Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ginjal adalah organ yang terutama berperan dalam

mempertahankan stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) cairan ekstra seluler (CES). Ginjal bekerja pada plasma yang mengalir melaluinya untuk menghasilkan urin, menghemat bahan-bahan yang akan dipertahankan didalam tubuh dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak diinginkan melalui urin. Setelah terbentuk, urin mengalir ke kaliks minor, kemudian kaliks major, lalu ke suatu organ pengumpul sentral, pelvis renal, yang terletak di bagian tengah medial masing-masing ginjal. Dari sini urin disalurkan ke dalam ureter, suat saluran berdinding otot polos yang keluar di batas medial dekat dengan arteri dan vena renalis. Terdapat dua ureter, untuk mengangkut urin dari masing-masing ginjal ke sebuah kandung kemih. Kandung kemih, yang menampung urin secara temporer, adalah suatu kantung berongga berdinding otot polos yang dapat teregang. Secara periodik, urin dikosongkan dari kandung kemih keluar melalui saluran lain, uretra, akibat kontraksi kandung kemih. Uretra pada wanita berukuran pendek dan luru, berjalan langsung dari leher kandung kemih ke luar. Pada pria uretra jauh lebih panjang dan berjalan melengkung dari kandung kemih ke luar, melewati kelenjar prostat dan penis. (Sherwood, 2010) I.2. Tujuan dan Manfaat I.2.1. Tujuan Umum Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui struktur makroskopis dan mikroskopis saluran kemih. Memberi wawasan tentang struktur saluran kemih pada manusia kepada mahasiswa lain.

I.2.2. Tujuan Khusus Penulisan referat ini ditujukan agar penulis dan pembaca mengetahui tentang tractus urinarius meliputi : a. b. c. d. Pengertian tractus urinarius dimulai dari kaliks minor Topografi tractus urinarius secara anatomi Histologi tractus urinarius Fungsi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

I.2.3.

Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari disusunnya referat ini adalah mampu memberikan pengetahuan dan wawasan tentang struktur makroskopis dan mikroskopis saluran kemih bagi mahasiswa dan pembaca.

BAB II STRUKTUR MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS SALURAN KEMIH

Sistem Kemih terdiri dari organ pembentuk urin (ginjal) dan struktur-struktur yang membawa urin dari ginjal ke luar untuk dieliminasi dari tubuh. (Sherwood, 2010). Secara anatomi, fungsi umum sistem urinaria dibagi menjadi beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria, dan saluransalurannya. Ginjal Fungsi ginjal secara umum adalah: Membuang sisa-sisa hasil metabolisme dengan cara menyaring dari darah berupa air seni (urin). Mengatur kadar air, elektrolit tertentu serta bahan-bahan lain dari darah. Membuang bahan-bahan yang berlebihan atau tidak lagi dibutuhkan tubuh. Sebagai kelenjar endokrin (sel-sel jukstaglomeruli dan makula densa) yang mengatur hemodinamika serta tekanan darah dengan menghasilhan zat renin. (Snell, 2006) Fungsi ginjal erat hubungannya dengan paru-paru dan kulit dalam mempertahankan volume dan komposisi darah terhadap zat-zat tertentu. Pada darah zat tersebut mempunyai nilai ambang yang konstan, dan bila melebihi nilai ambang, maka zat tersebut dibuang melalui ginjal, paru-paru, maupun kulit. (Snell, 2006)

Tubulus Kontortus Proksimal Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut Brush Border,dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang jernih. Fungsi dari brush border itu sendiri untuk reabsorpsi bahan-bahan yang masih dibutuhkan oleh tubuh seperti glukosa hasil metabolisme karbohidrat dan asam amino hasil metabolisme protein. Tubulus Kontortus Distal Fungsi Makula densa belum begitu jelas, tapi beberapa ahli mengatakan, fungsinya adalah sebagai penghantar data-data

osmolaritas cairan dalam tubulus distal ke glomerulus. Pada makula dense yang dekat dengan arteriola aferent mengandung sel-sel juksta glomerulus yaitu sel-sel yang mempunyai bentuk epitheloid dan bukan sel otot polos dan ini mungkin merupakan modifikasi dari otot polos. Sel ini yang nantinya menghasilkan enzim renin. Hormon ini mengubah hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin).

Angiotensin mempengaruhi tunika media dari arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah menjadi naik. Dan secara umum tubulus ini mempunyai fungsi dalam proses sekresi urin yang siap dibuang dan sudah murni kandungan yang harus dibuang. (Snell, 2006) Loop Of Henle Fungsi loop of Henle adalah mengatur keseimbangan cairan dilumen dan diluar lumen tubulus. Tubulus kolektivus Pada tubulus contortus proksimalis dan distalis terjadi proses reabsorpsi dan ekskresi, dimana bahan-bahan seperti glukosa dan sekitar 50 % natrium klorida dan sejumlah air di resorpsi oleh sel-sel tubulus melalui absorbsi aktif yang memerlukan energi, sedangkan air berdifusi secara pasif. Selanjutnya filtrat glomeruli yang tidak

