Anda di halaman 1dari 20

BAB I K KONSELING BEHAVIORAL Pendekatan behavioral memandang konseling merupakan proses pendidikan.

Pusat konseling adalah membantu klien mempelajari tingkah la ku baru untuk memecahkan masalahnya. Prinsip-prinsip dan prosedur belajar yang e fektif yang digunakan untuk membentuk dasar-dasar pemberian bantuan kepada klien . Konseling behavioral memandang tingkah laku sebagai suatu yang dipelajari atau tidak dipelajari oleh klien. Oleh karena itu, peran konselor pada konseling beh avioral adalah aktif, sebagai guru, ahli diagnosis dan sekaligus menjadi model. Dengan demikian klien juga dituntut aktif dan mengalami sendiri. Konseling behav ioral mula-mula merupakan suatu metode treatment untuk neorosis yang dikembangkan oleh Wolpe (1958). Bertitik tolak dari teori bahwa neorosis dapat dijelaskan den gan mempelajari tingkah laku yang tidak adaptif melalui proses-proses belajar ya ng normal. Tingkah laku dipandang sebagai respon terhadap stimulasi eksternal ma upun internal. Dalam pendekatan behavioral, konseling dipandang sebagai pengguna an berbagai prosedur yang sistematis oleh konselor dan klien untuk mencapai peru bahanperubahan yang relevan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan yang dida sarkan pada pencapaian pemecahan masalah yang dihadapi klien. Pendekatan behavio ral dalam konseling menghasilkan asumsi dasar bahwa hampir semua masalah merupak an masalah-masalah dalam belajar. Dalam hal ini konselor memandang bahwa tugas m ereka sebagai usaha untuk membantu orang-orang yang datang kepada mereka untuk m empelajari tingkah laku baru yang lebih sesuai. A. Pandangan tentang Manusia Pen dekatan behavioral modern didasarkan pada pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yang menekankan pentingnya pendekatan sistematis dan terstruktur pada ko nseling. Namun pendekatan ini tidak mengesampingkan pentingnya hubungan klien un tuk membuat pilihan-pilihan. Dari dasar pendekatan tersebut di atas, dapat dikem ukakan konsep tentang hakekat manusia sebagai berikut : 1. Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar, dan proses terbentuknya kepribadian adalah melalui prose s kematangan dari belajar. 2. Kepribadian manusia berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan lingkungannya. 3. Setiap manusia lahir dengan membawa kebut uhan bawaan, tetapi sebagian besar kebutuhan dipelajari dari hasil interaksi den gan lingkungannya. 4. Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan baik atau jahat, te tapi dalam kondisi netral, bagaimana kepribadian seseorang dikembangkan, tergant ung pada interaksinya dengan lingkungan. B. Perkembangan Tingkah Laku Sebagian b esar kebutuhan individu diperoleh dari belajar. Tingkah laku selalu diarahkan ke tujuan tertentu, dan tujuan baru muncul sebagai hasil asosiasi dengan tujuan yan g terdahulu. Melalui proses ini, berkembang defrensiasi kebutuhan mulai yang spe sifik sampai yang umum. Proses ini dapat dilukiskan dengan mengamati interaksi a ntara ibu dengan anaknya. Awal mula interaksi, anak bertemu dengan ibunya dan me mperoleh pemuasan kebutuhan makan. Kepuasan ini perlahan-lahan berkembang melalu i generalisasi, sehingga anak merasa puas hanya karena ibunya hadir didekatnya. Ini memberinya pelajaran untuk kemudian membutuhkan perhatian ibunya. Jadilah pe rhatian sebagai kebutuhan (Need) baru yang samasekali berbeda dengan tujuan atau kebutuhan yang pertama, menghilangkan rasa lapar. Rother mengemukakan tiga sifa t umum dari kebutuhan yang dipelajari, yaitu : 1. Need potentials Need potential adalah kekuatan atau potensi yang dimiliki oleh kebutuhan untuk menarik tingkah laku kearahnya. Setiap saat individu akan dihadapkan dengan berbagai kebutuhan sekaligus. Biasanya ada kebutuhan yang potensinya lebih kuat

dari yang lain dan individu merespon kearah kebutuhan itu. Kalau terjadi beberap a kebutuhan timbul dengan potensi yang seimbang, individu dihadapkan pada konfli k, yang penyelesaiannya harus melalui proses pemilihan. 2. Freedom of movement F reedom of movement adalah individu mempunyai keyakinann bahwa pola tingkah lakun ya tertentu, akan menghasilkan sesuatu yang diharapkannya. Walaupun respon selal u tertuju kepada stimulasi tertentu, individu itu bukan robot, ia dapat mengontr ol dirinya sendiri. Khasanah respon individu untuk menjawab suatu kebutuhan cuku p bervariasi dari yang segera memperoleh, reinforcement, sampai yang reinforceme ntnya akan diperoleh pada masa yang belum dapat ditentukan. Individu mempunyai k ebebasan untuk memilih respon yang akan dipakai nanti bahkan individu juga memil iki kebebasan untuk memilih stimulus yang akan diresponnya. 