Anda di halaman 1dari 3

Romantisme Kesendirian-Gading.

AP Sebuah pijakkan kecil pagi ini membawa ku dalam bentuk jutaan pemikiran yang penuh ingin terangkai. Seperti malam yang akan habis ketika aku menyelesaikan semua tulisan ini, aku percaya bahwa pagi akan senantiasa menunggu ku dan menyapa ku dengan senyumnya yang hangat, senyuman mentari. Aku terpaku pada jalan setapak yang menuntunku tidak pada apa-apa, yang hanya secara mendadak membangunkanku tanpa makna. Seperti anak tangga di gedung ini, cita dan mimpiku membutuhkan jalan yang tepat untuk dapat ku raih dengan tepat, entah aku harus menanjaknya atau bahkan berjalan vertikal untuk dapat meraihnya. Ketulusanku hanyalah tentang sebuah ungkapan yang dapat aku deskripsikan dengan penuh romantisme kehidupan. Ketulusanku adalah tentang bagaimana Ia menunjukkan ku sebuah jalan tentang kesetian, tentang pengorbanan yang takkan pernah ada habisnya. Aku tidak pernah belajar apa-apa tentang segala sesuatu yang kalian coba baca dan pahami. Aku hanya berusaha meneruskan apa yang Tuhan pernah bisikkan ke relung jiwa ini, jiwa tak bertelinga dan tak bermata ini menikmati setiap bisikkannya, yang tak jelas dalam bentuk verbal, audio atau visual. Aku laksana orang ketiga yang mencoba untuk menikmati kebersamaan bersama kekasih orang lain, hal yang sungguh tragis dan menegangkan ketika kita mencoba melaluinya. Ini bentuk karakter diriku, aku mencoba menggabungkan bentuk rupa Ketuhanan, dan bentuk kecintaan manusia. Memadupadankannya kedalam bentuk religius dan romantis. Unik. ... Sejenak aku kembali terpaku pada suatu hal yang sangat unik, tapi aku tidak menemukan sisi menariknya hingga memaksa aku untuk mencatatkannya dalam tulisan ini. Hal itu adalah keunikan tentang keadaan sekitarku yang terlalu dinamis. Aku menertawakan diriku dalam dunia dinamis, yang memaksa orang-orang statis untuk terus tertawa, dan menikmati keadaan mereka sebagai korban kekejaman kedinamisan dunia. Ahh, deskripsiku untuk Ketuhanan Kali ini salah, entah kenapa Dia sungguh membuat seluruh dunia ini dinamis, aku tidak cukup siap menghadapinya, aku tidak cukup bangga dalam keterpurukan ini. Aku hanya butuh Tuhan mengirimkanku lebih banyak refill Hot Cappucino untuk cangkirku yang semakin kosong. Dan kiranya beberapa potong donat Caramel, dan Honey Dipped ini. Kelihatannya malam ini akan berlalu dengan sangat cepat ketika cangkir ini tidak memiliki sesuatu untuk dinikmati. Aku tidak ingin dipaksa untuk mencintai kasurku lebih cepat, aku meminta untuk diberikan waktu untuk berkelahi dengan kantukku sekarang.