mengalami resorpsi diteruskan ke distal sampai tubulus kolektivus. Pada daerah ini terjadi pemekatan urin atau pengenceran terakhir tergantung dari keadaan cukup tidaknya antidiuretik hormon (ADH). Hormon ini berpengaruh terhadap permeabilitas tubulus kolektivus terhadap air. (Snell, 2006) Pelvis Renalis Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang menampung urin dari papilla renalis. Pada ginjal yang multipiramid urine mula-mula ditampung oleh kaliks renalis dan dari sini baru ke pelvis renalis. Ureter Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urin dari pelvis renalis menuju vesika urinaria (kantong air seni) nampak jelas. Selama urin melalui ureter komposisi pokok tidak berubah hanya ditambah lendir saja. Vesika Urinaria (Vesica Urinaria) Kantong air seni merupakan kantong penampung dan

pengosongan urin dari kedua belah ginjal. Urin ditampung kemudian untuk dibuang secara periodik. Uretra (Urethra) Berupa saluran yang menyalurkan urin dari kantong seni keluar tubuh. Pada laki-laki akan mengikuti penis, sedangkan pada wanita akan mengikuti vestibulum. II.1. Anatomi Struktur anatomi pembawa urin atau yang sering disebut saluran kemih terdiri dari kaliks minor, kaliks major, pelvis renal, ureter, vesica urinaria, dan uretra. I.2.1. Kaliks Minor, Kaliks Major, dan Pelvis Renal Kaliks adalah organ atau rongga berbentuk seperti cawan atau piala. (Dorland, 2010)

Bagian kranial ureter yang lebar, yakni pelvis renalis terjadi karena persatuan dua atau tiga kaliks renales major yang masing-masing menghimpun dua atau tiga kaliks renales minor. Setiap kaliks renales minor memperlihatkan sebuah taktik yang terjadi karena menonjolnya masuk puncak pyramid renalis yang disebut papilla renalis. (Moore, 2002) Sinus renalis merupakan ruangan didalam hilum renale, berisi pelebaran ke atas ureter, yang disebut pelvis renalis. Pelvis renalis terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renales major yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks renales minor. Setiap kaliks minor diinvaginasi oleh apex pyramid renalis yang disebut papilla renalis. (Snell. 2006)

Gambar II.1 Makroskopis Kaliks Minor, Kaliks Major, dan Pelvis Renal. (http://www.becomehealthynow.com) I.2.2. Ureter Merupakan saluran muskular yang terbentang dari ren ke facies posterior vesica urinaria. Urin di dorong sepanjang ureter

oleh kontraksi peristaltik tunika muskularis dan dibantu oleh tekanan filtrasi glomerulus. (Snell, 2006)

Gambar II.2 Ginjal dan Ureter anterior. (Snell, 2006) Setiap ureter mempunyai panjang sekitar 10 inci (25 cm) dan memiliki oesophagus (panjang 10 inci) karena mempunyai tiga penyempitan sepanjang perjalanannya. a. Di tempat pelvis renalis berhubungan dengan ureter b. Di tempat ureter melengkung pada waktu menyilang aperture pelvis superior c. Di tempat ureter menembus dinding vesica urinaria. Pelvis renalis berbentuk corong dan merupakan ujung atas ureter yang melebar. Pelvis renalis terletak di dalam hilum renale dan menerima kaliks renales majores. Ureter keluar dari hilum renalis dan berjalan vertikal ke bawah di belakang peritoneum parietal (melekat padanya) pada muskulus psoas major, yang memisahkan ureter dari ujung procesus transverses vertebra

lumbalis. Ureter masuk ke pelvis dengan menyilang bifurcatio arteri iliaca communis di depan articulation sacroiliaca. (Snell, 2006) Ureter kemudian berjalan ke bawah pada dinding lateral pelvis menuju ke daerah spina ischiadica dan berbelok ke depan untuk masuk ke angulus lateralis vesica urinaria. (Snell, 2006) A. Topografi Ureter dextra Anterior : duodenum, pars terminalis ileum, a. v. Ileocolica, a. v. Testicularis / ovarica dextra, radix mesenterii intestinum tenue. Posterior : m. Psoas major dextra yg memisahkan ureter dari processus transversus vertebra lumbal; bifurcatio a. Iliaca communis. Ureter Sinistra Anterior : colon sigmoideum, mesocolon sigmoideum, a. v. Colica sinistra, a. v. Testicularis atau a.v. ovarica sinistra. Posterior : m. Psoas major sinistra, bifurcatio a. Iliaca comunis. V. Mesenterica inferior terletak di sepanjang sisi medial ureter sinistra. (Snell, 2006) B. Vaskularisasi, drainase limfe, inervasi. Ujung atas oleh arteria renalis Bagian tengah : arteria testicularis / ovarica Dalam pelvis : a. Vesicalis superior. Vena dialirkan ke dalam vena yang sesuai dengan arteri. Aliran limf : nodi aortici lateralis, nodi iliaki. Pleksus renalis, testicularis, pleksus hipogastricus, serabut aferen berjalan bersama saraf simpatis, masuk medula spinalis setinggi segmen lumbal 1 dan 2. (Snell, 2006)

I.2.3.

