Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Pendahuluan
Latar Belakang Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Seorang yang paham hukum dan mengetahui peraturan yang tertulis diatas tersebut mungkin merasa tidak asing akan kata-kata itu yang mana telah tertulis dalam pasal 340 KUHP tersebut, dimana pada pasal itu mengatur bahwasanya bila seseorang yang dengan kesengajaan dan juga telah mempunyai rencana terlebih dahulu kemudian melakukan tindak pidana kejahatan yaitu pembunuhan maka dapat diancam dengan hukuman mati atau pidana seumur hidup. Rencana yang dimaksud dalam pasal tersebut adalah bisa saja seorang pelaku tindak pidana pembunuhan tersebut terlebih dahulu menyiapkan alat dan berkehendak, sehingga pembunuhan yang dilakukan telah terpikirkan terlebih dahulu atau dapat dikatakan telah terorganisir bahwa alat yang direncanakan dan disiapka itu nantinya bisa membunuh korban yang menjadi sasaran. Jadi kata berencana disini disyaratkan bahwa pelaku sebelum melakukan tindak pidana pembunuhan telah mempunyai saat untuk menimbang dengan tenang dan berpikir secara mantap terlebih dahulu untuk melaksanakan apa yang telah direncanakan. Dan apabila pada saat pembunuhan yang telah direncanakan itu terjadi tetapi dilakukan terlebih dahulu tindak penganiayaan maka hal itu akan semakin memberatkan sesuai apa yang tertulis pada pasal 355 ayat (1) dan (2). Pada intinya tindak pidana pembunuhan yang direncanakan itu adalah tindakan yang didalamnya ada kesengajaan untuk melakukan tidakan pidana tersebut. Rumusan Masalah : 1. Maksud Kesengajaan 2. Unsur Delik Pembunuhan Berencana 3. Hukuman Pembunuhan Berencana 4. Perbandingan dengan Hukum Pidana Islam dalam kasus Pembunuhan Berencana

BAB II
Pembahasan
1. Maksud Kesengajaan

Kesengajaan berdasar dari kata sengaja yang berarti sesuatu yang dikehendaki oleh si pelaku dengan maksud bahwa si pelaku itu memang benar-benar berniat melakukan suatu tindakan yang berasal dari pikiran sendiri dan bukan dari pikiran orang lain. Dalam hukum kesengajaan atau dolus adalah kemauan untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatanperbuatan yang dilarang atau diperintahkan oleh undang-undang, sehingga disini orang yang akan bertindak itu sebelumnya mempunyai dua pilihan yaitu melakukannya dan tidak melakukan. Ada juga kesengajaan diartikan bahwa dalam kesengajaan itu ada keinginan, kemauan atau kehendak, dengan demikian perbuatan merupakan pelaksanaan dari kehendak. Secara teoritis ada dua bentuk kesengajaan yaitu dolus malus yang berarti kesengajaan itu dikehendaki, sedangkan dolus eventualis sifatnya adalah yang kemungkinan terjadi. Dalam hukum pidana terdapat dua teori tentang pengertian kesengajaan, yaitu teori kehendak dan teori membayangkan. a. Teori kehendak Pada teori kehendak diartikan bahwa kesengajaan itu merupakan kehendak untuk melakukan tindakan dan kehendak menimbulkan akibat dari tindakan itu, jadi akibat yang akan terjadi itu sebelumya sudah dikehendaki oleh pelaku untuk menjadi akibat. b. Teori membayangkan pada teori membayangkan dimaksudkan bahwa seorang pelaku dikatakan sengaja apabila suatu akibat yang ditimbulkan dari suatu tindakan yang dibayangkan sebagai maksud dari tindakan itu, jadi sebelum melakukan tindakan kejahatan si pelaku terlebih dulu membayangkan apa yang akan dia perbuat sehingga timbul suatu akibat. Kesengajaan atau dolus secara umum dibagi menjadi tiga bentuk yaitu : a. Kesengajaan sebagai maksud

