Anda di halaman 1dari 118

http://inzomnia.wapka.

mobi

HARDY BOYS SINDIKAT PENCURI MOBIL Franklin W. Dixon Djvu: BBSC Edit & Convert: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi ISI 1. Pencurian mobil 2. Pembajakan 3. Pendaratan darurat 4. Lolos dengan cerdik 5. Sarang komplotan 6. Tertangkap 7. Pengintaian 8. Terjebak 9. Ledakan 10. Tertawan 11. Jatuh ke laut 12. Kik balik 13. Tertolong ikan lumba-lumba 14. Menghilang secara misterius 15. Dijual: Sukucadang 16. Tertipu 17. Pak Tua 18. Penemuan mengejutkan 19. Big Boss 20. Matauang yang hilang

http://inzomnia.wapka.mobi

1. Pencurian mobil "Cepat! Habiskan sisa pizzamu!" desak Frank Hardy. "Itu Chet datang!" Hari itu hari Sabtu siang; Frank dan adiknya Joe sedang duduk di rumah makan "Bayport Dinner" bersama Callie Shaw dan Iola Morton. Chet, kakak Iola yang gemuk pendek, yang terkenal pula sebagai anak yang rakus, sedang masuk bersama seorang pemuda ramping berumur sekitar delapan-belas. Ternyata peringatan Frank sudah terlambat! Chet sudah memergoki mereka dan berjalan menghampiri, dengan pandangannya terarah ke kue pizza yang tinggal setengah piring. Temannya mengikuti dekat di belakangnya. Sambil meraih sepotong pastei Chet berkata: "Wah! Peperoni dengan keju, kegemaranku!" "Silakan," kata Joe ramah dengan menyindir. Setelah menggigit kuenya, Chet berpaling kepada temannya. "Silakan kuenya, Vern!" "Tidak, terimakasih!" tolak Vern sedikit tercengang. "Chet," kata Iola memperingatkan kakaknya. "Setidak-tidaknya perkenalkanlah dulu Vern, sebelum kau sikat makanan itu!" "Oh maaf, tentu," sahut Chet. "Ini sepupu kami, Vern Nelson, dari Canada," katanya sambil menunjuk dengan kuenya. "Vern, ini Callie Shaw, Frank dan Joe Hardy." "Vern menginap di peternakan kami," sambung Iola menjelaskan. Setelah menelan kuenya, Chet mengambil sepotong lagi. "Matinee hari ini memutar film horror," katanya. "Mengapa kita tidak menonton saja?" Yang lain pun setuju. Beberapa menit kemudian keenamnya meninggalkan meja makan. Ketika mereka sampai di tempat parkir, Vern Nelson tibatiba terhenyak. "Ada orang mencuri mobilku!" teriaknya. Sebuah sedan biru yang sangat baru sedang memutar keluar dari tempat parkir, dikemudikan oleh seorang yang berambut merah. "Ayo, kita kejar dial" teriak Chet.

http://inzomnia.wapka.mobi

Pemuda-pemuda itu berlarian ke sedan sport milik Hardy, dan berlompatan masuk ke dalamnya. Frank, Callie dan Vern duduk di depan, yang lain berdesakan di bangku belakang. Beberapa detik kemudian Frank sudah membuntuti sedan biru. Pencuri itu sudah mendahului satu blok jauhnya, tetapi tidak cepat melarikan mobilnya. Dengan segera Frank dapat memperkecil jaraknya sejauh seperempat blok. Tetapi lalu-lintas yang padat menghalangi mereka untuk lebih mendekat. Rupa-rupanya si rambut merah belum sadar bahwa ia sedang dikejar. Ia tetap menjalankan mobilnya di bawah batas kecepatan. Ia menuju ke arah bagian bawah kota Bayport. Berangsur-angsur Frank berhasil memperkecil jarak sehingga akhirnya tinggal tujuhbelas meter di belakangnya. Pada saat itu, rupa-rupanya si pencuri mulai sadar bahwa ia dikejar. Tiba-tiba ia mulai menancap gas! Di depan, lampu merah menyala. Tetapi si rambut merah menerobos dengan klakson meraung-raung. Hampir saja ia menabrak mobil lain. Frank terpaksa menginjak rem untuk berhenti. Meskipun tak lama kemudian lampu merah berganti hijau, tetapi mobil curian sudah jauh lebih dari satu blok. Frank sempat melihat pencuri membelok ke kiri, masuk ke dalam gang. Ia mengejarnya. Tetapi ketika ia keluar lagi di perempatan jalan, sedan biru sudah tidak nampak lagi. Sebuah truk besar beroda delapanbelas diparkir di sisi kanan, jalan. Sopirnya sedang menutup pintu bak belakang. Joe berteriak kepadanya: "Lihat sedan biru yang tadi ngebut?" Sopir itu memutar tubuhnya. Orangnya gemuk pendek, bertubuh kekar dan memakai baju sport lengan pendek sehingga menampakkan gambar tatoo di kedua lengannya. "Ngebut! Seperti kesetanan," katanya. Seraya menunjuk ke arah timur: "Ke sana." "Terimakasih," kata Joe ketika Frank memutar haluan ke timur. Tetapi pencuri itu tak nampak di mana pun. Mereka lalu menjelajahi beberapa jalan simpangan untuk beberapa saat, kemudian menuju ke

http://inzomnia.wapka.mobi

rumah Hardy di Jalan Elm. Kini semua pikiran untuk menonton film sudah buyar. Bibi Gertrude sedang berada di dapur ketika keenam pemuda itu menggerombol di pintu belakang. Bibi Hardy, yaitu adik dari ayah anakanak, adalah seorang yang jangkung, kaku dan judas. Ia sedang mengeluarkan kue pastei dari oven. "Waduh! Sedap baunya seperti buah ceri," kata Chet sambil beranjak menuju ke tempat kue. "Bukan waktunya untuk memikirkan makanan," kata Joe. "Kita harus lapor kepada polisi." "Polisi!" sahut bibi Gertrude mengulang. "Apakah kalian terlibat lagi dengan segala penjahat?" "Lain kali kita ceriterakan, Bi," kata Frank berjanji, lalu beranjak menuju ruang depan. Ia menggunakan pesawat telpon yang ada di ruang depan untuk melapor kepada Kepala Polisi Ezra Collig. Sementara itu Fenton Hardy turun dari ruang atas. Detektif setengah baya yang jangkung itu pernah jadi anggota polisi kota New York. Tetapi kini ia menjadi detektif swasta yang terkenal di seluruh negeri. "Apa yang terjadi?" Ia bertanya kepada Frank, ketika anaknya yang sulung itu menutup kembali gagang telpon. Frank memperkenalkan Vern Nelson kepada ayahnya, lalu menceriterakan peristiwa pencurian mobil itu. "Sangat kebetulan," pak Hardy berkata. "Kebetulan sekali aku sedang menyelidiki suatu jaringan pencuri mobil. Tetapi tidak di daerah ini." "Di mana daerah operasi mereka?" tanya Joe. "Umumnya di kota New York." Chet berkata: "Yang aneh adalah caranya mobil itu menghilang. Benar, lampu merah itu menghambat pengejaran. Tetapi kita hanya tertinggal satu blok lebih sedikit ketika pencuri itu membelok masuk gang. Seharusnya kita masih dapat melihatnya ketika keluar di ujung gang."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa lagi setelah orang bertatoo itu memberi-tahu arah larinya," sambung Vern Nelson. "Orang bertatoo?" tanya pak Hardy sambil mengangkat alis matanya. "Seorang sopir truk," Frank menjelaskan. "Ia sedang menutup pintu bak belakang truk ketika kita sampai di dekatnya." "Seperti apa orang itu?" "Ya, pendek gemuk. Tetapi kekar." "Apa kamu sempat melihat gambar tatoo pada lengannya?" Keempat pemuda dan Iola ternyata tidak memperhatikannya. Tetapi Callie berkata: "Aku melihat lengan kanannya ketika kita melewatinya. Gambar belati dililit ular." "Crafty Kraft!" seru detektif tua itu. "Jaringan alap-alap mobil itu pasti sudah memencar. Sebab ia termasuk salah satu pimpinannya." "Maksud bapak, pencuri itu bekerja sama dengan gerombolan yang bapak selidiki?" Pak Hardy mengangguk. "Aku rasa, mobil Vern menghilang masuk dalam truk si Kraft. Sangat mungkin sejenis truk yang pintu belakangnya dapat diturunkan menjadi semacam titian." "Oh!" Seru Vern jengkel. "Kuharap saja dia dan si rambut merah, pencuri mobil baruku dapat tertangkap." "Pencuri mobil itu berambut merah?" tanya pak Hardy. "Betul!" "Kini aku sudah pasti. Inilah gerombolan yang sedang kuselidiki," kata detektif itu. "Red Sluice, salah seorang seniman alap-alap mobil paling cerdik di negeri ini, bekerjasama dengan Crafty Kraft." Pak Hardy memperhatikan penjelasan pemuda-pemuda itu tentang ciriciri truk, segera menelpon Kepala Polisi Collig. Ketika ia meletakkan gagang telpon, Vern bertanya, apa mungkin mobilnya ditemukan. "Itu aku tidak pasti," jawab detektif dengan jujur. "Sebegitu jauh, belum pernah satu mobil pun yang dicuri komplotan ini dapat ditemukan kembali. Barangkali mobil-mobil curian itu dicat baru, lalu dijual di negara-negara bagian lain dengan nomor registrasi palsu. Atau dipreteli dan dijual onderdil-onderdilnya."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Lho, polisi kan sudah mengetahui ciri-ciri truk itu!" Pak Hardy mengangguk. "Benar, tetapi tidak diketahui nomor pelatnya, dan kendaraan jenis itu beratus-ratus di jalan raya." Bibi Gertrude masuk dari dalam dapur, dan mempersilakan anak-anak muda beserta tamunya untuk makan. Semua menerima ajakan bibi. Sesudah menelpon orangtua masing-masing, mereka lalu menuju ke kamar makan. Termasuk bu Hardy, sembilan orang duduk mengelilingi meja makan. Laura Hardy, yaitu bu Hardy, adalah seorang wanita ramping menarik dan bermata biru cerah. Segera ia dapat membuat Vern tidak malu-malu lagi; dengan ramah ia menanyakan keluarganya dan rencananya selama tinggal di Bayport. Vern mengemukakan bahwa ia adalah seorang piatu. Ia tinggal pada kakak perempuan di Montreal. Seorang paman dari pihak ayahnya, -jadi tidak ada hubungannya dengan keluarga Morton -, telah meninggal di California. Paman ini meninggalkan untuknya berupa matauang yang sangat langka, yaitu kepingan uang lima senan seri Kepala Liberty dari tahun 1913. Mata uang tersebut konon hanya ada lima keping saja. Paman Gregg membelinya delapan tahun yang lalu seharga 100.000 dollar. Tetapi matauang itu hilang secara misterius sebelum surat warisan dapat disahkan. Kini Vern sedang dalam perjalanan menuju California untuk mengurusnya. Sementara dalam perjalanan itu ia mampir untuk menemui keluarga Morton. "Apakah matauang itu dicuri orang?" tanyak pak Hardy. "Itulah yang misterius," jawab Vern. "Menurut surat wasiat, matauang itu seharusnya tersimpan dalam sebuah safe-box pada sebuah bank di Los Angeles. Tetapi ketika safe-box itu dibuka, ternyata matauang itu tidak ada. Padahal hanya paman Gregg seorang yang mempunyai kuncinya. Dan menurut catatan yang terdapat di ruang besi bank itu, sejak paman menyimpan safe-box di dalamnya delapan tahun yang lalu, ia tidak pernah lagi masuk ke dalamnya."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ha," kata Chet, "nampaknya ini merupakan perkara bagus bagi anakanak Hardy! Tidakkah sebaiknya kita bertiga pergi ke California bersamamu?" "Tetapi aku tak punya mobil," kata Vern. "Kita dapat naik pesawat terbang," usul Frank. "Apa kalian hendak melibatkan diri lagi dengan perkara kriminil?" tanya bibi Gertrude cemas. "Haruskah itu kalian lakukan?" "Jangan bibi cemas," kata Joe gembira. "Kita dapat menjaga diri." "Ya, sampai sekarang! Tapi suatu saat nanti kalian akan terlibat dalam kesulitan yang tak mudah diatasi." "Kita akan berhati-hati," kata Frank hendak meyakinkan bibinya. Bu Hardy bertanya: "Mengapa matauang itu hanya ada lima keping, Vern? Tahun 1913 belum begitu lama. Aku kira, aku masih menyimpan sekeping lima senan tahun 1910, entah di laci meja yang mana." "Matauang tahun 1913 dibuat secara khusus, dan tidak pernah digunakan untuk peredaran," jawab Vern. "Kata orang, serombongan tamu VIP berkunjung ke percetakan uang. Dan untuk menunjukkan kepada mereka cara membuat uang, maka dicetaklah matauang Kepala Liberty 1913. Lalu ketika Pemerintah mengganti seri ini dengan seri Kepala Indian, maka seri Kepala Liberty tidak dicetak lagi. Setelah pameran tersebut matauang itu kemudian dilebur lagi, dan ternyata ada sebahagian mata uang yang hilang ketika para tamu itu mengamatamatinya." "Maksudmu, dicuri?" kata bu Hardy. "Siapa saja tamu-tamu itu?" "Semuanya orang-orang terhormat," kata Vern. "Seorang senator, seorang anggota staf kabinet dan seorang jendral. Beberapa tahun kemudian, lima keping matauang itu ditemukan di perkebunan seorang jutawan terkenal. Kelima matauang itu kemudian dijual oleh perkebunan tersebut, dan paman membeli satu keping dari padanya." Tiba-tiba terdengar suara dentaman, yang tampaknya berasal dari ruang depan. Frank bergegas bangkit untuk menyelidiki. Sampai dilihatnya tidak ada yang mencurigakan, ia lalu membuka pintu depan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Ujung sebilah belati besar tertancap di daun pintu yang tebal, memaku secarik surat di pintu. Ditulis dengan huruf-huruf balok, surat itu berbunyi: HARDY! BILA ANDA INGINKAN KELUARGA ANDA TETAP SELAMAT, HENTIKAN PENYELIDIKAN ANDA! 2. Pembajakan Ketika Frank berteriak karena terkejut, semua yang sedang duduk di meja makan menghambur ke ruang depan untuk melihat apa yang terjadi. "Aku berani bertaruh, surat ini tentu dari komplotan pencuri mobil," kata Joe setelah membaca surat ancaman itu. "Belum tentu," kata pak Hardy. "Itu bukan perkara satu-satunya yang sedang kuusut. Mari kita lihat apakah penjahat itu meninggalkan beberapa sidik jari." Dengan sehelai saputangan detektif tua itu menarik belati lepas dari tancapannya, lalu ia bawa ke laboratoriumnya. Keempat pemuda itu mengikuti di belakangnya, sedang kedua gadis tetap tinggal membantu bu Hardy dan bibi Gertrude memberesi meja makan. Sambil memegangi belati dengan sebuah sapit, pak Hardy menyapukan suatu serbuk hitam menggunakan kwas berbulu halus. Sepasang sidik jari timbul pada gagang belati. Pak Hardy menempelkan selapis tape yang transparan di atas sidik jari pada gagang belati tersebut, lalu mengangkatnya dan meletakkannya pada kertas putih yang tebal. Kemudian ia mengambil beberapa berkas map dari dalam almari arsip, lalu mencocokkan kartu-kartu sidik jari dari dalam map itu dengan sidik jari yang baru saja diambil dari gagang belati. Selesai mencocokkan kartu-kartu sidik jari dari map pertama, pak Hardy menggelengkan kepala. "Bukan dari komplotan pencuri mobil yang telah dikenal," ia berkata. Ia meneruskan memeriksa dari beberapa map lagi tanpa hasil. Akhirnya dengan setengah berteriak ia berkata: "Anton Jivaro! Aku tak mengira

http://inzomnia.wapka.mobi

sama sekali, ia masih berada di negeri ini. Orang mengira ia telah lari ke Canada." "Siapa Anton Jivaro itu?" tanya Frank. "Pasien rumah sakit jiwa yang melarikan diri. Orang yang cerdik, tetapi sinting. Ia menganggap dirinya Maharaja dari Kashmir. Kebiasaannya yang buruk ialah membajak pesawat untuk menerbangkannya ke India. Pernah aku menangkapnya satu kali, karena itulah aku miliki sidik jarinya." "Kukira ada baiknya bila lampu luar dinyalakan malam ini; demikian juga alat tanda bahaya," kata Joe. "Yaitu untuk menjaga bila Jivaro datang lagi melempar pisau." "Usul yang bagus," kata pak Hardy. Ketika mereka kembali masuk dapur, bibi Gertrude tampak ketakutan setelah mengetahui si pelempar pisau belati adalah orang gila. "Kita semua akan dibunuhnya pada waktu tidur," katanya. "Mengapa kalian melibatkan diri dalam perkara demikian, Fenton?" "Akan kupasang tanda bahaya pencuri, dan lampu luar akan kunyatakan malam ini," jawab kakaknya dengan meyakinkan. "Jangan khawatir, tak akan terjadi sesuatu!" Sementara pak Hardy dan anak-anak sibuk di laboratorium, bu Hardy telah menemukan mata uang lima senan Kepala Liberty tahun 1910 miliknya. Ia kemudian memperlihatkannya kepada Vern. Setelah mengamati dengan seksama Vern berkata: "Tidak begitu berharga, ibu. Nilainya barangkali limapuluh sen atau satu dollar saja. Aku dapat memastikan nilainya jika kubawa kitab suciku sekarang ini." "Kitab suci?" "Itu, Buku Petunjuk Tahunan Mata Uang Amerika. Para penggemar matauang menyebutnya kitab suci." "Ada di rumah," kata Chet. Bawa dan taruhlah dalam tas jinjinganmu, bila kita jadi terbang ke Los Angeles. Kita dapat memeriksa uang saku kita di pesawat." Setelah berunding beberapa lama ditetapkan bahwa Frank, Joe, Chet dan Vern akan pergi ke Los Angeles esok paginya. Mereka masing-

http://inzomnia.wapka.mobi

masing sudah begitu lelah oleh serangkaian kejadian hari itu; sementara Frank dan Joe harus mengantar pulang tamu-tamunya dengan mobilnya. Dengan kepala penuh pikiran dan harap-cemas, kedua anak muda itu menjadi sukar untuk tidur. Keesokan harinya, ketika mereka sedang antri di lapangan terbang Bayport, Chet meminta teman-temannya agar memperhatikan seorang lelaki kecil berkulit kehitam-hitaman dan nampak secara sembunyi sedang membeli tiket pesawat. "Mudah-mudahan ia kena digeledah; barangkali membawa senjata," kata Chet seperti meramal. "Menurutku tampangnya seperti seorang pembajak." "Kau terlalu berprasangka," kata Frank mengejek. "Itulah akibatnya kalau banyak nonton film." Pada waktu hendak masuk ke tuang pemeriksaan mereka berdiri tepat di belakang orang bertubuh kecil tadi. Dan ketika ia melewati detektor tanpa menimbulkan suara pada detektor, maka hati mereka menjadi lega. "Bagaimana pun, kukira ia tidak membawa pistol," kata Chet. Menyusul kemudian Chet yang melewati detektor. Sebuah lampu menyala, dan terdengar suara berdering keras. Dengan sigap dua orang petugas airport menangkap Chet. Dan sementara seorang petugas memegang tubuhnya erat dari belakang, yang seorang meraba saku celananya. Kemudian merogoh saku yang kiri dan mengeluarkan sebuah kotak logam. "Buka!" perintah petugas itu. Dengan malu Chet menuruti perintahnya itu. Di dalam kotak logam terdapat sejumlah matauang. "Mengapa uangmu kau bawa dalam kotak Logam?" tanya petugas itu. "Yah, inilah celenganku," jawab Chet agak tersinggung. Sambil bergeleng-geleng kepala petugas mengembalikan kotak logam, lalu menyilakan Chet masuk. Ketika keempat pemuda itu berjalan menuju tang-

http://inzomnia.wapka.mobi

ga pesawat, Vern bertanya kepada Chet, sepupunya itu, mengapa ia membawa matauang begitu banyak. "Aku tidak sempat memeriksanya semalam; kupikir akan dapat kulakukannya di dalam pesawat. Kau bawa kitab sucimu?" "Tentu. Tetapi sebenarnya apa yang kau harapkan, sih?" "Ah, barangkali saja sekeping Lima senan Kepala Liberty 1913." Di dalam pesawat, Frank, Joe dan Vern duduk sebaris, sedangkan Chet mendapat tempat duduk di seberang gang, berdampingan dengan seorang wanita berambut pirang keperakan, kira-kira berumur tigapuluhan. Di samping wanita itu, pada kursi di bawah jendela, duduklah orang bertubuh kecil kehitam-hitaman, yang diduga pembajak tadi. Setelah pesawat itu mengudara, Chet mengeluarkan sejumlah matauang dari dalam kotak logamnya, dan mulai memeriksa tahun-tahunnya. Beberapa lama kemudian, wanita berambut pirang bertanya ingin tahu: "Boleh saya tahu, apa yang anda sedang lakukan?" "Mencari matauang seri tertentu, nyonya." "Oooo." Frank, yang duduk di kursi pinggir di seberang gang, sambil menyeringai memiringkan badannya berkata: "Kawanku Chet ini memang orang aneh, eh... nyonya, tetapi tidak jahat. Jangan risaukan dia." Wanita itu tertawa dan bertanya: "Kalian berempat berombongan?" "Betul, nyonya." "Bagus! Marilah kita berkenalan. Perjalanan kita jauh. Saya Cylvia Nash." "Sangat senang berkenalan," kata Frank. "Saya Frank Hardy dan kawan saya di samping itu Chet Norton. Di kiri saya adik saya Joe Hardy dan Vern Nelson." "Senang sekali bertemu kalian," kata Cylvia. "Kalian sedang liburan?" "Sebenarnya tidak," sahut Chet sambil memasukkan uangnya ke dalam kantong sakunya, lalu mengeluarkan lagi segenggam dari kotak logamnya. "Belum kenal dengan Frank dan Joe Hardy?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Cylvia menggeleng keheranan, sedang orang bertubuh kecil di sampingnya tegas-tegas memandangi mereka. "Anak-anak Fenton Hardy," kata Chet menjelaskan. "O, detektif swasta terkenal itu!" Ia memandangi Frank dan Joe dengan kagum. "Kalian sering membantu ayahmu, bukan? Apa sekarang juga sedang menghadapi suatu perkara?" "Betul," kata Chet. "Tahukah, bahwa mata uang yang berharga itu hilang..." "Sebenarnya bukan suatu perkara," sela Frank sambil menatap Chet dengan tajam. "Ada saudara yang kehilangan sesuatu, dan kami berusaha menemukannya kembali. Karena sudah lama tidak ke California, kami merindukan pergi ke sana." "Benar, kita ingin berwisata," tambah Joe. "Kalian pasti menyenangi," sambung Cylvia. "Apakah kalian juga merencanakan berkunjung ke bagian utara?" "Kami belum tahu," jawab Frank. "Apa nona tinggal dekat-dekat sana?" Si tubuh kecil di bawah jendela menyela: "Maaf nona, tahukah anda bagaimana menggunakan ini?" Ia memegang earphone untuk mendengar musik rekaman. Sementara nona Cylvia menunjukkan cara menyambungkan earphone, Chet melanjutkan memeriksa matauangnya. "He!" serunya tiba-tiba. "Aku menemukan sebuah Kepala Liberty tahun 1901." Dan sambil menjulurkan badannya ke seberang gang ia berkata: "Ada harganya, Vern?" "Lihat," kata Vern meminta. Chet memberikan matauang itu kepada Frank di seberang gang yang lalu meneruskannya kepada Vern. Setelah mengamat-amati mata uang lima senan itu, Vern mengeluarkan sebuah buku merah kecil dari dalam kantong sakunya, lalu membuka-bukanya. "Matauang ini dicetak sebanyak duapuluh enam setengah juta buah," katanya. "Bila tulen, nilainya seratus tigapuluh lima dollar. Itu jika kaudapat menemukan pembeli; dan ini sulit, kecuali kalau engkau seorang

http://inzomnia.wapka.mobi

pedagang. Seorang pedagang biasanya mau membeli dengan harga setengahnya." "Katakan saja enampuluh lima dollar," kata Chet bernafsu. "Matauang ini tulen?" Vern menggeleng. "Mutu tingkat bawah tidak diedarkan. Nilainya tujuhpuluh dua setengah; ingat, pedagang hanya mau membeli setengahnya." "Jadi yang ini tidak diedarkan?" "Tidak. Nah, bagi mutu tingkat lebih atas, pedagang berani membeli enam dollar lebih tinggi." "Lalu ini mutu yang bagaimana?" tanya Chet dengan nada menyerah. Setelah memeriksa lebih teliti, Vern berkata: "Ada tempat-tempat yang aus pada matauang ini, jadi tidak dapat dinilai mulus sekali, bahkan mulus saja tidak. Untuk mutu tingkat terbawah adalah baik sekali. Tetapi kurasa tidak juga. Kukira ini yang tergolong baik." "Lalu? Berapa nilainya?" "Paling engkau hanya dapat tigapuluh sen untuk lima senan ini." Chet meringis. "Berlagak pedagang!" katanya. Ia meraih matauang itu, lalu memasukkannya ke dalam kotak logamnya. Cylvia Nash yang selama itu memperhatikan, berpaling kepada Vern. "Engkau rupanya tahu banyak tentang matauang, anak muda." "Paman saya seorang penggemar; ialah yang telah mengajarkannya kepada saya. Apakah anda tertarik pada numismatik?" Ia menggeleng. "Aku tidak mengerti sama sekali masalah itu." Tepat pada saat itu si tubuh kecil di samping Cylvia melepaskan earphone. "Sekali lagi, terimakasih atas petunjuk untuk menggunakan ini," katanya. "Terimakasih kembali," sahut Cylvia. "Kita belum berkenalan. Saya Cylvia Nash." "Sangat senang," katanya dengan sopan. "Saya Maharaja Kashmir." Chet tertegun. Untuk menyembunyikan kekagetannya, ia memberi isyarat kepada Frank untuk pergi ke bagian belakang pesawat.

http://inzomnia.wapka.mobi

Kedua anak muda itu berpura-pura hendak pergi ke ruang istirahat. Begitu tiba di luar jarak pendengaran dari yang lain, Chet berbisik: "Orang bertubuh kecil itu adalah Anton Jivaro, si pembajak. Aku mendengar sendiri, ia mengatakan dirinya Maharaja Kashmir kepada nona Nash." Frank menatapnya. "Engkau pasti?" "Tentu saja." "Kalau begitu, kita harus beritahu kapten pilot bahwa ada seorang yang sakit jiwa di pesawat ini," Frank memutuskan. "Baik. Setidak-tidaknya ia tidak membawa pestol," kata Chet. "Ia tak mungkin menyelundupkannya lewat detektor." Jivaro bangkit dari tempat duduknya dan melangkah melewati Cylvia Nash menuju gang. Dengan suara lantang ia berkata: "Minta perhatian, semuanya penumpang!" Semua percakapan terhenti dan semua penumpang berpaling ke si kecil dengan penuh pertanyaan. Jivaro menyingkapkan bajunya dan berputar lambat-lambat sehingga semua orang melihat enam buah tabung warna coklat diikatkan pada pinggangnya. "Ini tabung-tabung dinamit," katanya memberi tahu. Ia lalu memegang simpul ujung tali pendek yang terikat pada sabuknya. "Jika kutarik tali ini, semua bahan peledak ini akan meledak." Kesunyian meliputi seluruh isi pesawat. "Jika semua bersikap baik, saya tidak perlu menggunakannya," sambungnya. "Saya tak ingin mencelakakan kalian semua. Saya hanya minta diterbangkan ke tanah tumpah darah saya. Ketahuilah, saya adalah Maharaja dari Kashmir." Kesunyian berlanjut. Tatapan pandangan si pembajak terarah kepada pramugari yang baru keluar dari ruang di bagian belakang pesawat. "He, pramugari!" perintahnya. "Hantarkan saya ke kapten pesawat!" Dan sambil memutar pandang kepada para penumpang, ia angkat lambatlambat tangannya yang dilibat tali. "Ingat, jangan mencoba yang tidaktidak. Saya dapat tarik tali ini dalam sedetik! Segalanya akan kuledakkan, bila terpaksa!"