Vesica Urinarius Vesica urinaria terletak tepat di belakang pubis, di dalam kavitas pelvis. Kapasitas maksimal vesica urinaria dewasa kurang lebih mencapai 500 ml. Vesica urinaria memiliki dinding yang kuat. Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin di dalamnya. Vesica urinaria yang kosong terletak dalam pelvis, bila terisi dinding atas bisa terangkat sampai ke hypogastricum. (Snell, 2006) Vesica urinaria yang kosong berbentuk seperti piramid, mempunyai apex, basis, dan sebuah facies superior serta dua facies inferolateral, juga mempunyai collum. (Snell, 2006)

Gambar II.3 A. Vesica urinaria tampak lateral.B. Tampak posterior (Snell, 2006) Apex vesicae mengarah ke depan dan terletak di belakang pinggir atas symphisis pubica. Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus oleh ligamentum umbilicale medianum. (Snell, 2006) Basis/facies posterior vesicae menghadap ke posterior berbentuk segitiga. Sudut superolateral merupakan tempat muara

10

ureter dan sudut inferior merupakan tempat asal uretra. Kedua ductus deferens terletak berdampingan di facies posterior vesicae dan memisahkan vesicula seminalis satu sama lain. (Snell, 2006) Bagian atas facies posterior vesicae diliputi oleh

peritoneum, membentuk dinding anterior excavatio rectovesicalis. Bagian bawah facies posterior dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens, vesicula seminalis, fascia rectovesicalis. (Snell, 2006) Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan lengkung ileum dan colon sigmoideum. Sepanjang pinggir lateral permukaan ini, peritoneum melipat kearah dinding lateral pelvis. (Snell, 2006) Bila vesica urinaria terisi maka bentuknya akan menjadi lonjong, facies superiornya membesar dan menonjol ke atas ke dalam cavitas abdominalis.

Gambar II.4 A.vesica urinaria tampak lateral, B.bagian dalam vesica urinaria laki-laki tampak depan. (Snell, 2006) Facies inferolateralis di bagian depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubica dan pubis. Lebih ke posterior facies tersebut berbatasan di atas dengan m. Obturatorius internus, di bawah dengan m. Levator ani.

11

Collum vesica berada di inferior dan terletak pada facies superior prostatae. Collum vesicae difiksasi oleh ligamentum puboprostaticum atau pubovesicale yang merupakan penebalan fascia pelvis. Tunica mucosa vesicae sebagian besar berlipat bila vesica kosong, lipatan-lipatan tersebut akan menghilang bila vesica terisi penuh. Area tunica mucosa pada permukaan dalam basis vesica urinaria disebut trigonum vesicae Liutaudi, permukaan trigonum selalu licin walau vesica kosong, karena membran mukosa pada trigonum melekat erat pada lapisan otot di bawahnya. Sudut superior trigonum ini merupakan muara ureter dan sudut inferior merupakan ostium uretrae internum. Ureter

menembus dinding vesica urinaria secara miring dan keadaan yang berfungsi seperti katup untuk mencegah aliran balik urine. (Snell, 2006) Fungsi vesica urinaria secara umum adalah menampung fluktuasi volume urin yang besar. Karena ginjal terus menerus menghasilkan urin maka vesica urinaria harus memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup untuk meniadakan keharusan terusmenerus membuang urin. (Sherwood, 2010) Vaskularisasi, Drainase Limfe, Inervasi Vesica Urinaria Vesica urinaria diperdarahi oleh arteri vesicalis superior dan inferior cabang dari arteri iliaca interna. Vena membentuk pleksus venosus visceralis, di bawah berhubungan dengan pleksus venosus prostaticus dan bermuara ke vena iliaca interna. Aliran limfe vesica urinaria bermuara ke nodi iliaki interni dan eksterni. Inervasi vesica urinaria berasal dari pleksus hypogastricus inferior. Serabut pascaganglionik simpatis berasal dari ganglion lumbalis pertama dan kedua, berjalan turun ke vesica urinaria melalui pleksus hypogastricus. Serabut preganglionik

12

parasimpatikus berasal dari nervus sacrales kedua, ketiga, keempat membentuk nervi sphlancnici pelvici, berjalan ke dinding vesica urinaria melalui pleksus hypogastricus, bersinaps dengan neuron postganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik berasal dari vesica urinaria menuju sistem saraf pusat melalui nervi sphlacnici

pelvici. Sebagian serabut aferen berjalan bersama saraf simpatis melalui pleksus hipogastricus, masuk ke dalam medula spinalis segmen lumbalis pertama dan kedua. Saraf simpatis menghambat kontraksi m. Detrusor vesicae, merangsang penutupan m. Sphincter vesicae. Saraf parasimpatis merangsang kontraksi m. Detrusor vesicae dan menghambat kerja m. Sphincter vesicae. (Snell, 2006) I.2.4. Uretra Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang,

berjalan dari kandung kemih sampai keluar tubuh. Pada wanita uretra pendek sekitar 3-4 cm dan terletak didekat vagina. Pada uretra laki-laki mempunyai panjang 15-20 cm. (Daniel S, Wibowo, 2005) Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengahtengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagian penis panjangnya 20 cm. Uretra pada lakilaki terdiri dari : 1. Uretra Prostatica Uretra pars prostatica mempunyai panjang kurang lebih dari 3cm dan berasal dari collum vesicae. Uretra pars prostatica berjalan dari basis prostatae sampai ke apex prostatae, selanjutnya di apex prostatae di teruskan sebagai uretra pars membranacea Uretra pars prostatica merupakan bagian yang paling lebar dan berdiameter terbesar dari seluruh uretra. Pada dinding