3. Need value Need V alue adalah nilai yang berkembang dalam diri individu mengenai suatu kebutuhan. Derajat kebutuhan dalam diri individu ini yang membuat individu lebih memilih su atu kepuasan dibandingkan dengan yang lain, karena pada situasi tertentu kebutuh an atau tujuan itu dinilai lebih berharga. Dalam hubungannya dengan perkembangan reinforcement dan interaksinya dengan lingkungan individu mengembangkan berbaga i pola tingkah laku. Individu-individu saling berbeda tingkah lakunya, karena me reka menanggapi situasi spesifik dengan cara yang berbeda. Dari uraian diatas, d apat disimpulkan bahwa perkembangan tingkah laku yang tepat adalah tingkah laku yang diwujudkan dengan melalui belajar yang benar. Tingkah laku yang tepat misal nya, masuk sekolah sesuai dengan ketentuan, mengerjakan tugas rumah, atau sekola h dengan baik. C. Pengubahan Tingkah Laku 1. Tujuan Konseling Behavioral Tujuan umum konseling behavioral adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi belajar d engan dasar pemikiran bahwa setiap tingkah laku dipelajari, termasuk tingkah lak u yang tidak tepat. Teknik-teknik behavioral tidak mengancam atau menghapuskan k ebebasan memilih. Tujuan-tujuan disini termasuk pengembalian seorang individu ke dalam masyarakat, membantu upaya menolong diri sendiri, meningkatkan keterampila n-keterampilan sosial dan memperbaiki tingkah laku yang menyimpang. Tujuan konse ling menurut Krumboltz hendaknya memperhatikan kriteria sebagai berikut : a. Mem perbaiki tingkah laku yang salah. b. Belajar tentang proses pembuatan keputusan. c. Pencegahan timbulnya masalah. 2. Fungsi dan Peranan Konselor Para konselor b ehavioral secara khas berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa tingkah laku yang tidak tepat dan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. Konselor behavioral harus mengasumsikan adanya peranan aktif dalam treatment, karena mereka menerap kan pengetahuan ilmiah pada penemuan solusi permasalahan yang dihadapi manusia. Bandura 1969 menunjukkan bahwa sebagian besar belajar yang terjadi melalui penge laman langsung dapat juga diperoleh melalui pengamatan terhadap tingkah laku ora ng lain. Dia menambahkan bahwa salah satu dari proses yang mendasar dimana klien mempelajari tingkah laku baru melalui peniruan atau modeling sosial yang diberi kan oleh konselor. Konselor sebagai seorang individu menjadi rol model yang pent ing karena klien seringkali memandang konselor sebagai worthy imulation, maka kl ien meniru sikap-sikap, nilai, kepercayaan dan tingkah laku konselor. Dengan dem ikian konselor harus ada peran penting yang mereka mainkan dalam proses pengiden tifikasian. Bagi konselor peran dan fungsi yang paling berat adalah menjadi mode l bagi klien. 3. Pengalaman Klien dalam Konseling

Salah satu dari sumbangan-sumbangan unik konseling behavioral adalah bahwa konse ling behavioral memberi suatu sistem prosedur yang tersusun dengan baik kepada k onselor untuk diterapkan dalam konteks peran yang tersusun dengan baik pula. Kon seling ini juga memberi peran kepada klien dengan menekankan pentingnya kesadara n dan partisipasi klien dalam proses terapiotik. Kien harus dilibatkan secara ak tif dalam pemilihan dan penentuan tujuan harus memiliki motivasi untuk berubah d an harus mau bekerjasama dalam melaksanakan k kegiatan-kegiatan telaah biotik ba ik didalam maupun diluar situasi konseling. D. Mekanisme Pengubahan Tingkah Laku 1. Tahap-tahap konseling a. Assesment Tujuan tahap ini adalah untuk menentukan apakah yang dilakukan oleh kilen saat ini. Aktivitas nyata, perasaan, nilai-nila i dan fikiran klien saat ini merupakan item-item yang ada dalam assesment. Asses ment menekankan pada kelebihan atau kekuatan klien daripada kelemahannya, tahap ini diperlukan untuk mendapatkan informasi yang menggambarkan masalah yang dihad api klien. b. Goal Setting Konselor bersama klien menyusun tujuan yang dapat dit erima berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianalisis. Tujuan ini sangat penting dalam konseling behavioral sebab tujuan akan menjadi penuntun aktivitas belajar. c. Teknik Implemetasi Setelah tujuan konseling yang dapat diterima dir umuskan, konselor dan klien harus menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu klien mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. d. Evaluasi ter minasi Evaluasi konseling behavioral merupakan proses yang berkesinambungan. Eva luasi dibuat atas dasar apa yang klien perbuat. Tingkah laku klien digunakan seb agai dasar untuk mengevaluasi efektifitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi lebih dari sekedar stoping konseling, yang mel iputi : 1. Menguji apa yang dilkaukan oleh klien terakhir. 2. Eksplorasi kemungk inan konseling tambahan. 3. Membantu klien dalam mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling tingkah laku klien. 4. M Memantau secara terus menerus tingkah laku klien. 2. Teknik Konseling a. Memperkuat tingkah laku ? Shapping Adalah met ode mengajarkan tingkah laku dengan terus menerus melakuakan aproksimasi dan mem buat rantai hubungan. Shapping dilakukan melalui pendekatan berangsur, dimana da lam proses itu ada tingkh laku yang direinforce dan ada yang tidak. Melalui apro ksimasi ini tingkah laku secara bertahap menjadi didekati sehingga akhirnya dapa t dibentuk tingkah laku yang diharapkan. Contoh : seorang laki-laki y yang takut berhubungan dengan wanita, tetapi menginginkan seorang pacar. ? Behavioral kont rak Syarat mutlak untuk memantapkan kontrak behavioral adalah batasan yang cerma t mengenai problem klien, setiasu dimana hal itu diekspresikan dan kesediaan kli en untuk mencoba prosedur itu. ? Assertive Training Assertive training dapat dit erapakan pada situasi-situasi interpersonal, diaman individu yang mempunyai kesu litan-kesulitan perasaan sesuai atau tepat untuk menyatakannya. Assertive traini ng dapat membantu orang yang tidak dapat menyatakan kemarahan atau kejengkelanny a, sopan yang b erlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan darinya , mereka orang yang mempunyai kesulitan mengatakan