http://inzomnia.wapka.mobi

3. Pendaratan darurat Ketika pembajak menggiring pramugari menghilang ke dalam cockpit, Cylvia Nash berkata dengan nada tinggi: "Kashmir? Di mana itu?" "Perbatasan utara India," jawab Frank, sambil melihat sekeliling kepada para penumpang yang diam terpaku. Joe mencoba mengendorkan suasana tegang. "Kakak saya banyak membaca buku-buku tentang Timur Jauh," katanya. "O ya? Lalu siapa Maharaja Kashmir sebenarnya?" tanya Chet. "Tidak ada! Dahulu Kashmir adalah negara merdeka yang diperintah seorang raja berdaulat penuh; tetapi setelah perang dunia kedua, India dan Pakistan berebut ingin menguasainya. Pada tahun 1956 secara resmi India memasukkannya ke dalam wilayahnya, tetapi Pakistan tetap menuntut menjadi bagian wilayahnya. Suatu sidang PBB tahun 1919 menghapuskan kerajaan itu. Aku tak tahu, apakah maharaja pada waktu itu sekarang ini masih hidup. Jika masih hidup, tentunya ia jauh lebih tua daripada tuan Jivaro." "Tuan siapa?" tanya nona Nash keras-keras. Ia bersuara keras untuk mengatasi suara teriakan beberapa penumpang di sekitarnya. "Nama pembajak yang sesungguhnya ialah Anton Jivaro," kata Frank menjelaskan. "Ia seorang pasien rumahsakit jiwa yang melarikan diri, dan jejaknya diikuti ayah saya." "Apa?" seru nona Nash. "Maksudmu, kita berada di tangan seorang gila?" Pada saat itu pintu cockpit terbuka; si pembajak bersama pramugari nampak keluar. Kegaduhan dan teriakan di antara seluruh isi pesawat yang ketakutan, seketika menjadi reda. Suara yang agak gemetar terdengar melalui intercom. "Di sini kapten pesawat. Sebagaimana anda semua tahu, pesawat ini telah dibajak. Diharap agar semuanya tetap tenang. Pembajak berjanji tidak akan mencelakakan kita apabila kita semua

http://inzomnia.wapka.mobi

mematuhi apa perintahnya. Ia mengatakan kepada saya, bahwa ia Maharaja dari Kashmir. Saya tidak menginginkan siapa pun menjadi pahlawan untuk menaklukkan dia, sebab ia membawa dinamit. Perintah yang saya terima adalah untuk merubah haluan dari Los Angeles ke Miami. Di sana pesawat akan mengisi bahan bakar, dan kemudian melanjutkan penerbangan melalui Casablanca terus ke Kashmir. Sekarang kita sedang menuju Miami." Si Pembajak menyambung: "Anda sekalian harus taat kepada kapten dan tetap tenang. Semua tetap bersikap seolah-olah segalanya normal." Ia menoleh kepada pramugari. "Bukankah kini waktunya makan siang?" "Makan siang?" kata pramugari kebingungan. "O, betul Tuan-tuan dan nyonya-nyonya, kita akan segera makan siang." Perasaan tegang karena dalam bahaya menyebabkan hanya sedikit di antara para penumpang yang merasakan perutnya lapar. Sedang beberapa orang karena demikian gugupnya tidak nafsu makan sama sekali. Anak-anak Hardy hanya menco-lek-colek makanannya; bahkan Chet kehilangan selera untuk makan. Hanya si pembajak saja yang makan dengan lahapnya sambil berdiri di bagian belakang dari pesawat. Sesaat setelah selesai makan, suara kapten terdengar lagi melalui intercom. "Pengawas di lapangan Miami memberitahu bahwa daerah sekitar lapangan tertutup kabut," katanya. "Apakah Maharaja sudi ke cockpit merundingkan tempat pendaratan yang lain?" Jivaro melangkah mendekati pramugari dan berkata: "Pergilah, beritahu kapten untuk melakukan pendaratan buta." Pramugari masuk ke dalam cockpit. Ketika sebentar kemudian keluar lagi, ia memanggil si pembajak. "Kapten ingin bertemu dengan anda." Jivaro melangkah ke depan, tetapi ketika pramugari membuka pintu cockpit ia menggeleng. "Aku harus tetap melihat para penumpang," katanya. "Aku bicara melalui pintu saja." "Sangat berbahaya mendarat di Miami, Maharaja," terdengar suara kapten. "Daerah Atlantik Selatan sepanjang pantai Teluk tertutup kabut sampai Mobile. Pengawas lapangan menasehatkan lebih baik mendarat di New Orleans."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kita mendarat di Miami!" perintah pembajak. "Kecuali jika menghendaki mendarat sekarang juga dalam keadaan pesawat berkeping-keping!" "Tidakkah dapat kita rundingkan?" "Tidak! Kapten punya perlengkapan untuk pendaratan dalam kabut. Gunakan!" Kapten mengambil napas dalam-dalam. "Tutu semua pintu, Peg," katanya kepada pramugari. Jivaro melangkah kembali ke tempat di bagian belakang pesawat. Sekali lagi terdengar suara kapten melalui intercom. "Tuan-tuan dan nyonyanyonya, jika anda sekalian tidak mendengar percakapan saya dengan Maharaja, saya beritahukan bahwa kita akan mendarat di Miami meskipun di sana berkabut. Sejam lagi kita mendarat. Jangan khawatir. Pesawat kita memiliki perlengkapan untuk melakukan pendaratan buta. Meskipun tidak seaman pendaratan dengan pandangan bebas, kita pasti berhasil. Namun bagaimana pun juga, kita perlu mengambil tindakantindakan rutin agar anda sekalian tidak terkocok-kocok terlalu keras apabila pendaratan kurang mulus. Pramugari akan mengajarkan apa yang anda sekalian harus lakukan." Dengan suara setengah berteriak, Peg berkata: "Harap singkirkan semua benda-benda tajam dari dalam saku anda. Penumpang wanita agar membuka sepatu bertumit. Bila isyarat lampu menyala kenakanlah sabuk pengaman dan ikatlah agak longgar sehingga anda dapat membungkuk ke depan dengan kepala di antara kedua lutut anda. Lindungilah kepala anda dengan kedua belah tangan!" Dengan wajah-wajah ketakutan para penumpang mematuhi perintah pramugari. Dengan sedikit gugup Vern berbisik kepada Joe: "Apa aman pendaratan buta itu?" "Tak terlalu aman," jawab Joe memberengut. "Kapten berusaha mencegah agar tidak panik. Jika pesawat terlalu rendah pada landasan pendaratan akan terjadi pendaratan dengan perut dan pesawat akan meluncur sekitar seperempat mil. Gesekan badan pesawat dengan landasan dapat menimbulkan kebakaran. Sebaliknya jika terlalu tinggi pesawat dapat menabrak menara pengawas."

http://inzomnia.wapka.mobi

Frank menambahkan untuk menghilangkan kekhawatiran: "Tetapi di lain pihak banyak pendaratan buta dilakukan tanpa goncangan sedikit pun." Sejam kemudian lampu "kenakan sabuk pengaman" menyala, dan suara kapten terdengar melalui intercom. "Lima menit lagi kita akan mendarat. Patuhilah instruksi yang telah diberikan!" Para penumpang mengikatkan sabuk pengaman, membungkuk ke depan dan melindungi kepala dengan kedua belah tangan. Si pembajak duduk di kursi kosong di bagian belakang pesawat, dap menjulurkan badannya di gang agar dapat mengawasi setiap penumpang. Irama suara mesin berobah selagi pesawat menurun. Tiba-tiba roda-roda pesawat menyentuh landasan dengan keras. Pesawat mental ke atas lalu menyentuh landasan lagi untuk kemudian meluncur mulus sepanjang landasan. Teriakan lega memenuhi ruang penumpang. Beberapa isak tangis terdengar; Chet nampak pucat mukanya sehingga Frank khawatir jangan-jangan akan jatuh pingsan. Ketika pesawat berhenti semua penumpang menegakkan badannya serta melihat keluar jendela pesawat. Di luar nampak tabir putih dari kabut, Kapten berkata melalui intercom: "Nah, Maharaja. Kita selamat mendarat. Sekarang apa yang harus kulakukan?" Si pembajak bangkit dan bergerak ke arah cockpit serta membuka pintu. Tanpa memasuki cockpit ia bertanya: "Apakah polisi mengurung pesawat ini?" "Kukira demikian," jawab kapten. "Anda akan bicara dengan mereka?" "Tidak! Saya minta mereka tetap menjauhi pesawat dan perintahkan mengisi bahan bakar." "Pesawat ini dirancang untuk tidak terbang melintasi lautan, Maharaja," kapten menjelaskan. "Tetapi kita dapat terbang sampai ke Casablanca bila beban dikurangi. Jika anda melepaskan para penumpang sehingga tinggal para awak tetap dalam pesawat, keadaan kita akan lebih baik." Setelah berpikir sejenak, Jivaro setuju. "Baiklah. Akan saya lepaskan sebagian besar dari para penumpang; saya hanya menyandera lima orang. Menjadi lebih ringan jika begasi diturunkan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Nah, kerjakan itu. Tetapi jangan coba-coba berbuat yang tidak-tidak. Jika ada seorang polisi diselundupkan masuk menyaru kuli muatan, saya akan ledakkan pesawat bersama penumpang." "Mereka takkan berbuat begitu," kapten meyakinkan. "Di pesawat ini hanya ada satu pintu luar ke ruang begasi; dan tidak ada pintu masuk kemari." "Baik. Turunkan begasi dan isi bahan bakar. Setelah itu selesai, saya akan lepaskan semua penumpang kecuali lima orang sandera." Beberapa waktu telah berlalu sebelum kapten memberitahu bahwa semua begasi telah diturunkan dan pesawat telah selesai diisi bahan bakar dan siap untuk tinggal landas. Puas karena semua perintahnya telah dikerjakan, si pembajak berjalan ke tengah-tengah pesawat dan menunjuk kedua anak Hardy, Chet, Vern dan Cylvia Nash. "Kalian berlima tinggal. Yang lain turun semua." Begitu penumpang-penumpang mulai turun meninggalkan pesawat, Jivaro berkata kepada Frank dan Joe: "Telah kuberitahukan ayahmu untuk tidak membuntuti aku. Karena tak diturutinya, kau berdua harus ikut sampai akhir, di Kashmir." Setelah semua penumpang meninggalkan pesawat kecuali para sandera dan awak pesawat, Joe bangkit dari tempat duduknya dan melangkah melewati Frank menuju gang. "Kau mau apa?" desis pembajak itu. "Aku yakin kau takkan meledakkan pesawat ini. Kau sendiri akan turut mampus." Dengan menyibakkan bajunya Jivaro meraih simpul ujung tali. "Boleh coba," ia menantang. Beberapa saat Joe memperhatikan penuh selidik keenam tabung dinamit yang dililitkan pada tubuh pembajak itu, dan tiba-tiba ia menangkap Jivaro dan membantingnya di gang. Pembajak itu cepat menarik tali disusul jeritan Cylvia karena ketakutan. 4. Lolos dengan cerdik

http://inzomnia.wapka.mobi

Karena ketakutan akan ledakan, para sandera dan awak pesawat berlompatan dan berlindung di balik kursi-kursi. Ternyata tidak terjadi apa-apa! Ketika Joe menjatuhkan diri di atas punggung pembajak di lantai gang, si tubuh kecil bagaikan belut melepaskan diri dari tangkapan, dan kemudian melancarkan pukulan karate pada tengkuk Joe, membuat anak muda itu terhenyak sejenak. Kesempatan baik bagi Jivaro untuk melompat berdiri dan dengan cepat lari ke pintu darurat. Pada waktu anak-anak yang lain menjulurkan kepala di atas punggung kursi karena ingin tahu, Maharaja gadungan itu berhasil membuka pintu darurat. Ia melesat keluar, dengan kedua tangannya bergantungan pada pesawat untuk kemudian dari ketinggian beberapa meter meloncat turun ke tanah. Frank mengejarnya ke pintu, tetapi ia tidak melihatnya lagi karena pandangan terhalang selimut kabut yang tebal. Sementara itu pramugari berlari memasuki cockpit dan kembali bersama kapten pilot, co pilot serta navigator. Kapten yang bertubuh besar dan kekar berwajah kemerahan, ketika mengetahui apa yang terjadi segera bergegas masuk kembali ke dalam cockpit, dan melalui radio dalam pesawat itu memberitahu polisi yang sedang mengurung pesawat tersebut. Setelah Joe sadar kembali dari pukulan karate si pembajak, Frank menanyakan mengapa ia begitu berani ambil resiko menubruk si pembajak. "Aku mengenali tabung yang dikatakannya dinamit itu ternyata lampulampu suar jalan raya," jawab Joe menjelaskan. "Semua gertakan belaka!" Polisi yang dipimpin oleh seorang letnan berse-ragam berlarian memasuki pesawat. Setelah menanyai para saksimata tentang lolosnya pembajak, ia kemudian memerintahkan anak buahnya agar daerah lapangan terbang itu dikepung serta digeledah. Seketika itu juga para anak buah memencar ke seluruh penjuru daerah lapangan terbang untuk melaksanakan perintah itu, dan letnan polisi itu

http://inzomnia.wapka.mobi

berbalik bertanya kepada pramugari: "Kukira pembajak memakai nama palsu; pada daftar penumpang tercatat memakai nama apa?" Pramugari pergi mengambil berkas daftar nama penumpang. "John Smith," katanya. "Nama palsu," gumam letnan polisi. "Anton Jivaro nama aslinya," kata Frank dengan sukarela. Letnan itu berpaling kepada Frank dengan heran. "Siapa anda?" "Frank Hardy," dan menunjuk kawan-kawannya, sambungnya: "ini adik saya Joe dan kawan-kawan Chet Morton dan Vern Nelson." Mengangguk tanda mengerti letnan bertanya: "Bagaimana anda tahu nama bangsat itu?" "Ayah saya berusaha memburu dia," jawab Frank. "Ia seorang pelarian dari rumah sakit jiwa." "Siapa ayah anda?" "Fenton Hardy." Letnan polisi nampak tertarik pada nama itu. "Telah banyak kudengar tentang nama itu. Jadi anda berdua anak-anak dari Hardy yang termasyur itu?" "Benar, kami anak-anak Hardy," kata Joe merendah. "Kami tak tahu kemasyurannya." Letnan itu menyeringai. "Tolong beri saya ciri-ciri Anton Jivaro itu." Sementra letnan polisi itu membuat catatan-catatan, anak-anak muda itu menceritakan semua yang mereka ketahui tentang Maharaja gadungan. Saat itu seorang sersan polisi datang melapor bahwa jejak pembajak tidak dapat ditemukan. "Kabut begitu tebal; pembajak dengan mudah dapat lolos dari pagar betis," sersan itu melapor. "Sekarang saya perintahkan menggeledah terminal dan hanggar." "Sebarkan buletin lengkap," perintah letnan polisi. "Nama orang itu Anton Jivaro." Dengan tegas ia bacakan ciri-cirinya dari dalam catatannya. "Siap, Pak," sahut sersan dengan sikap tegak, berbalik kanan lalu pergi.

http://inzomnia.wapka.mobi

Letnan polisi berpaling kepada kapten pilot. "Anda boleh menyuruh naik para penumpang dan meneruskan terbang ke Los Angeles." Meskipun pesawat telah diisi bahan bakar, masih diperlukan waktu yang lama untuk dapat berangkat. Para penumpang belum pulih dari rasa cemas, dan dengan segan-segan menaiki tangga pesawat; sementara itu muatan bagasi harus dipunggah lagi. Tidak lama setelah pesawat mengudara, Chet berkata: "Aku sedang memikirkan di mana kiranya pembajak itu." "Kira-kira di mana?" "Di dalam ruang bagasi!" "Ya Allah!" seru Cylvia. "Kau pikir ia dapat membajak lagi?" "Tidak mungkin. Selama terbang tak ada pintu masuk kabin dari ruang bagasi," kata Frank menghilangkan kekhawatiran. "Apa anda tak mendengar kapten berkata demikian? Dan lagi benak fikiran Chet sering menyeleweng dari sasaran." "Dugaanku masuk akal," kata Chet ngotot. "Di dalam kabut tebal pembajak dapat sembunyi di bawah badan pesawat, atau juga dalam ruang tempat roda. Aku pernah membaca seorang bocah yang menjadi penumpang gelap dalam ruang tempat roda. Bukankah ketika barangbarang muatan dipunggah lagi Jivaro dapat menyelinap lewat pintunya yang terbuka?" "Dugaanku salah dalam dua hal," Joe menyela. "Pintu ruang bagasi terlalu tinggi di atas tanah, dan petugas begasi akan memergoki dia." "Kau salah," bantah Chet. "Pintu bagasi berupa lubang di bagian belakang pesawat yang rendah di atas tanah, dan tidak setinggi pintu masuk untuk penumpang. Dan lagi para petugas harus mondar-mandir memasukkan kopor-kopor itu. Mereka juga tak menutup pintu sementara mengambil barang muatan. Maka sangat mudah bagi Jivaro untuk menyelinap masuk." "Apa ia dapat tahan di sana?" tanya Vern. "Maksudku apa ruang bagasi ada pengatur tekanan udara?" "Tentu ada," jawab Chet. "Kan muatan hewan pun ditempatkan di sana."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Yah, tak ada jalan untuk melakukan penyelidikan ke sana sekarang," kata Frank. "Kita tidak dapat memasuki ruang bagasi dari kabin, seperti juga Jivaro tidak dapat masuk kabin dari ruang bagasi." Penerbangan ke California berlangsung selamat tanpa suatu kejadian. Chet memeriksa lagi mata uangnya, tetapi tak menemukan sesuatu yang berharga. Yang lain berusaha bersantai untuk melakukan peristiwa tegang tadi, dan Cylvia memejamkan mata dalam usahanya yang sia-sia untuk dapat tidur. Jam 10 malam pesawat mendarat di lapangan terbang internasional Los Angeles. Pada waktu anak-anak Hardy dan kawan-kawannya menuruni tangga pesawat, sebuah gerobak merapat dekat pintu ruang begasi pesawat, dan dilayani oleh dua orang petugas. Ketika para petugas bagasi menarik pintu agar terbuka, seorang bertubuh kecil kehitaman meloncat keluar menimpa kedua petugas bagasi, lalu lari melewatinya. Sebelum kedua petugas begasi sadar akan apa yang terjadi, pembajak telah meloncat turun dari gerobak dan berlari melintas lapangan parkir pesawat menuju pagar berantai di kejauhan. Joe melihat lolosnya Jivaro keluar ruang bagasi itu, lalu secepatnya menuruni tangga pesawat. "Chet benari" serunya. "Ayo kita kejar dia!" Keempat anak muda berebut lari mengejar pembajak yang telah jauh mendahului mereka. Ketika pembajak sampai di pagar lapangan jarak antaranya adalah 20 meter. Tetapi Jivaro memanjat dan meloncati pagar seperti monyet saja layaknya. Ia melaju lari menjauhi pagar, lalu meloncat naik bis yang kebetulan sedang berhenti. Frank dan Joe tengah memanjat pagar untuk meloncat keluar lapangan ketika bis itu bergerak berangkat. Dengan muka murung kembali menuju pesawat yang kini dikerumuni petugas-petugas keamanan lapangan terbang. Mereka ini sedang menanyai para penumpang. Cylvia Nash menunjuk ke empat detektif muda. "Itulah anak-anak muda gagah berani yang mengejar pembajak ketika meloncat keluar ruang bagasi," katanya penuh semangat. Kepala keamanan lapangan berpaling ke anak-anak Hardy. "Orang itukah pembajak yang diberitahukan Miami?" tanyanya.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Betul," jawab Frank. "Ia telah memanjat pagar dan lari naik bis di sudut jalan." "Kita mencoba menghadang bis itu," kata Kepala keamanan, lalu mengumumkan melalui walkie-talkie. Akhirnya para penumpang diizinkan meninggalkan tempat parkir pesawat, dan keempat anak muda berjalan di belakang Cylvia ketika bersama-sama memasuki terminal. Kemudian Cylvia mempercepat langkahnya dan disambut hangat oleh seorang laki-laki semampai berambut merah yang rupa-rupanya telah lama menunggu. Joe memandangi keduanya dengan rasa ingin tahu. "Aku rasa pernah melihat orang itu sebelumnya, entah di mana," katanya dalam hati. Ketiga kawannya yang lain pun tertarik mengamati orang tersebut. "Tidak heran kalau ia seperti pernah kita kenal," seru Vern. "Kukira ia orangnya yang mencuri mobilku!" Orang semampai itu kini berjalan di belakang Cylvia sehingga punggungnya menghadap mereka, namun keempat anak muda itu telah melihatnya dengan jelas. "Kini jelas dialah pencuri mobil itu," kata Chet memastikan. Dan menurut ayahmu bernama Red Sluice, bukan?" "Betul," jawab Joe. "Ayo, kita tangkap." "Tidak bisa," kata Frank berkeberatan. "Kita tidak mempunyai buktibukti. Lebih baik kita ikuti dia. Kalian bereskan barang-barang kita, dan aku akan menyewa mobil dan menunggu kalian di luar." Frank bergegas melintas ruang depan menuju tempat sewa mobil, sementara yang lain mengurus barang-barangnya. Mobil-mobil sewaan diparkir di seberang jalan. Frank berhasil menyewa sebuah sedan empat pintu dan menunggu yang lain; ketika mereka ini keluar dari terminal, masing-masing menjinjing kopor-kopornya. "Barang-barang nona Nash belum keluar dari bangku berjalan," kata Joe, sementara kawan-kawannya memuat barang-barang di mobil. "Kita masih punya waktu cukup." Ia mengambil tempat di samping Frank sedangkan Vern dan Chet duduk di belakang. Tidak lama kemudian nona Nash dan Red Sluice muncul; Red

http://inzomnia.wapka.mobi

menjinjing sebuah kopor besar. Mereka ini sedang menyeberang jalan menuju tempat parkir umum. "Pintu keluar tempat parkir ada di sana," kata Joe sambil menunjuk ke depan. "Kita ada pada posisi yang baik untuk dapat membuntuti mereka." Tidak berapa lama kemudian, si semampai berambut merah bersama nona Nash lewat mengendarai mobil sport dengan kap tertutup. "Nah, itu dia! Mudah dibuntuti," kata Frank sambil memindah persneling mobilnya. Red Sluice mengambil jalan raya lintas San Diego ke arah utara, menuju jalan raya lintas Ventura, kemudian membelok ke timur ke arah jalan raya lintas Hollywood. Dengan memutar ke bagian bawah kota Los Angeles, ia berhenti di muka rumah apartemen di Parkview, tepat di seberang Taman Douglas Mac Arthur. Frank memarkir mobilnya seperempat blok jauhnya dari rumah apartemen dan terus mengamati Red Sluice yang mengikuti nona Nash masuk ke dalam rumah apartemen. Ketika mereka telah tak nampak, maka Joe menyelinap keluar dari mobil. "Aku akan melihat mereka," katanya kepada kawan-kawannya yang tetap tinggal dalam mobil, lalu berjalan menuju gerbang di depan rumah apartemen. Ia masuk untuk segera keluar lagi. Ketika masuk kembali ke dalam mobil Joe berkata: "Nama Cylvia tercantum di Apartemen 2B. Nah, apa yang kita lakukan sekarang?" "Tunggu saja sebentar!" jawab Frank. Kira-kira lima menit kemudian Red Sluice meninggalkan rumah apartemen itu. Ia memasuki mobil sportnya lalu berangkat meninggalkan rumah apartemen tersebut. Frank mengikuti dengan mobilnya. Si semampai berambut merah membawa mereka ke sebuah rumah kecil beberapa blok lagi jauhnya. Ia menghentikan mobil sportnya di garasi terbuka yang bersambung pada rumah, lalu keluar mengunci mobilnya dan masuk ke dalam rumah. Frank memarkir mobilnya seperempat blok jauhnya, pada sisi seberang jalan di tempat gelap yang tidak ada penerangan.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa lagi sekarang?" tanya Joe. "Tentu saja menunggu sebentar untuk melihat apa ia akan keluar lagi dan membawa kita ke tempat lain," kata Frank. "Ah sudah hampir jam sebelas sekarang," kata Chet tidak sabaran. "Lalu?" tanya Frank. "Berarti sudah jam 2 pagi di Bayport. Aku sudah mengantuk." "Kalau dalam seperempat jam tak ada apa-apa, kita cari hotel," kata Frank berjanji. Begitu Frank berucap demikian, seorang bertubuh kecil nampak berjalan sembunyi-sembunyi di seberang jalan. Joe dibuat tertegun dengan munculnya orang itu. "Itu Jivaro!" katanya berbisik. Pembajak itu sedang menuju rumah yang baru saja dimasuki Red Sluice. Dengan napas tertahan anak-anak muda memperhatikan si pembajak itu membunyikan lonceng pintu rumah. 5. Sarang komplotan Pintu rumah dibuka dan Jivaro masuk. "Joe dan aku akan menyelidiki sebentar," kata Frank menekan perasaan tegangnya dan berpaling kepada Chet. "Kau dan Vern tinggal di mobil. Sebaiknya kau di belakang setir dan selalu siap sehingga bila ada kesulitan kita dapat pergi dengan cepat." "Oke!" Hardy dua bersaudara keluar dari mobil, menyeberang jalan lalu berjalan menuju ke rumah itu. Mereka tidak dapat melihat ke dalam rumah karena gorden-gorden jendela tertutup. Dengan berjalan berjingkat ke pintu mereka mencoba mencuri dengar, tetapi tak mendengar sesuatu pun. "Kau periksa sebelah kiri, aku sebelah kanan," bisik Frank kepada adiknya. Joe mengangguk dan keduanya lalu berpisah. Di kedua sisi rumah terdapat cahaya lampu di balik gorden jendela, tetapi mereka tidak

http://inzomnia.wapka.mobi

melihat atau mendengar sesuatu. Mereka berdua bertemu lagi di bagian belakang rumah yang sangat gelap. "Ada hasil?" tanya Frank berbisik. "Nol besar!" bisik Joe. Tiba-tiba lampu dapur menyala. Mereka melihat jendela yang bergorden itu terbuka. Dengan berjinjit mereka mengintip ke dalam. Nampak duduk di belakang meja Anton Jivaro, sedang Red Sluice tengah menyalakan api kompor untuk memasak air. "Aku hanya ada kopi ekstrak," kata si semampai berambut merah. "Itu pun boleh," jawab si bertubuh kecil. Sluice berkacak pinggang dan memandang Jivaro dengan wajah keras. "Jika saja kau bukan kawan lamaku, kau pasti kulaporkan. Benar kau telah lakukan sesuatu yang besar sehingga namamu terpampang di halaman muka surat-surat kabar di seluruh dunia, dengan usahamu membajak pesawat terbang. Justru karena ketenaranmu itu kau mudah dilacak." "Aku hendak menagih harta pusaka nenek moyangku," kata Jivaro cemberut. "Harta pusaka apa? Lepaskan angan-anganmu yang gila itu, Maharaja Kashmir!" "Aku memang Maharaja. Ayahku adalah putera raja Kashmir yang terakhir, Maharaja Hari Singh." "Ayahmu seorang pedagang mobil bekas di Brooklyn, bukan?" "Betul ia pedagang mobil bekas, tetapi itu tidaklah berarti ia bukan putera raja!" debat Jivaro. "Tidak sedikit bekas raja bekerja sebagai pelayan rumah makan di New York. Nenekku dibuangdan meninggal duabelas tahun kemudian; jadi ayahkulah yang menempati garis keturunan. Dan dengan meninggalnya ayah, akulah Maharaja." "Telah kupelajari masalah Kashmir di perpustakaan," kata Red tidak sabaran. "Putera satu-satunya Maharaja terakhir adalah Dr. Karan Singh, yang terpilih menjadi presiden ketika ayahnya dipecat. Maka hentikan bualanmu, bahwa engkau Maharaja."

http://inzomnia.wapka.mobi

Air jerang sudah mendidih; Red sedu kopi ekstrak dua cangkir. Kemudian ia duduk di meja berhadapan dengan kawannya. "Apa rencanamu sekarang?" Ia bertanya. "Kukira, kau mau mempekerjakan aku." "Kau lebih sinting dari yang kusangka. Mana aku mau ambil resiko menerima seorang sinting dalam komplotanku. Aku tak dapat memahami alam pikiranmu; jika tetap berkhayal sebagai Maharaja, kau tak dapat bekerja padakul" "Kau ingin aku memberitahu polisi siapa perampok bank di Boston itu?" Red Sluice memicingkan matanya. "Kau mau memeras?" "Katakanlah, kau pekerjakan aku sebab telah berkawan lama," kata Jivaro mengusulkan. Sunyi beberapa saat dan tiba-tiba Red tertawa seram. "Yah, rupanya kita berdua saling mengetahui rahasia masing-masing. Baiklah, kau boleh mulai bekerja esok pagi. Tetapi kau harus berjanji melupakan segala ocehanmu tentang Maharaja itu." "Aku takkan lagi mengatakan kepada siapa pun, siapa sebenarnya diriku," kata Jivaro berjanji. "Oke! Kita berangkat esok pagi jam delapan; dan kita tidur setelah minum kopi." Terdengar suara kucing mengeong di sebelah kanan Frank dan Joe; kedua anak muda berpaling ke arah datangnya suara. Seekor kucing ada di belakang pintu. Sementara itu Red Sluice bangkit dan membuka pintu. "Pus, pus, ayo masuk," panggilnya; maka terlihat olehnya kedua anak muda. "Kalian siapa?" teriaknya sambil berlari hendak menangkap mereka. Frank dan Joe merunduk mundur ke balik sudut rumah, kemudian lari dikejar Sluice di belakangnya. Chet yang melihat mereka itu datang berlari segera menghidupkan mesin mobilnya. Vern yang duduk di depan di samping Chet menjulurkan tubuhnya ke belakang untuk membukakan pintu kanan belakang. Maka berlompatan masuklah Frank dan Joe, sedang Chet menginjak pedal gas sedemikian sehingga pintu itu tertutup sendiri.

http://inzomnia.wapka.mobi

Anak-anak Hardy keduanya menengok ke belakang dan melihat Red Sluice di tengah-tengah jalan mengacung-acungkan tinjunya. "Apa yang terjadi?" tanya Chet sambil mengurangi kecepatan mobilnya ketika membelok. "Sluice memergoki aku dan Joe waktu menguping dari balik jendela," kata Frank. "Kalian dapat temukan sesuatu?" Vern bertanya. "Begitulah," jawab Frank, lalu menceriterakan semua yang didengarnya. "Kita kembali lagi besok pagi. Kita buntuti mereka ke -sarangnya, seperti dikatakan Red sebagai pabrik," katanya menjelaskan. Mereka lalu pergi ke sebuah hotel di bagian bawah kota, di mana mereka mendapatkan kamar-kamar yang bersebelahan dan masing-masing kamar dilengkapi dua buah ranjang. Waktu sudah larut malam dan keempat anak muda segera jatuh tidur lelap. Keesokan harinya cepat-cepat mereka sarapan, lalu berangkat menuju rumah Red Sluice. Jam tujuh tigapuluh tepat mereka parkir mobilnya di pinggir jalan di seberang rumah Sluice. Jam delapan si semampai berambut merah dan si orang bertubuh kecil kehitaman keluar rumah, lalu menaiki mobil sportnya berwarna merah. Ketika mobil itu bergerak berangkat, sebuah sedan abu-abu mengikuti di belakangnya. Frank yang memegang setir selalu menjaga jarak agar aman tidak diketahui, sementara para pencuri menuntunnya menuju ke sebuah gudang di pinggiran daerah Pecinan yang tua. Sluice menghentikan mobilnya di depan gudang dan Frank melewatinya untuk berhenti beberapa puluh meter jauhnya. Melalui kaca belakang anak-anak muda itu dapat melihat Red dan Jivaro memasuki gudang itu. Kemudian Frank menjalankan lagi mobilnya mengitari blok dan kembali memasuki lorong di belakang gedung tersebut. Ia meminta Chet memegang setir, sedang ia dan Joe akan menyelidiki gudang tersebut. Di bagian belakang gudang terdapat sebuah pintu sorong yang besar yang dikunci dari dalam. Di sebelah pintu terdapat sebuah jendela, tingginya lebih kurang satu seperempat meter dari tanah. Jendela itu

http://inzomnia.wapka.mobi

sangat kotor untuk dpat mengintip ke dalam gedung. Dengan secarik kertas koran Frank membersihkannya, lalu mengintip ke dalam, yang ternyata sebuah ruang istirahat yang besar. "Kita coba memasuki gedung melalui jendela ini," desak Joe. Frank mengangguk setuju, lalu mendorong jendela naik ke atas. Mendapati ruang tersebut kosong, maka kedua anak-anak Hardy itu memanjat ambang jendela dan dengan hati-hati meloncat turun ke sebelah dalam. Dengan berjalan berjingkat mereka melintas ke sebuah pintu, membukanya sedikit, dan mengintip ke dalam sebuah ruangan besar seperti los gudang. Isinya lebih kurang duapuluh buah mobil-mobil baru dan setengah baru. Sebanyak selusin pekerja berpakaian overall sedang bekerja secara sistematik memreteli bagian-bagian dari mobilmobil tersebut. "Untuk apa mereka lakukan hal itu?" tanya Joe berbisik. "Mengambil onderdil-onderdilnya," bisik Frank. "Ingat kata ayah, mereka mengecat dengan warna baru atau memreteli onderdilonderdilnya dan dijual di pasar gelap." "Kau lihat Red dan kawannya si sinting?" tanya Joe. Frank menggeleng. "Tak seorang pun menoleh ke sini untuk kukenali mukanya. Ayo kita lihat sekeliling sebentar." Lalu ia lebarkan sedikit celah pintu, cukup untuk menyelinap masuk. Dengan gesit merek berlindung di balik sebuah mobil yang sebahagian telah dipreteli, dan melihat di sekitarnya. Tampak di tengah-tengah dinding sebuah pintu di sebelah kanan dan sebuah pintu lagi di sebelah kiri. Pintu sebelah kiri terbuka sedikit dan ternyata berhubungan dengan sebuah kantor. Red Sluice dan Jivaro berada di dalam kantor itu. Red rupanya sedang memperkenalkan Jivaro kepada seseorang bertubuh besar dan tegap di balik meja. "Orang tegap besar itu tentu pemimpin di sini," bisik Joe. "Barangkali pemimpin gudang," jawab Frank. "Ingat kata ayah, orang bertatoo di lengan bernama Crafty Kraft adalah salah satu tokoh pimpinan operasi, dan dialah menjadi pimpinan pencurian mobil-mobil."