13

posterior terdapat peninggian longitudinal yang di sebut crista uretralis. Pada setiap sisi crista terdapat alur yang disebut sinus prostaticus, glandulae prostatae bermuara pada sinus ini. Pada puncak crista uretralis terdapat cekungan, disebut utriculus prostaticus, yang analog dengan uterus dan vagina pada perempuan. Pada pinggir utriculus terdapat muara kedua ductus ejakulatorius (Snell, 2006). 2. Uretra membranasea Dari pars prostatica sampai bulbus penis pars kavernosa (Uretra ini paling pendek sekitar 1-2 cm). Pars membranasea uretra adalah bagian uretra yang terpendek, tertipis, dan tersempit. Pars membranasea uretra berawal pada apex prostata dan berakhir pada bulbus penis untuk beralih menjadi pars spongiosa uretra. Pars membranasea uretra melintas lewat spatium perinei

profundum dan disini dilingkari oleh muskulus sphincter uretra dan membrana perinei. Dorsolateral terhadap pars membranasea uretra, di sebelah kanan dan kiri, terdapat sebuah glandula bulbouretralis yang kecil, serta pipanya yang halus. Fiksasi sirkular oleh muskulus sphincter uretra membuat pars membranasea menjadi bagian uretra yang paling tidak dapat melar. Karena dindingnya yang tipis, bagian kaudalnya mudah terluka karena tertembus kateter uretral atau sewaktu terjadi kecelakaan. 3. Uretra kavernosa Dari daerah bulbus penis sampai orificium uretra externum. Berjalan dalam corpus cavernosa uretra (penis). 12-15 cm dan bermuara pada 2 macam kelenjar yaitu kelenjar para uretralis dan kelenjar bulbo uretralis. (Snell, 2006) Pars kavernosa uretra adalah bagian uretra terpanjang, melewati bulbus penis dan corpus spongiosum penis dan berakhir pada ostium uretra eksternum. Ke dalam pars spongiosa uretra bermuara lubang-lubang renik yang merupakan muara glandula uretralis yang menghasilkan lendir. (Moore, 2002)

14

Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simphysis pubis berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongiosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

Gambar II.5 Bagian-bagian uretra pada laki-laki (Moore, 2002) Penyaluran Balik Darah dan Penyaluran Limfe Vena mengikuti arteri dan memiliki nama yang sesuai. Pembuluh limfe terutama melintas ke nodi lymphoidei iliaki interni; beberapa pembuluh limfe ditampung oleh nodi lymphoidei iliaki eksterni. Persarafan Saraf-saraf berasal dari nervus pudenda dan plexus prostatikus sistem saraf otonom. Plexus prostatikus berasal dari bagian kaudal plexus hypogastric inferior (plexus pelvikus).

15

Uretra wanita Pada wanita urethra melintas dari vesica urinaria kearah ventrokaudal, dorsal dan lalu kaudal dari symphysis pubica. Ostium urethrae externum berada di dalam vestibulum vaginae. Uretra terletak ventral terhadap vagina dan melalui diaphragma pelvis diaphragma urogenitale, dan perineum bersama dengan vagina. Pada ujung kaudal urethra melingkari muskuli sphincter uretra, dan beberapa serabut otot ini melingkari uretra dan sekaligus vagina. Pendarahan Arterial Urethra pada wanita memperoleh darah melalui arteria pudenda interna dan arteri vaginalis. Penyaluran Balik Darah dan Penyaluran Limfe Vena mengikuti arteri dan mempunyai nama yang sama Pembuluh limfe terbanyak dari uretra melintas ke nodus lymphoid sacrales dan nodi lymphoid iliaki interni Beberapa pembuluh limfe ditampung oleh nodi lymphoid inguinales. Persarafan Saraf-saraf untuk uretra berasal dari nervus pudendus. Serabut aferen terbanyak dari uretra terdapat dalam nervi splanchnici pelvici. (Moore, 2002) II.2. Histologi Pada umumnya struktur mikroskopis dari saluran kemih terdiri dari tunika mukosa, tunika muskularis, dan tunika adventitia. Pada vesica urinaria terdapat tunika submukosa yang berada diantara tunika mukosa dan tunika muskularis. II.2.1 Kaliks Minor, Kaliks Major, dan Pelvis Renal Pada sisi medial terdapat cekungan, hilus, tempat keluar masuk pembuluh darah dan keluarnya saluran keluar, ureter. Bagian atas ureter melebar mengisi hilus ginjal. Bagian ini (pelvis) terbagai menjadi mangkuk besar dan kecil, yaitu kaliks major dan minor; biasanya ada 2 kaliks major dan 8 sampai 12

16

kaliks minor. Setiap kaliks minor meliputi tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang disebut papila ginjal yang berlubang, lubang karena bermuaranya 10-25 buah duktus koligens. (Leeson, 1996) Kaliks mempunyai lapisan mukosa dengan epitel

transisional dengan 2-3 lapis sel. Lapisan muskularisnya terdiri dari 2 lapis, yaitu: 1. Dalam : berakhir melekat pada papila 2. Luar : Sirkularis yang melapisi kaliks mencapai papila dan membentuk cincin (sphincter) mengelilingi papila. Pelvis renal memiliki jaringan ikat longgar yang membentuk lamina propria. Tunika muskularisnya terdiri dari 3 lapisan jaringan otot polos: 1. Lapisan otot longitudinal dalam 2. Lapisan otot sirkular tengah 3. Lapisan otot longitudinal luar

Gambar II.6 Mikroskopis ginjal, kaliks minor, kaliks major, dan pelvis renal (Eroschenko, 2010)