tidak. Assertive training dengan menggunakan prosesur-prosedur permainan peranan . M Misalnya klien mengeluh bahwa ia sering merasa tertekan oleh orang tuanya. B AB II K KONSELING REALITA Konseling realita pada hakekatnya menentang pendekatan konseling lain yang memperlakukan klien sebagai individu yang sakit. Konseling ini sangat populer di kalangan petugas bimbingan sekolah dan tempat-tempat rehab ilitasi, karena pada konseling ini setiap orang, termasuk siswa selalu dihadapka n pada sebuah kenyataan (realita) hidup, sehingga pendekatan ini tepat untuk dip elajari dan dikuasai untuk diterapkan oleh konselor. Konselor mengajarkan tingka h laku yang bertanggung jawab. Konseling realita dicetuskan oleh William Glasser yang lahir pada tahun 1925 dan menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di C liveland, Obio. Pertumbuhannya relative tanpa hambatan, sehingga ia memahami dir inya sebagai lelaki yang baik. Glasser meninggalkan kota kelahirannya setelah ia masuk Perguruan Tinggi. Ia memperoleh gelar dari Case Western Reserve Universit y. Ia menikah setelah tamat sarjana muda dan setelah sekolah dokter ia memindah keluarganya ke West Coast karena memperoleh perumahan di UCLA. Ia membuat rumah pribadi di California Selatan.Glasser kemudian pindah ke perumahan Rumah Sakit A dministrasi Veteran (VA.Hospital) di Los Angeles Barat. Di rumah sakit ini diket emukan contoh klasik kerja psikiatri konvensional. Ia ditugasi di Sal 206 yang m erawat pasien psikotik kronis.Glasser menamakan program terapi sebagai tiga peny embuhan mental tradisional yang di dalamnya pasien diterima sebagai orang yang s akit mental dan diberi penyembuhan yang telah baku. Dengan hanya sembuh dua pasi en setahun menunjukkan ketidak efektifan penyembuhan yang telah baku itu. Tidak puas dengan kenyataan ini, Glesser mulai memperhatikan kemungkinan penyembuhan a lternatif dan mencoba prosedur baru. Ia mendapat dorongan dari supervisornya di rumah sakit, namun sejawatnya di UCLA tidak puas dan tidak mendukung meterial ya ng dibutuhkan. Pada tahun 1961 Glasser mempublikasikan konsep reality therapy (b aca Konseling Realita) dalam bukunya pertama yang berjudul Mental Health or Menta l Illnes kepada sekolah-sekolah, sehingga guru-gurunyapun mendapatkan pelatihan t entang p pendekatan konseling realita. A. Pandangan tentang Manusia Walaupun Gla sser tidak memaparkan idenya menjadi pokok pikiran, namun ide-idenya dapat disar ipatikan menjadi sejumlah pokok pikiran sebagai berikut : 1. Konselor umumnya me mandang individu atas dasar tingkah lakunya. Hal ini tidak berarti memandang tin gkahlaku atas dasar model stimulus-respon sebagaimana yang dilakukan pendekatan behavioral, atau melihat tingkahlaku secara fenomenologis sebagaimana penganut k onseling pusat pribadi (person centered). Pendekatan realita memandang tingkah l aku berdasar pengukuran obyektif, yang disebut realita. Ia berupa realitas prakt is dan realitas moral. 2. Manusia memiliki kebutuhan psikologis tunggal yang dis ebut kebutuhan akan identitas yang sudah barang tentu identitas yang sukses, yai tu identitas bahwa manusia perlu dicintai dan mencintai. 3. Pandangan terhadap h akikat manusia mencakup pernyataan bahwa manusia memiliki tiga kekuatan untuk tu mbuh yang mendorong menuju ke identitas sukses. Sudut pandang ini menyiratkan ba hwa oleh karena individu dapat mengubah bagaimana mereka hidup, merasakan dan be rtingkah laku, maka mereka dapat pula merubah nasib mereka. Pengubahan identitas merupakan bagian dari pengubahan tingkah laku. 4. Sejalan dengan pokok pikiran butir ke 3, kekuatan tumbuh bukanlah dari pembawaan, melainkan diperoleh dari ha sil tingkah laku yang harus dipelajari. Proses belajar dimulai sejak dini, dalam hal ini peranan keterlibatan rang tua menjadi sangat diharapkan. Orang tua yang bertanggungjawab membuat keterlibatan dengan anak-anak mereka melalui cinta, me ngajarkan disiplin dan memberikan contoh

yang baik. 5. Konseling realita tidak terikat pada filsafat deterministik dalam memandang manusia, tetapi membuat asumsi-asumsi bahwa pada akhirnya manusia meng arahkan diri sendiri. Prinsip ini berarti mengakui tanggung jawab setiap orang u ntuk menerima akibat dari tingkah lakunya. B. Perkembangan Tingkah Laku Konselin g realita mengidealkan tingkah laku sebagai individu yang tercukupi kebutuhannya akan cinta dan harga diri. Setiap orang belajar untuk memenuhi kebutuhan terseb ut, yang pda gilirannya akan mengembangkan tingkah laku yang normal, yakni yang bertanggungjawab dan berorientasi pada realita serta mengidentifikasi diri sebag ai individu yang berhasil atau sukses. Glasser berpandangan bahwa pemenuhan kebu tuhan dasar (cinta dan harga diri) merupakan peristiwa belajar. Sehingga orang t ua yang bertanggung jawab akan membuat keterlibatan dengan anaknya melalui cinta , mengajar, disiplin dan memberikan contoh. Perwujudan lainnya, orang tua harus banyak memberi kesempatan kepada anak untuk terlibat dengan orang lain. Kontak d engan orang lain akan membei kesempatan