Yaitu bahwa si pelaku mengetahui dan menghendaki perbuatannya sehingga maksud disini adalah maksud dari akibat yang ditimbulkan yang mana telah diketahui dan dikehendaki.
b. Kesengajaan sebagai kemungkinan

Yang dimaksud disini sebelum pelaku melakukan tindak kejahatan pelaku tersebut sudah mengetahui dengan pasti atau sudah mengukur akibat dari perbuatannya nanti. c. Kesengajaan sebagai kemungkinan Yang dimaksud disini adalah bahwasannya pelaku memandang bahwa akibat dari perbuatannya yang akan dilakukan dimungkinkan terjadi yang bersifat kemungkinan yang pasti.

2. Unsur Delik Pembunuhan Berencana Sebelum kita membahas unsur delik pada pembunuhan berencana perlu kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan delik adalah tindakan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang tindak pidana, meskipun para akar berpendapat berbeda-beda mengenai pengertian delik, tetapi dapat kita simpulkan bahwa delik itu adalah suatu tindakan yang melawan hukum atau undang-undang pidana. Adapun unsur unsur delik dibagi menjadi dua yaitu unsur subyektif dan unsur obyektif : a. Unsur subyektif Unsur ini adalah unsur yang berasal dari diri pelaku, dan kesalahan yang dimaksud disini adalah kesalahan yang diakibatkan oleh kesengajaan, yang mana kesengajaan yang sebelumya dibahas pada pembahasan sebelum ini yang mempunyai tiga bentuk yaitu kesengajaan sebagai maksud, kesengajaan sebagai kemungkinan, dan kesengajaan sebagai kepastian. Juga terdiri kealpaan yang terbagi dua bentuk yakni tak berhati-hati dan dapat menduga akibat perbuatan itu. b. Unsur obyektif

Unsur obyektif merupakan kebalikan unsur subyekti yang berasal dari diri pelaku, unsur ini berasal dari luar diri pelaku yang terdiri dari : Perbuatan manusia yang terdiri dari Act, yaitu perbuatan aktif atau positif dan omission, yakni perbuatan pasif atau negatif Akibat perbuatan manusia Akibat yang dimaksud adalah akibat yang membahayakan atau merusak seperti misal nyawa, Keadaan-keadaan Pada umumnya dibedakan menjadi dua yaitu keadaan pada saat perbuatan itu di lakukan dan keadaan setelah perbuatan itu dilakukan. Sifat melawan hukum dan sifat dapat dihukum Sifat dapat dihukum berkenaan dengan alasan-alasan yang membebaskan sipelaku dari hukuman sedangkan sifat melawan hukum adalah apabila perbuatan bertentangan dengan hukum. Semua unsur delik tersebut merupakan satu kesatuan yang dapat digunakan untuk memproses suatu tindakan pidana, apabila salah satu unsur tersebut tidak ada pada suatu kasus maka si pelaku dapat bebas dari ancaman pemidanaan. Mari kita formulasikan hakikat delik pada delik pembunuhan yang direncanakan yang mana terdpat pada pasal 340 KUHP. barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Dari ketentuan diatas, unsur-unsur pembunuhan berencana adalah 1. Barang siapa; 2. Dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu;

3. Merampas nyawa orang lain; 4. Merampas atau membunuh dengan rencana yang melawan hukum.

Dilihat dari unsur-unsur pembunuhan berencana tersebut maka dapat dikatakan bahwasannya pembunuhan berencana merupakan delik atau tindakan melawan dan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja oleh seorang pelaku yang tindakannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.