17

II.2.2. Ureter Gambaran histologis dinding ureter terdiri dari tunika mukosa, tunika muskularis dan tunika adventitia. Tunika Mukosa Mukosa pembatas terdiri atas epitel transisional yang disokong lamina propria. Epitel terdiri atas dua sampai tiga lapis sel pada bagian pelvis dan empat sampai lima lapis sel pada ureter. Sel permukaan mempunyai batas konveks pada lumen, dapat berinti dua, dan mungkin menunjukkan kekhususan Sel ini bervariasi bentuk dari kuboid sampai gepeng (bila organ dalam keadaan diregangkan), dan permukaannya tidak teratur disertai indentasi (lekukan dan vesikel fusiform dalam sitoplasma apikal. Vesikel ini dibalut membran yang mempunyai ketebalan sama dengan tebal plasmalema apikal. Vesikel ini diduga merupakan cadangan membran yang dibentuk bila organ dalam keadaan istirahat dan akan dimanfaatkan sebagai penambah membran permukaan selama organ diregangkan. Epitel terletak di atas lamina basal tipis, dan lamina propria merupakan jaringan fibrosa yang relatif padat dengan banyak serat elastin. Terdapat sedikit jaringan limfoid longgar dan lapis luar lamina propria bersifat lebih longgar, ada yang menyebut lapis ini sebagai submukosa. Pada lamina propria tidak terdapat kelenjar. Lumen pada potongan melintang tampak berbentuk bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang

memanjang, lipatan ini terjadi akibat longgarnya lapis luar. Lamina propria, adanya jaringan elastis, dan muskularis. Lipatan ini akan "menghilang" bila ureter diregangkan.

18

Gambar II.7 Potongan melintang ureter pars abdominal (Eroschenko, 2010)

Tunika Muskularis Muskularis tebal dan terdiri atas berkas sel otot polos yang dipisahkan berkas-berkas jaringan ikat. Otot polos ini disusun dalam lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar yang sirkular (tersusun berlawanan dengan yang terdapat pada usus). Lapisan ini tidak berbatas jelas, dan pada bagian bawah ureter terdapat lapis ketiga, yaitu lapis serong atau longitudinal luar. Pada bagian pelvis, ototnya terutama disusun melingkar mengitari papila dan mungkin mempunyai fungsi sebagai sfingter, yang memeras papila dan dengan demikian mengeluarkan kemih dari duktus Bellini. Pada bagian bawah ureter, tidak lagi terdapat otot polos melingkar, tetapi kedua lapis otot memanjang, yang sekarang tidak dipisahkan oleh lapis sirkular, cukup mencolok

19

dan berlanjut sampai muara ureter. Pengaliran balik kemih dari kandung kemih kembali ke ureter dicegah oleh adanya penutup membran mukosa kandung kemih dan oleh penggembungan dari dalam kandung kemih. Kemih tidak mengalir secara terus menerus menuruni ureter, dapat dikatakan ia memasuki kandung kemih berupa semburan dan serat otot longitudinal berkontraksi membuka muara ureter. Adventisia Sebelah luar muskularis terdapat lapisan jaringan ikat fibroelastis. Pada pelvis jaringan ini berbaur dengan simpai ginjal dan menyatu dengan jaringan ikat dinding posterior abdomen sepanjang ureter. Permukaan anterior pelvis dan ureter ditutupi secara longgar oleh peritoneum. Ureter mendapat darah arteri, dengan pleksus vaskular dan limfatik dalam muskularis dan lamina propria. Terdapat saraf, dengan beberapa sel ganglion, dan memasok serat motoris sistem otonom kepada muskularis. Serat sensoris meluas melalui muskularis menembus di antara sel-sel epitel.

Gambar II.8 Fotomikrograf lamina propria dan epitel transisional pada kandung kemih penuh, Satu sel permukaan tampak berinti dua (kepala a panah). Sajian teknik plasma. 400x. (Leeson, 1996)

20

II.2.3. Vesica Urinaria Penampilan irisan kandung kemih mirip ureter.

Dindingnya terdiri dari tunika mukosa, tunika muskularis dan tunika serosa. Fungsi vesica urinaria adalah untuk mengandung urin. Tunika Mukosa Epitel transisionalnya lebih tebal, terdiri atas enam sampai delapan lapis sel pada kandung kemih kosong, dan hanya setebal dua sampai tiga lapis pada kandung kemih terisi penuh. Di bawah epitel terdapat muskularis mukosa yang tidak utuh yang dibentuk oleh serat-serat otot kecil yang tidak beraturan, dengan banyak serat saraf. Beberapa kelenjar kecil terdiri atas sel-sel bening penghasil mukus, dengan saluran keluar tunggal atau bercabang, terdapat dalam lamina propria, terutama dekat muara ureter dan muara uretra dalam. Lamina proprianya tebal dengan lapis luar yang longgar, kadang disebut submukosa, yang memungkinkan mukosa ini berlipat pada kandung kemih kosong. Tunika Muskularis Tebal muskularis sedang saja dan terdiri atas tiga lapisan, lapis sirkular tengah yang paling mencolok dan membentuk sfingter tebal sekitar muara uretra dalam dan tidak begitu tebal sekitar muara ureter. Tunika Serosa Lapis adventisia atau lapis serosa terdiri atas jaringan fibroelastis, hanya permukaan superior kandung kemih saja yang ditutupi peritoneum secara longgar. Tunika serosa merupakan bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih dengan dunia luar ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita.