mengembangkan ketrampilan sosial dan kom unikasi. Dengan begitu mereka juga akan belajar mengalami akibat-akibat langsung yang bersifat alami dari tingkah laku mereka. Usaha orang tua yang utama adalah mengajarkan bagaimana berbicara dan mendengarkan. Ketrampilan verbal penting ba gi anak untuk kontak sosial yang diperlukan dalam memuaskan kebutuhan mencintai dan dicintai. Syarat utama keterlibatan ini bahwa anak merasa dicintai. Anak-ana k sebenarnya mau bertanggungjawab, tetapi mereka tidak akan disiplin dan belajar cara-cara bertingkah laku yang lebih baik, kecuali kalau mereka merasa orang tu anya cukup membantu dan menunjukkan cara-cara bertingkah laku yang bertanggung j awab secara aktif. Syarat yang kedua, bahwa anak menjadi merasa berharga. Anak-a nak yang tidak pernah menerima tanggung jawab atas perbuatannya tidak akan menga lami dirinya berharga. Harga diri akan datang pada seseorang yang mampu melaksan akan tugastugas dengan simpulan berhasil. Orang tua yang ingin mengajar anaknya bertingkah l laku yang bertanggungjawab harus berbuat dalam wujud yang bertanggu ngjawab pula. C. Pengubahan Tingkah Laku 1. Tujuan Konseling Realita Konseling r ealita membantu individu mencapai otonomi. Otonomi merupakan keadaan kematangan yang menyebabkan orang mampu melepaskan dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan pribadi atau diri sendiri. Orang dapat bertanggung jawab bagi si apa dirinya, apa yang mereka inginkan untuk menjadi, serta untuk mengembangkan r encana-rencana yang realistis dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan sendir i. Konseling ini juga membantu individu dalam mengartikan dan memperluas tujuant ujuan hidup mereka. Dalam hal ini konselor membantu klien menemukan alternatifal ternatif dalam mencapai tujuan, tetapi alternatif ini menentukan tujuan konselin g mereka sendiri. Glasser dan Zunin setuju bahwa konselor harus mempunyai tujuan umum yang disadap dari pikiran klien atas dasar tanggung jawab individual dan k lien harus menentukan tujuan-tujuan tingkah laku bagi dirinya sendiri, mereka me nulis bahwa kriteria konseling yang sukses bergantung pada tujuan yang ditentuka n oleh klien. 2. Peranan Konselor Tugas utama konselor adalah menjadi terlibat d engan kliennya dan kemudian menghadapi klien ia harus mengusahakan agar klien me ngambil keputusan. Konselor tidak membuat pertimbangan nilai dan keputusan bagi klien, karena semuanya merupakan tanggung jawab klien. Tugas konselor dalam hal ini melayani sebagai pembimbing untuk membantu klien menaksir tingkah laku merek a secara realistis. Menurut Glasser, konselor diharapkan memberi hadiah bila kli en berbuat dalam cara yang bertanggung jawab, dan menunjukkan penolakan bila mer eka tidak melaksanakannya. Konselor juga harus mengajar klien bahwa tujuan konse ling bukan kebahagiaan. Konselor berkeyakinan bahwa klien dapat menciptakan keba hagiaan

mereka melalui menerima tanggung jawab. Dengan demikian konselor tidak menerima setiap penghindaran atas kenyataan atau tidak mengarahkan klien menyalahkan seti ap hal atau setiap orang karena ketidak bahagiaannya sekarang. Konselor diserahi tugas untuk menentukan batas-batas dalam situasi konseling dan dalam alam senya tanya. Kontrak, sebagai bagian proses konseling, mencakup laporan klien tentang keberhasilannya dan kegagalannya dalam bekerja di sisi konseling. Kontrak menent ukan batas waktu tertentu untuk lamanya konseling. Peranan ini mengingatkan kita pada ketrampilan komunikasi dasar Structuring , ketrampilan ini hendaknya telah di kuasai sebelum kita membahas mengenai pendekatan konseling. Kemampuan konselor u ntuk terlibat dalam proses penyembuhan dan membawa klien terlibat dalam proses d ipandang sebagai kemampuan tertinggi yang harus dikuasai konselor. Hal ini serin gkali menjadi peran yang sulit, khususnya bila klien tidak mencari konseling ata u bila mereka datang hanya semata-mata mencoba (coba-coba) mendapatkan bantuan. 3. Hubungan Klien dengan Konselor Sebelum konseling efektif dapat terjadi, keter libatan antara klien dan konselor harus berkembang. Klien perlu mengetahui bahwa orang yang membantu dia cukup menerima dirinya dan membantunya menemukan kebutu han-kebutuhan di dunia nyata. Konseling realita didasarkan pada hubungan pribadi dan keterlibatan antara klien dan konselor. Konselor dengan kehangatan, pengert ian, penerimaan dan kepercayaan pada kapasitas orang untuk mengembangkan identit as berhasil, harus mengkomunikasikan dirinya kepada klien bahwa dirinya membantu . Melalui keterlibatan pribadi dengan konselor, klien banyak belajar mengenai hi dup ketimbang memusatkan pada mengungkap kegagalan dan tingkah laku yang tidak b ertanggung jawab. Konselor juga menunjukkan bantuannya melalui menolak untuk mem berikan celaan atau mengampuni klien. Konselor cukup membantu melalui memandangn ya atas dasar apa yang mereka dapat lakukan ketika menghadapi realita hidup. Ber samaan dengan hubungan yang hangat ini rintangan-rintangan akan terhindarkan. Tu gas konselor mengaktifkan situasi bantuan (Therapeutyc), dimana klien memahami h akekat, tujuan, dan arah hubungan. Perencanaan menjadi langkah penting dalam kon seling realita. Situasi konseling tidak dibatasi diskusi antara konselor dan kli en semata-mata. Mereka