http://inzomnia.wapka.mobi

Seseorang terlihat berjalan ke pintu sebelah kanan, membukanya dan masuk. Sesaat kemudian keluar lagi membawa sebuah kunci dan kembali ke pekerjaannya setelah menutup pintu. "Kita lihat apa yang ada di kamar itu," usul Frank. "Di depan mata para pekerja itu?" kata Joe menolak. "Dengan orang sebanyak itu di sini, tak akan ada yang mengenali. Di mana semangat petualanganmu?" Joe mengangkat bahu. "Berani sih berani, kalau kau pun berani!" Tak seorang pun mengenali mereka, ketika kedua anak Hardy itu melenggang ke pintu yang tertutup. Frank membukanya sedikit dan mengintip ke dalam untuk memastikan apa ada orang di dalamnya. Kemudian mereka memasuki kamar itu dan menutup kembali pintunya. Ternyata ruang itu adalah tempat mesin-mesin seperti mesin bubut, mesin serut, mesin bor dan beberapa macam mesin lainnya. Di dinding berbagai alat perkakas bergantungan seperti obeng, tang dan kuncikunci lainnya. "Mereka gunakan mesin-mesin di sini untuk membuat agar onderdilonderdil tampak baru lagi," kata Joe menduga-duga. "Begitulah kira-kira," kata Frank setuju. "Marilah kita keluar sebelum ada orang masuk mengambil perkakas." Tetapi ajakan Joe itu sudah terlambat. Pada saat itu seorang pekerja masuk. Orang bertubuh tinggi, kurus dan botak kepalanya. Ketika ia melihat kedua anak muda tak diundang itu, ia mengambil sebuah kunci yang besar sebagai senjata. "Apa kerjamu di sini?" katanya membentak. "Ini bukan tempatmu!" 6. Tertangkap Frank dan Joe menatap kunci yang diacungkan kepada mereka. "Aku bilang, apa kerja kalian di sini?" kata orang itu sekali lagi. "Kami, eh, kami cari pekerjaan," jawab Joe menggagap dibuat-buat, dengan harapan dapat lepaskan diri dari kesulitan. "Pintu depan dikunci,

http://inzomnia.wapka.mobi

dan tak seorang pun menjawab ketika pintu kami ketuk; maka kami lewat pintu belakang. Kami kira kantor menerima tukang, ternyata bukan." Pekerja itu mengawasi mereka penuh curiga. "Kalian pikir di sini perlu tenaga kalian?" "Kami ini montir mobil," kata Frank. "Bukankah di sini bengkel reparasi?" Seorang pekerja lain masuk, lalu berhenti ketika melihat si kepala botak tengah mengancam kedua anak muda dengan kuncinya. "Ada apa?" tanyanya. "Aku pergoki kedua orang ini berkeliling seperti mencari-cari. Mereka mengaku mencari kerja, dan menyelonong masuk kemari. Dikira ini kantor menerima tukang." "Menyelonong bagaimana? Pintu depan dan pintu belakang keduanya dikunci!" "Pintu belakang terbuka," sahut Joe dengan jantungnya berdegup keras. "Bagaimana sekarang?" tanya si kepala botak kepada temannya. "Bawa saja mereka ke kantor, biar Big Harry saja mengurusnya." "Oke! He kalian berdua," perintah si kepala botak sambil menunjuk pintu. "Jalan!" Frank dan Joe tak punya pilihan lain kecuali menurut perintah. Mereka digiring melintasi garasi besar menuju ke kantor di seberang. Di tengah jalan mereka melihat Red Sluice dan Anton Jivaro berdiri menghadap bagian depan rumah membelakangi mereka, sedang berbicara dengan salah seorang montir. Di dalam kantor, orang tegap dan besar dari balik mendongak heran ketika melihat dua orang tak diundang digelandang masuk kantornya oleh dua orang pekerja. "Apa-apaan ini, Slim?" tanyanya kepada si kepala botak. "Aku pergoki kedua orang ini di kamar mesin. Mereka mengaku cari kerja, dan mengira kamar mesin itu kantor menerima tukang." Dengan mengernyitkan dahinya Big Harry bertanya kepada kedua anak muda itu: "Bagaimana kalian dapat masuk kemari?"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Lewat pintu belakang yang terbuka," kata Joe. "Siapa membiarkan pintu belakang terbuka?" tanya Harry kepada pekerjanya setengah menuduh. "Bukan aku," jawab Slim. "Memang aku masuk paling akhir. Kukira mereka berdusta." "Bruce, pergi periksa pintu belakang," perintah Big Harry kepada seorang pekerja yang lain. Frank berkata: "Pintu itu menutup dan terkunci sendiri setelah kami masuk." Bruce berhenti di ambang pintu kantor, melihat atasannya dengan sorot mata bertanya. "Sudah, biar!" Kata Harry tidak sabar. Dengan menatap tajam kedua anak muda: "Siapa nama kalian?" "Saya Joe Bayport," jawab Joe. "Ini kakak saya Frank." Pada saat itu masuklah Red Sluice, lalu sejenak memandangi kedua anak muda dan serunya: "Kalian mau apa di sini?" "Kau kenal mereka?" tanya Harry. "Tentu saja aku kenal!" "Slim dan Bruce menemukan mereka menyelidik di kamar mesin. Siapa mereka?" "Nama tak kutahu, tetapi mereka semalam berkeliaran di rumahku. Mereka mengintip dari jendela belakang; kukira mau masuk rumahku," Red menjelaskan. "Apa kau yakin kalau mereka yang semalam?" tanya Harry. "Sudah pastil Anton dan aku sedang minum kopi di dapur, ketika kucingku mengeong minta masuk, Kubuka pintu dan kulihat mereka karena cahaya lampu dapur menyinari wajah mereka." "Agar lebih yakin, panggil temanmu itu!" kata Big Harry meminta. Rasa putusasa menimpa Frank dan Joe, menyadari bahwa sekali Jivaro melihat mereka pasti segera mengenali sebagai anak-anak Hardy. Selama komplotan itu mengira mereka sebagai pencuri biasa, masih ada harapan akan dilepas setelah dicaci-maki. Tetapi bila diketahui bahwa

http://inzomnia.wapka.mobi

mereka adalah anak-anak seorang detektif yang sedang berusaha membongkar komplotan pencuri mobil, kawanan itu terancam bahaya. Tetapi Red Sluice ragu-ragu sejenak. "Kawanku itu tidak melihatnya semalam," katanya mengaku. "Mereka ini telah lari sebelum kawanku mengikuti aku keluar., Kukejar mereka sampai mereka meloncat masuk mobil yang menunggunya dan tancap gas lari." "Baiklah," kata Big Harry, dan berpaling kepada Frank dan Joe. "Tunjukkan surat identitas kalian!" Kedua anak muda itu memejamkan mata. Pikir mereka, ini sama saja seperti dikenali oleh Jivaro. Dengan nekad Joe mengelak: "Saya tidak bawa." "Saya juga tidak bawa," sahut Frank. "Geledah kantong pakaiannya!" perintah Harry. Joe tetap waspada kepada pekerja yang membawa kunci di tangannya. Maka ketika Slim mengen-dorkan tangannya turun ke pinggang dan menganggap kedua tawanan tak akan dapat lari, tiba-tiba detektif muda itu menggaet tangannya dan merebut kunci. Sambil melemparkannya ke dalam keranjang sampah di sudut kamar itu, ia berteriak: "Ayo Frank, lari!" dan terus berlari hendak ke pintu. Slim melangkah maju, lalu memukul dengan tangan kanannya. Joe menunduk mengelak, lalu menghantam perut lawannya, dan sekali lagi ia melontarkan pukulan lurus sehingga lawannya terhuyung ke belakang. Sementara itu Red Sluice melontarkan pukulan panjang ke arah Frank yang ternyata dapat dielak-kannya. Tetapi sesaat kemudian Bruce menjotos Frank tepat mengenai rahang hingga terjatuh. Dan ketika Bruce mengejar untuk melontarkan pukulan berikutnya, Joe melonjorkan kakinya; maka tanpa ampun lagi Bruce jatuh terjerembab di lantai. Pada waktu Frank berdiri kembali, Red mengejarnya. Tetapi Frank mendorongnya jatuh menimpa Big Harry yang baru saja keluar dari balik meja untuk ikut berkelahi.

http://inzomnia.wapka.mobi

Kedua pekerja bangun lagi untuk menyerang. Joe menghadang dan mendorong Slim, dan Frank menghantam Bruce sehingga kedua pekerja bertabrakan jatuh ke lantai. "Ayo, lari keluar!" seru Joe mengundang Frank, sambil berlari mendahului ke pintu. Mereka sudah hampir sampai ruang istirahat ketika keempat bangsat itu bangkit mengejar. Maka kedua anak muda segera menyelinap masuk ruang istirahat, kemudian pintu dibanting menutup rapat dan dipalang. Mereka menuju jendela dekat pintu keluar, memanjat jendela dan keluar, tepat ketika pintu digedor-gedor dari dalam. Chet menghidupkan mesin mobilnya dan membukakan pintu bagi Joe dan Frank. Ketika pintu belakang itu terbuka dan keempat bangsat itu memburu keluar, Chet sudah menancap gas sehingga mobilnya lari meluncur. "Kejar mereka!" teriak Big Harry. Melalui kaca mobil di belakang, anak-anak muda itu melihat para bangsat berlompatan masuk ke dalam mobil sedan hijau yang diparkir di halaman belakang gedung. Terlihat memegang setir Big Harry, memutar mobilnya lalu tancap gas dan mengejar. Chet mengebut dan dengan tangkas masuk ke dalam lorong, membelok ke kanan ke perempatan jalan sebelum mobil sedan hijau nampak mengejar di belakang. Chet membelokkan mobilnya lagi ke kiri memasuki sebuah lorong. Demikian dilakukan berulang kali sehingga keempatnya yakin para pengejar telah kehilangan jejak. "Sekarang bagaimana?" tanya Chet. "Kembali ke hotel?" "Boleh!" jawab Frank lega. Chet masih meluncurkan mobilnya dengan kecepatan tinggi beberapa menit lagi, lalu menghentikan mobilnya di tepi jalan. "Mana jalan ke hotel?" "Kau tersesat?" Tanya Vern. "Bukan aku, mobilnya yang tersesat," katanya melawak untuk mengendorkan ketegangan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Keempatnya terbahak ketawa; kemudian melihat seputar dengan seksama. Jalan berliku-liku yang telah diambil membuat mereka bingung. "Kukira ke sana jalannya," kata Joe menunjuk. Chet menjalankan lagi mobilnya, tetapi kemudian menyadari bahwa semakin dalam tersesat di Kampung Cina. Lorong-lorong semakin sempit, sedang gedung-gedung di kanan dan kiri lorong menjulang tinggi. Sekilas Chet memandang ke kaca spion dan segera berseru: "Aduuuhh!" Yang lainnya memutar badan untuk melihat ke belakang. Satu blok arah ke belakang mereka lihat bangsat-bangsat itu membelokkan sedan hijaunya masuk ke lorong mereka. Rupa-rupanya bangsat-bangsat itu telah menjelajahi semua lorong-lorong di Kampung Cina, dan akhirnya bertemu juga. Chet injak pedal gasnya, kemudian dengan kecepatan tinggi membelok kanan, lalu ke kiri mengikuti liku-liku lorong melarikan mobilnya berzigzag seperti semula. Tetapi sedan para pengejar semakin mendekat, dan terus mengikuti jalan yang diambil oleh Chet. Ketika melaju sepanjang lorong sempit, Chet menghela napas: "Wah! Sebuah blok penuh rumah makan Cina!" "Mau berhenti sebentar untuk makan?" tanya Vern bercanda. Chet diam tak menyahut. Kemudian mereka melalui jalan dengan sebuah tanda bertuliskan: HATIHATI! PERBAIKAN JALAN! Dan tiba-tiba saja aspal jalan berubah menjadi kubangan lumpur, berasal dari galian parit di sisi kiri jalan. Di sisi kanan terdapat pagar kayu yang menjadi batas sebuah lereng enam meter lebarnya dan berujung parit yang berbatu-batu. Mobil para pengejar melaju sangat cepat dan semakin mendekat, bahkan hampir berada di samping mobil mereka. "Mereka hendak menyerempet dan mendorong mobil kita masuk ke dalam parit, Chet," seru Frank memperingatkan. "Ayo, beri mereka pelajaran bagaimana seharusnya mengemudikan mobil!" Chet mengangguk dan tiba-tiba diinjaknya rem kuat-kuat sehingga berbunyi berderit. Sedan hijau melesat lewat, dan dengan cepat Chet

http://inzomnia.wapka.mobi

menginjak pedal gas dalam usahanya melarikan mobilnya tepat di belakang mobil bekas pengejarnya. Dengan bumpernya Chet mendorong mobil lawannya. Chet menambahkan kecepatan dan menggiring mobil lawan ke depan dan ke samping. Sekarang keadaan berbalik sedan hijau didorong masuk ke dalam parit. Tak ayal lagi sedan hijau itu terjerumus ke dalam parit dengan radiator terbenam dalam lumpur. Chet membanting setir ke kanan kembali untuk meluruskan mobilnya di jalan kembali. Tetapi roda belakang merosot dalam lumpur, selip dan mobil berubah arah ke pagar, batas sebuah lereng yang curam. 7. Pengintaian Mobil membelok tajam dengan sedikit selip tetapi menjadi lurus kembali dengan bagian belakang menyerempet pagar. Dengan suatu kertakan gigi, Chet berjuang untuk menguasai kemudi. Akhirnya ia berhasil menempatkan kendaraannya berjalan di sisi kanan jalan, lalu berhenti. "Wow, wow!" seru Vern. "Apa kalian takut seperti aku?" "Aku sama sekali tak takut," jawab Chet dengan nada gemetar. "Aku bersyaraf bajai" Tetapi kemudian, kehabisan tenaga, ia melorot di belakang setir dengan kepala bersandar pada jendela. Frank memutar tubuhnya dan melihat apa yang terjadi dengan sedan hijau. Tampak Big Harry dan Red Sluice dengan jengkel mendorong-dorong mobil keluar dari lumpur. Tetapi semakin keras mereka mendorong, semakin dalam mereka terbenam dalam lumpur. Di kejauhan keempat anak-anak muda itu tertawa puas. Tetapi mereka tak hendak uji kemujuran lagi, maka segera mereka menjalankan mobilnya menuju ke hotel. Sesampai di hotel mereka berketetapan untuk menelpon pak Hardy di Bayport. Frank memutar nomor rumahnya di Bayport, dan bibi Gertrude yang menyahut.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau baik-baik?" tanyanya khawatir. "Kita lihat acara di TV tentang pembajakan itu." "Kita semua baik, bibi. Apa ayah ada?" "Tidak ada, ia pergi. Tugas rahasia. Pesannya agar kalian meninggalkan alamat sekarang, agar dapat menghubungi kalian." Frank menyebut nomor telpon hotel serta nomor kamar-kamar yang mereka sewa. "Kalian telah temukan lima senan Vern?" tanya bibi Gertrude. "Kami belum sempat untuk mencarinya," jawab Frank. "Mungkin akan kami mulai mencarinya hari ini." "Syukurlah. Bibi senang kalian hanya menghadapi suatu misteri, dan tidak terlibat dengan kom plotan penjahat." "Terimakasih, bibi. Salam kami pada Ibu." Ketika Frank meletakkan gagang telpon, Joe mengernyitkan alis matanya. "Ayah tidak ada, Ayah sedang melakukan suatu tugas rahasia. Sebetulnya aku ingin berbicara dengan ayah, agar dapat merundingkan langkah-langkah selanjutnya." "Tak perlu," kata Chet. "Telpon saja polisi dan beritahukan alamat toko sarang mereka." "Bukan waktunya yang tepat saat ini. Bila polisi menggerebeg toko itu, yang tertangkap hanya teri-terinya saja. Kita inginkan kakapnya." "Apa bukan Big Harry?" tanya Chet. "Kuragukan hal itu!" "Lalu? Bagaimana dapat ditemukan gembongnya?" tanya Vern. "Kita awasi terus tempat komplotan bersarang. Kita ambil gambar siapasiapa saja yang keluar masuk dengan kamera saku kita," kata Joe memberi saran. "Gagasan bagus," kata Frank setuju. "Gembong komplotan itu sekali waktu akan muncul juga, dan bila muncul ada cukup alasan untuk kita melapor pada polisi."

http://inzomnia.wapka.mobi

Keempat anak muda itu bersepakat atas rencana yang baik tersebut. Mereka menetapkan melakukan pengawasan terhadap toko yang menjadi sarang komplotan secara bergiliran. Frank dan Chet mendapat giliran pertama, sedang Joe dan Vern akan melakukan pencarian matauang lima senan Kepala Liberty. Mereka lalu mengendarai mobilnya ke toko di Kampung Cina, dan memarkirnya sejauh satu blok dari sana. Kemudian mereka keluar dan memeriksa daerah sekitar. Tak seorang pun nampak ketika mereka mendekati bagian depan toko tersebut. Sejumlah peti-peti kosong dan dos-dos bertumpukan di dekat gerbang masuk. Sementara kawan-kawannya melakukan pengintaian, Frank mengambil sebuah dos besar bekas pembungkus almari es. Dengan pisau sakunya ia membuat pintu di bagian belakang dos itu, yaitu memotong bagian atas, dasar dan sisi kiri, lalu sisi kanan dos ditekuk sedemikian sehingga pintu dapat dibuka dan ditutup. Ia mengambil sebuah peti kosong untuk dapat dipakai sebagai tempat duduk di dalam dos tersebut, dan membuat dua lubang setinggi mata. "Nah, siap sudah rumah jaga untukku di depan gedung," Frank menjelaskan kepada kawan-kawannya. "Sekarang kita cari tempat berlindung untuk Chet di belakang gedung." Mereka jalan memutar sebuah lorong untuk mencari tempat berlindung yang aman, ketika Frank yang berjalan di depan memberi isyarat kepada kawan-kawannya untuk menghindar. Big Harry sedang memarkir sedan hijau di belakang gedung. Radiator mobil itu penuh lumpur kering, tetapi tidak seorang pun dari penumpang-penum-pangnya nampak cidera. Mereka keluar mobil dan memasuki gedung. Frank terus mengawasi mereka, dan dengan hati-hati mengintai dari sudut gedung. "Ada apa?" tanya Joe berbisik. "Tak ada apa-apa sekarang," sahut Frank. Ia maju ke depan dan dengan lambaian tangan ia mengajak kawan-kawannya ikuti dia. "Kawanan

http://inzomnia.wapka.mobi

bangsat itu baru saja kembali dan masuk ke dalam gedung. Tak seorang dari mereka yang cidera." Ketika mereka dekat sedan hijau, Vern berkata: "Mereka gunakan mobil derek untuk menarik sedan ini keluar dari lumpur. Tak mungkin mereka mampu mendorong mobilnya. Lihat mobil dengan bagian hidung telah terbenam dalam lumpur." Dari arah seberang terpancar seberkas cahaya, keluar dari pintu belakang sebuah toko di seberang lorong. Ternyata pintu itu tidak terkunci, dan mereka lalu masuk. Toko itu kosong. Sebuah jendela yang kotor tepat menghadap gedung yang mereka hendak awasi. Chet membersihkan kaca jendela itu sebesar sebuah matauang, dan ternyata memberikan pandangan yang jelas ke arah pintu belakang gedung. Sambil mengulurkan kamera sakunya Joe berkata: "Ambil foto-foto semua orang yang keluar masuk. Oke?" "Kapan kalian datang menggantikan kita?" tanya Chet. "Secepatnya, setelah Vern dan aku selesai urusan matauang itu," jawab Joe. "Tak akan lebih dari jam satu nanti." "Kau maksudkan tunggu sampai sesudah makan siang?" "Kalian tak akan mati kelaparan," kata Vern menggoda. "He kau, si kurus ceking, bisa saja ngomong; penting sekali memelihara tubuh berotot seperti aku ini, lho!" Chet mengejek. "Tentu! Berotot baja, bukan main!" kata Vern berolok-olok lagi, dan kemudian bersama kedua anak Hardy ia berjalan kembali ke depan gedung. Setelah Frank duduk di pos penjagaannya di dalam dos almari es, maka Joe dan Vern pun kembali menuju tempat mobilnya diparkir. Duduk kembali di belakang setir, Joe bertanya: "Ke mana?" "Pertama kita menemui pengacara yang dikuasakan mengurus perkebunan paman Gregg," usul Vern. "Pengacara itu kerja di Gedung Nichols di pusat kota. Namanya Charles Avery." Pengacara itu berkantor mewah pada tingkat tujuhbelas. Orangnya bertubuh gemuk, setengah baya dan periang. Ia menyambut kedatangan

http://inzomnia.wapka.mobi

kedua anak muda itu dengan baik, dan mempersilakan duduk di kursi yang empuk. "Seperti anda ketahui," pengacara itu memulai pembicaraannya, "paman anda menghadapi kesulitan keuangan dekat sebelum meninggal. Bahkan koleksi matauang yang besar jumlahnya itu harus dijualnya untuk melunasi tagihan-tagihan hutang perkebunannya. Semua dijualnya, kecuali matauang lima senan Kepala Liberty tahun 1913 yang telah diwariskan kepada anda. Sayang sekali, matauang itu telah lenyap." "Bagaimana persisnya kejadian itu?" "Presiden bank di mana paman anda mempunyai safe-box dapat menerangkan kepada anda," sambung Charles Avery. "Izinkan saya menelpon Tuan Barton Laing dari Bank Bunker agar dapat diatur pertemuan dengan anda." Pengacara itu menelpon dan berhasil mengatur pertemuan segera antara tuan Laing dengan kedua anak muda tersebut. Bank Bunker hanya berjarak dua blok dengan Gedung Nichols, maka mereka meninggalkan mobilnya di tempat parkir, lalu berjalan kaki. Barton Laing, perawakannya jangkung, sedikit bungkuk dan berambut abu-abu, segera menjabat tangan kedua anak muda itu, dan mempersilakan mereka masuk ke kantornya. Ketika ketiganya telah duduk, ia bersandar ke belakang sambil menggerak-gerakkan jari-jari tangannya. "Kejadian itu sangat memalukan bank kita, tuan Nelson," katanya gugup. "Tentu saja secara hukum bank tidak harus bertanggungjawab penuh terha-. dap hilangnya matauang itu. Bukti satu-satunya bahwa matauang itu pernah ada di safe-box dari paman anda ialah pernyataan paman anda di dalam surat wasiatnya, bahwa pada tanggal tertentu ia menyimpan matauang itu di sini. Tak seorang pun melihat ia menyimpannya, karena apa yang disimpan atau diambil oleh nasabah dalam safe-box adalah urusan pribadi." "Mengapa paman menyatakan bahwa ia menyimpannya di sana, jika ia tidak melakukannya?" tanya Vern. "Saya tidak dapat menerangkan."

http://inzomnia.wapka.mobi

Joe menukas: "Mungkinkah ia mengambilnya tanpa mengubah surat wasiat?" Direktur bank itu menggeleng. "Paman anda tidak pernah membuka safe-box itu setelah menyimpan matauang tersebut." "Bagaimana anda dapat memastikan?" tanya Vern. "Catatan-catatan pada kita dari setiap kunjungan nasabah. Setiap kali seorang nasabah menggunakan safe-box simpanannya, ia harus menandatangani sebuah kartu yang tidak saja memuat hari dan tanggal, tetapi juga jamnya yang tepat. Pada berkas catatan itu tidak terdapat kunjungan paman anda setelah tanggal yang disebutkan dalam surat wasiat." "Apa seorang petugas bank dapat keluar masuk ruang safe-box?" tanya Joe. Barton Laing mengerutkan dahi. "Tidak mungkin demikian. Tidak seorang pun kecuali nasabah bersangkutan mempunyai kunci safe-box. Tentu saja masih ada kunci utama yang disimpan bank." "Kunci utama?" Vern mengulang. "Izinkan saya jelaskan prosedurnya. Untuk membuka safe-box diperlukan dua kunci, kunci pada nasabah dan kunci utama. Kunci utama ini cocok untuk semua safe-box. Tetapi dengan hanya kunci utama sesuatu safe-box tak dapat dibuka. Untuk membuka sebuah safe-box kunci nasabah dan kunci utama harus digunakan bersama-sama." Vern bertanya lagi: "Jadi, ketika paman Gregg menyimpan matauang itu adakah seorang lain menyertainya?" "Tidak perlu. Prosedur yang lazim ialah seorang nasabah membawa boxnya. ke dalam ruang bertirai di dalam ruangan besi, di mana ia dapat melakukan urusannya secara pribadi. Bila telah selesai, ia memanggil petugas ruangan besi, dan kedua kunci digunakan bersama-sama untuk mengunci box kembali." Kembali Joe menukas: "Bila tuan Gregg Nelson menentukan untuk tidak melakukan urusan secara pribadi, tentunya ia dapat melakukan urusan itu di hadapan petugas ruangan besi, bukan?"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Memang demikian, tetapi tidak ada catatan ia berbuat demikian atau tidak." "Apa ada catatan petugas ruangan besi yang bertugas pada hari itu?" "Sudah tentu. Dialah yang menandatangani kartu-kartu." "Apa petugas itu pernah ditanyakan melihat tuan Gregg Nelson menyimpan itu atau tidak?" Barton Laing tersenyum sabar kepada Joe. "Hampir tidak mungkin seseorang petugas ingat akan segala transaksi yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Seorang petugas ruangan harus dapat melayani sebanyak limapuluh orang nasabah setiap harinya." "Apa petugas ruangan besi tersebut masih bekerja pada bank ini?" "Saya tidak tahu pasti," kata tuan Laing. "Itu dapat saya cari." Ia mengambil pesawat telponnya, lalu minta dibawakan kartu-kartu safe-box ke kantornya. Tidak sampai lima menit kemudian seorang petugas yang masih muda menyerahkan kotak tempat berkas kartukartu yang terbuat dari logam. "Apa saya harus tunggu?" bertanya petugas itu. Direktur bank menggeleng. "Kauambil nanti saja." Ketika petugas itu meninggalkan kantor direktur tersebut, tuan Laing mencari-cari kartu. Akhirnya didapatinya kartu itu. "Inilah dia," katanya puas. "Betul, ia masih bekerja di sini." "Dapatkah ditanyakan kepadanya, apa ia masih ingat tuan Gregg Nelson menggunakan boxnya hari itu?" kata Joe meminta. Sambil mengangkat bahu direktur bank itu sekali lagi mengambil pesawat telponnya. "Saya ragukan, apa ia masih ingat. Tetapi boleh dicoba." Melalui pesawat ia berkata: "Panggilkan petugas ruangan besi ke kantorku!" Menunggu beberapa menit, terdengar ketukan di pintu kantor direksi. "Masuk!" panggil tuan Laing. Pintu dibuka, menyusul kedua anak muda itu ternganga keheranan. Cylvia Nash melangkah masuk ke dalam kantor direksi. 8. Terjebak

http://inzomnia.wapka.mobi

"Hallo, anak-anak muda!" seru Cylvia memberi salam. "Apa kalian kerjakan di sini?" "Kau kenal kedua tuan-tuan ini?" tanya Barton Laing. "Mereka di pesawat bersama saya, "Cylvia menerangkan. "Mengagumkan, Joe hampir dapat menaklukkan pembajak pesawat itu!" "Kedua tuan-tuan ini ingin berbicara kepadamu tentang matauang tuan Gregg Nelson yang hilang," kata direktur bank mengingatkan. "Oo, apakah kau kemenakannya?" tanya Cylvia kepada Vern. "Tak kusangka samasekali ketika berjumpa di pesawat." Vern menyeringai. "Ya, itu biasa." "Nona Nash!" kata Barton Laing tidak sabar. "Anda tercatat sebagai petugas yang menerima tuan Gregg Nelson di ruang besi delapan tahu yang lalu. Menurut surat wasiatnya ia meletakkan matauang itu ke dalam safe-box. Anda ingat kejadian itu?" "Sudah sekian lamanya?" Ia menggeleng. "Saya bahkan tidak ingat lagi telah menandatangani kartu tuan Nelson." "Bukan salah anda," kata Vern dengan wajah masam. "Bagaimana pun, hanya bernilai seratus ribu dollar." Ketika kedua anak muda itu menuju kembali ke tempat parkir mobilnya, Joe berkata: "Aku dapat mempercayai nona Nash, bila saja kita tak melihat orang yang ditemuinya ketika baru turun dari pesawat di airport. Itu lho, orang yang menjemputnya. Dan orang yang bersekutu dengan penjahat, biasanya sendiri juga jahat. Sejauh yang kita dapat duga, dialah orangnya yang mencuri matauang pamanmu." "Tak tahu bagaimana caranya aku memecahkan masalah ini," kata Vern putusasa. "Jangan gampang putusasa," kata Joe menasihati. "Kita tahu di mana nona Nash tinggal. Barangkali saja dapat ditemukan sesuatu bukti di apartemennya." "Oke! Tetapi kita tak boleh mencuri masuk!" "Tentu saja tidak. Aku punya rencana. Mari kita beli seperangkat pakaian tukang."