21

Gambar II.9 Potongan melalui dinding kandung kemih (Eroschenko, 2010) II.2.4. Uretra Uretra adalah suatu tabung yang membawa urin dari kandung kemih ke luar. Pada pria sperma juga melalui uretra selama ejakulasi. Pada wanita, uretra hanya merupakan organ perkemihan. (Junqueira, 2007) Uretra pria terdiri atas 4 bagian : pars prostatika, pars membranosa, pars bulosa, dan pars pendulosa. Bagian awal uretra melalui prostat, yang terletak sangat dekat dengan kandung kemih, dan duktus yang mengangkut secret prostat bermuara kedalam uretra pars prostatika. (Junqueira, 2007)

22

Gambar II.10 Potongan melintang melalui uretra pars spongiosa pria (Eroschenko, 2010) Dibagian distal dan dorsal uretra pars prostatika, terdapat bagian yang meninggi yaitu verumontanum yang berarti tepi

gunung yang menonjol kebagian dalam uretra tersebut. Suatu tabung tertutup yang disebut utrikulus prostatika bermuara ke puncak verumontanum, tabung ini tidak diketahui fungsinya. Duktus ejakulatorius bermuara pada sisi verumontanum. Cairan semen masuk kedalam uretra proksimal melalui duktus ini untuk disimpan tepat sebelum terjadinya ejakulasi. Uretra pars prostatika dilapisi epitel transisional. (Junqueira, 2007) Bagian pertama berjalan menurun dari muara uretra dalam pada kandung kemih menembus kelenjar prostat. Bagian

23

ini ialah pars prostatika dan padanya bermuara dua duktus ejakulatorius dan saluran keluar kelenjar prostat. Uretra pars membranosa hanya memiliki panjang 1 cm dan dilapisi epitel berlapis atau bertingkat silindis. Disekeliling uretra bagian ini terdapat sfingter otot rangka yakni sfingter uretra eksterna. Sfingter lurik volunter eksterna ini menambah tekanan penutupan yang telah ditimbulkan oleh sfingter uretra involunter. Sfingter uretra involunter dibentuk oleh lanjutan muskulus longitudinalis interna di kandung kemih. (Junqueira, 2007) Uretra pars bulbosa dan pendulosa berlokasi di korpus spongiosum penis. Lumen uretra melebar kearah distal yang membentuk fossa navikular. Epitel di bagian uretra ini kebanyakan berupa epitel bertingkat dan silindris dengan daerah epitel gepeng dan berlapis. (Junqueira, 2007) Bagian ujung uretra menembus korpus spongiosum dan bermuara pada glans penis. Bagian ini disebut pars kavernosa atau pars spongiosa, atau hanya uretra bagian epitel pembatas uretra pars prostatika ialah transisional, tetapi pada bagian lain berubah menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris, dengan bercak-bercak epitel berlapis gepeng. Ujung uretra bagian penis yang melebar, yaitu fossa navikularis, dibatasi epitel berlapis gepeng. Terdapat sedikit sel goblet penghasil mukus. Di bawah epitel terdapat lamina propria terdiri atas jaringan ikat fibroelastis longgar. Membran mukosa tidak beraturan, dengan lekukan atau sumur kecil-kecil yang meluas ke dalam membentuk kelenjar tubular (Littre) yang bercabang. Kelenjar ini lebih banyak pada permukaan dorsal uretra dan tersusun serong dengan bagian dasar tersusun proksimal terhadap muaranya. Kelenjar ini dibatasi epitel serupa dengan yang membatasi uretra dan menghasilkan mukus. Kelenjar littre adalah kelenjar mukosa yang dijumpai disepanjang uretra namun kebanyakan berada di uretra pars

24

pendulosa. Bagian sekresi dari beberapa kelenjar ini langsung terhubung dengan lapisan epitel uretra, sebagian kelenjar lainnya memiliki duktus eksretorius. (Junqueira, 2007)

Gambar II.11 Kelenjar Littre pada uretra wanita (Eroschenko, 2010) Uretra wanita merupakan suatu tabung dengan panjang 45 cm yang dilapisi dengan epitel gepeng berlapis dan memiliki area dengan epitel silindris bertingkat. Bagian tengah uretra dikelilingi sfingter lurik volunter eksterna. (Junqueira, 2007) Uretra wanita jauh lebih pendek daripada yang terdapat pada pria, karena hanya 4 cm panjangnya. Muskularis terdiri atas dua lapisan otot polos tersusun serupa dengan yang ada pada ureter, tetapi diperkuat sfingter otot rangka pada muaranya. Epitel pembatasnya terutama berlapis gepeng, dengan bercakbercak epitel bertingkat atau berlapis silindris. Juga terdapat

25

penonjolan berupa kelenjar, serupa kelenjar Littre pada pria. Lamina proprianya ialah jaringan ikat fibrosa longgar yang ditandai banyaknya sinus venosus mirip jaringan kavernosa.