mengembangkan bahwa sekali diadakan harus dilaksanakan. P erbuatan merupakan bagian lain yang pokok dari konseling realita. Kerja yang pal ing bermakna adalah membantu klien mengidentifikasi cara-cara bertingkah laku un tuk mengubah tingkah laku gagal ketingkah laku berhasil. Rencana harus dalam bat as-batas motivasi dan kapasitas setiap klien. Mereka tidak mutlak, tetapi cara-c ara alternatif untuk memecahkan masalah dan memperluas pengalaman hidup yang kay a akan keberhasilan. Rencana perbuatan harus spesifik, konkrit, dan dapat diukur . Mereka tidak perlu kaku, sejumlah rencana terus menerus dapat diterapkan untuk mengatasi masalah. Jika suatu rencana tidak dilakukan, harus direevaluasi dan a lternatif lain dapat diperhatikan. Blasser dan Zunin menulis bahwa adalah bernil ai positif, bila rencana itu ditulis dalam bentuk kontrak. Selanjutnya klien dap at bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan yang berikutnya dalam praktek lang sung di kehidupan sehari-hari. Kunci lain dari konseling realita adalah adanya k esepakatan. Setelah individu membuat pertimbangan nilai tentang tingkah laku mer eka dan menentukan rencana perbuatan, konselor membantu klien dalam membuat kese pakatan untuk menerapkan rencana mereka dalam kehidupan sehari-hari. Resolusi da na rencana menjadi berarti kalau keputusan dilaksanakan. Lebih lanjut mereka men yimpulkan bahwa ciri utama individu yang memiliki identitas gagal adalah bahwa m ereka memiliki ketidak inginan yang kuat untuk membuat kesepakatan. Dalam prakte k tidak akan semua kesepakatan klien dapat dilaksanakan. Untuk itu konselor meng aplikasikan konsep no-excersource . Ketika rencana gagal dilaksanakan, konselor tid ak perlu mendengarkan keterangan-keterangan lain mengenai kegagalannya. Dalam ha l ini konselor tidak boleh mencela atau memprotes klien yang gagal. Tugas konsel or membantu klien sehingga klien menghadapi kenyataan bahwa ia mengarungi kehidu pan dengan mencoba menghindarkan diri, ia

harus bertanggung jawab atas tingkah lakunya. Konselor tidak pernah memaafkan se tiap tingkah laku klien yang tidak bertanggung jawab, bila ini terjadi (memaafka n), berarti konselor telah menyetujui dan mendukung tingkah laku yang tidak bert anggung jawab tersebut. D. Mekanisme Pengubahan Tingkah Laku 1. Prosedur Konseli ng a. Fase 1 : Keterlibatan (Involvement) Orang datang ke konseling karena merek a telah gagal terlibat dengan orang lain. Oleh karena itu, konselor harus mengko munikasikan sejak awal bahwa mereka siap membantu klien. Glasser menekankan pent ingnya keterlibatan-kemampuan konselor untuk terlibat merupakan keterampilan uta ma dalam melaksanakan konseling. Konselor dapat menggunakan ungkapan pribadi (sa ya, kami, kita) dan meminta klien untuk menggunakannya. Dalam hal ini konselor t idak menganggap klien sebagai orang ketiga (dia,mereka). Hubungan antara konselo r dengan klien akan sempurna, apabila konselor menampilkan dirinya secara tulus. Konselor yang bisa menampilkan ini semua harus memiliki ciri-ciri sebagaimana y ang dikatakan Glasser : ? Konselor adalah yang pertama-tama sebagai individu yan g bertanggung jawab yang dapat memenuhikebutuhannya sendiri. ? Konselor harus ku at, tidak pernah lepas jalan. Ia harus dapat bersama klien dalam empati, tidak p ernah mencela setiap tingkah laku klien yang tidak bertanggung jawab. ? Konselor harus orang yang hangat, sensitif, memiliki kemampuan memahami tingkah laku ora ng lain. ? Konselor harus dapat berbagi kemampuan dengan klien yang selanjutnya dapat melihat bahwa setiap individu dapat berbuat secara bertanggung jawab, wala upun kadang-kadang sulit. Ciri-ciri itu harus tercermin sepanjang proses konseli ng. Hal yang paling penting dalam mencipta keterlibatan adalah ceritakan dengan klien tentang segala sesuatu. Perhatian khususnya ditujukan pada apa yang klien minati, pembicaraan yang menyenangkan dalam berbagai hal merupakan cara yang ter baik untuk membantu orang menjadi terlibat dalam pembicaraan. b. Fase 2 : Anda a dalah Tingkah Laku (You are Behavior) Banyak pendekatan yang memusatkan perhatia nnya pada perasaan sebagai bagian terpenting dari pengalaman manusia. Mengungkap dan memahami perasaan manusia dipandang sebagai alat terbaik dari perubahan dal am konseling. Glasser melawan pendapat ini, sebab ia percaya bahwa perubahan bag aimana orang merasa mengikuti perubahan tingkah lakunya. Cara lain menerima ting kah laku bermasalah dengan memusatkan perhatian pada kejadian hidup waktu sekara ng. Glasser mengartikan present sebagai kejadian atau aktivitas sekarang. Tekana n perhatian diletakkan pada kekuatan yang dimiliki klien bukan kelemahan klien. Klien seringkali memahami kegagalannya sekarang sangat baik, tetapi tidak mengen al kekuatannya sebagai dasar untuk tingkah lakunya yang bertanggung jawab. c. Fa se 3 : Belajar Kembali (Relearning) Setelah keterlibatan antara klien dan konsel or terjadi, konselor dapat memulai membantu klien melihat bagaimana tingkah laku terakhir yang tidak realistis, menolak tingkah laku yang tidak bertanggung jawa b dan terakhir mengajari klien cara-cara yang lebih baik dalam menemukan kebutuh anya di dunia nyata. Prinsipprinsip yang termasuk dalam fase ini terdiri dari ti ga relearning, yaitu : ? Pertimbangan Nilai Semua klien harus diminta untuk meng evaluasi tingkah lakunya sendiri. Setelah tingkah lakunya sekarang dirinci, kons elor menyuruh klien mengevaluasi tingkah laku itu atas dasar tanggung jawab. Tin gkah laku itu membantu atau merugikan diri sendiri dan orang lain, jika merugika n harus diubah. ? Perencanaan Tingkah Laku yang Bertanggung Jawab Setiap klien y ang telah mengevaluasi tingkah lakunya yang tidak bertanggung jawab,