http://inzomnia.wapka.mobi

Joe lalu menjalankan mobilnya ke sebuah toko serba ada, di mana mereka masing-masing membeli seperangkat pakaian tukang. Kemudian mereka mampir ke sebuah toko besi, dan membeli sabuk perkakas seperti biasa dipakai tukang telpon. Mereka lalu kembali ke hotel, mengganti pakaian tukang, dan sesudah itu menuju ke rumah Cylvia. Mereka parkir mobilnya di depan gedung apartemen, masuk ke halaman, lalu membunyikan lonceng pintu penguasa apartemen. Seorang nyonya tua membukakan pintu. Joe tersenyum ramah. "Perusahan telpon, nyonya. Penghuni kamar 2B lapor telponnya rusak." "Ia tidak di rumah," jawab nyonya tua. "Tetapi baiklah saya bukakan pintu untuk kalian." Sambil menunjukkan jalan ke tingkat dua, nyonya tua itu membukakan pintu dengan kunci loper. "Pasang kembali kunci jika kalian keluar," kata nyonya tua itu. "Baiklah nyonya. Terimakasih.". Joe berjanji. Sementara itu, di belakang toko di Kampung Cina, Chet jadi bosan mengintip melalui lubang kecil pada jendela kotor. Ia juga sudah merasa lapar, dan pikirannya melayang pada hot dog, hamburger dan kue pizza. Tiba-tiba ia melihat seorang anak Cina kecil berumur sekitar empat tahun, memegang uang kertas satu dollar. Tidak lama kemudian anak itu kembali dengan memainkan mainan yoyo di tangan kanan, dan menjilati es krim yang dipegang di tangan kiri. Chet tidak dapat menahan lagi dan lari keluar mengejar anak Cina itu. "Ee, bocah!" panggilnya. Anak itu berhenti dan memandang dengan mata terbelalak. Chet mengeluarkan uang satu dollar. "Tolong, belikan aku es krim; nanti kuberi kau uang setalen." "Ehh?" berucap anak itu heran. Ketika Chet mengulangi permintaannya, anak itu menjawab dengan serentetan kata-kata bahasa Cina. "Tak mengerti bahasa Inggris, ya?" tanya Chet. Ia lalu menunjuk es krim yang dipegang si anak, lalu menunjuk ke arah toko makanan yang pernah ia lihat sebelumnya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Dengan tersenyum anak itu mengulurkan es krimnya ke mulut Chet. "Bukan begitu. Aku tak mau minum esmu," kata Chet. "Belikan untukku satu." Sekali lagi ia menunjuk ke arah toko makanan, dan memberikan uang satu dollar. Anak itu tiba-tiba seperti mengerti maksudnya. Dengan tersenyum lebar ia mengangguk-angguk dan menerima uangnya. Ia membalik berjalan kembali ke arah toko, sementara Chet kembali menyelinap masuk dan meneruskan pengintaiannya. Ketika dilihatnya anak Cina itu berjalan kembali, segera ia bergegas keluar. Dengan senyum lebar anak itu memberikan sebuah mainan yoyo dan uang kembalian setalen, lalu menerobos dengan bahasa Cina yang ramah anak itu kemudian berjalan pergi. Chet hanya mampu memandangi dengan perasaan pepat, sedang perutnya keroncongan. Di depan gedung, Frank merasakan lelah duduk di atas peti di dalam dos almari es. Perhatiannya terbangun ketika pintu toko dibuka orang, dan Red Sluice bersama Anton Jivaro berjalan keluar menuju ke mobil sport merah yang diparkir beberapa meter dari persembunyian Frank. Ia dapat mendengar jelas percakapan kedua penjahat itu ketika berjalan menuju ke mobil. "Seharusnya engkau katakan langsung padaku bahwa anak-anak Hardy bersamamu di pesawat. Mengapa harus tunggu sampai sekarang?" kata Red mengeluh. "Bagaimana kuketahui kalau Fenton Hardy sedang mengusut perkaramu?" tanya Jivaro. "Lalu apa teman wanitamu tak mengatakan bahwa anak-anak Hardy itu ada di sini, tidak ada hubungannya dengan operasi pencurian mobil?" Keduanya memasuki mobil sport. "Benar, ia telah mengatakan kepadaku," kata Red mengakui. "Ketika kutelpon dia dan mendampratnya karena tidak menceriterakan bahwa anak-anak Hardy itu ada di pesawat, maka ia mengatakan bahwa mereka ada di kota ini untuk menyelidiki matauang yang hilang yang dimiliki seorang kawannya. Kita akan dapat keterangan terperinci nanti bila bertemu di apartemennya."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Apa dia dapat meninggalkan tugasnya di bank?" "Ia katakan dapat tinggalkan kantornya pada jam makan siang. Kunci kamarnya ada di bawah pot bunga; jadi kita dapat masuk sewaktuwaktu." Red menjalankan mesin mobilnya, namun tidak segera berangkat karena Jivaro menahannya. "Tunggu! Kaupikir aku perlu ikut kau?" "Mengapa tidak?" "Teman wanitamu ada di pesawat. Ia akan mengenali aku sebagai pembajak!" "Ia tak akan menjerit ketakutan bertemu dengan kawan pacarnya," kata Red menjamin. "Jangan khawatir!" Mereka pun berangkat meninggalkan kepulan asap mobilnya. Di apartemen, Joe dan Vern telah menggeledah di mana-mana, kecuali di kamar tidur, tanpa dapat menemukan sesuatu. Kemudian sementara meng-geratak laci almari pakaian, Joe melihat sebuah buku bank di bawah tumpukan kaos kaki. Setelah dibuka, ia bersiul-siul. "Menemukan apa?" tanya Vern. "Buku tabungan atas nama Cylvia Nash, dibuka sepuluh tahun yang lalu. Kulihat setoran tetap duapuluh dollar setiap bulan sampai bulan yang lalu, kecuali satu." Vern mengangkat bahu. "Wanita yang hemat! Kau tak dapat salahkan dia karena meleset satu setoran saja dalam sepuluh tahun." "Tak kukatakan satu setoran yang meleset. Ia justru setor jauh lebih besar. Pada tanggal 12 April delapan tahun yang lalu ia menyetor limapuluh ribu dollar!" Vern meraih buku tabungan itu dari tangan Chet dan melihatnya. "Suatu kebetulan yang aneh. Paman Gregg menyimpan matauang itu di safe-box pada tanggal 22 Maret, jadi tepat dua minggu sebelum setoran Cylvia yang besar tersebut." Tiba-tiba mereka mendengar kunci diputar di pintu depan. Cepat-cepat Joe kembalikan buku tabungan di bawah kaos kaki, lalu menutup laci almari pakaian. Kemudian ia dan Vern merapatkan badannya pada tembok kedua sisi kamar tidur.

http://inzomnia.wapka.mobi

Suara laki-laki yang dikenali Joe samar-samar terdengar berkata: "Kita santai saja, pacarku takkan datang sebelum lewat limabelas menit." Seseorang lain terdengar menggerutu tidak jelas. Anak-anak muda menjadi lega hatinya, bahwa yang masuk bukan Cylvia. Di depan Cylvia mereka tak dapat berpura-pura sebagai tukang telpon. Joc memberi isyarat kepada Vern, lalu berjingkat menuju kamar mandi. Ketika sudah di dalam, pintu kamar mandi cepat-cepat ditutup. Lalu mereka menuju jendela kamar mandi. Daun jendela dengan hati-hati diangkat ke atas, lalu memandang ke luar. Mereka berada di tingkat dua, dan tingginya dari lantai halaman yang terbuat dari beton merupakan resiko yang terlalu besar untuk meloncat ke bawah. "Kukira kita harus menyelinap lewat pintu depan," gumam detektif muda itu. "Kuharap saja mereka di sana bukan orang-orang yang mengenal kita. Tetapi suara yang satu itu kedengarannya sudah kukenal." "Aku tak kenal," kata Vern. "Kaukira dapat lewati mereka meskipun mereka tak kenal kita?" "Tetapi kita harus berjalan melewati mereka tanpa ragu-ragu," kata Joe pasti. "Katakan saja telpon sudah diperbaiki. Bila mereka bertanya bagaimana bisa masuk, kita katakan sebenarnya. Penguasa apartemen telah menyilakan kita masuk." "Kukira lebih baik kita tunggu sampai mereka pergi," Vern mengusulkan. Joe menggelengkan kepala. "Mereka sedang mengharapkan kedatangan seseorang dalam waktu limabelas menit. Seorang wanita lagi. Dan barangkali Cylvia Nash. Jika memang dia, akan habis riwayat kita!" Vern mengangguk. "Kalau begitu Oke! Kita coba." Joe membuka sedikit pintu kamarmandi. Dengan sengaja dibuatnya suara gemerincing dengan perkakas dipinggangnya, lalu dengan suara keras berkata: "Telpon sudah baik sekarang. Di mana lagi selanjutnya?" Vern menggumam menyebutkan suatu alamat, sambil berjalan masuk ke ruang depan. "Telpon anda....," Joe mulai berkata dan tiba-tiba terhenti suaranya ketika dilihatnya Red Sluice dan Anton Jivaro sedang duduk di kursi. Sluice segera melompat bangkit. "Pencuri! Pencuri itu lagi!" teriaknya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Kedua anak muda itu berlari ke pintu, tetapi didahului Sluice yang merapatkan punggungnya pada pintu, lalu mencabut pisau. 9. Ledakan Anton Jivaro menyusul bangkit. "Pencuri?" tanyanya. "Apa maksudmu mereka ini?" Red menunjuk Joe dengan pisaunya. "Dia salah seorang yang hendak mencuri masuk rumahku semalam. Kemudian dia pula yang dipergoki di kamar mesin di toko pagi tadi. Aku tak tahu siapa yang satu itu." "Kukatakan padamu, mereka samasekali bukan pencuri!" seru si pembajak. "Dia itu Joe Hardy, dan yang satu lagi Vern Nelson." Joe membisiki Vern: "Kau ambil si kecil, aku beresi Red." "Kau mau beresi siapa?" tanya Red sambil mengangkat pisaunya mengancam. Tiba-tiba Jivaro menyerang Vern, mendaratkan tiga pukulan sebelum anak muda itu bersiap. Vern terhuyung ke belakang, sedang Joe cepat melepaskan gesper sabuknya yang berat penuh perkakas, lalu melemparkannya ke arah Red. Sebuah kunci yang berat menimpa ujung jari kakinya. "Aduh!" teriak Red, menari-nari pada sebelah kaki kesakitan. Vern bangkit, menangkap Jivaro pada kedua lengannya, mengangkatnya ke atas dan melemparkan tubuh kecil itu ke depan tepat menimpa Red sehingga keduanya jatuh bergelimpangan. Joe membuka pintu depan dan keluar diikuti Vern di belakangnya. Dengan cepat mereka berlari menuruni tangga, empat undakan sekaligus, sebelum Red dan Jivaro bangkit dan mengejar. Nyonya tua penguasa apartemen sedang mengawasi tukang kebun mencabuti rumput, ketika kedua anak muda itu melesat lari keluar halaman apartemen. Nyonya tua dan tukang kebun memandangi mereka dengan keheranan, sehingga tidak melihat Red dan Jivaro yang lari keluar pintu untuk mengejar. Kedua penjahat berhenti secara tiba-tiba ketika disadari bahwa ada orang-orang yang dapat menjadi saksi mata.

http://inzomnia.wapka.mobi

Maka dengan cepat Red menyembunyikan pisaunya di belakang punggungnya sebelum nyonya penguasa apartemen membalikkan tubuh dan melihatnya. Kedua detektif muda lalu melompat masuk ke dalam mobil abu-abunya. Joe menghidupkan mesin dan segera melarikan mobilnya secepatcepatnya. "Sluice dan Jivaro berjalan seenaknya ke mobil sportnya" kata Vern sambil melihat melalui kaca belakang mobil. "Kukira mereka tidak berani mengambil resiko terhadap penguasa apartemen dengan memanggil polisi." Joe telah membelokkan mobilnya sebelum mobil sport merah mengejarnya. Ia hendak menghilangkan jejak dengan memasuki lorong lalu secara zig-zag keluar masuk lorong-lorong beberapa blok jauhnya. Ketika dirasanya pasti sudah berhasil lepas dari pengejaran, mereka kembali ke hotel. Ketika mereka sampai di kamar hotelnya, Joe meraba-raba kantong saku pakaian kerjanya. "Aduh, celaka!" "Ada apa?" "Kunci kamar ketinggalan di saku sabuk perkakas. Jika mereka temukan, akan diketahui di mana kita menginap, sebab nomor pada kunci kamar menyebutkan nama hotel." "Kunci kamarku masih ada," kata Vern. "Kau masuk saja kamarku, dan lewat pintu penghubung masuk ke kamarmu. Tetapi kiranya kita perlu pindah hotel, segera setelah menemui Frank dan Chet." Setelah menanggalkan pakaian kerja, mereka berganti pakaian mereka sendiri, kemudian mengendarai mobilnya ke gudang di Kampung Cina, menggantikan tugas pengintaian. Dalam perjalanan mereka membeli sekantong hamburger dan minuman ringan untuk makan siang. Ketika lewat di depan toko, Joe memberi isyarat dengan klakson, untuk kemudian memarkir mobilnya di tepi jalan. Kemudian mereka berjalan sepanjang blok, disusul munculnya Frank dari dos almari es dan berjalan menemui mereka.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tiba giliran kalian," kata Frank mendekat. "Barangkali Chet sudah kelaparan setengah mati." Joe menyeringai. "Kita akan obati dia," katanya melambaikan kantong hamburger. "Kita dapat datang lebih cepat bila saja tak menemui beberapa kesulitan. Sebaliknya ada sesuatu yang terjadi di sini?" "Tak ada kejadian yang penting. Red Sluice dan Anton Jivaro pergi keluar dengan mobil sportnya! Kudengar percakapan mereka sebelum berangkat. Mereka menuju ke apartemen Cylvia Nash." "Kalau saja itu kuketahui," kata Joe menyesali. "Kita sedang menggeledah apartemen nona Nash ketika mereka masuk, dan kita harus berkelahi untuk dapat lolos pergi." "Menggeledah? Menggeledah bagaimana?" "Ternyata Cylvia adalah petugas bank yang melayani paman Vern di ruang besi, pada waktu ia menyimpan matauang lima senan Kepala Liberty tahun 1913 ke dalam safe-box. Kita menemukan buku bank atas nama Cylvia Nash, yang menunjukkan setoran uang simpanan sebesar limapuluh ribu dollar dua minggu kemudian." "Apa barangkali dia yang mencuri matauang itu?" tanya Frank. "Mungkin juga. Tetapi dengan sistem yang digunakan bank itu, aku tak mengerti bagaimana ia dapat melakukannya; yang jelas waktu penyetoran itu saja sudah mencurigakan." Bersama-sama ketiga anak muda itu berjalan dengan hati-hati memutar lewat sebuah lorong. Chet ada di dalam gudang, mengintai lewat lubang pengintaian, sambil bermain yoyo dan melamun. Ia membalikkan tubuhnya ketika ketiga kawan-kawannya masuk. "Dari mana kaudapatkan mainan yoyo itu?" tanya Joe. "Dari kesalahan komunikasi. Aku tak mau mengatakannya," katanya sambil melihat kantong yang dibawa Joe, dari mana tercium bau yang sedap ia menjadi gembira. 'Sedap! Hamburger, ya?" "Ada lima," kata Joe. "Dua untukmu dan yang lain masing-masing satu. Minuman soda, ada empat."

http://inzomnia.wapka.mobi

Kantong lalu dibuka dan mereka mulai makan. Joe bertanya kepada Chet apa ada sesuatu yang akan dilaporkan. Dikatakannya bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi, kecuali sejumlah lebih kurang setengah lusin tukang keluar dari toko itu pada tengah hari, berjalan ke arah toko makanan, dan setengah jam kemudian kembali lagi. Chet mengira mereka itu pergi untuk makan siang. Sesudah mereka berempat makan, mereka bertukar tugas. Sambil menerima kamera Vern menggantikan tugas pengintaian di belakang gedung, sedangkan Joe akan menempati pos penjagaan dalam dos almari es di depan gedung. Chet dan Frank memutuskan untuk kembali saja ke hotel. Maka ditinggalkanlah Vern di dalam gudang itu, dan kedua anak-anak Hardy bersama Chet berjalan menuju ke mobil yang diparkir di tepi jalan. "Hati-hatilah," kata Joe memperingatkan kawan-kawannya. "Kunci kamarku tertinggal di dalam sabuk perkakas, sewaktu aku berusaha lepaskan diri dari bangsat-bangsat itu di apartemen nona Nash. Bila mereka menemukannya, mereka akan tahu di mana kita menginap." Kemudian Frank dan Chet berangkat mengendarai mobil abu-abu, sedang Joe masuk ke dalam dos almari es, duduk di atas peti dan mulai pengintaiannya melalui lubang setinggi mata. Satu jam berlalu tanpa ada orang masuk atau keluar toko. Joe mulai bosan, dan kaget ketika dirasakan pintu dos di belakangnya dibuka orang. Ia lompat bangun, membalikkan tubuhnya dengan kedua tangannya siap melontarkan pukulan karate. Ia menjadi tenang setelah melihat Vern. Dengan suara lirih Vern berkata: "Kau ingat sopir truk dengan tangannya bertatoo yang menurut ayahmu bernama Crafty Kraft?" Joe mengangguk. "Ia menempatkan truknya dengan bagian belakang dihadapkan ke pintu sorong. Aku tak melihat jelas apa yang diturunkan dari atas truk itu, sebab bangsat itu dengan punggungnya tepat menghalangi pandanganku. Tetapi aku berani bertaruh, tentu mereka menurunkan mobil curian. Kukira mobilku pun ada di antaranya."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Baiklah kita lihat bersama," usul Joe. Berdua mereka berjalan memutar menuju lorong di belakang gedung. Truk Kraft masih diparkir di sana, tetapi pintu sorong sudah ditutup kembali. Setelah melihat di seputar, dan tak terlihat seorang pun. Joe mengangkat daun jendela ruang istirahat, lalu mengintip ke dalam. Ruang itu tampak kosong, kemudian ia memanjat masuk diikuti Vern. Dengan hati-hati, Joe mengintip ke dalam grasi luas yang mirip gudang. Maka ketika diketahuinya tidak ada seorang pun di sekitar itu, ia membuka pintu cukup untuk ia dan Vern menyelinap masuk. Dengan membungkuk-bungkuk di balik mobil yang tengah dipreteli bagianbagiannya, mereka berlindung. Pintu kantor terbuka, tetapi tak terlihat ada orang di dalamnya. Mereka mengawasi ke sekeliling. Joe tidak melihat Big Harry maupun Crafty Kraft. Tiga buah mobil yang tampak masih baru berada di sisi kanan pintu. Dengan bergairah Vern menunjuk ke mobil biru. "Itu mobilku!" bisiknya. Tiba-tiba mereka harus membungkuk lebih dalam, sebab seorang tukang tampak berjalan ke arah persembunyian mereka. Untung tukang itu berlalu tanpa melihat mereka, dan masuk ke ruang istirahat. "Jika ia datang lagi, pasti ia akan melihat kita!" kata Joe yakin. "Kita harus cari tempat berlindung yang lain." "Di antara mobil-mobil itu?" usul Vern. Joe berdiri sambil mengangguk, dan melihat ke arah tukang-tukang yang tengah sibuk bekerja untuk memastikan bahwa tak seorang pun di antara mereka yang melihatnya. Ia lalu mendahului berjalan berjingkat menuju ke mobil-mobil yang baru datang, diikuti Vern di belakangnya. Pada saat yang sama Big Harry dan Crafty Kraft bangkit berdiri tepat di hadapan mereka berdua. Rupanya bangsat-bangsat tadi merangkak di antara mobil untuk memeriksa bagian bawah mobil-mobil itu. Melihat kedatangan kedua anak muda itu Big Harry berteriak mengancam: "Ah, kalian lagi-lagi!" Dan mulailah ia menyerang anak-anak muda itu.

http://inzomnia.wapka.mobi

Joe dan Vern berlari ke pintu ruang istirahat, ternyata terkunci, dan sebelum dapat berlari ke arah lain, Harry berhasil mencegat Joe dan Kraft menangkap Vern. Terjadilah pergumulan, dan saling memukul. Sesaat kemudian dikejutkan oleh kegaduhan, para pekerja berdatangan mengurung mereka. Kedua detektif muda itu ditangkap beramai-ramai oleh para pekerja sehingga tak mampu berkutik. "Seret keduanya ke kantorku!" perintah Big Harry. Sementara itu Frank dan Chet membicarakan peringatan Joe, sambil menaiki elevator hotel. Jika mereka berhasil menemukan kunci kamar Joe, jangan-jangan mereka menghadang kita di kamar itu," kata Chet dengan was-was. "Mereka akan membawa kita ke suatu tempat di mana orang takkan menemukan kita lagi!" "Kau seperti bibi Gertrude saja," kata Frank. "Mereka takkan berani menculik kita di hotel ini." "Mengapa tak berani?" "Hotel adalah tempat yang terlalu ramai untuk suatu penculikan. Bagaimana mereka dapat membawa kita melewati lobby? Paling-paling mereka akan memasang alat-alat pendengar untuk dapat mengetahui rencana-rencana kita." "Kalau begitu kita cari mikrofon yang mereka pasang tersembunyi dalam kamar kita," kata Chet dengan lega. Kedua anak muda itu memasuki kamarnya masing-masing dengan hatihati dan memeriksa setiap benda dengan teliti. Mereka pun memeriksa lubang alat pemanas, dan membuka telpon pada mikrofon maupun pada alat pendengarnya, untuk meyakinkan bahwa telponnya tidak disadap pada waktu pembicaraan. "Semua bersih!" Frank menyatakan. "Kapan kita menggantikan Joe dan Vern?" "Tak perlu digantikan. Kita jemput saja mereka nanti jam lima. Waktu itulah kira-kira komplotan itu menutup gudangnya. Jika sampai saat

http://inzomnia.wapka.mobi

tutup gembongnya belum muncul juga, mungkin ia takkan muncul sama sekali. Tak ada gunanya mengawasinya terus sepanjang malam. Esok pagi kita mulai lagi." "Akur saja!" kata Chet sambil rebahan di ranjangnya. "Aku akan mandi sebentar," kata Frank, lalu berjalan melewati kamar mandi yang dekat pada pintu yang menghubungkan kamar itu dengan kamarnya sendiri. Kopornya terletak di atas sebuah bangku kecil merapat dinding kamar. Frank hendak mengambil pakaian bersih sebelum mandi. Ia baru saja membuka kopor itu, waktu terjadi kepulan asap seketika dan pancaran sinar menyilaukan disusul dengan ledakan dahsyat. 10. Tertawan Mendengar ledakan itu, Chet lari masuk kamar Frank. Dilihatnya ia duduk di lantai dengan wajahnya pucat terpukau. "Kau terluka, Frank?" tanyanya dengan nada cemas. Frank bangkit dan berdiri. "Tidak! Aku baik!" Ia lalu berjalan menuju bangku kecil di mana kopornya terletak. Kemudian dilihatnya isi kopor itu. "Kukira ini hanya siasat menakut-nakuti. Ledakan itu dahsyat tetapi tidak menimbulkan kerusakan." Ia mengambil secarik kertas yang terletak di antara sisa-sisa bom palsu. Setelah membacanya diberikanlah kertas itu kepada Chet. Tertulis dalam huruf balok, berbunyi: KEMBALI CEPAT KE BAYPORT! ATAU ANDA AKAN MENDAPAT LEBIH DARI INI. "Mereka hendak bersungguh-sungguh," seru Chet gugup. "Demikian pula kita, dong!" kata Frank dengan geram. "Kita takkan kembali ke Bayport. Kita lakukan seolah-olah kembali ke Bayport." "Bagaimana kita lakukan itu?" tanya Chet. "Pertama-tama kita jemput Joe dan Vern, lalu kita bayar sewa kamar hotel. Lalu pindah hotel."

http://inzomnia.wapka.mobi

Pada jam lima kedua anak muda itu menendarai mobil abu-abunya ke toko di kampung Cina. Frank membunyikan klakson sebagai isyarat. Setelah itu memarkir mobilnya agak jauh ke pinggir jalan, dan mereka menunggu. Ketika Joe dan Vern tidak juga muncul, Frank berjalan ke arah pos penjagaan yang dibuatnya sendiri, dan memeriksa dos almari es itu, Kosong! Tetapi kameranya ada di bawah peti kayu. Baia saja Frank hendak keluar dari dos itu, didengarnya suara deru mobil mendatangi. Ia segera mengintai lewat lubang pengintaian. Segera dilihatnya seorang yang nampak angker turun dari dalam mobil Lincoln Continental. Frank mengambil kameranya dari bawah peti, dan cepatcepat memotret orang asing itu lewat lubang pengintaian, yaitu tept pada waktu orang itu akan memasuki pintu toko. Kemudian ia masukkan kameranya ke dalam saku. Ia kembali ke mobil sewaannya, bersandar pada jendela mobil itu dan berkata kepada Chet: "Joe tidak di sana! Tetapi seseorang yang nampak angker baru saja masuk ke dalam toko. Aku berani bertaruh ia itu gembong komplotan!" "Lalu di mana kau kira Joe?" tanya Chet. "Barangkali di belakang gedung bersama Vern." Chet keluar dari dalam mobilnya, dan mengikuti Frank berjalan memutar lorong ke belakang gedung. Sebuah truk beroda delapanbelas diparkir dengan bagian belakangnya menghadap pintu sorong, tetapi tak ada seorang pun dari kawan-kawannya itu ada di tempat pengintaian. "Barangkali lapar, dan mereka pergi cari makanan," kata Chet. "Kita lihat ke mana perginya," kata Frank mengerutkan dahi. "Mengapa harus dua-duanya yang pergi?" Mereka bergegas ke toko makanan, tetapi Joe dan Vern tidak ada di sana. Frank menyebutkan ciri-ciri kawan-kawannya kepada pemilik toko makanan, seorang Cina, tetapi ia tak ingat orang-orang yang menyerupai Joe dan Vern. Kembali keluar toko itu Chet bertanya: "Bagaimana menurut pikiranmu?" "Jangan-jangan mereka dalam kesulitan; barangkali mereka tertangkap!"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tak usah kita masuk sarang itu lagi." "Mengapa tidak," kata Frank sambil berjalan memutar lorong kembali ke tempat pengintaian di belakang gedung. "Joe dan aku telah masuk ke dalam sana tadi pagi." "Kau akan mendapat kesulitan juga?" kata Chet. "Bukankah tempat itu penuh penjahat-penjahat?" Sesampai di bawah jendela di belakang ruang istirahat toko itu, Frank berkata: "Kau tinggal saja di dalam gudang itu dan teruskan pengintaian," sarannya. "Aku akan masuk sendirian." Jendela ternyata sudah terbuka. Frank mengamati sejenak sampai ia yakin bahwa ruangan itu kosong, lalu memanjat masuk. Dengan hati-hati ia merayap ke pintu yang membuka ke ruang garasi. Mendengar suara menggerutu di belakangnya, Frank membalikkan tubuhnya dengan cepat. Chet baru saja memanjat di ambang jendela. "Kukira kau tak ingin ikut," bisik Frank. "Aku memang tak ingin ikut. Tapi aku benci sendirian di gudang itu." Dibuka sedikit pintu itu, lalu Frank mengintip ke dalam garasi. Para pekerja sedang bebenah per-kakas-perkakasnya dan bersiap pulang. Frank berbisik ke belakang: "Mereka akan selesai bekerja. Kita bergerak secepatnya, sebelum mereka membasuh diri!" Ia lalu membuka pintu cukup lebar dan menyelinap masuk, lalu berjalan di depan Chet menuju ke tiga buah mobil baru yang diparkir di sisi kanan pintu. Mereka membungkuk-bungkuk di antara mobil-mobil agar tidak terlihat lawan. "Itu mobil Vern," desis Chet sambil menunjuk ke arah sedan biru di sebelah kiri. 'Tentu baru saja dibawa kemari dengan truk yang di luar tadi." "Jadi, Kraft ada di sekitar sini entah di mana," jawab Frank dengan suara berat. Kedua anak muda itu meninggalkan ruang istirahat tepat pada waktu para pekerja mulai memasuki ruang itu hendak membasuh diri. Frank

http://inzomnia.wapka.mobi

dan Chet bersembunyi sampai orang terakhir selesai membasuh tubuhnya. Dan bila ruang garasi yang luas itu sudah kosong ditinggalkan para pekerja, Frank bangkit dari sikap membungkuk dan mengawasi sekeliling, lalu berjalan berjingkat ke arah kantor. Melalui pintu kantor yang terbuka, ia dapat melihat Big Harry duduk di balik meja kerjanya, bercakap-cakap dengan dua orang yang duduk di seberang meja. Seorang di antaranya adalah sopir truk yang bertatoo di lengannya, dan yang oleh Fenton Hardy dikatakan sebagai salah satu wakil pimpinan komplotan pencuri mobil, bernama Crafty Kraft. Yang lain tampangnya angker, baru saja datang dengan mobil Lincoln Continental. Frank mengundurkan diri bersembunyi di antara ketiga mobil tadi, dan memberi isyarat kepada Chet untuk mengikutinya. Dengan tak menimbulkan suara mereka merambat sepanjang dinding belakang, lalu memutar ke arah pintu kantor. Mereka berhenti di balik pintu sangat dekat sehingga mendengar semua percakapan di dalam kantor itu, tanpa dapat dilihat dari dalam. Suara yang diduga Frank berasal dari orang ber-tampang angker mengatakan: "Jika aku boleh bertanya, siapa mereka-mereka itu?" "Menurut identitasnya mereka itu Joe Hardy dan Vern Nelson," jawab Big Harry. "Joe Hardy? Itu salah seorang dari anak-anak Fenton Hardy. Kukira mereka ada di kota ini untuk urusan lain." "Itu pun pendapat Red Sluice," kata Big Harry. "Dikatakannya kepadaku, anak-anak muda itu sedang mencari matauang yang hilang. Tetapi sudah untuk kedua kalinya kita tangkap mereka karena berkeliaran di sini. Pertama kali ia datang dengan orang tain, dan mereka berhasil meloloskan diri." "Seorang lain itu barangkali kakaknya," kata orang ketiga dengan suara parau. Frank menduga itu suara Crafty Kraft. "Kudengar mereka selalu bersama-sama." "Lalu, apa yang bapak inginkan terhadap kedua anak muda itu?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Kata "bapak" ini telah membenarkan dugaan Frank tentang diri si pendatang baru, yaitu gembong komplotan pencuri mobil. "Sekap mereka sampai kita selesai mempreteli mobil-mobil ini," jawabnya. "Setelah itu selesai, sudah tak ada persoalan lagi, sebab kita pindah ke lain tempat. Jika sekarang mereka itu dilepaskan, pasti mereka langsung melapor polisi," "Saya punya rumah terpencil di pulau Catalina," kata Big Harry menawarkan. "Itu sangat bagus. Kau juga punya perahu, bukan?" "Betul Pak." "Kalau begitu larikan kedua anak muda ke sana, dan sekap mereka sampai kuberi kabar selanjutnya. O ya, sementara disekap di sana, usahakan untuk memperoleh keterangan sejauh mana Fenton Hardy mengetahui gerak operasi kita." "Baik, Pak!" kata Big Harry menurut. Terdengar suara kursi digeser. Frank dan Chet bergegas mencari persembunyian terdekat. Mereka bersembunyi di belakang mobil yang selesai dipreteli sebagian, dan tidak lama kemudian si orang bertampang angker keluar dari kantor. Ketika ia berjalan ke pintu depan, pintu itu terbuka dan Red Sluice masuk bersama Anton Jivaro. Ketiga orang itu berpapasan di seberang dalam ruang garasi itu, cukup dekat untuk dapat didengar percakapan mereka oleh Frank dan Chet. "Dia siapa, Red?" gembong itu bertanya dengan sorot mata yang tajam. "Anton Jivaro, kawan saya, Pak!" jawabnya. "Ia mulai bekerja di sini hari ini." Sambil mengerutkan dahi dan mengamati si tubuh kecil, gembong berkata: "Kau tahu peraturanku memilih yang teliti bagi seorang calon pekerja, Red?" "Tetapi, Pak. Ia kawan saya yang sudah sangat lama," jawab Red setengah memprotes. "Saya terani menjamin, Pak."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kuharap begitu, sebab kita sekarang sedang menghadapi masalah keamanan yang pelik. Big Harry dan Crafty Kraft berhasil menangkap anak Fenton Hardy yang kecil bersama kawannya di toko siang tadi." "Lagi-lagi dial Kedua anak-anak Hardy kepergok di sini pagi tadi, tetapi dapat lolos. Siapakah kawan Joe itu, Pak?" "Seorang bernama Vern Nelson." Red dan Jivaro saling berpandangan. "Pasangan yang sama!" gumam Red. "Pasangan yang sama? Apa maksudmu?" tanya gembong itu. "Kita pun hampir saja dapat menangkap mereka tadi. Apa mereka dapat lolos lagi, Pak?" Gembong itu menggeleng. "Sekali ini tidak. Mereka diikat di kamar mesin." "Apa yang mereka cari, Pak?" "Aku belum menanyakan. Aku lebih suka diketahui orang di luar organisasi kita ini." "Kalau begitu anak Hardy yang tua masih terus berkeliaran bebas, entah di mana," kata Red. "Begitu pun kawannya yang satu lagi. Namanya Chet Morton." Kembali gembong itu mengerutkan dahi. "Mereka dapat mengacau lagi di sekitar ini. Periksalah daerah sekitar seluruhnya!" "Saya kira mereka sudah ketakutan," kata Jivaro. "Kita telah beri mereka peringatan di kamar hotel, agar segera pulang ke Bayport." "Bagaimana pun juga, periksa daerah sekitar!" perintah gembong itu. Ia berjalan ke pintu depan, dan Red serta Jivaro masuk ke kantor. Frank memberi isyarat kepada Chet agar mengikutinya, maka keduanya berjalan berjingkat ke kamar mesin. Mereka menyelinap masuk dan menutup pintunya. Joe dan Vern menggeletak di lantai, terikat dan disumpal mulutnya. "Aku lepaskan mereka," bisik Frank kepada Chet. "Kau buka pintu itu sedikit, dan jagalah kalau ada orang datang." Chet mengangguk. Sementara Frank membuka sumbat mulut kawankawannya yang tertawan, dan si gemuk dengan tak menimbulkan suara

