lemah

5.5 Pengamatan cacat

Figure 5.44 Node simetris pd baja tahan karat Fe21Cr14Ni stainless steel with D 18 4 mJ/m2 , (a) B.F. with g D 111 (b) weak beam with g(5g). Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 42

TEKNIK MESIN
5.6.1 Difraksi neutron Table 5.3 memperlihatkan bahwapada elemen daya absorbsi tinggi (Li,B,C) koefisien absorpsi masa mempunyai ordo yg sama dengan absorbsi panjang gelombang sinarX dan elemen lain absorbsi neutron memang jauh lebih rendah

5.6 Teknik penembakan (bombardment) kuhus

Table 5.4 Amplitudo hamburan untuk sinarX dan neutron termal

Table 5.3 Koefisien absorbsi masa sinarX dan neutron

Budi Santoso

Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP

Page 43

TEKNIK MESIN

5.6 Teknik penembakan (bombardment) kuhus

5.6.2 Penelitian radiasi sinkrotron Elektron dari katoda panas tercepat dalam tiga tahapan oleh akselerator linier suatu sinkroton penguat dan cincin penyimpang vakum gbr 5.45a Spektrum radiasi sinkrotron ini sangat luas mulai sinarX gelombang pendek hingga ke rentang inframerah Gbr 5.45b

Figure 5.45 (a) Layout of SRS, Daresbury, and (b) spektrum panjang gelombang radiasi sinkroton (after Barnes, 1990, pp. 708715; by permission of the Institute of Metals). Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 44

TEKNIK MESIN
5.6.3 Spektrometri massa ion-sekunder (SIMS) SIMS pembentukan citra diterapkan untuk meneliti irisan melintang lapisan kerak kompleks yang terbentuk apabila paduan berada dalam lingkungan gas oksida panas (CO dan CO2)

5.6 Teknik penembakan (bombardment) kuhus

Figure 5.46 metode dasar analisis termal. (a) Thermogravimetric analysis (TGA). (b) analisa thermal diferensial (DTA) and (c) kalorimetri scan diferensial (DSC). Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 45

TEKNIK MESIN

5.7 Analisa Thermal

5.7.1 Kemampuan umum analisi termal Gbr 5.47 memperlihatkan 3 metode dasar analisa termal : analisis termogravimetrik (TGA), analisa termal diferensial (DTA) dan kalorimeter scan diferensial (DSC) TGA gbr 5.46a DTA gbr 5.46b DSC gbr 5.46c

Figure 5.47 Examples of thermal analysis (a) TGA untuk dekomposisi karet yg memperlihatkan dekomposisi minyak dan polimer dlm N2 hingga 600 C and karbon hitam diudara ditas 600 C (Hill and Nicholas, 1989), (b) DTA curve for high-alumina cement and Portland cement (Hill and Nicholas, 1989) and (c) DTA curve for a quenched glassy polymer (Hay,1982) Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 46

TEKNIK MESIN
Orpertur mengacu pada ukuran lubang di lensa yang menentukan jumlah cahaya yang jatuh ke film atau sensor Indontor indentor berbentuk bola baja yang dikeraskan atau tungsten karbida, pengujian Rockwell menggunakan indentor kerucut Eksitasi atau pemicu Asterisme mana pola tersebut membentuk suatu gambar layaknya rasi bintang Kosentris terpusat Difraktometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik Skintilasi merupakan peristiwa terpancarnya percikan cahaya Monokromatik cahaya dengan satu panjang gelombang Interpretatif kelompok yang berinteraksi satu sama lain Presipitasi metode berdasarkan pada sifat koagulasi larutan Stoikiometrik jumlah mol masing-masing senyawa Intrinsik motivasi yang menjadi aktif Sinkrotron alat pemercepat partikel bermuatan listrik

TERIMA KASIH
Budi Santoso
Mercedes-Benz Indonesia Bab 5 Metalurgi Fisik / QM/QPP Page 47

Anda mungkin juga menyukai