mereka siap membuat perencanaan. Perencanaan ini mencakup membuat rencana-rencan a khusus untuk mengubah tingkah laku tidak bertanggung jawab menjadi tingkah lak u bertanggung jawab. Yang paling penting, konselor membantu klien mengembangkan rencana-rencana yang realistis. ? Kesepakatan Konselor mengusahakan agar klien m embuat kesepakatan (commitment) melaksanakan rencana-rencana mereka. d. Fase 4 : Evaluasi Fase yang terakhir dalam prosedur konseling dalam rangka pengubahan ti ngkah laku adalah evaluasi. Dalam fase ini antara konselor dan klien bersama-sam a mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan, sehin gga melalui fase ini akan dapat diketahui tingkat keberhasilan konselor dalam me mbantu klien. 2. Teknik Konseling Konseling merupakan proses belajar yang meneka nkan dialog rasional dengan klien. Konselor secara verbal aktif mengajukan banya k pertanyaan tentang situasi kehidupan klien sekarang. Konselor menggunakan pert anyaan pada seluruh proses konseling untuk membantu klien menyadari tingkah laku nya, membuat pertimbangan nilai atas tingkah lakunya, dan membangun rencana peng ubahan tingkah laku. Untuk itu dalam membantu klien digunakan teknik-teknik seba gai berikut : ? Melakukan main peran dengan klien ? Menggunakan humor ? Mengkonf rontasi klien dan tidak memberi ampunan ? M Membantu klien merumuskan rencana pe rubahan BAB III K KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL Konseling Analisis Transaksio nal didirikan dan dikembangkan oleh Eric Berne. Ia dilahirkan pada tahun 1910 di Montreal, Kanada. Berne menghadapi berbagai kecewaan selama masa dewasanya. Tig a kali perkawinannya berakhir dengan perceraian. Namun ia memiliki tujuh orang a nak dari dua perkawinannya yang pertama. Dalam hubungan dengan anak-anaknya Bern e berperan sebagai orang yang sangat menyenangkan dan mencintai anak-anaknya. Di katakan bahwa ia sangat permisif dan lebih banyak berperan sebagai orang tua yan g memberikan asuhan dari pada sebagai orang tua yang otoriter dan selalu mengeca m. Sebagaimana para ahli yang lain, Berne mengembangkan rumusan teoritiknya dan praktek terapitik yang dilakukannya sendiri. Berne mengamati bahwa dalam setiap pribadi kliennya terdapat pola-pola perilaku, pembicaraan dan gerakan yang berbe da-beda. Dari pengamatan tersebut, ia menyimpulkan bahwa setiap individu dalam k enyataannya merupakan suatu paduan dari beberapa individu. Masing-masing individ u yang berbeda dalam setiap individu memiliki suatu pola perilaku yang khas, dan pada berbagai saat, individu-individu yang khas ini berada dalam kendali atau p antauan kepribadian individu secara keseluruhan. Individu-individu yang terpisah ini, tetapi berkaitan dalam keseluruhan individu dikenal dengan istilah Ego Stat us (status ego) dan membentuk suatu keutuhan teori Analisis Transaksional . Pada wa ktu mengembangkan gagasan-gagasannya, Berne mengadakan pertemuan-pertemuan mingg uan dengan kolega-koleganya yang tertarik terhadap gagasan-gagasannya. Pada pert emuan-pertemuan tersebut, ia mulai mensistematisasi, mengemukakan dan mendiskusi kan konsep-konsepnya. Penyajian analisis transaksional yang pertama secara forma l dilaksanakan pada tahun 1957 dalam sebuah konferensi professional di Los Angel es. Meskipun Berne dan pengikut-pengikutnya menyatakan bahwa analisis transaksio nal merupakan pendekatan kepribadian dan terapi yang sepenuhnya baru, namun dala m kenyataannya ide-ide teori ini banyak dipengaruhi oleh teori Freud tentang kon septualisasi tingkah laku manusia, juga dipengaruhi ide-ide Alfred Adler

tentang gaya hidup dan pandangan positif tentang hakekat manusia dan dipengaruhi pula oleh Harry Stack Sullivan mengenai komunikasi antar pribadi. Oleh karena i tu analisis transaksional seringkali diklasifikasikan sebagai pendekatan neoanal itik. A. Pandangan tentang Manusia 1. Pandangan Dasar tentang Hakekat Manusia Be rne sebagai pendiri dan pengembang utama konseling analisis transaksional memili ki pandangan yang optimis tentang hakekat manusia, yaitu manusia pada dasarnya a dalah baik. Pandangan ini dapat dikemukakan secara ringkas sebagai berikut : a. Manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan untuk hidup sendiri Berne yakin bahwa manusia memiliki potensi untuk mengelola dirinya, termasuk mengatasi masal ah-masalah yang dihadapinya, sehingga ia menjadi individu yang otonom dan mandir i, terlepas dari ketergantungan terhadap orang lain. b. Manusia adalah makhluk y ang memiliki potensi untuk membuat keputusan Berne meyakini bahwa manusia mempun yai kemampuan untuk membuat rencanarencana kehidupan kemudian memilih dan memutu skan rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya. Rencana-rencana yang telah dibua tnya it uterus dinilai sesuai dengan irama perkembangan hidupnya, sehingga ia da pat memutuskan rencana yang lebih baik lagi bagi kehidupan selanjutnya. c. Manus ia adalah makhluk yang bertanggung jawab Manusia bukan hanya mampu hidup mandiri dan membuat keputusan untuk dirinya, namun ia juga mampu bertanggung jawab atas pilihan dan putusan yang diambilnya dan konsekuensi yang diakibatkannya. Pandan gan ini sangat mempengaruhi usaha-usaha bantuan konseling terhadap klien. Dalam hal ini hubungan konselor dank lien sejajar dalam proses konseling dan mereka be rbagi tanggung jawab dalam penetapan dan pencapaian tujuan konseling. 