http://inzomnia.wapka.mobi

memutar tombol pintu untuk mengintip ke luar. Kemudian .... napasnya tersengal-sengal. Ia langsung beradu pandang dengan Red Sluice. 11. Jatuh ke laut Chet berusaha menutup pintu kembali, tetapi Red mendobraknya hingga terbuka. Chet melompat mundur untuk menghindar dari dobrakan pintu maupun pukulan Red. Red Sluice, Anton Jivaro, Crafty Kraft, dan Big Harry bersama-sama menyerbu kedalam. Frank belum berhasil membuka ikatan Joe maupun Vern, sehingga perkelahian menjadi berat sebelah, dua lawan empat. Terjadilah pergumulan yang sengit, tetapi akhirnya keempat penjahat itu meringkus detektif-detektif muda tersebut, lalu mengikat tangan mereka ke belakang. Ketika kedua anak muda itu telah diikat kuatkuat, Red dengan puas berkata: "Hah, kalian berdua telah meringankan pekerjaanku melacak kalian!" Crafty Kraft bertanya: "Apa sekarang?" "Lepaskan ikatan kaki kedua anak yang terlengang itu agar bisa berjalan!" perintah Big Harry sambil menunjuk Joe dan Vern. "Lalu masukkan empat-empatnya ke dalam trukmu!". "Kita akan berangkat sekarang ke pulau?" tanya Kraft. Big Harry menggeleng. "Kita tunggu sampai pagi; aku tak dapat pergi malam ini. Tetapi aku ingin mereka dibawa keluar dari sini. Lebih aman jika mereka diikat di atas perahu." Red cemberut. "Aku ingin semuanya diselesaikan malam ini juga!" "Kau bisa kemudikan perahu?" balas Harry. Red menggeleng, lalu memandang mengharap bantuan kawan-kawannya. Kraft dan Jivaro keduanya mengaku tak mengerti apa-apa tentang perahu.

http://inzomnia.wapka.mobi

Keempat anak muda itu dimasukkan dalam bak belakang truk beroda delapanbelas, bersama Red dan Jivaro sebagai penjaga, sementara Crafty Kraft yang bertatoo. lengannya memegang kemudi. "Ke mana kita dibawa?" tanya Frank pada waktu truk mulai bergerak. "Ke pulau Terminal," jawab Red. "Ke penjara?" tanya Joe. "Ada penjara federal di sana, tetapi pelabuhan Los Angeles pun di sana." "Jenis apa perahu milik Big Harry itu?" tanya Jivaro kepada Red. "Panjangnya duabelas meter menggunakan dua mesin diesel. Ada enam tempat tidur dengan jarak jelajah seribu mil." "Sejauh itu kita pergi?" tanya Chet khawatir. "Tidak jauh, kira-kira tiga mil saja," kata Red kepadanya. Chet menghela napas. "Ia hendak menakut nakuti saja," bisik Frank ke telinga si gemuk. "Bilanglah kalau mau mengatakan sesuatu," kata Red tajam. Frank diam. Mereka naik dalam truk kira-kira satu jam lamanya. Ketika akhirnya truk itu berhenti, Crafty Kraft segera membuka pintu belakang. "Aman," katanya. "Tak seorang pun kelihatan." Red dan Jivaro melompat turun, lalu memerintahkan anak-anak muda itu turun semua. Truk diparkir dekat suatu dok dengan beberapa lusin galangan perahu. Cuaca masih cukup terang untuk dapat melihat keadaan sekitar. Perahu yang terdekat adalah sebuah penjelajah berkabin, dengan huruf-huruf: SEA SCORPION tertulis pada haluan. "Aku harus keluar dari daerah dok ini," kata Crafty kepada Red. "Aku kembali besok pagi bersama Big Harry." Ia memanjat kembali ke tempat duduknya di belakang setir, lalu menjalankan truknya, sementara anak-anak muda digiring masuk ke dalam kabin utama perahu. Di dalamnya hanya ada dua tempat tidur susun, tetapi melalui lubang palka dapat dilihat bahwa dapur di sebelah berisi bangku-bangku yang dapat disusun menjadi dua tempat tidur lagi.

http://inzomnia.wapka.mobi

Red dan Jivaro mendorong anak-anak muda ke dapur, lalu diperintahkan duduk. Red kemudian membuka sebuah meja yang dilipat ke dalam dinding, lalu diturunkan di antara mereka. "Waktu untuk makan," katanya, sambil meng-geratak isi almari es. "Wah, tak ada apa-apa kecuali daging babi, telur dan roti," gerutunya. Setelah mengeluarkan isi almari es, Red lalu memasak untuk makan malam, tetapi kurang membangkitkan selera. Red dan Jivaro makan dengan cepat dan sesudah itu lalu giliran para tawanan untuk makan, meski tetap dengan tangan terikat ke belakang. Setelah makan malam, anak-anak muda itu digiring lagi ke kabin utama. Red memberikan Chet dan Vern tempat tidur di bawah, dan Frank serta Joe disuruhnya tidur di atas. "Kalian lepaskan dulu tali pengikat tangan supaya dapat naik ke atas," kata Frank menolak perintah Sluice. "Tidak bisa," kata Red. "Kalian sudah dua kali lepas; aku tak mau ambil resiko. Anton tolong aku mengangkat mereka ke atas." Kedua orang itu mendorong-dorong kakak-ber-adik itu naik ke atas, lalu mengencangkan tali pengikat tangannya itu kuat-kuat, ditambah lagi ikatan dengan tiang penyangga agar mereka takkan menggelundung ke bawah. Ketika sudah selesai Red dan Jivaro keluar dari kabin dan pergi ke geladak. Lampu kabin dibiarkan tetap menyala. "Kau kira apa yang hendak mereka lakukan terhadap kita?" tanya Vern. "Membawa kita ke pulau Catalina; di sana Big Harry mempunyai rumah yang terpencil," kata Frank optimis. "Mereka hanya akan menyekap kita sampai mereka selesai mempreteli mobil-mobil hasil curian di toko, dan kemudian mereka akan pindah ke tempat lain. Setelah mereka selesai melakukan semua, mereka memperhitungkan keadaan sampai aman untuk melepaskan kita." "Bertentangan dengan apa yang dikatakan Red kepada Chet," sambung Joe.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Red hanya hendak menggertak. Kita dengar sendiri kata-kata si gembong komplotan itu memberi perintah-perintah. Ia pun memerintahkan untuk menekan kita dalam usaha memperoleh keterangan apa-apa yang diketahui ayah tentang komplotan pencuri mobil sampai sekarang." "Kau lihat sendiri gembongnya?" tanya Joe. "Bahkan telah kupotret," jawab Frank. "Aku belum tahu namanya, tetapi tampangnya seperti orang kaya. Kuharap saja penjahat itu takkan mengambil kamera dari sakuku." Chet menyambung: "Aku pun ingat sekarang si gembong itu menyuruh Big Harry untuk memperoleh keterangan-keterangan dari Joe dan Vern, tetapi ia tak mengtakan sesuatu tentang aku dan Frank." "Sebelum kita tertangkap, berlagak otak hebat," kata Frank. "Yang selalu harus kita ingat ialah jika mereka mengancam itu hanya gertakan belaka, agar kita gentar dan mau membuka mulut. Nyatanya mereka tak berani berbuat sesuatu selain atas perintah dari gembongnya." Kira-kira jam sembilan Red dan Jivaro masuk kabin dan memeriksa tali ikatan para tawanannya. Yakin bahwa mereka masih terikat kuat, maka keduanya lalu memasang dua tempat tidur dan memadamkan lampu-lampu. Dalam beberapa menit saja keduanya telah mendengkur. Karena tidak dapat menggerakkan anggota badannya, keempat anakanak muda terus gelisah tidurnya. Pagi-pagi buta mereka mendengar bunyi telapak kaki di atas geladak perahu. Sesaat kemudian berdatangan Big Harry dan Crafty ke bawah. Sambil menjenguk ke kabin, Big Harry membangunkan kawan-kawannya. Setelah Red dan Jivaro bangun dan mengenakan pakaiannya, keempat anak-anak muda dilepas ikatannya seorang demi seorang dan disuruh mencuci muka. Kemudian masing-masing diberi sepotong kue rol manis yang dibawa Big Harry. Selesai sarapan yang sedikit itu, keempat anak muda tersebut diperintahkan duduk di dapur dan diikat pada pergelangan tangan, di bawah penjagaan ketat Red dan Jivaro. Big Harry dan Crafty Kraft naik

http://inzomnia.wapka.mobi

ke atas dan menghidupkan mesin-mesin perahunya. Sepuluh menit kemudian anak-anak muda itu merasakan perahu bergerak meninggalkan dok, sementara Crafty berteriak dari atas: "Nakhoda memerintahkan tawanan dibawa ke atas." Red dan Jivaro segera menggiring keempat tawanan naik ke geladak. Di atas anak-anak muda melihat perahu dikemudikan oleh Big Harry menuju ke tengah laut. "Duduk dengan punggung bersandar pagar!" perintah Red. Frank dan Chet duduk di sisi kiri dan Joe serta Vern di sisi kanan. Berdiri di depan Frank dengan wajah melihat bawah, Crafty memulai pemeriksaan. "Apa saja yang diketahui ayahmu tentang operasi kami di toko?" "Bagaimana ayah bisa tahu sesuatu?" Frank ganti bertanya. "Ia tinggal di Bayport." "Ia mengirim kau dan adikmu kemari," kata Crafty tidak sabar. "Aku tahu pasti, kau tentu menelpon ayahmu setelah kau tahu tentang kami." "Kami datang kemari atas kehendak sendiri," Joe menyela. "Kami mengatakan sebenarnya. Kami belum pernah bicara dengan ayah semenjak ada di kota ini." Crafty membalikkan tubuhnya menghadap Joe. "Kau mau bicara?" "Tak ada sesuatu yang dapat kukatakan." Crafty mengajak Jivaro agar ikut dia turun ke kabin. Tak berapa lama mereka muncul lagi ke atas geladak membawa dua buah jangkar kecil seperti yang terdapat pada perahu dayung. Mereka lempar kedua jangkar itu dekat kaki anak-anak muda. Dan sementara Jivaro menemani Red dan Big Harry di anjung perahu, Crafty turun ke bawah lagi. Ketika kembali di geladak ia membawa segulung kawat di tangan yang satu dan sebuah tang pemutus kawat di tangan yang lain. Setelah meletakkan gulungan kawat dekat jangkar, ia lalu memotong kawat empat potong masing-masing satu setengah meter panjangnya. "Untuk apa kawat itu?" tanya Chet cemas.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tidak untuk apa-apa, jika kalian mau bicara," kata Crafty mengejek. "Kalau kalian tak mau, kita ingin melihat kepandaian kalian berenang di laut dengan jangkar terikat pada tubuh." "Itu pembunuhan!" Chet memprotes. "O begitu? Panggillah polisi!" gertak Crafty. Tang pemutus kawat lalu dilemparkan dekat jangkar, sementara orang yang bertangan tatoo itu pergi ke anjungan perahu untuk berunding dengan kawan-kawannya. Tang jatuh lebih dekat pada Joe daripada yang lain-lain. Sambil melirik ke anjungan ia berbisik: "Awasi mereka! Beritahu bila salah seorang dari mereka melihat kemari!" Baru saja ia berusaha beringsut ke depan Frank berdesis: "Awas!" Cepat-cepat Joe. beringsut merapat pagar, tepat ketika Crafty datang kembali dan berdiri di depannya lagi. "Kesempatan terakhir bagimu," katanya. "Kau mau bicara atau nyebur ke laut?" "Tak ada sesuatu yang dapat kukatakan," kata Joe datar. Orang bertatoo di lengannya lalu berlutut di depan Joe, mengikatkan kawat potongan di pinggang anak Hardy itu. Kedua ujung kawat dipluntir, dipilin lalu diikatkan pada jangkar. Kemudian ia berdiri dan berkata: "Kuberi waktu sedikit untuk berpikir. Jika kita telah tiga mil jauhnya dari pantai, aku akan bertanya lagi kepadamu." Lalu ia beranjak lagi ke anjungan. Begitu ia berdiri membelakangi, Joe beringsut maju, lalu membalikkan badannya dan mengambil tang dengan tangan kanannya. Ia putarkan tang ke tali yang mengikat pergelangan tangannya, tetapi sangat sulit mengerjakannya dalam keadaan duduk. Pelan-pelan ia berusaha berdiri. Pada saat itu Big Harry melihat sebuah balok besar terapung di haluan, maka ia belokkan tajam perahunya untuk menghindar dari benturan dengan balok itu. Gerakan kapal yang oleng itu membuat Frank dan Chet meluncur membentur pagar sebelah kanan, sedang Joe kehilangan keseimbangan, hampir pulih kembali keseimbangannya ketika tubuh Chet meluncur menimpanya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Lutut Joe membentur pagar dan terguling dengan kepala ke bawah ia kecebur ke laut. 12. Kik balik Joe Hardy mengambil napas dalam sebelum sampai ke permukaan air. Dengan cepat ia tenggelam tertarik beratnya jangkar. Secara kalut ia memutar-mutar ujung tang hingga akhirnya mengenai kawat pengikat pergelangan tangannya. Ditekannya jepitan tang pada kawat sekuat tenaga. Kawat pengikat pergelangan tangannya putus, tetapi keadaannya hampir sampai batas kekuatan menahan napas, sedang tubuhnya dengan cepat meluncur ke bawah. Apabila ia mengayunkan tangannya ke depan, tang itu terlepas dari pegangannya. Sekali lagi ia mengayunkan tangannya, kini tangan kirinya. Dirasakan jari-jarinya menyentuh ujung tang dan seraja naluri jari tangannya mendorong tang itu ke arah tangan kanannya hingga terpegang kembali gagang tang tersebut. Sambil menghembuskan napasnya lambat-lambat diso-rongkannya ujung tang ke kawat pengikat jangkar, lalu sekuat tenaga gagang tang ditekan. Ketika kawat pengikat jangkar putus dan jangkar terlepas, Joe melepaskan tangnya, lalu menjejakkan kakinya dalam usaha menyembul kembali ke permukaan. Tetapi sudah sangat dalam tubuhnya tertarik oleh beratnya jangkar. Paru-parunya hampir kosong, sedang ia masih setengah jalan ke permukaan. Dengan sekuat tenaga ia menyepaknyepakkan kedua kaki dan mengayun-ayunkan kedua tangan untuk menggerakkan tubuhnya ke atas, sementara ia pun berjuang keras menekan keinginannya menghirup udara dalam air. Ia sudah merasa kalah dalam perjuangan sebab ia pun merasa terpaksa akan menghirup air, kalau saja pada saat itu ia belum berhasil menyembul ke permukaan air. Syukurlah ia telah menyembul di permukaan pada saat yang tepat. Dengan terengah-engah ia menarik

http://inzomnia.wapka.mobi

napas, menghembuskan dan menarik napas lagi. Ia menyepak-nyepak air sampai napasnya kembali normal. Perahu Sea Scorpion telah beberapa ratus meter jauhnya, perlahan-lahan memutar berkeliling, sementara orang-orang di atas perahu itu mencari-cari dia. Ia melambaikan tangannya memanggil dan berteriak, tetapi jarak itu sudah terlalu jauh untuk dapat didengar atau dilihat dari atas perahu. Ia lalu mencoba berenang ke arah perahu, tetapi perahu itu bergerak semakin jauh. Akhirnya nakhoda perahu itu menyerah, lalu meneruskan perjalanannya ke tengah laut. Setelah Sea Scorpion lenyap dari pemandangan, Joe melihat ke sekeliling. Tak ada apa-apa kecuali air tanpa batas. Untunglah lautnya tenang, meskipun airnya dingin. Joe lalu menaksir-naksir kira-kira berada tiga sampai lima mil dari pantai. Jika laut tidak semakin besar ombaknya, ia perhitungkan dapat merenangi jarak itu, asalkan ia beberapa kali istirahat dan tetap menuju arah yang tepat. Ia tahu bahwa garis pantai ada di sebelah timur, dan dengan matahari sebagai pedoman, ia berharap dapat menghindarkan dari berenang tanpa arah atau pun berenang memutar. Hari masih cukup pagi dan matahari masih rendah. Maka Joe berenang menuju arah matahari. Sementara di atas perahu Sea Scorpion terjadi kegaduhan dan hirukpikuk. Frank, Chet dan Vern tak henti-hentinya berteriak memanggilmanggil Joe, ngeri akan nasib yang menimpanya. Big Harry sendiri dalam mengemudikan perahunya memutar berkeliling-keliling untuk mencari Joe, dan tak henti-hentinya mulutnya memaki-maki Crafty yang menyebabkan terjadinya kecelakaan itu. "Mengapa kau belokkan kapal dengan mendadak?" orang berlengan tatoo itu membantah makian Crafty dengan keras. "Mengapa kau ikatkan jangkar itu pada tubuhnya?" bantah pula Big Harry. "Aku hanya mau menakut-nakuti," Crafty membela diri.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Bagus! Ku ingin tahu siapa yang akan takut jika nanti kulaporkan hal ini kepada boss," Big Harry mengancam dengan geram. "Boss takkan inginkan kejadian seperti ini." Frank dan Chet menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Sambil terus-menerus berteriak memanggil Joe, mereka menggeser hingga beradu punggung, seolah-olah mencari Joe dari dua arah. Dengan tekun mereka saling menarik-narik ikatan tali pada pergelangan tangannya. Tetapi jika kemudian Big Harry dengan putus asa berhenti berlayar berkeliling mencari-cari Joe, dan mulai mengarahkan perahu menuju tengah laut, Red Sluice tersadar melihat yang sedang terjadi. "He! Mereka hampir lepas!" teriaknya. Red berlari untuk melihat ikatan Chet, Crafty menuju ke tempat Frank dan Jivaro akan melihat ikatan Vern. Untung Frank telah menggeser dan duduk dengan punggung merapat pada pagar, sehingga Crafty harus mendekatinya dari arah depan. Maka ketika Crafty membungkukkan badannya, dan berusaha membalikkan badan Frank pada pundaknya, segera secara tiba-tiba Frank menarik lututnya hingga ke dada dan sekuat tenaga menjejakkan kedua kakinya ke perut lawan. Tak ayal lagi Crafty terlempar mundur ke geladak badannya membentur keras pagar di seberang laut terjengkang jatuh ke laut. "Crafty jatuh ke laut!" teriak Red. "Putar perahumu kembali!" Ketika perahu memutar kembali, Jivaro mengambil sebuah pelampung dan mengikatnya dengan tali. Kesempatan ini digunakan Chet dan Frank kembali beradu punggung dan meneruskan usaha mereka saling menarik ikatan pada pergelangan tangan. Red dan Jivaro disibukkan mencari Crafty untuk menolongnya. Frank berhasil melepaskan simpul ikatan dan tali itu jatuh. Chet membalikkan badan dan secepatnya melepaskan Frank, sementara Red dan Jivaro menjulurkan badannya di atas pagar dan memanggil-manggil kawannya. "Oke Harry," teriaknya. "Lambatkan!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Big Harry mengurangi kecepatan sekecil-kecilnya hingga perahu hampirhampir tidak bergerak lagi, lalu Jivaro melemparkan pelampung ke laut di bawahnya. Crafty meraihnya dan Red menarik talinya. Frank membisikkan perintahnya kepada Chet: "Body Blocking! Anggap saja kita sedang bermain rugby!" Chet mengangguk lalu membungkukkan tubuhnya. Frank berbuat yang sama pula. "Satu - dua - tiga!" Frank memberi aba-abanya. Bersama-sama mereka menyerbu ke depan, membenturkan badannya kepada kedua orang yang sibuk menolong kawannya. Dengan teriakan keras kedua penjahat itu terlempar ke atas pagar, disusul dengan suara keceburnya Red dan Jivaro ke laut, menemani Crafty dalam air. "Lepaskan Vern,' bisik Frank kepada Chet, lalu ia berendap-endap berjalan ke anjungan. Big Harry yang berdiri membelakangi, tidak menyadari peristiwa yang dialami kawan-kawannya, sedang deru mesin menenggelamkan teriakan maupun suara mencebur kedua kawannya. Tetapi seolah merasa ada yang kurang beres, ia menoleh ke belakang tepat ketika Frank mendatanginya. Sambil melepaskan pegangan kemudi ia membalikkan badan, tetapi didahului oleh pukulan panjang Frank yang mendarat di dagu dengan telak. Tanpa bersuara Big Harry jatuh K.O., tertelentang tak sadarkan diri. Dengan cepat Frank menggeledah mencari senjata. Tidak mendapatkan sesuatu, maka Frank segera menggantikan Harry memegang kemudi, sementara Vern dan Chet berdiri di pagar, mengawasi ketiga penjahat di dalam air. "Katakan kepada mereka agar tetap berpegangan pada pelampung!" teriak Frank. "Kita akan kembali setelah berhasil mencari Joe." Frank memutar haluan perahunya, sementara ketika penjahat tetap bergantungan pada pelampung. Frank mengemudikan perahu kembali menuju arah matahari, dan berharap sungguh-sung guh Joe dapat melepaskan ikatannya dengan menggunakan tang di tangannya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Satu mil di sebelah timur, Joe sedang berhenti berenang untuk istirahat dan mengapung pada punggungnya. Dari sudut matanya ia seperti melihat sesuatu meluncur melewatinya di air, tetapi tidak melihat dengan jelas. Segera ia menurunkan kakinya ke dalam air untuk berenang tegak, lalu memutar ke arah benda yang bergerak, namun tak melihat sesuatu pun di permukaan air. Ia mulai berpikir, bahwa itu hanya khayalan, fatamorgana, maka diputuskan kembali berenang menuju arah matahari. Tiba-tiba, suatu gerakan di sebelah kiri membuat ia berhenti. Sambil berenang tegak, ia mencoba melihat ke arah gerakan itu. Sebuah sirip warna abu-abu membelah permukaan laut dan berenang mengitari dirinya. Dengan jantung berdegup keras, ia mengawasi sirip besar itu mengelilinginya sekali lagi, kali ini lebih dekat. Seekor ikan hiu telah mengetahui dia berenang lewat, dan kini ikan hiu itu makin mendekat. Joe menyelam untuk dapat melihat binatang itu. Seekor hiu pemakan daging raksasa warna putih, lebih enam meter panjangnya melewati tidak lebih dari empat meter jauhnya. Joe menyembul dan mengawasi sirip besar yang membelah permukaan air membentuk busur jarak 15 meter dari padanya, lalu membalik kembali arah. Kini arah itu lurus menuju dirinya. Ketika sirip mendekat, Joe menyelam dan dengan kalut berusaha untuk berada di bawahnya. Tetapi hiu itu pun menyelam dan arahnya tetap lurus padanya, terlihat jelas rahang yang luarbiasa itu menganga. 13. Tertolong ikan lumba-lumba Joe berhenti berenang sangat ketakutan. Rahang menganga ikan hiu sudah demikian dekatnya, ketika dilihat sesuatu meluncur bagaikan torpedo di sebelah kanannya. Mengira bahwa itu seekor hiu lain, Joe sudah pasrah kepada nasib. Tetapi pendatang itu tidak menyerang dirinya, malahan membentur tengah-tengah tubuh hiu sehingga hiu