Gambar II.12 Mikroskopis dari Uretra Wanita (Eroschenko, 2010)

II.1.1

Fisiologi Miksi (Berkemih) Miksi merupakan suatu kerja refleks yang pada orang dewasa normal dikendalikan oleh pusat yang lebih tinggi di otak. Refleks ini mulai bila volume urine mencapai kurang lebih 300 ml. Reseptor regangan di dalam dinding vesica urinaria terangsang dan impuls tersebut diteruskan ke susunan saraf pusat, dan orang itu mempunyai kesadaran ingin miksi. Sebagian besar impuls naik ke atas melalui nervi splanchnici pelvici dan masuk ke medulla spinalis segmen sacralis 2, 3, dan 4 medulla spinalis. Sebagian impuls aferen berjalan bersama dengan saraf simpatis

26

yang membentuk pleksus hypogastricus dan masuk segmen lumbalis 1 dan 2 medulla spinalis. Impuls eferen parasimpatis meninggalkan medulla spinalis dari segmen sacralis 2, 3, dan 4 lalu berjalan melalui serabut preganglionik parasimpatis dengan perantaraan nervi splanchnici pelvici dan pleksus hypogastricus inferior ke dinding vesica urinaria, tempat saraf-saraf tersebut bersinaps dengan neuron postganglionik. Melalui lintasan saraf ini, otot polos dinding vesica urinaria (musculus detrusor vesicae) berkontraksi dan musculus sphincter vesicae dibuat relaksasi. Impuls eferen juga berjalan ke musculus sphincter uretrae melalui nervus pudendus (S2, 3, dan 4), dan menyebabkan relaksasi. Bila urine masuk ke uretra, impuls aferen tambahan berjalan ke medulla spinalis dari uretra dan memperkuat refleks. Miksi dapat dibantu oleh kontraksi otot abdomen dan meningkatkan Tekanan

intraabdominal dan tekanan pelvicus sehingga timbul tekanan dari luar pada dinding vesica urinaria. Pada anak kecil, miksi merupakan refleks sederhana yang terjadi bila vesica urinaria mengalami peregangan hebat. Pada orang dewasa, refleks regangan sederhana Ini dihambat oleh aktivitas cortex cerebri sampai waktu dan tempat untuk miksi tersedia. Serabut inhibitor berjalan ke bawah bersama tractus corticospinalis menuju segmen sacralis 2, 3, dan 4 medulla spinalis. Kontraksi musculus sphincter uretrae yang menutup uretra dapat dikendalikan secara voluntar dan aktivitas ini dibantu oleh musculus sphincter vesicae yang menekan collum vesicae. Pengendalian miksi secara voluntar normalnya berkembang pada tahun pertama dan kedua kehidupan. Kontrol Volunter Berkemih Selain memicu refleks berkemih, pengisian kandung kemih juga menyadarkan yang bersangkutan akan keinginan

27

untuk berkemih. Persepsi penuhnya kandung kemih muncul sebelum sfingter eksternus secara refleks melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan segera terjadi. Akibatnya, kontrol volunter berkemih, yang dipelajari selama toilet training pada masa anak-anak dini, dapat mengalahkan refleks berkemih sehingga pengosongan kandung kemih dapat berlangsung sesuai keinginan yang bersangkutan dan bukan ketika pengisian kandung kemih pertama kali mengaktifkan reseptor regang. Jika waktu refleks miksi tersebut dimulai kurang sesuai untuk berkemih, maka yang bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah pengosongan kandung kemih dengan

mengencangkan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter dari korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuronneuron motorik yang terlibat sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi dan tidak ada urin yang keluar. Berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih terus terisi maka sinyal refleks dari reseptor. Berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, meskipun kandung kemih tidak teregang, dengan secara sengaja melemaskan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Turunnya dasar panggul memungkinkan kandung kemih turun, yang secara simultan menarik terbuka sfingter uretra internus dan

meregangkan dinding kandung kemih. Pengaktifan reseptor regang yang kemudian terjadi akan menyebabkan kontraksi kandung kemih melalui refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih secara sengaja dapat dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Peningkatan tekanan intraabdomen yang ditimbulkannya menekan kandung kemih ke bawah untuk mempermudah pengosongan.

(Sherwood, 2010)

28

Gambar II.13 Refleks dan Kontrol volunter berkemih (Sherwood, 2010) Komposisi urin Urin normal yang baru selalu jernih, ph 4,8-7,4, dan berat jenis 1,008-1,030. Warna kekuning-kuningan karena pengaruh pigmen yang berwarna kuning dan baunya tidak enak. Air merupakan komponen terbesar dari urin yang didalamnya terkandung garam-garam anorganik dan senyawa-senyawa organik. Senyawa-senyawa anorganik yang berupa kation: Na+, K+, Ca2+, Mg2+, NH4+, sedikit Fe2+, Cu2+, Zn2+, sedangkan yang berupa anion: Cl-, PO43-, CO32-, dan sedikit NO3-. Sebagian besar senyawa organik yang terdapat dalam urin merupakan sampah dari proses metabolisme, antara lain ureum, asam urat, kreatin, kreatinin, asam hipurat, indikan, asam-asam amino, asam-asam organik (asam asetat, asam format, asam butirat, asam sitrat, asam oksalat, asam laktat,