2. Pandang an Dasar tentang Karakteristik Konseling Konseling analisis transaksional merupa kan pendekatan konseling yang tergolong berorientasi kognitif. Sebagai suatu pen dekatan konseling, analisis transaksional memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Konseling analisis transaksional lebih menitik beratkan perhatiannya pada faktor insight dan pemahaman dalam membantu klien mencapai perubahan tingkah lak unya. b. Proses konseling analisis transaksional bersifat aktif, direktif dan di daktif. Dalam hal ini konseling merupakan proses belajar mengajar dimana konselo r sebagai pembelajar dan klien sebagai pelajar. Dalam proses tersebut konselor a ktif mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang diri klien dan interaksinya dengan orang lain, disamping itu ia mengarahkan proses tersebut agar tujuan yang telah disepakati tercapai. c. Konseling analisis transaksional pada dasarnya merupaka n pendekatan yang dapat digunakan dalam konseling individual, akan tetapi sangat cocok untuk konseling kelompok. Oleh karena itu pendekatan ini menekankan penti ngnya konselor memahami interaksi antar klien dalam kelompok secara dinamis. d. Konseling analisis transaksional menekankan pentingnya kontrak dalam proses kons eling, yaitu kesepakatan antara konselor dan klien yang mencerminkan adanya pers amaan hak dan kewajiban antara keduanya dalam mengelola proses konseling untuk m encapai tujuan yang diinginkan. 3. Konsep Dasar Konseling Analisis Transaksional a. Motivasi Dasar Manusia Dalam pandangan Berne, tiap individu mempunyai dua ke butuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis dan psikologis. Kebutuhan-kebutuhan te rsebut menimbulkan motivasi individu untuk memenuhinya, dan pemenuhan kebutuhan tersebut menentukan k kelangsungan hidup fisik dan psikis individu dengan lingku ngannya. ? Stroke Stroke merupakan pengakuan atau penghargaan yang diberikan ses eorang kepada orang lain. Stroke sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, dan kebanyakan

tingkah laku manusia dimotivasi untuk memperoleh stroke tersebut. Pada masa bayi kebutuhan ini dipenuhi melalui penerimaan stroke fisik secara langsung, seperti ciuman, belaian dan sebagainya. Dalam banyak hal kemudian bentuk-bentuk stroke itu diganti dengan stroke simbolik, seperti kata-kata, ekspresi wajah dan isyara t non verbal yang lain. ? Structure Hunger Structure Hunger adalah merupakan keb utuhan manusia untuk menggunakan waktunya sebaik-baiknya dengan cara-cara yang d apat memaksimalkan jumlah stroke yang dapat diterima. ? Position Hunger Position Hunger merupakan kebutuhan individu untuk menegakkan pola-pola kehidupan sepanj ang hayatnya. Kebutuhan ini berhubungan dengan gaya hidup individu. Untuk mengem bangkan suatu pemahaman yang lebih baik tentang position hunger, berikut kami pa parkan konsep-konsepnya. ? Life Position Yaitu cara pandang seseorang terhadap d iri orang lain yang tercermin dalam posisi kehidupan yang dipilihnya. Keputusan ini ditetapkan individu pada awal perkembangan hidupnya berdasarkan persepsinya mengenai diri dan dunianya. Berdasarkan hal tersebut, seorang individu akan memi lih salah satu dari keempat posisi kehidupan di bawah ini : ? I m OK You re OK, Meru pakan posisi yang dibawa manusia sejak lahir, dan posisi ini juga merupakan tuju an akhir kehidupan. ? I m OK You re not OK, Posisi ini digunakan individu yang meren dahkan orang lain. ? I m not OK You re OK, Posisi ini oleh Berne disebut sebagai pos isi penghinaan diri atau individu yang selalu merendahkan diri (pesimis) ? I m not OK You re not OK, Posisi ini merupakan posisi kehidupan yang putus harapan. ? Ren cana Kehidupan (Life Script) Setelah seseorang memilih suatu posisi kehidupan, k emudian individu tersebut akan berusaha merencanakan hidupnya, sehingga kehidupa nnya itu akan cocok dengan posisi kehidupan yang telah dipilihnya. b. Struktur K epribadian Menurut Berne, kepribadian manusia terdiri dari tiga status ego, yait u status ego anak (SEA), status ego orang tua (SEO) dan status ego dewasa (SED). Secara khas manusia hanya menggunakan salah satu status ego pada suatu saat. ? SEA (Status Ego Anak) SEA terdiri dari semua perasaan dan cara bertindak yang di alami seseorang pada masa kanak-kanak. ? SEO (Status Ego Orang Tua) SEO terdiri dari perilaku, sikap dan perasaan-perasaan yang diperoleh seseorang dari orang-o rang yang penting secara emosional dan berfungsi sebagai orang tua. SEO ini pada dasarnya terdiri atas perintah-perintah, aturan atau anjuran yang diberikan ole h orang tua. ? SED (Status Ego Dewasa) SED adalah bagian dari individu yang bert indak sebagai penyatu, pengarah dan penimbang informasi. SED menerima dan menila i data dari SEA, SEO dan sumber-sumber lingkungan. B. Perkembangan Tingkah Laku Kepribadian menurut analisis transaksional, merupakan hasil dari pola asuh orang ua terhadap anak. Apakah seorang anak akan berkembang menjadi pribadi yang seha t itu bergantung pada bagaimana anak itu diasuh oleh orang tuanya. Namun demikia n analisis transaksional juga yakin bahwa perkembangan kepribadian itu dipengaru hi pula oleh faktor-faktor yang ada sebelum anak dilahirkan. Jadi secara umum, p erkembangan kepribadian anak dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor pra kelahiran dan pasca kelahiran. Para ahli analisis transaksional meyakini bahwa perkembangan kepribadian anak