http://inzomnia.wapka.mobi

terdorong menyamping, tidak mengenai tubuh Joe. Meskipun di dalam air ia mendengar suara mende rik keras, ketika moncong hiu mengatup tidak jauh dari tubuhnya. Benda hitam itu menjauh cepat sekali seperti waktu datangnya, tetapi segera digantikan oleh bentuk torpedo lain yang juga meluncur dengan derasnya, lalu membentur tubuh hiu dengan keras untuk kemudian meluncur pergi. Berturut-turut empat benda hitam melesat memukul tubuh hiu di sisi tengah, membuat hiu itu menggelepar hampir telentang sebelum ia sempat lari dengan panik. Joe lalu menyembul ke permukaan dan melihat sirip abu-abu setengah oleng meluncur pergi bagaikan kereta api ekspres, terus sampai tak kelihatan lagi. Menyusul kemudian suatu bentuk bermoncong keras meloncat indah di udara, melintas melengkung tiga meter di atas kepala Joe dan kembali mencebur dan menyelam ke dalam air tanpa menimbulkan suara. Lima buah bentuk serupa secara beruntun bermain akrobat yang sama, dengan moncongnya yang berbentuk sabit itu seolah-olah memberi senyuman kepada Joe selagi melayang di udara. Ternyata bentuk-bentuk bermoncong keras itu adalah sekelompok ikan lumba-lumba yang enam ekor jumlahnya yang merupakan musuh ikan hiu, tetapi teman baik manusia. Joe teringat bahwa ia pernah membaca bagaimana lumba-lumba menyerang ikan hiu dengan menumbukkan moncongnya dengan kecepatan tinggi. Kadang-kadang benturan itu dapat membunuh hiu karena memecahkan jantungnya. Lumba-lumba itu masih terus melompat-lompat seperti mengajak bermain dan mendemonstrasikan ketrampilan bermain akrobat. Joe lalu mengangkat kedua belah tangannya dan bertepuk-tepuk keras. Sementara itu Frank terus mengemudikan perahu Sea Scorpion ke arah matahari. "Kau toh tidak pikirkan bahwa Joe mungkin sudah mati tenggelam, bukan?" tanya Chet gemetar memikirkan nasib Joe.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ia membawa tang pemutus kawat ketika tercebur kelaut," kata Frank lesu dan mata berkaca-kaca. "Jika saja ia bertindak cepat dan berhasil memutuskan ikatan kawat. Yah, kita hanya dapat berharap." Chet memandang ke sekeliling. Ada rasa melilit yang sangat menyakitkan di perut dan suaranya gemetar. "Meskipun ia berhasil melepaskan jangkar pemberat badannya, bagaimana kita dapat menemukan dia? Dapat saja kita telah melewati dia dalam jarak limapuluh meter tanpa melihatnya." "Kita akan mengitari tempat di mana ia tercebur ke laut." "Ya kalau dapat kauketahui di mana kira-kira tercebur. Aku tidak dapat." "Ku kira kita telah tinggalkan dia tidak lebih dari satu mil," kta Frank. "Ku akui tempat di mana ia tercebur secara mengira-ira, dan nanti kita memutari tempat itu dengan kitaran yang semakin lebar. Dengan demikian kuharap dapat menemukan tempat yang tepat secara kebetulan." "Andaikan tidak dapat menemukannya?" "Kita panggil Satuan Penjaga Pantai. Mereka akan kirim pesawat helikopter untuk menyapu seluruh daerah ini. Dari udara pandangan jauh lebih mudah." Ketika mereka tiba di tempat yang diperkirakan Frank sebagai tempat di mana Joe tercebur, ia mengecilkan gas sehingga perahu bergerak sangat lambat. "Ayo," kata Frank. "Kau, Chet dan Vern ambil tempat di kedua sisi. Mulailah mencari!" Chet pergi ke belakang meneruskan perintah itu kepada Vern. Chet lalu mengambil sisi kanan dan Vern sisi kiri, sementara Frank mengemudikan perahu memutar dengan kitaran yang semakin lama semakin lebar. Kedua anak muda itu memusatkan pandangan matanya ke permukaan air. Ketika kitaran telah mencapai garis tengah setengah mil tanpa menemukan jejak Joe, maka Frank mulai merasa berkecil hati. "Kukira lebih baik kita serahkan pencarian ini kepada Satuan Penjaga Pantai," katanya dengan wajah pucat pasi.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Tunggu! Itu, di sana ada yang bergerak-gerak," seru Vern tiba-tiba. Ia menunjuk ke kejauhan, dan seketika itu Frank menghentikan perahunya. "Itu bukan Joe," kata Chet kecewa. "Seperti melompat-lompat keluarmasuk air. Ah, bahkan ada banyaki" Frank memicingkan matanya dan melihat dari bawah telapak tangan agar tampak lebih jelas apa yang dikatakan Chet. "Singa laut?" tanya Chet. "Mari kita dekati dan melihatnya!" kata Vern mengusulkan. Frank memperbesar gas, dan mengarahkan perahu ke tempat binatang yang berlompatan. Ketika telah dekat, Chet berseru: "Gerombolan porpois." "Lumba-lumba, kukira," kata Frank. "Apa bedanya?" "Lumba-lumba adalah porpois, tetapi porpois belum tentu lumba-lumba," kata Frank menjelaskan. "Seperti lima senan adalah matauang, tetapi tidak semua matauang itu lima senan." "Maksudmu, lumba-lumba adalah sejenis porpois tertentu?" tanya Vern. Sementara mereka telah dekat dan tinggal lebih-kurang limabelas meter jauhnya dari lumba-lumba yang berlompatan. Chet berseru: "He, apa itu? Seperti ada sesuatu yang dilompati segerombolan lumba-lumba." Frank lebih mendekatkan perahunya. "He, lihat! Itu Joe!" Teriak Chet kegirangan kepada yang lain-lain. Karena perahu makin dekat atau karena teriakan-teriakan di atas perahu, lumba-lumba itu seperti takut dan meluncur pergi. Mereka meluncur dalam suatu formasi sambil berlompatan di udara. Frank memperkecil gas, kemudian memasukkan persnelling mundur hingga perahu berhenti dekat adiknya. Joe berenang menghampiri perahu, lalu ditarik ke atas perahu oleh Chet dan Vern. "Kita mengira kau telah habis riwayatmu!" kata Chet bersenda-gurau sambil menepuk-nepuk punggung kawannya.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Pasti akan mampus, jika kalian berlama-lama," gumam Joe yang kehabisan napas. "Sayang sekali kita telah membuat takut kawan-kawan pelindungmu," kata Vern. "Nampaknya kalian bersenang-senang." "Mereka telah menolongku dari ancaman ditelan ikan hiu," berkata Joe menerangkan. "Bagaimana kalian bisa kik-balik keadaan?" "Otak, bekerja dengan otak," kata Chet sambil memukul-mukul dahinya. "Benar, tetapi bukan otakmu!" kata Vern. "Itu lho, yang punya otak," sambil menunjuk kepada Frank. Vern lalu menceriterakan semua yang telah terjadi kepada Joe. Frank memutar haluan perahunya kembali ke tempat mereka meninggalkan para penyerangnya. Joe pergi ke bawah untuk mencari pakaian yang kering. Ia tidak menemukannya, tetapi hanya mendapatkan sepasang sandal. Maka ia harus mengenakan pakaiannya yang basah sampai mereka tiba kembali di hotel. Tidak lama kemudian Sea Scorpion sampai ke tempat ketiga orang lawannya terapung-apung di air. "Kau ingin naik ke atas perahu?" Chet menawarkan. "Tolong," kata Red Sluice mengiba-iba. "Aku tidak dapat berenang." "Bagaimana kalau kulemparkan jangkar ini kepadamu?" kata Chet mengejek. "Hentikan banyolanmu!" kata Frank kepada Chet dan sambil menoleh ke belakang. "Naikkan mereka ke atas perahu, tetapi ikatlah satu orang sebelum yang lain kauangkat." "Roger!" kata Chet mematuhi, "Ayo, Red!" "Tetapi buang dulu pisaumu itu," kata Vern menambahkan. Red melepaskan salah satu pegangannya pada pelampung untuk mengambil pisaunya. "Cepat, jatuhkan!" perintah Vern. Red membuang pisaunya sehingga pisau itu tenggelam lenyap di dalam air. "Kau memiliki senjata, Maharaja?" tanya Chet melawak. "Bagaimana kau, Crafty?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Orang berlengan tatoo itu menggeleng. "Kita akan menggeledah kalian berdua nanti sesudah di atas perahu," Chet memperingatkan. "Jika ternyata kalian bohong, dan kutemukan membawa senjata, akan kuceburkan kembali ke dalam laut." "Aku tak membawa apa-apa," Crafty bersikeras. "Oke, Frank!" serunya kepada Frank. Frank mengarahkan perahu mendekati ketiga orang tersebut. Chet membungkukkan badannya dan menjulurkan tangan kepada Red. Ketika ia menariknya ke atas perahu, ia putar tangannya ke belakang. Vern memegangi tangan kiri Red, lalu berdua mereka menelungkupkan Red ke lantai geladak. Kemudian mereka ikat dua-dua pergelangan tangannya dengan tali yang pernah digunakan terhadap mereka sendiri. Tak lupa mereka geledah saku-sakunya, tetapi tak menemukan pisau atau pistol. "Berikutnya engkau, Crafty," perintah Chet, sambil sekali lagi membungkuk ke pagar untuk memberikan tangannya kepada Crafty. Ketika Crafty sudah di atas geladak, mereka mengikat dua-dua pergelangan tangan, lalu menggeledah saku-sakunya. Ternyata ia juga tidak membawa senjata. Terakhir Chet membungkukkan badannya lalu meraih dan mengambil pelampung dari atas air untuk diletakkan di geladak. Setelah mengatur ketiga tawanan duduk dengan punggung merapat pada pagar dan berjauhan satu dengan yang lain agar tidak dapat saling tolong melepaskan ikatan pada pergelangan tangannya, maka Chet dan Vern pergi ke anjungan untuk mendapatkan Big Harry yang ternyata masih tidak sadarkan diri. la baru mulai siuman ketika kedua tangannya selesai diikat ke belakang pada perge-langannya. Kemudian Frank kembali memutar haluan menuju ke pantai. Waktu sudah menjelang tengah hari ketika Frank menambatkan perahu Sea Scorpion. Kemudian keempat anak-anak muda itu berjalan sepanjang dok cukup jauh agar dapat merundingkan langkah-langkah apa yang harus dilakukan tanpa dapat didengar oleh penjahat-penjahat tawanannya. Chet menghendaki agar mereka diserahkan saja kepada yang berwenang secepatnya.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kita telah memutuskan, tidak akan berhubungan dengan polisi sebelum mengetahui siapa gembong dari komplotan pencuri mobil ini," Joe memperingatkan. "Chet dan aku telah tahu gembongnya," kata Frank. "Kau hanya telah melihat dia," kata Joe bersikeras. "Kau kan belum tahu siapa dia." "Aku telah memotretnya dari dalam dos almari es yang kujadikan tempat pengintaian. Aku tengah mencarimu ketika gembong itu datang dengan mobil besar dan memasuki toko." "Bagaimana kau tahu ia itu gembongnya?" tanya Vern. "Kita menyelinap ke dalam toko dan mencuri dengar dia berbicara kepada Big Harry dan Crafty Kraft. Ketika itulah aku tahu kalian diikat di dalam kamar mesin." "Tetapi tak kauketahui namanya," kata Joe. "Itu tak menjadi soal," kata Frank. "Jika aku telah mencuci filmnya dan kuserahkan kepada polisi, pasti mereka mampu mencari tahu siapa gembong komplotan itu. Sementara itu kita tak dapat menahan mereka dengan tetap terikat. Sebaliknya kita pun tak akan melepaskan mereka. Kita akan menyerahkan mereka kepada polisi juga." "Kukira itu pun baik," kata Joe menyetujui. "Mudah-mudahan ada telpon di sekitar sini." Vern menunjuk ke sebuah gedung besar di ujung daerah dok, kira-kira 20 meter jauhnya. "Barangkali di sana ada telpon." "Coba saja," kata Frank. "Aku menjaga para tawanan itu." Joe, Chet dan Vern berjalan menuju ke gedung besar di ujung daerah dok. Kemudian baru mereka ketahui bahwa gedung itu adalah sebuah toko alat-alat perahu. Chet menjenguk ke dalam dan bertanya kepada penjaga toko, apa ada telpon umum. "Ada di belakang," jawab penjaga toko. Ketiga anak muda itu berjalan mengelilingi toko ke belakang dan menemukan tempat telpon umum. Joe mengeluarkan sekeping mata uang dari saku celananya yang basah, memasukkan ke dalam box, lalu meminta operator agar disambungkan ke kantor polisi.

http://inzomnia.wapka.mobi

Sementara di dok Frank berdiri di samping perahu. Sewaktu-waktu ia melihat ke arah tawanan untuk memastikan apakah mereka tetap di sana. Kemudian ia naik ke atas perahu. Begitu ia menginjakkan kakinya di geladak, ia segera sadar bahwa ia dan kawan-kawannya kurang teliti menggeledah tawanan mereka. Kaki celana kanan Crafty Kraft tergulung sampai ke atas lutut, memperlihatkan sebuah sarung pisau yang terikat pada betisnya. Sarung pisau itu telah kosong, dan pisau berburu duapuluh senti panjangnya itu berada di tangan Crafty. la telah berhasil memutuskan tali-tali pengikat pergelangan kawankawannya, dan kini keempatnya bangkit menyerbu ke arah Frank. Big Harry dan Red memimpin penyerangan di depan. Frank mengelak dari pukulan tangan kanan yang dilontarkan Big Harry,, menangkap pergelangan tangan lawannya, lalu membalikkan badan dan membantingnya melalui pundak. Cepat ia membalikkan badan lagi untuk menghadapi serangan Red Ia menangkis sebuah pukulan dan mendorong Red ke arah Crafty dan Jivaro yang berada di belakang Red. Sementara ketiga lawannya jatuh bergulingan dan saling peluk, Frank berpikir. Ia sadar tidak mungkin memenangkan perkelahian melawan empat orang. Ketika dilihatnya Big Harry mulai mera-hap bangun, ia melompat turun dari perahu dan berlari sepanjang lantai dok. Big Harry lari mengejarnya, dan yang lain pun mengikuti dari belakangnya. Tetapi Frank telah jauh di depan. Di tengah jalan antara perahu dan toko alat-alat perahu, ia melihat Joe, Chet dan Vern muncul dari balik toko. Melihat Frank lari dikejar orang, mereka cepat lari menyongsong kawannya itu. Keempat penjahat sudah terlalu lelah untuk berkelahi, maka mereka berbalik lari ke perahu. Dan pada saat Chet, Joe dan Vern bertemu Frank, Big Harry telah melompat ke atas perahu. Beberapa detik kemudian ia telah menghidupkan mesin, sementara ketiga kawannya melepaskan tali tambatan.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ayo Frank," seru Chet. "Jangan biarkan mere ka lolos." Mereka berlari ke perahu. Tetapi Jivaro, Red dan Crafty segera melompat ke atas perahu, dan Sea Scorpion sudah tinggalkan dok. Keempat anak-anak muda berhenti di tepi dok itu, dan penuh kecewa memandang perahu, sementara Big Harry menambah kecepatan dan membelokkan perahu lurus menuju tengah laut. 14. Menghilang secara misterius Ketika perahu telah lenyap dari pandangan, Joe bertanya: "Bagaimana penjahat-penjahat itu sampai dapat lepas?" "Kita kurang teliti menggeledah!", jawab Frank. "Crafty membawa pisau, diikat di betis kakinya." "Yah, paling tidak persoalan melapor atau tidak melapor polisi sudah terselesaikan," kata Chet berfilsafat. "Kau jadi panggil polisi?" tanya Frank kepada Joe. Adiknya mengangguk. "Mereka segera datang." Anak-anak muda itu berjalan kembali ke toko alat-alat perahu dan menunggu kedatangan polisi. Tak berapa lama kemudian sebuah mobil tahanan dan sebuah mobil patroli datang. Dua orang petugas polisi berseragam turun. Seorang setengah baya berpangkat sersan dan seorang lagi masih muda usia. "Siapa dari kalian yang menelpon?" tanya sersan polisi. "Saya, Pak!" jawab Joe. "Namamu Joe Hardy?" "Betul, Pak!" jawab Joe, lalu memperkenalkan kawan-kawannya. "Aku sersan Kelly, dan temanku ini Jim Olsen," bintara polisi itu memandang Joe dan Frank. "Apa kalian detektif yang terkenal itu?" "Ayah kami bernama Fenton Hardy," kata Frank mengakui. "Telah banyak kudengar tentang ayahmu, juga kalian berdua. Di mana para penculik itu?" "Mereka telah lolos," kata Frank mengaku. "Itu kesalahan saya, karena sayalah yang menjaga mereka. Salah seorang dari mereka membawa pisau diikat pada betis kakinya. Hal ini tak kami temukan pada waktu

http://inzomnia.wapka.mobi

menggeledah. Pembawa pisau dapat memutuskan tali pengikatnya dan dari kawan-kawannya, lalu lari dengan perahu." "Barangkali lebih baik kalau kalian mencerite-rakan seluruh kejadiannya," kata sersan Kelly, lalu menoleh kepada kawannya. "Rupanya kita tak memerlukan mobil tahanan, Olsen. Katakan kepada Ralph, ia boleh pulang." "Siap, Pak," petugas itu pergi menyampaikan perintah itu kepada sopir, yang segera berlalu dengan mobil tahanan. Setelah itu Olsen berlari kembali dan ikut mendengarkan. Anak-anak muda itu menceriterakan seluruh peristiwa yang terjadi, dimulai dengan pencurian mobil milik Vern di Bayport. Setelah selesai mendengarkan ceritera itu sersan Kelly berkata: "Perkara ini adalah urusan Bagian Pencurian. Tetapi kuharap kalian lebih dulu sebutkan ciri-ciri dari para penculik dan perahunya, agar Satuan Penjaga Pantai dapat melakukan pencarian dengan segera." Anak-anak muda itu mengatakan segalanya yang mereka ingat secara terperinci, dan sersan polisi lalu melaporkannya ke markas dengan radio. Setelah ia menggantungkan mikrofon radionya, lalu berkata: "Nah begini! Sekarang kalian kubawa ke Parker Centre untuk melapor kepada Bagian Pencurian Mobil, Oke?" "Dapatkah kita mampir ke hotel?" tanya Joe. "Pakaian saya basah!" Sersan polisi tersenyum. "Kau persis seperti tikus kecebur minyak. Tentu akan kuberi waktu cukup kalian membersihkan diri." Anak-anak muda itu duduk berjejalan dalam mobil patroli dan diantarkan ke hotel mereka. Mereka ingin berganti pakaian karena pakaian yang dikenakan telah dipakai untuk tidur. Sersan Kelly mengatakan untuk tak usah persoalkan waktu. "Tak perlu tergesa-gesa," katanya. "Seluruh tenaga polisi dan Satuan Penjaga Pantai sedang sibuk mencari para penculik, dan toko yang kalian ceriterakan itu tak akan lari!" "Kalau begitu ada waktu untuk makan siang juga, kan?" tanya Chet dengan mata bersinar. "Sudah hampir jam dua siang."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Usul yang bagus," kata Jim Olsen. "Kami pun belum makan!" Chet memandangnya dengan rasa lega dan Vern tertawa serta berkata, "Anda mendapat teman sehidup semati, Pak Olsen." Untuk menghemat waktu mereka lalu memesan agar makanan dihantarkan ke kamar. Begitu mereka selesai mandi dan ganti pakaian, pesanan makanan pun datang. Setelah makan siang, mereka dibawa ke Parker Centre, kantor administrasi polisi. Para petugas polisi tersebut mengantarkan mereka ke Bagian Pencurian Mobil di lantai tiga, dihadapkan pada seorang detektif yang jangkung dan agak kaku, bernama Letnan Harold Frisby. Anak-anak muda itu menceritakan kembali semua kejadian, dan letnan polisi menanyakan letak gudang tersebut dengan tepat. Kemudian ia mengangkat telpon di mejanya, lalu meminta operator menyambungkannya dengan Jaksa Distrik. "He, Judge," katanya lewat telpon. "Akhirnya saya memperoleh jejak dari komplotan pencuri mobil yang telah kita telusuri sejak lama. Saya perlukan surat perintah penggeledahan." Lalu ia berikan alamat gudang tersebut. Segera setelah ia meletakkan gagang telpon, ia panggil Bagian Metro dan meminta duabelas orang tenaga polisi berseragam untuk membantu dia pada penggerebegan. "Saya memerlukannya sejam kemudian karena menunggu surat perintah penggerebegan dari kantor jaksa," ia tambahkan. Frank bertanya: "Apa kami boleh ikut dalam penggerebegan itu?" Letnan polisi itu menggelengkan kepala. "Orang preman tidak diperbolehkan. Mungkin terjadi tembak-menembak. Aku akan kembalikan kalian ke hotel." "Mobil kami ada di dekat gudang itu," kata Frank. "Lebih baik kami antar ke sana." "Begitu pun baik," kata Letnan Frisby. "Selama kami masih di sana, bolehkah kami melihat penggerebegan dari luar?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Letnan polisi memandangnya dengan tertawa dalam hati. "Rupanya kalian ingin mengetahui sampai akhir dengan jalan apa pun. Kalian boleh melihat dari seberang jalan. Tapi jangan terus membujuk agar diperbolehkan ikut serta, oke!" Setelah menerima surat perintah penggerebegan, letnan Frisby dan keempat anak muda lalu segera turun menggunakan elevator ke garasi di lantai bawah, di mana telah menunggu tiga kendaraan penuh anggota polisi membawa senapan anti huru-hara. Keempat anak muda mengikuti letnan Frisby dalam mobil yang keempat, yang mendahului tiga kendaraan lainnya menuju ke gudang di pinggiran Kampung Cina. Pada waktu iring-iringan mobil polisi itu sampai di jalan di depan gudang, Frank menunjuk ke gedung itu dan berkata: "Itu dia!" Kemudian ia menunjuk ke sedan abu-abu, satu blok jauhnya dari gudang, "Nah, itu mobil kami." Letnan Frisby berhenti di belakang sedan abu-abu, diikuti ketiga kendaraan polisi lainnya di belakang mereka. Setiap orang segera keluar dari dalam kendaraan masing-masing, dan letnan polisi memberi perintah kepada sersan yang memimpin regu anti huru-hara. "Tempatkan lima orang di belakang dan lima orang di depan. Kau dan aku akan masuk!" "Siap, Pak!" jawab sersan patuh. Sersan itu memilih lima orang polisi, yang lalu diperintahkan berjalan memutar lorong dan mengawasi di bagian belakang gedung. Setelah memilih lima orang polisi lainnya untuk mengawasi bagian depan gedung, masih tinggal seorang polisi lagi. Pak sersan perintahkan dia untuk menyertainya bersama letnan masuk ke dalam gedung. Letnan Frisby memberi waktu kepada anakbuah-nya untuk mengambil posisi masing-masing. Sementara menunggu waktu dimulainya penggerebegan, ia menyuruh keempat anak-anak muda untuk berlindung di balik mobil-mobil polisi bila terjadi tembak-menembak. Maka anakanak muda menyebar dan berdiri membungkuk di balik kendaraan yang paling dekat dengan gudang. Letnan Frisby melihat ke arlojinya. Bila jam menunjukkan waktu penggerebegan aba-aba diberikan: "Oke! Maju!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Dengan cepat Letnan bergerak menyeberangi jalan diikuti sersan dan seorang anggota polisi. Ia mencoba membuka pintu depan; ia terheranheran karena pintu itu tidak terkunci. Waktu membuka pintu ia menarik pestolnya, lalu masuk ke dalam. Kedua anggota polisi terus mendampinginya. Sepuluh menit telah berlalu tanpa terdengar suatu suara pun dari dalam gudang. Keempat anak-anak muda itu mendengar salah seorang polisi berkata: "Apa tidak lebih baik kalau kita serbu masuk?" "Letnan perintahkan kita untuk menunggu," berkata yang seorang lagi. Letnan Frisby bersama kedua pendampingnya keluar lagi. Ia tidak lagi memegang pestolnya, dan kedua pendampingnya memegang senapannya dengan laras ke bawah. Kemudian mereka kembali menyeberang jalan, perlahan-lahan. "Laporan palsu, kawan-kawan!" berkata sersan polisi. "Kembali ke Parker Centre." Rupa-rupanya ia telah memberitahu anggota polisi yang mengawasi di belakang gedung bahwa penggerebegan dibatalkan, dan mereka berjalan memutar dari lorong kembali ke mobil-mobil patroli masing-masing. Keempat detektif muda melihat semua itu dengan mulut ternganga pada waktu ketiga mobil-mobil itu berlalu. "Aku tidak mengerti," kata Joe kepada letnan polisi. "Ayo ikut!" kata letnan polisi setengah memerintah. Ia mengantar anak-anak muda itu menyeberang jalan, membuka pintu depan gudang, lalu masuk. Mereka semua heran. Ruang utama yang menyerupai gua besar itu kosong melompong. Letnan mendahului ke pintu di sebelah kiri, lalu membukanya. "Inikah kamar mesin yang kalian sebutkan?" tanyanya. Berdiri berdesakan di ambang pintu, anak-anak muda itu memandang ke ruangan kosong. "Tadinya ini memang kamar mesin," kata Frank dengan semangat lesu.

http://inzomnia.wapka.mobi

Letnan polisi mengajak mereka ke kantor. Seseorang, kurus dan tua, menghisap pipa duduk di kursi Big Harry dengan kedua kaki di atas meja. "Kembali lagi, Pak Letnan?" tanyanya ketawa sinis. "Ini Tuan Jonas Moapes," kata letnan member-kenalkan. "Tuan Moapes, maukah anda mengulang pernyataan anda kepada saya tentang pekerjaan anda di sini?" "Tentu," kata si tua setuju. "Saya adalah penguasa sementara." "Sejak berapa lama anda lakukan tugas itu?" "Tiga bulan, semenjak orang terakhir yang menyewa tempat ini meninggalkan usahanya." "Sejak itu, apa saja terdapat di gudang ini?" "Tidak ada apa-apa," kata si tua. "Tempat ini selalu kosong." "Bohongi" seru Chet. Si tua itu mengangkat bahunya. 15. Dijual Sukucadang Keempat anak muda itu seperti mengalami ke-goncangan ketika meninggalkan gudang bersama letnan Frisby. Di luar gedung, letnan itu berhenti dan memandang Frank, terus kepada Joe, lalu berkata: "Sekiranya kalian bukan anak-anak dari seorang ayah yang terkenal, tentu kalian kutangkap karena memberikan laporan palsu." "Tetapi penjahat-penjahat itu betul telah memakai gudang itu," kata Joe memprotes. "Entah bagaimana, mereka tahu bahwa polisi akan datang." "Peristiwa itu bukan suatu impian, Letnan Frisby," sambung Vern. "Bagaimana pendapat anda tentang penculikan terhadap kami dan kejadian di atas perahu itu?" "Kukira itu hanya reka-rekaan belaka," kata letnan polisi singkat, lalu berjalan menuju ke mobil.

http://inzomnia.wapka.mobi

Setelah mengawasi letnan itu pergi, keempat anak muda itu dengan putusasa berjalan ke sedan abu-abunya. Perjalanan ke hotel sepi-sepi saja. Tiba di hotel mereka berkumpul di kamar anak-anak Hardy. "Barangkali seluruh kejadian itu hanya dalam mimpi," kata Chet. "Jangan tolol," kata Frank. "Si orang tua itu teman sekongkol para penjahat. Mereka tahu bahwa permainan mereka telah porak-poranda ketika kita dapat meloloskan diri, terkecuali nama kita yang mereka rusakkan di depan polisi. Mereka pasti melakukannya. Sementara letnan Frisby menunggu surat perintah penggerebegan, mereka mengosongkan gudang itu, lalu menempatkan si tua di sana." "Mari kita kembali ke sana menanyai si tua bangka," kata Joe gemas. "Barangkali kita dapat memeras dia berceritera!" "Kita harus pindah hotel dulu," kata Chet. "Setelah terlibat dengan penjahat-penjahat itu, aku tak merasa aman di sini." Semuanya setuju. Mereka lalu bayar sewa kamar-kamar hotel, lalu dengan mengendarai mobil mereka pergi ke hotel lain beberapa blok jauhnya. Mereka sewa lagi kamar-kamar yang berhubungan satu dengan lainnya. Ketika mereka telah siap, Joe mengusulkan menelpon ke rumah tentang kepindahan hotel, sehingga ayah dapat menghubungi mereka bila diperlukan. Frank yang menelpon yang dijawab ibunya. Ibunya mengatakan bahwa ayahnya masih dalam tugas rahasia, dan ibunya sedang menunggu telpon setiap waktu. Kemudian ibu akan meneruskan kepada ayahnya nomor telpon anak-anak yang baru. Mereka kembali mengendarai mobilnya menuju gudang. Setelah memarkir mobil, mereka mencoba membuka pintu depan. Ternyata terkunci, sehingga mereka kembali ke mobil untuk berusaha masuk lewat pintu belakang. Ternyata terkunci pula. Joe mencoba melalui jendela ruang istirahat, yang ternyata terbuka. "Aku heran, mengapa jendela ini tak pernah dikunci. Telah dua kali kita masuk melalui jendela ini," komentarnya sambil memanjat ke ambang jendela, diikuti Chet dan Vern.

http://inzomnia.wapka.mobi

Frank masuk yang terakhir. Setelah memeriksa, ia menjawab kata-kata Joe. "Grendel kuncinya hi-hilang." Si tua Jonas Moapes tidak ada di tempatnya lagi. "Kini kutahu ia pun anggota komplotan," kata Frank. "Penjahat-penjahat itu menempatkan si tua di sini cukup lama untuk mengelabui polisi bahwa kita sinting semua." Mereka lalu memeriksa gedung itu dengan teliti, tak terkecuali kantor di mana Joe membuka-buka laci-laci meja. Semuanya kosong dan hanya di laci paling atas satu-satunya yang dapat ditemukan hanyalah bekas tempat korek api. Joe menutup kembali laci itu dan melemparkan tempat korek api itu ke atas meja. Frank memungutnya, lalu diperiksanya. Di sisi depan tertera iklan ADMAX WHOLESALE AUTO PARTS COMPANY-STUDIO CITY. "Nah, lihat ini!" katanya sambil memberikan tempat korek itu kembali kepada Joe. Setelah membaca, Joe berkata: "Mungkin ini dapat menjadi jejak. Barangkali ini tempat untuk menjual suku cadang mobil-mobil yang mereka curi." Chet dan Vern ikut memeriksa penemuan Joe. "Pasti!" kata Chet penuh emosi. "Mereka memerlukan tempat untuk menjual barang-barang hasil curian mereka!" "Kita datangi Perusahaan Borongan Sukucadang Kendaraan Admax!" usul Frank. Toko itu ada di jalan yang sepi dekat Jalan Ventura, tidak jauh dari Laurel Canyon. Gedungnya tidak bertingkat, panjang, dan pada jendela tertulis: ADMAX WHOLE SALE AUTO PARTS. Setelah memarkir mobilnya di pinggir jalan, Joe berkata kepada yang lain-lain agar menunggu, sementara ia sendiri akan menyelidiki. Ia mengintip dari jendela dan kembali lagi dengan cepat. Ia berkata: "Benar, toko milik penjahat-penjahat itu." "Dari mana kau dapat tahu?" "Red Sluice ada di belakang meja penjualan!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Pada saat itu, sebuah mobil limousin dikemudikan oleh seorang sopir berhenti di depan toko, dan seorang tua yang bungkuk berpakaian mahal turun lalu masuk ke dalam toko. "Ayo kita menyelinap masuk dari belakang, dan melihat-lihat kalau-kalau dapat menemukan sesuatu," kata Frank kepada Joe. "Nah, kita akan mulai lagi," kata Chet. "Kau tentunya suruh aku di belakang setir, dan selalu siap untuk kita cepat menghindar, bukan?" "Boleh!" kata Frank tersenyum. Sebuah lorong memanjang di sisi gedung. Frank dan Joe berjalan menuju ke bagian belakang gedung dan melihat sebuah gerbang dengan pintu sorong untuk truk, serupa dengan yang di gudang di Kampung Cina. Pintu dari gerbang itu membuka sebagian, sehingga mereka dapat mengintip ke sebuah ruangan besar yang membentang selebar gedung. Rupanya ini merupakan gudang, sebab penuh dengan sukucadang mobil, termasuk mesin-mesin yang lengkap. Di dekat dinding sebelah kanan, diparkir tiga buah mobil setengah baru, termasuk mobil biru milik Vern, yang semula ditaruh di gudang Kampung Cina. Crafty Kraft dan Anton Jivaro sedang menempatkan barang-barang kecil di atas rak sepanjang dinding kiri, sedang Jonas Moapes yang tua tengah menyapu lantai dengan punggungnya membelakangi mereka. Ia baru saja selesai menyapu ketika anak-anak muda mengintipnya, lalu menghilang melalui sebuah pintu yang mungkin sekali menuju toko bagian depan. Setelah tidak nampak seseorang pun, anak-anak muda itu lalu masuk dengan diam-diam, membungkuk dan merayap di balik deretan mesinmesin dan radiator-radiator. Di samping pintu tepat di depan mereka ada sebuah pintu lagi yang membuka ke kanan. Pintu ini terbuka lebar dan melalui lubang pintu itu mereka melihat orang yang berpakaian bagus tadi yang datang dengan mobil limousin dikemudikan seorang sopir. Ia duduk di depan sebuah meja tulis dengan punggungnya menghadap ke pintu,

http://inzomnia.wapka.mobi

dan berhadapan dengan seseorang yang tidak tampak oleh anak-anak muda itu. Mereka berpindah mendekati pintu untuk mencuri dengar percakapan, berlindung di balik tumpukan radiator. "Jaringan Perusahaan Reparasi Mobil Merrie-weather telah hampir meluas ke seluruh negeri, Tn. Knotts. Tentunya anda telah dengar tentang kami." "Maaf, Tn. Merrieweather," kata Big Harry dengan nada menyesal. "Saya tidak ingat pernah melihat iklan anda." "Barangkali karena California adalah salah satu negara bagian di mana kami tidak mempunyai cabang perusahaan kami. Kami akan berusaha membetulkan kesalahan kami dengan membuka duabelas cabang lagi bulan depan. Untuk itu dibutuhkan sejumlah besar persediaan sukucadang." "Saya dapat memastikan, bahwa kami dapat melayani anda dengan memuaskan," kata Big Harry, suaranya tiba-tiba berubah seperti hendak mengambil hati. "Saya lakukan usaha bukan dengan menggebrak kiri dan kanan," kata orang itu pula. "Maka itu saya bicara langsung ke tujuan. Perusahaan Merrie-weather dapat menandingi setiap persaingan, karena kami dapat membeli sukucadang dengan harga murah. Saya tak pernah menanyakan dari mana asal sukucadang itu, dan saya takkan menghiraukan kondisi barang itu, asal kelihatan seperti baru. Apakah anda dapat mengerti maksud saya?" "Kira-kira demikian," jawab Big Harry sangat hati-hati. "Tetapi saya hanya membayar separoh harga borongan!" "Kami menjual dengan rabat, Tn. Merrie-weather. Saya dapat pastikan bahwa kami dapat membuat transaksi." "Kebutuhan utama saya pada permulaan adalah mesin-mesin yang telah diperbaiki, dan nampak seperti baru," kata orang itu. "Apa anda mempunyai persediaan?" "Akan saya perlihatkan kepada anda," kata Big Harry mempersilakan.