29

asam glukoronat, asam benzoat). Beberapa enzim (amilase, tripsin, lipase), beberapa hormon (hormon-hormon kelamin), dan vitamin (vitamin C, vitamin B1) terdapat juga dalam urin. Urin patologis kemungkinan mengandung protein, glukosa, aseton, bilirubin,

urobilinogen, dan urobilin. (Sumardjo, 2009) Ciri-ciri urin normal a. Jumlah Volume urin normalnya berkisar antara 600 ml-2500 ml b. Bau Urin berbau aromatis, karena adanya sedikit asam organik yang mudah menguap. c. Warna Normalnya urin berwarna kuning muda jernih disebabkan karena adanya urokrom, urobilin, uroeritrin. d. Buih Urin bila dikocok akan berbuih. Normalnya buih tersebut tidak berwarna dan lambat laun akan menghilang. e. Rasa Normalnya rasa urin asin karena banyak NaCl. f. pH pH normal urin berkisar 4,8-7,5 walaupun umumnya bersifat asam (pH 6), sehingga bila diperiksa dengan kertas lakmus biru, maka kertas tersebut akan berubah menjadi merah. g. Berat Jenis Berat jenis spesimen urin sewaktu: 1002-1030, berat jenis 24 jam spesimen: 1015-1025. (Anonimous, 2012) II.4. Patologi Batu Ginjal Batu Ginjal (nephrolithiasis) adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau kaliks ginjal atau di dalam saluran ureter. Pembentukan batu ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran kencing, tetapi biasanya terbentuk pada dua bagian terbanyak

30

pada ginjal, yaitu di pelvis dan kaliks renal. Jika batu terbentuk di dalam kandung kemih disebut urolitiasis. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, atau kombinasi asam urat yang biasanya larut di dalam urine.

Gambar II.14 Batu ginjal pada kaliks dan pelvis renal (www.nursingbegin.com) Batu ginjal dijumpai pada 1 dari 1.000 orang, biasanya lebih banyak dijumpai pada pria (berumur 30-50 tahun) ketimbang wanita. Walaupun secara pasti tidak diketahui penyebab batu ginjal,

kemungkinannya adalah bila urine menjadi terlalu pekat dan zat-zat yang ada di dalam urine membentuk kristal batu. Penyebab lain adalah infeksi, adanya obstruksi, kelebihan sekresi hormon paratiroid, asidosis pada tubulus ginjal, peningkatan kadar asam urat (biasanya bersamaan dengan radang persendian), kerusakan metabolisme dari beberapa jenis bahan di dalam tubuh, terlalu banyak mempergunakan vitamin D atau terlalu banyak memakan kalsium. Viscio Uretral reflux Secara anatomi tidak ada katup pada bagian pembuka antara ureter dan vesica urinaria. Namun ketika vesica urinaria terisi menyebabkan kontraksi dari otot muskulus sphincter vesicae yang berperan sebagai sphincter untuk mencegah urine kembali ke ureter ketika vesica berkontraksi.

31

Pada saat tidak terisi oleh urin, epitel dinding ureter dan vesica urinaria merupakan epitel transisional. Pada saat teregang atau terisi urin dalam jumlah banyak, maka epitel transisional akan berubah menjadi epitel gepeng pada lapisan superfisial tunika mukosa. Jika hal tersebut terjadi dan kuantitas urin makin bertambah tanpa dikeluarkan atau tidak dilakukannya proses miksi, maka lama-kelamaan lumen vesica urinaria akan makin mendesak dinding vesica dan membuat epitel gepeng tidak hanya pada lapisan superficial melainkan pada lapisan epitel yang lebih dalam. Hal itu akan menyebabkan pembuluh darah, pleksus saraf yang terdapat dalam lamina propria akan mengalami spasme dan menyebabkan rasa sakit. (Eroschenko, 2010) Selain itu, tekanan yang besar akibat kontraksi dari m. detrusor vesicae pada vesica urinaria akibatnya urine dari vesica dapat kembali atau masuk ke dalam ureter sehingga menyebabkan pembesaran dari ureter, kondisi ini disebut visciouretral reflux. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan di daerah kaliks dan kemudian dapat merusak bagian renal medulla. (Anonimous, 2012)

32

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Sistem urinaria merupakan suatu kesatuan yang berfungsi dalam proses eksresi urin. Secara anatomi ada beberapa organ yang terlibat dalam proses tersebut seperti ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra. Ginjal sendiri terbagi menjadi beberapa bagian. Kaliks major, kaliks minor, dan pelvis. Secara mikroskopis sistem urinaria ada beberapa lapisan dari setiap organ tersebut. Tidak lepas dari itu, dalam sistem pengeluaran urin yaitu pengosongan dan pengisian urin dikendalikan oleh suatu proses fisiologi yang dinamakan dengan mekanisme miksi dan mekanisme volunter. Dalam urin ada beberapa komposisi atau kandungan yang terkandung. Itu merupakan bahan yang akan dibuang oleh tubuh. Tapi dalam kandungan tersebut masih ada zat-zat yang akan diserap lagi sampai benar-benar urin tersebut hanya tinggal sisa murni yang akan dibuang. Adapun ciri-ciri urin yang kita lihat sehari-hari adalah warna, bau, buih, pH dan rasa.

III.2 Saran Buku adalah gudangnya ilmu, membaca adalah kuncinya. Referat ini hanyalah kumpulan informasi yang berhasil disusun oleh penulis untuk dapat membantu para pembaca mendapat bahan atau materi mengenai Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Saluran Kemih. Namun, untuk dapat memahami materi ini dibutuhkan sumber-sumber bacaan lain yang terkait dengan materi ini, maka sebagai penyempurnaan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan alangkah bijaknya apabila para pembaca mau

mempelajarinya lebih dalam melalui sumber-sumber bacaan lain.

Anda mungkin juga menyukai