3. Hukuman Pembunuhan Berencana Hukuman adalah bentuk pertanggung jawaban yang ditujukan terhadap pribadi orang yang melakukan pelanggaran pidana, pada pembunuhan berencana ancaman hukumannya dapat dilihat pada pasal 340 KUHP yaitu ancaman pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Pada kasus-kasus yang telah terjadi terdahulu keputusan hukuman tergantung pada hakim dan tingkat kesalahan yang terjadi, bisa saja seseorang itu langsung dijatuhi hukuman mati atau penjara seumur hidup apabila pembunuhan yang direncanakan itu cukup sadis. Tetapi si pelaku setelah putusan hakim dapat mengajukan banding atau kasasi serta grasi, tetapi apabila banding dan grasinya ditolak maka si pelaku diberi kesempatan untuk bertobat atau merenungkan perbuatannya sebelum di eksekusi mati. Akan tetapi pusutan hukuman mati jarang terjadi, biasanya hukumannya pidana penjara seumur hidup atau dalam waktu tertentu.

4. Perbandingan dengan Hukum Pidana Islam dalam kasus Pembunuhan Berencana Jika kita lihat dalam hukum pidana indonesia dimana pembunuhan berencana merupakan tindak pidana yang disengaja dan juga direncanakan terlebih dahulu dengan maksud merampas nyawa seorang lain yang pada peraturan undang-undang pidana diancam dengan hukuman mati atau masih di tolelir dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara dalam waktu tertentu. Pernyataan diatas jika kita bandingkan dengan hukum pidana islam yang menjelaskan bahwa pembunuhan yang disengaja dan direncanakan itu dianggap sebagai suatu jarimah dan juga dianggap dosa paling besar atau akbarul kabair. Dalam hukum islam

pembunuhan disebut jarimah qisos yang mana apabila memenuhi persyaratan si pembunuh dalam hukumannya akan dibunuh juga, misal di hukum gantung yang masih berlaku di negara islam seperti di negara Arab Saudi.

BAB III Kesimpulan


Kesimpulan Dari Pembahasan diatas maka dapat kita simpulkan bahwasannya pembunuhan berencana itu dalah pembunuhan yang sebelumnya itu dikehendaki oleh pelakunya dan si pelaku juga mengetahui akibat yang akan terjadi sebelum pelaku melakukan tindak kejahatan. Dan yang dimaksud berencana adalah bahwa si pembunuh sebelum melakukan kejahatan sebelumnya memiliki pilihan untuk melakukan dan tidak melakukan tindak kejahatan yang dapat menimbulkan akibat sehingga pada dasarnya si pelaku memiliki saat-saat untuk berfikir terlebih dahulu, selain itu juga yang dimaksud dalam rencana adalah si pelaku dengan sengaja mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk melakukan tindak kejahatan guna mempermudak terlaksanakannya tindak kejahatan tersebut Dalam undang-undang hukum pidana indonesia kasus pembunuhan berencana diatur dalam pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, hal ini berbeda dengan hukum islam yang menganggap bahwa pembunuhan yang disenggaja adalah kejam dan bagi pelakunya juga dihukum mati, ini masih berlaku di negara islam seperti di Arab Saudi,

Daftar Pustaka
Marpaung, Leden. 2005. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. Ali, Mahrus. 2011. Dasar-dasar Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. Kansil, C.S.T., Kansil, Christine, S.T., 2007. Latihan Ujian Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. Hakim, Rahmat. 2000. Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah). Bandung: Pustaka Setia. Sahetapy, J.E., 2007. Pidana Mati Dalam Pancasila. Bandug: Citra Aditya Bakti. Schaffmeister, D., Keijzer, N., Sutorius, PH., 2007. Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya Bakti. Marsum. 1984. Jinayat (Hukum-Pidana Islam). Yogyakarta: Penerbitan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana penerbit wipres

HUKUM PIDANA
Pembunuhan Berencana

Oleh

Sulistyo Ardhi Wibowo 10410565 Dosen Pembimbing : Mahrus Ali, S.H.,M.H.

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA


Daftar Pustaka

Ali, Zainuddin. 2007. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika Hakim, Rahmat. 2000. Hukum Pidana Islam (fiqih jinayah). Bandung: Pustaka Setia Marsum. 1984. Jinayat (Hukum-Pidana Islam). Yogyakarta: Penerbitan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. Hanafi, A. 1967. Asas-asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Bulan Bintang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Acara Pidana (KUHAP). Wacana intelektual.

Anda mungkin juga menyukai