http://inzomnia.wapka.mobi

Terdengar suara kursi berderik. Dengan cepat anak-anak muda menunduk bersembunyi. Big Harry bersama orang tua itu muncul dari dalam kantor, dan lambat-lambat berjalan sepanjang gang di antara deretan-deretan sukucadang, dengan punggung mereka membelakangi kedua anak-anak muda. Big Harry berkata: "Seperti anda lihat, ada pilihan yang luas. Cara kami membersihkan barang-barang ini sedemikian rupa sehingga saya berani jamin, ahli teknik yang paling ahli pun sukar dapat membedakannya dari yang baru." Sambil mengeluarkan sebuah buku catatan kecil, orang tua itu memperhatikan seperangkat mesin, lalu menulis sesuatu di dalam buku catatannya. Sambil berjalan perlahan-lahan, ia terus saja membuat catatan-catatan. Akhirnya dengan memasukkan buku catatan ke dalam sakunya, ia berkata: "Saya kira sudah cukup catatan saya. Saya akan merundingkan dengan kepala bagian pembelian, dan besok saya akan memberi kabar kepada anda, berapa banyak dan jenis-jenis mesin yang mana kami butuhkan." Dan tiba-tiba, kedua anak muda itu dipegang batang lehernya dari belakang. Dengan terengah-engah mereka berusaha membalikkan badannya untuk menghadapi para penyerangnya, tetapi pegangan itu sangat erat hingga mereka tak dapat berkutik. 16. Tertipu Menoleh ke belakang, Frank melihat Crafty Kraft yang sangat kuat telah memitingnya dari belakang. Sekalipun ia berontak, tetapi tetap saja tak dapat melepaskan diri. Anton Jivaro memiting Joe pada tengkuknya. Tetapi orang bertubuh kecil ini bukan tandingan bagi Joe yang gemuk besar. Dengan mengangkat kaki kanannya, Joe menyepak lutut Jivaro dengan tumitnya. Sambil melolong kesakitan, Jivaro melepaskan pitingannya dan terhuyung mundur.

http://inzomnia.wapka.mobi

Mendengar suara gaduh itu Big Harry dan calon langganan yang tua itu membalikkan badan. Ketika Joe hendak membantu Frank, Big Harry lari mendatangi. Tiba-tiba orang tua itu mendekap dadanya dan berteriak: "Jantungku!", lalu menjatuhkan diri terkulai. Ia jatuh seperti seorang pemain sepak bola yang menjegal lawannya, yaitu tepat pada bagian belakang betis Big Harry. Orang tinggi besar itu kehilangan keseimbangannya jatuh tertelungkup di lantai. Joe mengunci kepala Crafty Kraft lalu menghen-takkannya ke belakang dan terbebaslah Frank dari pitingan. Setelah melepaskan kuncian di kepala, ia menghajar punggung si orang bertatoo itu, menyebabkan orang itu jatuh membentur Big Harry. Kedua anak muda berlari ke pintu, melompat keluar dan sekencangkencangnya lari sepanjang lorong menuju ke depan. Mereka lalu menyeberang jalan dan melompat masuk ke dalam mobil, ketika Big Harry dan Crafty muncul dari lorong. Chet segera menghidupkan mesin begitu melihat kawan-kawannya mendatangi, dan berhasil melarikan mobil tepat pada waktu para pengejarnya hendak menyeberang jalan. "Bagus Chet," kata Frank. "Ke Parker Centre." Chet masuk dari Jalan Raya Laurel Canyon menuju Jalan Bebas Hambatan Ventura. "Apa yang terjadi?" tanyanya. "Tertangkap selagi menyelidik. Keempat penculik itu ada di sana. Tak sangsi lagi, Admax Company adalah toko penjualan barang-barang hasil curian." Joe menambahkan: "Secara kebetulan dapat diketahui nama belakang Big Harry yaitu Knotts." Di Parker Centre mereka menemui Letnan Frisby di ruang Bagian Pencurian Mobil. Dengan mengerutkan dahi ia berkata: "Lagi-lagi kalian berempat!"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kami sekarang berhasil memecahkan rahasia toko yang kosong itu," kata Frank sambil menyerahkan bekas tempat korek api. "Mereka telah memindahkan segalanya ke sana." Setelah memeriksa iklan pada bekas tempat korek api, Letnan Frisby menggelengkan kepala. "Bagaimana kau pastikan ini pindahan dari toko yang sudah dikosongkan selama tiga bulan itu?" "Si orang tua itu berdusta," kata Joe. "Ia adalah pesuruh di Admax. Penjahat itu menempatkan dia di gudang untuk merusak nama baik kami." Frank tambahkan: "Tidak itu saja! Semua orang yang menculik kami saat ini pun ada di Admax." "Coba ceriterakan kembali seluruhnya," kata Letnan menenangkan anakanak muda itu. Setelah Joe dan Frank selesai berceritera, ia nampak berkurang rasa sangsinya, tetapi belum yakin benar. "Aku takkan lagi buru-buru melakukan penggerebegan," katanya. "Tetapi aku bersedia melakukan pemeriksaan. Kalian dapat menunjukkan jalan dengan mobil kalian." Mereka menggunakan elevator untuk turun ke garasi di lantai bawah. Letnan Frisby mengajak anak-anak muda itu dengan mobilnya ke tempat parkir para tamu. Dari sana ia mengikuti mobil mereka menuju kota Studio. Berlima mereka memasuki toko penjualan borongan. Seorang yang gemuk dan belum pernah dilihat oleh anak-anak muda itu sebelumnya duduk di meja penjualan. Letnan Frisby menunjukkan kartu pengenalnya. "Pimpinan anda ada?" tanyanya. "Silakan tunggu sebentar," jawab si gemuk, lalu menghilang masuk ke belakang. "Apa dia juga salah satu dari para penculikmu?" tanya Letnan Frisby ketika pegawai itu tak nampak lagi. Anak-anak muda itu menggeleng. "Ia tidak di sini sebelumnya," kata Joe. "Red Sluice yang menerima para tamu."

http://inzomnia.wapka.mobi

Pegawai itu datang bersama seorang tinggi ceking dan kelihatan canggung. Sambil mengacungkan tangan untuk bersalaman ia berkata: "Saya Osgood Admax, Letnan. Pemilik toko ini. Ada persoalan apa?" Sekali lagi Letnan Frisby menengok kepada anak-anak muda itu. "Apakah dia juga salah satu dari penculik?" Mereka menggeleng lagi. "Tuan Admax," kata Letnan itu. "Tuan mempunyai pesuruh bernama Jonas Moapes?" Dengan suara keheran-heranan pemilik toko berkata: "Saya belum pernah mendengar nama itu. Kecuali pemegang buku yang part-timer, saya hanya mempunyai pegawai si Melvin ini." Ia lalu menganggukkan kepalanya kepada si gemuk. "Ada apa sesungguhnya?" Sambil menunjuk kepada anak-anak muda, Letnan berkata: "Anak-anak muda ini mempunyai tuduhan berat terhadap anda. Mereka katakan tempat ini adalah tempat penjualan sukucadang yang dipreteli dari mobil-mobil curian." "Itu dusta," seru Admax marah. "Anda tidak keberatan, jika kita melihat-lihat di ruang barang-barang?" tanya Letnan Frisby. "Ataukah harus ada surat perintah?" "Tidak berkeberatan sama sekali, Letnan. Tidak ada sesuatu yang kami sembunyikan!" Sambil mengangkat daun meja yang berengsel agar polisi dan anak-anak muda itu dapat masuk, Admax mempersilakan mereka masuk ke ruang belakang. Frank dan Joe melihat ke sekeliling dengan semangat lesu. Ketiga buah mobil curian pun telah lenyap, dan semua mesin-mesin pun lenyap pula. Tetapi barang-barang lainnya masih tetap di tempatnya. "Mereka telah memindahkan barang-barang yang paling rawan," seru Joe. "Mereka tahu bahwa kami akan pergi ke polisi, karena itu mereka cepat-cepat memindahkan." "Apa yang kaukatakan, anak muda?" tanya Osgood Admax.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Sambil menunjuk ke dinding samping Joe berkata: "Tidak sampai sejam yang lalu di sana ada tiga mobil curian." "Dan lebih dari selusin mesin-mesin berderet-deret di sini," sambung Frank. Ia menunjuk suatu tempat. "Tuan memindahkannya dari sini, karena tuan tahu bahwa nomor seri dapat menjadi bukti barang curian." Dengan membusungkan dada pemilik toko berkata: "Saya mempunyai faktur-faktur pembelian dari setiap barang-barang di sini. Letnan, anda bebas untuk melihat-lihat buku-buku saya." "Tak akan menunjukkan sesuatu," kata Joe geram. "Faktur mudah dipalsukan. Semua yang ada seri nomornya telah dihapus, sehingga tidak ada lagi bukti-bukti bahwa barang-barang yang masih ada di sini sebenarnya adalah barangbarang panas." Nada suara Letnan terdengar keras ketika ia berkata: "Kalian hendak main-main, . anak-anak muda!" dan berbalik kepada si Tinggi Ceking: "Terimalah permohonan maaf saya, Tn. Admax." "Sudah barang tentu," berkata orang itu dengan ramah. "Tuan hanya lakukan kewajiban." Dengan mengerutkan dahinya ia berpaling kepada anak-anak muda: "Aku tak tahu, mengapa kalian hendak menyulitkan aku. Jika kalian hendak mencoba kedua kalinya, akan kutuntut kalian mencemarkan nama baikku." "Mari kita keluar dari sini," gerutu Joe geram. "Kukira dia orang tak bermoral sama sekali." Di luar gedung, Letnan Frisby berkata dengan nada geram: "Sekarang kalian ikut aku!" Anak-anak muda mengikuti mobil letnan; dari tempat duduk di belakang Chet bertanya dengan suara cemas: "Apa letnan itu akan menahan kita karena laporan palsu?" "Bagaimana bisa," jawab Frank. "Kita tidak laporkan sesuatu." "Barangkali saja ia menganggap demikian." Ternyata letnan polisi itu tidak mengajak mereka

http://inzomnia.wapka.mobi

menuju Parker Centre, sebaliknya ia membawa mereka ke gudang di ujung Kampung Cina. Ia berhenti di depan gudang dan Frank mengikutinya. Ketika mereka turun dari mobil, Frank berkata: "Aku merasa akan terjadi kejutan lagi!" Letnan Frisby berjalan menuju pintu depan yang ternyata tidak dikunci. Pada waktu mereka masuk, Joe berkata kepada Frank: "Aku pun rasakan kata-katamu benar!" Mereka langsung menuju ke kantor. Si tua Jonas Moapes duduk di kursi dengan kedua kakinya diangkat di atas meja sambil menghisap pipa. "Hallo pak Letnan," si tua berseru ramah. "Ada apa lagi gerangan?" "Tak ada apa-apa," kata letnan polisi itu. Mendadak sontak ia berbalik dan berjalan keluar, diikuti keempat anak-anak muda. Ia terus masuk ke mobilnya, lalu menjalankannya pergi. Keempat anak muda hanya dapat saling pandang. "Apa sekarang?" kata Chet. "Sekarang, setelah merusak nama baik kita yang kedua kalinya," kata Frank gemas, "si tua itu takkan lama tinggal di sini. Kita buntuti ke mana dia pergi." Karena tidak tahu apakah Jonas akan keluar lewat pintu depan atau pintu belakang, maka Frank menjalankan mobilnya ke mulut jalan dan berhenti di sana agar dapat mengawasi lorong samping. Dengan demikian sekaligus ia dapat melihat bagian depan maupun bagian belakang, dan memberi tanda ketika si tua keluar. Seperempat jam kemudian Frank membunyikan klakson perlahan-lahan. Joe bergegas kembali ke mobil lalu duduk di sisi Frank. Mereka melihat ke lorong. Truk Crafty Kraft yang beroda delapan-belas sedang dijalankan mundur ke arah pintu sorong. Orang yang bertatoo di lengannya lalu menurunkan tutup bak belakang, dan tiga orang berpakaian tukang muncul keluar. Dengan gerobak dorong mereka menurunkan mesin-mesin mobil lalu diangkut masuk ke dalam gedung.

http://inzomnia.wapka.mobi

Ketika sudah selesai, Crafty menjalankan truknya maju dan diparkir di lorong. Maka kendaraan besar itu menghalang-halangi pandangan anakanak muda tersebut. Tetapi mereka ini masih dapat melihat ketiga mobil curian diparkir di sana, menunggu sampai truk pergi. Kemudian ketiga mobil curian dimasukkan ke dalam gedung, masing-masing oleh Red, Jivaro dan Big Harry Knotts. Joe keluar dari mobilnya. Sambil berjalan menuju toko makanan di seberang jalan, Joe berkata: "Kutelpon Letnan Frisby!" Di dinding toko makan itu tergantung telpon umum. Setelah memasukkan sekeping mata liang talenan, Joe memutar nomor Parker Centre dan minta disambungkan dengan Bagian Pencurian Mobil. Terdengar jawaban: "Letnan Frisby di sini." "Ini Joe Hardy," kata Joe. "Kami masih di sekitar gudang. Mesin-mesin mobil curian baru saja diturunkan dari truk, dan ketiga mobil curian baru saja dimasukkan ke dalam gedung beberapa menit yang lalu. Para penjahat tentunya mengira, setelah anda periksa gudang itu dua kali, pasti anda takkan memeriksa lagi." "Mereka benari" kata letnan polisi itu, lalu meletakkan telponnya. Joe kembali ke mobil, kecut hati dan kecewa. Pada waktu ia masuk ke dalam mobilnya, Crafty sedang menghidupkan mesin truknya. Truk itu menghadap ke arah mobil mereka. Kini kiranya masih terlalu jauh baginya untuk dapat mengenali keempat anak-anak muda itu, tetapi begitu sampai di mulut lorong, tentu ia akan melihat mereka. Maka cepat-cepat Frank menjalankan mobilnya. "Kita mengitari blok ini, lalu membuntuti truk itu," kata Frank. "Apa kata letnan?" "Ia tak percaya lagi," gerutu Joe. "Siapa yang ada di truk itu?" "Semua; termasuk si tua Moapes. Mereka telah mengunci pintu-pintu gudang." Vern menyela: "Jika letnan tak lagi mau bertindak, apa gunanya kita buntuti truk itu? Polisi itu juga takkan menggubris bila kita melapor ke mana truk itu pergi."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kukira kau benar, Vern," kata Frank setuju. "Kita kembali saja ke hotel. Lagi pula sudah terlalu siang." Sesampai di hotel mereka berkumpul di kamar Frank dan Joe, dan merundingkan apa langkah-langkah mereka berikutnya. "Kita tunggu setelah mendengar sesuatu dari ayah," usul Frank. "Kita pun memberikan semua informasi kepadanya, dan meminta ayah menghubungi letnan Frisby. Tentunya ia akan percaya kepada ayah." Terdengar pintu kamar diketuk orang. Joe bangkit dan membukakan pintu, lalu berdiri ternganga keheranan. Di pintu berdiri seorang tua bongkok berpakaian rapih: Tn. Merrieweather. 17. Pak Tua Tanpa berkata-kata, pak Tua masuk ke dalam kamar. Joe berusaha menguasai diri. "Kami kira anda masih di rumah sakit, Tn. Merrieweather!" katanya. Merrieweather menutup pintu dan berkata dengan suara paraunya: "Aku telah sembuh secara ajaib dari serangan jantungku." Kemudian ia tertawa lebar, lalu berdiri tegak. Ia menarik rambut palsu serta alis matanya, kemudian dengan saputangan ia hapus bedak makeup yang membuat wajahnya seperti berkeriput. "Ayah!" seru Frank dan Joe berbareng. "Bagaimana ayah dapat menemukan kita?" "Aku pergi ke hotel kalian menginap dulu," kata detektif swasta itu. "Ternyata kalian telah keluar dari hotel itu. Aku lalu menelpon ke rumah." "Te-eh tetapi, apa yang anda lakukan di Admax, pak Hardy?" bertanya Chet. "Untuk memperoleh bukti-bukti tentang komplotan pencuri mobil itu! Ketika kalianmelihat aku menulis di buku catatanku, aku sedang mencatat nomor-nomor seri dari mesin-mesin itu. Aku telah menelpon

http://inzomnia.wapka.mobi

Bagian Kendaraan Bermotor di New York. Ternyata semuanya berasal dari mobil-mobil curian. Lalu, apa pula yang kalian lakukan di sana?" Anak-anak muda itu menceriterakan hasil-hasil penyelidikan mereka, dan bagaimana para penjahat itu berhasil mengelabui polisi sehingga mereka telah dianggap berdusta. "Jika saja letnan Frisby itu datang lebih lambat seperempat jam, ia akan mendapatkan mereka memasukkan barang-barang curian itu," kata Chet. "Aku sangsikan," kata pak Hardy kurang setuju. "Pengaturan waktu ada di tangan para penjahat. Barangkali mereka menunggu dengan truk di suatu tempat, sampai keadaan aman mereka terima beritanya dari pesuruh gadungan itu." "Sekarang letnan Frisby tak mau bicara dengan kami," Joe mengeluh. "Kukira ia akan mendengarkan aku," kata ayahnya. Pak Hardy lalu menelpon Parker Centre dan minta bicara dengan perwira polisi itu. Ia memegang gagang telpon itu sedemikian, sehingga anakanaknya dapat ikut mendengarkan percakapannya. Bila ia telah dihubungkan dengan letnan Frisby, ia menerangkan siapa dia. "Oo, ya?" kata letnan itu. "Saya telah banyak dengar tentang Tuan. Tetapi saya khawatir saya mendapat banyak kesulitan dari anak-anak tuan dan kawan-kawannya." "Saya tahu, Letnan. Saya sekarang ada di kamar hotel anak-anak. Komplotan itu telah mengelabui anda. Semua yang diceriterakan anakanak adalah betul." "Tetapi bukti-bukti jelas telah menghancurkan ceritera mereka," berkata letnan itu memprotes. "Meskipun bukti-bukti itu palsu. Seperti yang mereka ceriterakan kepada anda, mobil-mobil dan barang-barang itu memang ada di Admax. Saya tidak saja hanya melihatnya sendiri, bahkan dengan pura-pura mau memborongnya, saya telah mencatat nomor-nomor seri mesin-mesin itu. Saya telah pula mencocokkannya di Bagian Kendaraan Bermotor dari Negara Bagian New York, dan ternyata

http://inzomnia.wapka.mobi

nomor-nomor itu terdaftar sebagai barang-barang yang dicuri. Sekarang ini ketiga mobil yang belum sempat dipreteli serta mesinmesin itu ada di gudang di Kampung Cina." "Semua yang Tuan katakan sudah cukup bagi saya," berkata Letnan polisi itu. "Surat perintah penggerebegan masih berlaku, jadi tak perlu menunggu surat perintah baru. Dapatkah anda menemui saya di tempat itu?" "Dengan senang hati." Pak Hardy telah mengembalikan mobil sewaannya, dan datang ke hotel menggunakan taksi. Karena itu ia lalu pergi dengan mobil anak-anaknya. Letnan Frisby ternyata telah sampai di gudang dengan enam orang anggota polisi. Setelah berjabatan tangan dengan pak Hardy, letnan berkata: "Pintu belakang dikunci. Saya kira kita harus mendobraknya." "Di ruang istirahat di bagian belakang sebuah jendelanya telah rusak grendelnya," kata Frank. "Saya akan memanjatnya lalu membukakan pintu dari dalam." "Bagus," kata letnan. "Jadi tak perlu mendobrak pintu. Tetapi mungkin di dalam masih ada orang, saya lebih senang menyuruh seorang polisi." Ia lalu menggapai seorang polisi untuk pergi ke bagian belakang dan masuk dengan memanjat jendela ruang istirahat. Tak lama kemudian polisi itu berhasil membukakan pintu. "Tak ada seorang pun di dalam, Pak," lapor polisi itu. Letnan Frisby lalu memimpin masuk ke dalam. Bila ia melihat ketiga buah mobil dan deretan mesin-mesin, ia terhenyak. "Waduh, waduh!" ia bergumam. Dan berpaling kepada anak-anak muda berkata: "Maafkan aku, tuan-tuan muda!" "Kami tak mempersalahkan anda, Letnan," berkata Frank. "Komplotan itu memang sangat cerdik. Mereka hampir-hampir membuat kami sendiri mengakui, seperti kami sedang berkhayal." Perwira polisi itu melihat pada jam tangannya. "Sudah jam lima tigapuluh menit. Saya kira tak ada lagi dari komplotan itu yang datang kembali

http://inzomnia.wapka.mobi

kemari, sedang toko Admax sudah tutup pula sekarang. Saya akan perintahkan untuk mengawasi kedua tempat ini. Kita akan menangkap penjahat-penjahat itu begitu mereka muncul besok pagi." "Kita mempunyai dua tempat pengintaian, satu di depan dan satu lagi di belakang," kata Joe. "Bagus." Anak-anak muda itu lalu menunjukkan dos bekas almari es yang di depan, dan gudang kosong yang ada di belakang. Letnan Frisby menempatkan seorang anggota polisi yang membawa walkietalkie di masing-masing tempat pengintaian. Ia mengatakan kepada mereka bahwa telah diperintahkan menyiapkan sepasukan balabahtuan dalam beberapa mobil patroli. Pasukan ini segera akan bergerak, bila menerima laporan para pengintai bahwa penjahat-penjahat itu telah datang. "Masih ada beberapa tempat lagi yang perlu diawasi, Letnan," kata Frank. "Kami tahu di mana Red Sluice tinggal dan alamat apartemen pacarnya. Saya kira Anton Jivaro pun tinggal bersama Red." "Si pembajak itu?" tanya Letnan. "Kami sangat inginkan dia, seperti juga halnya dengan anggota-anggota komplotan ini." "Dia memang juga anggota komplotan," kata Vern, ketika Frank memberikan kedua alamat yang tertulis di buku notesnya. "Saya kira sebaiknya anda membayangi keempat tempat itu, Letnan, tangguhkan penangkapan untuk beberapa hari," kata pak Hardy menyarankan. "Jika anda bergerak sekarang, kemungkinan gembong komplotan akan terlepas. Tetapi bila anda melakukan pengawasan, mungkin gembong itu akan muncul. Tetapi jika tidak muncul-muncul, salah seorang anggota mereka dapat menuntun ke tempat persembunyiannya." "Tetapi selama itu mobil saya sudah mereka preteli," keluh Vern sedih. "Letnan," kata Frank. "Anda akan dapat mengenali gembong komplotan itu dari potret yang saya buat. Saya akan mencucikannya besok dan hasilnya akan saya berikan kepada anda."

http://inzomnia.wapka.mobi

Letnan nampak ragu-ragu. "Saya sebetulnya tidak ingin menangguhkan penangkapan di ke empat tempat itu, sebaliknya saya pun tak ingin seorang dapat lolos dari tangan saya. Kita akan terus mengawasi dengan diam-diam, dan begitu ada yang muncul langsung ditangkap. Dengan demikian mereka tidak sempat menghubungi rekan komplotannya. Betul mereka dapat menjadi curiga jika ada salah seorang anggotanya tibatiba menghilang. Dengan cara ini hanya perlu beberapa hari untuk menjaring mereka." Pak Hardy tersenyum. "Saya kira penyelidikan saya tentang komplotan pencuri mobil sudah selesai, Letnan. Dan semua informasi yang ada pada saya, akan saya berikan kepada Anda, termasuk ciri-ciri semua anggota komplotan yang saya ketahui. Itu akan melengkapi perkara ini. Selanjutnya tinggal melakukan penangkapan saja." "Bantuan anda sangat saya hargai, tuan Hardy," kata letnan itu. "Terimakasih kembali. Eh, anak-anak! Apa kalian sudah siap ikut terbang kembali ke Bayport? Malam ini juga?" "Saya kira belum Ayah," kata Joe. "Kami masih harus memecahkan persoalan matauang Vern yang hilang. Sampai sekarang kami belum mendapat cukup waktu memusatkan pikiran ke situ." "Di samping itu," Vern menyela. "Saya masih harus tinggal beberapa waktu menunggu mobil. Kapan kiranya saya menerima kembali mobil saya, Letnan?" "Besok juga dapat," jawab letnan Frisby. "Tentu saja di tempat barang sitaan." "Nah, anak-anak," kata pak Hardy, "Bawa saya kembali ke hotelmu untuk mengambil koperku, dan sekalian antarkan saya ke lapangan terbang." Pak Hardy berjabatan tangan dengan perwira polisi itu sambil mengucapkan selamat tinggal. Perwira polisi meminta kepada anak-anak muda itu agar besok pagi menelponnya. "Aku akan beritahu-kan kalian bagaimana hasil pengintaian," ia berjanji. Esok paginya Frank membawa filmnya ke toko potret dengan servis kilat. Kemudian ia menelpon Letnan Frisby dari kamar hotelnya. Gagang

http://inzomnia.wapka.mobi

telpon dipegang demikian agar kawan-kawannya dapat ikut mendengarkan pembicaraannya. "Sampai sekarang baru berhasil sebagian," kata letnan Frisby. "Beberapa teri sudah tertangkap di toko, tetapi mereka hanya pekerjapekerja biasa, yang disuruh mempreteli mobil-mobil curian. Di Admax telah ditangkap seseorang bernama Osgood Admax; ternyata ia adalah orang buronan bernama Calvin Renk. Pekerjanya, si Melvin itu hanya seorang pegawai biasa; ia tidak tahu bahwa yang dijual itu barang-barang curian." "Letnan, apakah Big Harry, Crafty Kraft, Red-Sluice dan Anton Jivaro belum dapat ditangkap?" tanya Frank. "Belum! Juga gembongnya. Red maupun Jivaro tidak muncul di rumah pacarnya, dan tidak ada yang muncul di toko atau di gudang." "Apa letnan menduga bahwa mereka telah di-beritahu seseorang?" "Kukira tidak. Mungkin disebabkan karena berhati-hati. Mereka lebih licin daripada kau duga. Barangkali mereka bersembunyi beberapa hari untuk meyakinkan diri bahwa kami terkecoh. Aku kini bahkan tidak pasti lagi untuk dapat menangkap mereka dalam waktu dekat ini." "Mengapa, Letnan?" "Sebelum mereka muncul, mungkin mereka mengambil langkah-langkah pengamanan, yaitu menelpon dulu ke toko untuk berbicara dengan Calvin Renk, atau menanyakan ke gudang kepada para pekerjanya. Jika mereka tak dapat menemuinya, kukira mereka akan lari!" 18. Penemuan mengejutkan Vern berkata kepada Frank: "Aku akan bicara dengan letnan; jangan letakkan dulu telponnya!" "Tunggu, Letnan!" kata Frank. "Vern ingin bicara sebentar." Ia memberikan gagang telpon kepada Vern. "Kapan saya dapat mengambil mobil saya, Letnan?" tanya Vern.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Datang saja dan tandatangani formulir kapan saja kau mau. Datang dulu ke tempatku, biar kusiapkan surat-suratnya untukmu. Tetapi jangan sebelum jam 2 siang, sebab aku sedang makan siang." "Baik, Letnan," kata Vern. "Kami datang sesudah jam dua." Anak-anak muda itu makan di kafetaria hotel, lalu pergi ke Parker Centre. Mereka bertemu letnan Frisby di ruang Bagian Pencurian Mobil. Setelah Vern menandatangani surat-surat yang diperlukan, letnan Frisby memberinya Surat Perintah Pengeluaran kepada penguasa barang sitaan untuk dapat mengeluarkan mobilnya. "Satu hal lagi, Letnan," kata Vern. "Menurut Letnan, bolehkah kami melihat suatu berkas perkara?" "Perkara apa?" "Sekeping matauang lima senan seri Kepala Liberty tahun 1913 yang hilang. Uang itu diwariskan kepada saya oleh paman Gregg Nelson, tetapi ternyata tidak ada di dalam safe-box ketika dibuka." "Itu perkara dari Bagian Pencurian," kata letnan Frisby, sambil mengangkat gagang telpon. Setelah percakapan sejenak, ia letakkan kembali gagang telponnya. "Tidak pernah terdaftar pengaduan demikian." Anak-anak muda itu saling berpandangan. Joe berkata: "Barangkali lebih baik ditanyakan kepada pengacara yang mengurus perkebunan pamanmu, Vern!" Anak-anak muda itu lalu mengucapkan terimakasih kepada letnan Frisby, lalu mengambil mobil Vern di tempat barang sitaan. Karena tidak perlu menggunakan dua buah mobil, maka mobil sewaan lalu dikembalikan. "Nah, sekarang apa hendak kita lakukan?" tanya Chet setelah meninggalkan agen sewaan mobil. "Tak perlu kita lakukan apa pun mengenai komplotan pencuri mobil," kata Frank. "Jadi kita dapat pusatkan pikiran ke urusan matauang Vern. Siapa nama pengacara yang disebut-sebut Joe itu?"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Charles Avery, di Gedung Nichols," jawab Vern. "Kedengarannya cukup mencurigakan bahwa ia tak pernah melaporkan uang yang hilang itu." Mereka lalu mengunjungi Charles Avery di tingkat tujuh belas. Vern memperkenalkan Chet dan Frank, dan pengacara yang gendut itu mempersilakan mereka duduk. Vern berkata: "Kami baru saja dari polisi, Tn. Avery. Mengapa tuan tak pernah melaporkan bahwa uang itu hilang?" "Sebab tidak ada bukti-bukti perbuatan kriminal," kata pengacara itu lembut. "Sejauh yang kami ketahui, paman anda menaruh matauangnya di tempat lain, bukan di dalam safe-box." "Tetapi surat wasiat menyebutkan di dalam safebox." Tuan Avery mengangguk. "Di lain pihak, tidak terdapat bukti-bukti, bahwa safe-box itu pernah dibuka-paksa Apa anda telah menemui direktur bank, Tn. Laing?" "Sudah!" "Dia tak dapat membantu!" Dengan nada sedih Vern berkata: "Ia menjelaskan kepada kami, bahwa tidak ada kemungkinan selain paman sendiri yang dapat membuka safebox." "Sebenarnya, hal itu hanya membuat rahasia itu bertambah sulit, bukan? Saya tidak tahu apakah polisi dapat berbuat sesuatu, meskipun saya melaporkannya." "Mereka dapat memeriksa agen-agen matauang, untuk mengetahui apakah matauang itu pernah ditawarkan." Sambil mengerinyitkan bibirnya, pengacara itu berkata: "Saya tak pernah berpikir sampai ke situ." "Mari kita periksa," usul Frank. "Kita buat daftar dari agen-agen matauang di daerah ini, lalu mengunjungi mereka." "Anda dapat menggunakan buku telpon saya," kata pengacara itu menawarkan. Anak-anak muda itu lalu mencari pada halaman kuning, dan mencatat sederetan nama-nama.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Ini akan makan banyak waktu," kata Chet setelah selesai menulis. "Sebaiknya kalian dapat memulai pada agen yang menjadi perantara ketika Tn. Nelson membeli matauang itu," usul pengacara itu. "Saya mempunyai catatan dalam berkas arsip." Ia lalu bangkit dan mengambil map dari almari kabinet. Ia membuka-buka lembaran lalu berkata: "Ini dia. Everett Fox di jalan Wilshire Boulevard." "Saya kira, ia membelinya di Massachusetts dari seorang penggemar," kata Vern. Tn. Avery mengangguk. "Tetapi itu dilakukan dengan perantaraan agen setempat atas dasar komisi. Penjualan matauang biasanya memang berjalan demikian." Ia menulis alamat perusahaan Fox pada secarik kertas, lalu diberikan kepada Vern. Setelah mereka meninggalkan gedung itu, Chet berkata dengan muram: "Alasan mengapa ia tak melapor polisi rasanya kok mencurigakan. Kukira, ia sendiri yang menyikat uang itu." "Kita perlu banyak bukti-bukti untuk dapat mengajukan tuduhan," kata Frank. Mereka pergi ke alamat di Jalan Wilshire Boulevard. Di sana mereka dapati sebuah jendela berjeruji bertuliskan: FOX COIN AND STAMP COMPANY. Di dalamnya, di sebelah kiri dan kanan, terdapat dua buah meja pajangan memanjang dari depan sampai belakang. Seorang yang bertubuh kecil, cerewet, memakai kacamata berbingkai emas, berdiri di belakang salah satu meja pajangan sedang melayani seorang nyonya gemuk. "Sebentar, Tuan-tuan," katanya ketika mereka masuk. "Tak usah tergesa-gesa, Pak!" berkata Frank. Kedua meja pajangan itu bagian atas terbuat dari kaca. Di dalam meja yang sebelah kanan dipajangkan perangko-perangko. Meja di sebelah kiri diperuntukkan matauang.