Karena pergumulan jiwa dan otak yang semakin kosong akan menuntunku pada kata-kata yang lebih indah, setidaknya lebih emosional dan tidak masuk akal. Kata-kata polos tanpa adanya sensor atau filter untuk menyaringnya akan sangat terasa berhasrat dan penuh dengan penekanan yang terkesan tragis. Emm, itu mungkin secara sederhana aku mencoba memanggil diri ini sendiri masuk kedalam kecintaan terhadap dunia kata dan tulisan. Kecintaan pada hal yang sudah aku mulai dari cukup lama, dari waktu ketika aku sampai kelas 5 SD masih dituntut untuk menulis indah. Aku merasa buat apa dapat menulis secara indah di buku bergaris-garis ini, seperti apapun tulisannya, asal makna dan bahasa yang kita gunakan sangat indah, itu sangat baik bukan. Ya, setidaknya untuk pemikiran anak seperti ku di umur itu. Tapi kini, kita akan sering dihadapkan pada bentuk pencitraan fisik yang akan membunuh kita dalam beberapa detik saja, sama ketika kau ingin membaca tulisan puisi seorang ternama tapi dengan tulisan yang buruk, kesan pertama adalah ketidaksukaan, tapi itulah kesalahan manusia, mereka terlalu berpikir general dan trend. Seandainya mereka mau menjadi orang yang tidak malas dan memaksa diri untuk mengerti arti tulisan itu, pasti akan berbeda dan lebih berasa. Ahh keluar dari topik pembicaraan, sesuatu yang ingin aku sampaikan adalah tentang keseharian ku yang kembali lagi, menikmati waktu-waktu kebahagian yang penuh kesederhanaan, hanya dengan secangkir cappucino atau tiramisu dan cemilan sederhana ini. Indah sekali kebahagiaan dalam hidupku. Aku kembali menemukan waktu-waktu indah ini, waktu yang sempat hilang dalam kehidupan ku yang disibukkan oleh apa yang ku sebut sebagai jawaban tanggung. Kenapa jawaban yang terlalu tanggung, ya sangat tanggung karena apa yang menjadi tanggungan tidak kunjung terjawab dan apa yang menjadi dan telah terjawab tetap saja tanggung. Ahh kalimat terakhir terlalu sampah. Kembali pada kedekatanku dengan waktu-waktu ku ini, waktu dimana aku mampu menuliskan sedikit ide dan curahan hati singkat yang aku rangkai secara kasar ke dalam sebuah media. Aku kembali menemukan diriku mampu menulis dengan sangat panjang, dan kiranya ini cukup panjang dibanding abstrak penelitian yang harus kurang dari 200 kata. Standard. Kedekatan yang dulu aku bisa capai secara lebih ketika masa-masa berbunga, tapi aku rasa aku tidak membutuhkan kembali rasa itu, nampaknya air sungai dan hujan tadi cukup memaksa kedewasaan tumbuh secara cepat dalam jiwa ini,. Aku cukup punya banyak bahan untuk dicurahkan mungkin hingga besok malam. Tapi aku tidak tahu, rasa bosanku akan selalu datang sesuka hatinya, tanpa diundang dan tanpa persiapan, jadi tulisan ini dapat berhenti kapanpun ia mau... rasa bosanku mau lebih tepatnya. Aku menyebut apa yang kini aku rasa adalah sebuah titik balik kehidupanku, menikmati waktu ku tanpa batasan. Menikmati nuansa keanehan diri tanpa ada tekanan dari orang-orang. Ketika diri ini menginginkan untuk mendekat pada sosok lain, dan merasa mendapat penolakan, aku menganggapnya bukan penolakan, aku menerkanya sebagai sebuah dinamika.

Dinamika yang akan menghangatkan hari-hariku, terbiasa menghadapi orang-orang seperti itu akan mengajarkan kita pada hal dan membuat kita berkata, semoga ia merasakan rasa indah dari penolakan. Hahahaha. Ahh,.. paragraf barusan sampah lagi.. Aku menemukan sebuah dinamika yang pernah hilang, potongan kebiasaan yang kembali terajut dalam anyam kehidupanku, sebuah cinta yang dulu telah hilang dan kembali tumbuh,. Sebuah romantisme diri ini pada kesendirian, betapa mesranya waktu ku habiskan bersama dengan kesendirian ini, tanpa sosok apapun yang mengganggu hidupku. Hanya tentang aku, waktu dan pemikiran tulisan ini. Aku berharap semakin bertumbuh dalam waktu yang terbatas, dalam keromantisan yang sudah terjalin. Aku tidak ingin mengecewakan pihak dalam nuansa romantis ini, yaitu diriku sendiri. Inilah aku, dan sekarang ini aku semakin romantis dengan kesendirianku.

Anda mungkin juga menyukai