http://inzomnia.wapka.mobi

Chet memperhatikan matauang yang dipajangkan. Kebanyakan terdiri atas matauang tunggal, tetapi terdapat pula koleksi-koleksi lengkap yang ditaruh dalam map berlapis plastik. "Tahukah kau," kata Chet. "Ini merupakan hobi yang memberikan banyak kesenangan?" Joe berbisik kepada Vern. "Nah, mulai lagi. Chet mulai keranjingan sesuatu yang baru!" "Apa ia sering begitu?" "Sebulan sekali, biasanya. Ia mencurahkan seluruh perhatiannya pada sesuatu, untuk kemudian ditinggalkan begitu saja." Sambil menoleh Chet bertanya: "Kalian membicarakan aku, ya?" "Aku bertaruh dengan kemenakanmu, kalau kalau engkau mungkin akan menjadi ahli matauang," jawab Joe. "Ya, tidak secara besar-besaran. Kupikir membuat koleksi beberapa jenis matauang biasa saja; misalnya koleksi matauang senan ini." Ia menunjuk sepasang map yang terbuka tiga bagian. Ketiga kawankawannya berdesakan hendak melihatnya; ternyata berupa matauang senan Kepala Lincoln. "Kukira isinya tidak lebih dari seratus limapuluh sen," kata Chet. "Aku bisa menyisihkan barang satu setengah dollar." Vern berkata: "Takkan mungkin kau dapat koleksi demikian semurah itu atau seharga nominalnya. Keantikannya membuat nilainya jauh lebih tinggi lagi." "Ku tahu agen-agen itu harus mendapat keuntungan," Chet mengaku. "Aku tak berkeberatan membayar sedikit lebih mahal." Langganan wanita itu telah pergi, dan orang bertubuh kecil cerewet lalu mendatangi mereka. "Saya Everett Fox," katanya. "Tuan-tuan memerlukan apa?" Sambil menunjuk ke koleksi matauang senan Chet berkata: "Saya tertarik pada ini." "Koleksi yang manis," kata agen itu sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. "Itu matauang senan Kepala Lincoln yang sisi belakangnya bergambar butir gandum, dicetak

http://inzomnia.wapka.mobi

antara tahun 1909 sampai 1959. Seluruhnya seratus em-patpuluh tiga keping." Frank berkata: "Dari tahun 1909 sampai tahun 1959 hanya limapuluh tahun. Mengapa ada sekian jenis matauang sen?" "Ada beberapa macam tanda-tanda, sebab dicetak di beberapa percetakan matauang. Misalnya saja pada tahun pertama ada empat seri: yaitu 1909 VDB; 1901 s.VDB; 1909 polos; dan 1909 S." "Apa arti huruf-huruf itu?" "VDB adalah inisial, yaitu huruf pertama dari nama pembuat polanya. Itu hanya keluar pada dua kali cetak. S adalah percetakan uang di San Fransisco. Jika tidak ada tanda percetakan, berarti dicetak di percetakan uang Philadelphia." "Begitu?" kata Chet tertarik. "Berapa harga seluruh koleksi ini?" "Ini semuanya matauang tulen atau yang tidak diedarkan," kata agen itu. "Dijual satu-satu harganya kira-kira delapan. Sebagai koleksi lengkap, tentu saja nilainya naik. Saya minta sebelas." "Sebelas dollar?" tanya Chet ragu-ragu. "Hanya untuk uang seharga satu dollar empatpuluh tiga sen? Saya tak mengerti." "Bukan sebelas dollar, Tuan," kata agen itu sambil mengangkat hidungnya. "Sebelas ribu!" Chet kaget terengah-engah dibuatnya. Frank tertawa kecil. "Aku dapat meminjamimu sepuluh dollar, Chet. Sisanya dapat kau masukkan ke dalam kartu kreditmu." Joe berbisik kepada Vern: "Ini benar suatu rekor. Hobinya hanya berumur lima menit!" Frank maju menghampiri tuan Fox. "Sebenarnya kami datang untuk menanyakan tentang matauang lima senan Kepala Liberty 1913." "O, Tuan ingin menawar?" "Menawar apa?" "Lima senan itu sedang ditawarkan untuk dilelangkan oleh perkebunan Du Bois di Paris." "Kami belum mendengar tentang itu," kata Frank. "Kapan Du Bois memperoleh matauang itu?"

http://inzomnia.wapka.mobi

"O, itu sudah ada di dalam koleksinya lebih dari limapuluh tahun." Anak-anak muda itu saling berpandangan. "Aku kira itu milik paman Gregg," kata Vern. Agen itu berkata: "Bila Tuan-tuan ingin mengajukan tawaran, saya sangat senang membantu Tuan-tuan." "Berapa kira-kira harus menawar?" "Lelangan terakhir untuk matauang itu adalah delapan tahun yang lalu. Seseorang bernama Gregg Nelson memperolehnya untuk seratus ribu dollar. Ia memenangkannya dari saingannya yang terdekat hanya dengan selisih dua ribu dollar." "Siapa saingannya itu?" "Direktur bank setempat yang juga keranjingan koleksi matauang, namanya Barton Laing. 19. Big Boss "Barton Laing?" seru Vern. "Tuan kenal dia?" tanya Everett Fox. Vern mengangguk dengan geram. "Heran," kata agen itu. "Tentu saja saya menghubungi dia ketika lelangan ini diumumkan, tetapi ia samasekali tak tertarik." "Barangkali ia telah memilikinya." Joe bergumam tidak jelas. "Maaf, Tuan bilang apa?" tanya Tn. Fox. "O, hanya berkata pada diri sendiri," jawab Joe. Frank berkata: "Apa yang tuan lakukan bila ada orang datang menawarkan sekeping lima senan Kepala Liberty 1913?" "Suruh tangkap dia!' kata Tn. Fox tegas. Yang diketahui hanya ada lima buah. Saya tahu semua pemilik-pemiliknya. Jadi matauang tentu barang curian!" "Apa semua agen juga berpendapat demikian?" tanya Frank mendesak. "Setiap agen yang jujur!" Tak lama kemudian ia menyambung dengan spontan: "Aku sangsi agen yang tidak jujur berani ambil resiko. Begitu ia menawarkan untuk dijual, ia akan ditangkap."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Jadi sebenarnya tak ada untungnya mencuri matauang demikian, Tuan?" "Bukan untuk mencari keuntungan. Seorang penggemar yang keranjingan mungkin berani mencuri adalah untuk koleksinya sendiri." "Terimakasih atas segala keterangan Tuan," kata Frank. "Mari, kita pulang." Di luar, Joe berkata: "Nampaknya sudah jelas siapa yang mencuri matauang Vern. Kupikir jangan kita buang-buang waktu mengunjungi agen-agen yang lain." "Tetapi bagaimana kita dapat membuktikannya?" tanya Chet. "Aku ada akal," kata Frank. "Aku tahu ada sebuah taman kecil tidak jauh dari sini. Mari kita duduk-duduk dan merundingkannya." "Maksudmu lapangan Parshing?" tanya Vern, sambil menunjuk ke arah kiri. "Itu, di sana!" Mereka lalu berjalan menuju lapangan tersebut dan menemukan sebuah bangku yang kosong. "Nah, pak guru," kata Chet kepada Frank. "Kami siap dengan pelajaran bapak." Frank tersenyum. "Barton Laing belum pernah bertemu aku dan Chet. Misalkan Chet menelpon dia dan berpura-pura jadi direktur bank lain? Ia dapat mengatakan kalau anaknya tertarik akan koleksi matauang. Tanyakan apakah Tn. Laing berbaik hati mau memperlihatkan koleksinya kepada anaknya." "Tentunya kau yang jadi anaknya itu?" "Memang! Betul!" "Ada dua kesulitannya. Barton Laing mungkin sekali telah mengenal baik direktur-direktur bank di kota ini. Jika kita gunakan nama seorang direktur bank sungguh-sungguh, barangkali malah teman baiknya. Atau pun jika kita memakai nama palsu, dia mungkin akan curiga karena kenal baik semua direktur bank." "Itu salah satu kesulitannya," kata Frank. "Aku tahu kesulitan lain. Suara Chet terlalu muda untuk seorang direktur bank."

http://inzomnia.wapka.mobi

"Bukan masalah," kata Frank. "Ia dapat berpura-pura menelpon interlokal, misalnya dari San Diego. Ia dapat bicara perlahan-lahan." "Masih lagi kemungkinan Laing mengenal nama-nama bank di seluruh negeri," kata Joe. "Barangkali juga ia punya buku petunjuk tentang nama-nama direktur bank di meja kerjanya." "Ambil saja nama suatu bank yang benar-benar ada di San Diego, dan gunakan pula nama direkturnya, usul Vern. "Kita coba ambil resiko mudah-mudahan saja Laing tidak mengenalnya." Semua pandangan terarah kepada Vern. "Bagaimana kita dapatkan nama itu?" tanya Chet. "Mudah saja," kata Vern. "Ayo, ikut aku." Vern lalu memimpin kawan-kawannya ke Jalan V, ke perpustakaan umum Los Angeles, satu blok jauhnya. Mereka masuk dan langsung menuju ke sebuah meja dengan buku-buku petunjuk telpon. "Perpustakaan mempunyai buku petunjuk telpon dari setiap kota besar," kata Vern penuh keyakinan. "Aku tahu hal itu, ketika suatu ketika aku mengunjungi paman dan ingin mengetahui alamat seorang temannya di Vermont. Paman menyuruhku pergi ke perpustakaan umum ini." Vern lalu mencari buku petunjuk telpon kota San Diego, dan kemudian membawa buku itu ke sebuah meja baca. Dari halaman kuning ia memilih nama sebuah bank: Bank Boucheron Trust. Vern mencatat nomornya. "Ada yang membawa uang beberapa dollar?" ia bertanya. Beramai-ramai mereka merogoh kantong sakunya masing-masing. Akhirnya terkumpul sejumlah tiga dollar, uang receh. "Kukira sudah cukup," kata Vern. "San Diego hanya seratus mil lebih sedikit jauhnya." Di perpustakaan umum itu terdapat beberapa tempat telpon umum. Vern lalu menyebut nomor dari San Diego. Ketika terdengar suara wanita yang menyaut, ia bertanya: "Bolehkah saya menanyakan nama bapak direktur?" "Tentu saja, Tuan. Direktur kami bernama Tn. Jason McGuire. Apa Tuan hendak berbicara dengan beliau?" "Lain kali saja, terimakasih!"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Yahuut," Vern menyeringai. "Nama direktur Bank Boucheron Trust itu Jason McGuire." "Kau dapat juga menelpon dari sini, Chet." kata Frank. "Coba perdengarkan suara direkturmu!" Dengan suara dibesar-besarkan yang sumbang Chet berkata: "Tn. Laing, di sini Jason McGuire." Seorang petugas perpustakaan yang sedang lewat menengok dengan pandangan tajam. Joe tertawa. "Kau kedengaran lebih mirip perampok bank! Ayo, kita berlatih di luar saja." Beberapa orang duduk membaca di rumput halaman perpustakaan. Anakanak muda itu mencari tempat yang sepi, di luar pendengaran orangorang lain yang sedang membaca. Chet berlatih dengan suara bermacammacam. Tetapi semuanya serba sumbang. Akhirnya dapat akal. "Mengapa kau tak berpura-pura sakit tenggo-rokan saja, Chet?" katanya. "Dengan demikian, jika Tn. Laing kebetulan kenal Jason McGuire, kau dapat memberi alasan." Dengan suara parau Chet berkata: "Maafkan kalau saya berbicara kurang jelas, kawan. Tetapi saya sedang sakit tenggorokan." "Nah, itu bagus sekali," kata Frank memuji. Mereka masuk kembali ke dalam perpustakaan, dan Chet menelpon Bank Bunker, meminta bicara dengan Tn. Laing. "Siapa ini, Tuan?" tanya penjaga telpon. "Jason McGuire, dari Bank Boucheron Trust di San Diego." "Oh, tunggu sebentar, Tuan." Kemudian suara yang serius terdengar di pesawat telpon: "Hallo, apa kabar Jason?" Rupa-rupanya Barton kenal baik dengan direktur bank di San Diego itu. Ini membuat Chet agak gugup sebentar. Ia hampir saja berbicara dengan suaranya yang biasa. Untung saja ia segera ingat. "Baik-baik saja, hanya sedikit parau sakit teng-gorokan." "Suaramu memang mengerikan," jawab Laing dengan nada iba. "Seperlunya saja, Bart. Sakit untuk berbicara. Apa kaukenal anakku Frank?"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Belum! Kecuali kalau ia pernah kau ajak dalam pertemuan direkturdirektur bank. Aku belum pernah ke rumahmu!" Chet merasa lega. "Frank mempunyai hobi seperti engkau, mengumpulkan matauang. Ia pergi kemari dari San Diego siang ini. Sudikah kau memperlihatkan koleksimu kepadanya?" "Dengan senang hati!" jawab Barton Laing, rupanya ia senang juga. "Bagi kami, kaum penggemar matauang, tak ada yang lebih menyenangkan dari pada memamerkan koleksinya. Kapan ia datang kemari?" "Dia baru akan berangkat. Jadi tak lebih dari dua jam. Sekarang belum jam tiga. Kira-kira jam limalah ia datang!" "Kalau suka, suruh saja datang jam tujuh sekalian makan malam. Saya akan sangat senang!" Chet jadi bingung, hampir saja ia tersedak. "Ah, jangan susah-susah. Ia berkencan makan malam dengan temannya. Dapatkah ia datang lebih lambat?" "Tentu saja," kata Barton Laing. "Katakan padanya agar datang jam delapan." Ia memberikan alamat di Los Angeles Barat. "Terimakasih," kata Chet. "Ia pasti datang!" "Jaga tenggorokanmu," kata Laing. "Selamat siang!" Joe menepuk punggung Chet. "Bagus sekali, Chet!" "Terimakasih," jawab Chet parau. Tiba-tiba ia terperanjat. "Suaraku jadi benar-benar parau!" "Sebotol air soda akan menyembuhkanmu," kata Frank. Chet mendehem, lalu dengan suara biasa berkata: "Aku sudah sembuh, tetapi air soda tetap perlu!" Mereka lalu pergi ke warung makan di Jalan V, di seberang Lapangan Parshing, dan duduk di sebuah bangku. Sambil minum minuman dingin mereka rundingkan perkara matauang. "Biar pun Laing direktur bank, aku tak mengerti bagaimana ia dapat leluasa membuka safe-box," kata Vern. "Itu kan harus memakai kunci milik paman?" "Tak perlu ia harus mencurinya sendiri." Joe menjelaskan. "Mungkin ia membeli dari pencurinya!"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kau maksud Cylvia Nash?" "Itu lebih masuk akal, daripada Laing mencuri sendiri," kata Joe. "Misal Cylvia, yang mengetahui majikannya boleh dikatakan mau berbuat apa saja untuk mendapatkan matauang itu bagi koleksinya, menggelindingkan matauang itu dari dalam safe-box dengan sengaja, misalkan setelah pamanmu memberikan kepadanya untuk dimasukkan kembali ke tempatnya. Ia dapat mengambilnya pada waktu ia pergi meninggalkan pamanmu dengan membelakanginya, yaitu pada waktu akan mengembalikan ke tempatnya. Pamanmu takkan mengetahui bahwa matauang itu hilang, sebab pamanmu tak akan memeriksanya." "Ku kira benar juga terkaanmu," kata Frank. "Uang setoran tabungan limapuluh ribu dollar di buku tabungan Cylvia, tentunya uang yang berasal dari Laing untuk harga matauang itu. Kan cocok semua?" "Memang cocok, kecuali bahwa Cylvia jadi pacar Red Sluice," kata Chet. "Apa yang cocok dengan Red Sluice di sini?" "Red tak perlu terlibat dalam pencurian matauang itu," kata Joe kepadanya. "Bahwa maling berteman perampok. Mungkin saja mereka bertemu dalam lingkungan yang sama." Rumah di Los Angeles Barat adalah gedung yang mahal di jalan terkemuka. Vern memarkir mobilnya seperempat blok jauhnya dari rumah itu, dan Frank turun dari mobil sendiri. "Aku takkan lama-lama," katanya. "Jika aku telah melihat matauangmu, aku akan segera mencari suatu alasan untuk pergi Kita lalu langsung saja ke kantor Parker Centre." Frank naik tangga ke serambi muka yang luas, lalu membunyikan lonceng. Pintu dibuka oleh seseorang yang nampak terhormat. Dan Frank ternganga mulutnya. Orang itu telah dipotretnya pada waktu masuk ke dalam toko. 20. Matauang yang hilang Dengan berusaha menguasai dirinya Frank menyapa: "Tuan Laing?"

http://inzomnia.wapka.mobi

"Betul," jawab direktur bank itu ramah. Ia mengacungkan tangannya. "Engkau tentu Frank McGuire?" "Benar, Tuan," kata Frank dan menjabat uluran tangannya. Barton Laing lalu memimpinnya masuk ke kamar perpustakaan lewat ruang depan, lalu mempersilakan duduk. Frank duduk di kursi berlapis kulit, dan direktur itu duduk di belakang meja tulis. Sambil mengetuk-ngetukkan jari-jarinya di meja ia berkata: "Jadi kau juga penggemar matauang?" "Benar, tetapi tentu tak setingkat Tuan," kata Frank dengan hormat. Kemudian dengan pengetahuan yang dipetiknya siang tadi, ia berbicara seperti seorang ahli. "Koleksi saya yang paling lengkap hanyalah mata uang sen-senan Kepala Lincoln yang pada sisi belakang bergambar bulir gandum. Saya memiliki seluruh seratus empatpuluh tiga keping yang tidak diedarkan." "Suatu permulaan yang bagus bagi seorang anak muda seperti engkau," kata direktur itu terkesan. "Bolehkah saya melihat koleksi Tuan?" pinta Frank. Laing lalu bangkit berdiri dan pergi ke sebuah lukisan di dinding. Lukisan itu digesernya ke samping dan nampak pintu sebuah almari besi. Dengan sebuah kunci ia membuka almari itu. Dikeluarkannya setumpuk map-map tempat kumpulan matauang berwarna biru, tetapi ia meninggalkan sebuah map di dalam ambalan almari besi itu. Laing meletakkan map-map itu di atas meja, lalu mengunci almari itu dengan sangat hati-hati. Karena semuanya dikeluarkan kecuali satu map, Frank menjadi heran oleh sikap Laing yang begitu hati-hatinya. Direktur itu kemudian berdiri di samping Frank, lalu membuka-buka map-map tersebut. Secara berurutan ia pamerkan koleksi-koleksi dollar perak, setengah dollar, talenan dan sen-senan. Setelah sudah ia lalu menyingkirkannya. "Nah, sekarang yang paling saya senangi," kata Laing. "Aku mengkhususkan diri pada mata uang lima senan. Aku mempunyai seluruhnya, dari cetakan pertama di Amerika Serikat pada tahun 1886, yaitu yang berbentuk perisai, sampai kepada lima senan Kepala

http://inzomnia.wapka.mobi

Jefferson yang terakhir. Dengan satu dua kekurangan, koleksi ini sudah lengkap." Setelah melihat map berisi lima senan Kepala Lincoln, Frank berkata: "Ini juga lengkap, kecuali cetakan tahun 1913." Laing tersenyum. "Itu tidak sulit dimengerti, bukan?" "Memang tidak, Tuan. Mengingat bahwa memang hanya lima keping yang ada," kata Frank setuju. "Tahukah Tuan bahwa Du Bois menawarkan sekeping untuk dilelang?" "Ya, aku mendengarnya. Tetapi untuk menawar itu, agak di luar kelasku." Frank tahu, bahwa orang ini pernah menawar dengan sembilanpuluh delapan ribu dollar, delapan tahun yang lalu. Frank berpikir bahwa alasan ia tak ikut menawar ialah karena sudah memilikinya. "Saya lihat Tuan meninggalkan satu map di ambalan almari besi," kata Frank. "Apakah itu sesuatu yang khusus lagi?" "Hanya map kosong." Lonceng pintu berbunyi, dan Barton bangkit untuk pergi ke pintu. Frank berdiri, lalu mencoba membuka pintu almari besi. Ternyata terkunci kuat. Dengan segera ia duduk kembali. Laing masuk kembali dan berkata: "Aku mendapat seorang tamu yang tak kusangka. Sudah selesaikah engkau melihat-lihat?" "Sudah, terimakasih, Tuan," jawab Frank lalu bangkit berdiri. Direktur itu mengembalikan map-mapnya ke dalam almari besi. Kemudian ia memberi isyarat kepada Frank untuk mendahuluinya ke pintu. Ketika mereka berjalan di kamar tamu, empat dari lima orang yang duduk di situ memandang dengan melongo kepada Frank. Dengan marah, Big Harry Knotts, Crafty Kraft, Red Sluice dan Anton Jivaro melompat berdiri. Cylvia Nash adalah satu-satunya orang yang tetap duduk, ketika keempat orang itu menyerbu Frank, menangkapnya tanpa mengeluarkan satu kata pun. "Apa-apaan kalian ini?" seru Laing dengan marah. "Kalian berani menganiaya temanku?" "Tahukah Tuan, siapa dia?" tanya Big Harry menantang.

http://inzomnia.wapka.mobi

"Nama depannya memang cocok, tetapi nama belakangnya adalah Hardy!" "Apa?" teriak Laing dengan melotot matanya kepada Frank. "Frank Hardy? Engkau datang kemari memata-matai aku, ya?" Frank tahu sebenarnya apa jawabannya. "Tunggu sebentar di sini," kata Laing memerintah kepada komplotannya. "Aku akan kembali sebentar." Ia menghilang ke dapur dan kembali dengan membawa segulung tali. "Ikuti aku!" perintahnya sambil berjalan. Ia mendahului masuk ke dalam kamar perpustakaan, dan yang lain-lain mengikutinya sambil menggelandang Frank. Cylvia mengikuti dari belakang, wajahnya nampak tegang. Laing menunjuk ke sebuah kursi dengan sandaran yang tegak. "Ikat dia di situ!" perintahnya. Frank diikat kaki dan tangannya pada kursi. Kemudian direktur bank itu berkata: "Adiknya tentu masih berkeliaran di sekitar sini bersama kedua teman-temannya. Cari, barangkali di dekat-dekat sini, jangan sampai mereka lolos. Cylvia dan aku akan menjaga anak jahanam ini." Keempat orang itu berlarian keluar. Frank mendengar pintu depan membuka dan menutup kembali. Laing dan Cylvia berdiri berdampingan, menjaga Frank dengan ketat. Frank mulai merasa takut. Bagaimana ia dapat meloloskan diri dalam keadaan begini? Tepat pada saat ia merasa kebingungan, ia melihat daun jendela di belakang para penjaganya diangkat perlahan-lahan, sedikit demi sedikit. Maka untuk mengalihkan perhatian para penjaganya, Frank berkata lembut kepada Cylvia: "Engkau nona yang manis, kok mau terlibat komplotan penjahat!" "Bukan urusanmu!" tukas Laing. "Aku tak dapat mengerti," Frank meneruskan. "Aku betul-betul tak mengerti. Ketika kita bertemu di pesawat...," Frank terus saja berkata keras-keras, sementara daun jendela semakin terangkat lebar. Dengan tak menimbulkan suara Joe mengangkat kakinya melalui ambang jendela,

http://inzomnia.wapka.mobi

lalu mengangkat tubuhnya masuk ke dalam. Segera diikuti oleh Vern dan Chet. Mereka dengan sangat hati-hati berjalan berjingkat-jingkat ke arah Laing. Frank terus saja ngoceh tak keruan ketika Joe dan Vern tiba-tiba menyergap direktur bank itu dari belakang. Chet berlari ke pintu untuk menghalang-halangi Cylvia, sekiranya ia mau lari keluar. Laing berontak untuk melepaskan diri, tetapi sia-sia. Vern menyumbat mulutnya dengan saputangan, sehingga tak dapat berteriak minta tolong. Cylvia terlalu takut" untuk dapat berteriak. Ia bahkan berdiri tak bergerak, ketika anak-anak muda itu menguasai majikannya. "Oke, nona Nash," kata Chet. "Lepaskan tali pengikatnya!" katanya sambil menunjuk ke arah Frank. Nona itu memandang majikannya dengan ketakutan, tetapi bangkit juga menuju Frank. Ketika ia telah dilepas, maka Joe dan Vern memaksa Barton Laing duduk di kursi itu, lalu diikat dan disumbat mulutnya. Chet menoleh ke Cylvia. "Kau bersikap yang baik, kalau tidak kau juga akan kuikat!" "Aku takkan berbuat sesuatu," kata Cylvia menurut, lalu duduk di kursi. Tiba-tiba mereka mendengar pintu depan dibuka dan ditutup. Beberapa langkah kaki terdengar datang mendekat. Chet dan Frank dengan cepat berdiri di sisi kiri pintu, dan Joe serta Vern di sisi kanan. Big Harry dan kawan-kawannya berturut-turut masuk. Ketika mereka melihat keadaan majikannya, mereka berbalik dan bertatap muka dengan keempat anakanak muda. Frank mengelak dari pukulan Big Harry, dan membalasnya dengan pukulan pada rahang hingga bergemeretak suaranya, membuat Big Harry mental ke belakang membentur dinding kamar. Joe menangkap pergelangan tangan Crafty ketika tangan itu diayunkan kepadanya. Dengan memutar tubuh, Joe mengangkat Crafty lewat pundaknya, lalu membantingnya berdebum ke lantai. Vern berbaku hantam dengan Red Sluice. Chet berhasil membanting Anton Jivaro ke lantai lalu duduk di atas punggung si tubuh kecil. Big Harry mencoba maju lagi, mengayunkan

http://inzomnia.wapka.mobi

kedua tinjunya ke arah Frank. Frank menangkis kedua pukulan tinju itu, pura-pura mundur sebentar, tetapi dengan cepat kembali menjotos Big Harry tepat pada rahang lagi. Kali ini Big Harry jatuh terkulai, tak dapat bangun lagi. Crafty mencoba bangun, tetapi belum sempat berdiri dengan lurus, sebuah pukulan karate Joe mengenai sisi kanan tengkuknya. Tak urung ia terkulai menelungkup di lantai. Red berhasil membuat Vern jatuh, lalu hendak menendang perutnya. Sambil merayap bangun, Vern menangkap tendangan kaki Red, lalu menariknya sekuat tenaga. Red terbanting dengan pantatnya keras membentur lantai. Kemudian kakak beradik Hardy menangkap si rambut merah erat-erat. Keempat penjahat lalu diikat. Tetapi tanpa disadari Cylvia Nash telah meloloskan diri, kabur tak ketahuan ke mana larinya. "Kita seharusnya mengikat dia tadi," gerutu Chet. "Sudah, jangan risaukan dia," kata Frank. "Polisi akan datang menangkapnya." Lalu ia menggunakan pesawat telpon yang ada di kamar perpustakaan itu untuk menelpon letnan Frisby. Setelah ia letakkan gagang telpon di tempatnya kembali, Vern bertanya kepada Frank: "Kau lihat matauangku?" "Ia tak mau menunjukkannya kepadaku. Tetapi kukira aku tahu di mana ia menyimpannya," jawab Frank. Ia merogoh saku Laing untuk mengambil kunci almari besi. Dibukanya almari itu, lalu mengambil map-map dari dalamnya dan meletakkan semua map-map di atas meja. Hanya map yang paling bawah dipegangnya, lalu segera dibukanya. Isinya hanya sekeping matauang. Sebuah lima senan Kepala Liberty tahun 19131 "Uang paman!" teriak Vern. "Nah, kini telah terungkap kedua rahasia itu!" kata Frank. "Tetapi kita belum tangkap gembongnya," kata Joe. "Benar, aku belum berceritera, ya? Itu si Laing! Aku benar-benar terkejut ketika ia membukakan pintu dan aku masuk ke mari. Dialah orang yang kupotret dulu!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Polisi datang, lalu membawa orang-orang tangkapan ke kantor polisi. "Akan kucari Cylvia Nash sampai dapat," berkata letnan Frisby dengan berjanji. "Sementara itu, kuucapkan selamat, he Anak-anak Muda! Kalian telah melakukan karya besar! Maaf, semula aku dulu kurang mempercayai kalian. Kini menjadi nyata, kalian adalah detektif-detektif yang lebih baik dari kami para polisi. Kalian ingin jadi anggota polisi?" Anak-anak muda itu tertawa, sedang Frank menggelengkan kepalanya. "Kami ingin tahu bila nanti Cylvia telah tertangkap!" "Telponlah aku besok!" jawab Frisby. Cylvia pun tertangkap, ketika pulang ke rumahnya malam itu. Pagi berikutnya, setelah sarapan, anak-anak muda itu berangkat kembali ke Bayport. "Kuharap saja kalian tidak terperangkap lagi ke dalam suatu perkara lain," kata Chet kepada Hardy, kakak-beradik dalam mobil Vern. "Apakah kita tak bisa menikmati kesenangan yang biasa, dan sederhana? Sekali-sekali!" Frank dan Joe tertawa lebar. "Barangkali saja!" kata Joe. Mereka takkan sadar, bahwa begitu sampai di rumah, mereka terlibat lagi dalam perkara yang menegangkan. Tamat Djvu: BBSC Edit & Convert: inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi

Anda mungkin juga menyukai