dimulai sejak sebelum dilahirkan. Faktor-faktor pra kelahiran seperti sikap oran g tua terhadap calon bayinya, juga akan mempengaruhi perkembangan kepribadian an ak. Sikap positif orang tua terhadap calon bayinya akan lebih menguntungkan bagi perkembangan pribadi anak dari pada sikap negatif orang tua. Faktor-faktor pasc a kelahiran terpenting yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak ialah pola as uh orang tua. Pola asuh orang tua yang sehat akan menjadikan anak memiliki panda ngan yang positif tentang diri dan orang lain, sebaliknya pola asuh yang tidak s ehat akan menyebabkan anak memiliki konsep diri yang negatif atau s sikap negati f terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Perkembangan Pribadi yang Sehat Pe rkembangan pribadi yang sehat pada dasarnya merupakan akibat dari adaya pola asu h yang sehat dari orang tua. Anak yang pada awal perkembangannya memperoleh perl akuan yang sehat, maka ia akan memiliki sikap yang positif, baik terhadap diriny a maupun orang lain. 1. Faktor-Faktor Penyebab Pribadi yang Sehat a. Pola Asuh O rang Tua yang Layak Selama Pra Kelahiran Para analis analisis transaksional yaki n bahwa perkembangan individu yang sehat tidak saja dipengaruhi oleh pola asuh p asca kelahiran melainkan juga oleh pola asuh pra kelahiran. Dalam hal ini suasan a psikologis orang tua selama anak berada dalam kandungan besar sekali pengaruhn ya. Penerimaan dan perasaan tentram, aman, nyaman, bahagia orang tua akan mempen garuhi bayi dalam kandungan ibunya. b. Pola Asuh Orang Tua yang Layak Pasca Kela hiran Pola asuh orang tua yang sehat pada masa-masa awal perkembangan anak akan menjadikan anak berkembang menjadi individu yang berkepribadian sehat, yaitu ind ividu yang memelihara posisi kehidupan I m OK You re OK. Hanya dari posisi inilah in dividu akan mengarah pada kehidupan yang sempurna dan mandiri. Pola asuh yang me mungkinkan anak berkembang demikian dilandasi keyakinan bahwa semua manusia, ter masuk anak, adalah individu yang OK (orang yang baik), jika diberi kesempatan ia akan berbuat OK (berbuat baik). Oleh karena itu pola asuh yang sehat akan terwu jud dalam bentuk pemberian kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi, menemuka n dan mengekspresikan dirinya sepenuhnya. Dengan demikian kebutuhan dasar anak a kan terpenuhi secara layak sesuai dengan hakikat dirinya. 2. Ciri-Ciri Pribadi y ang Sehat a. Memilih Posisi Kehidupan I m OK You re OK Posisi kehidupan ini merupaka n posisi yang dimiliki individu-individu yang sehat mentalnya. Orang yang memili h posisi ini memiliki harapan-harapan yang realistis, hubungan kemanusiaan yang baik, dan mampu memecahkan masalah secara konstruktif. b. Status Ego Berfungsi S ecara Tepat Dalam diri individu yang sehat, ketiga status ego akan berfungsi sec ara tepat. Ini berarti bahwa dalam diri individu tersebut ada keluwesan dalam be rfungsinya ketiga status ego, sehingga ia dapat berpindah dari satu status ego k e status ego yang l lain bilamana layak. C. Pengubahan Tingkah Laku 1. Tujuan Ko nseling Analisis Transaksional Konseling analisis transaksional bertujuan untuk membantu individu mencapai kemandirian. Individu dikatakan mencapai kemandirian bilamana ia memiliki : ? Kesadaran, yaitu pemahaman yang realistis tentang dunia nya ? Spontanitas, yakni kemampuan untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk yang tidak terhalangi dan bebas dari permainan ? Keakraban, yaitu kemampuan untuk be rbagi kasih sayang dan kedekatan dengan orang-orang lain. 2. Kondisi Konselor a. Sikap Konselor ? Terbuka ? Hangat ? Tulus

? Bertanggung Jawab ? Mendengarkan dengan penuh perhatian b. Ketrampilan Konselo r ? Ketrampilan Berinteraksi dengan cara terbuka, hangat dan tulus ? Ketrampilan Mendengarkan dan mengamati komunikasi klien baik verbal maupun n non verbal c. Tugas Konselor ? Membantu klien menemukan kemampuan diri untuk berubah dengan me mbuat keputusan saat sekarang ? Membantu klien memperoleh alat yang diperlukan u ntuk mencapai perubahan ? Menciptakan lingkungan yang memungkinkan klien dapat m embuat keputusankeputusan baru dalam hidupnya dan keluar dari kehidupan yang men ghambat p perkembangannya. D. Mekanisme Pengubahan Tingkah Laku 1. Tahapan Konse ling a. Tahap Analisis Struktural Tahap ini merupakan tahap pertama dari proses konseling. Pada tahap ini konselor berusaha membantu klien meneliti struktur sta tus egonya, agar ia dapat menetapkan keunggulan status ego yang teruji dalam ken yataan yang bebas dari kontaminasi oleh hal-hal dari masa lain. Hal ini menuntut konselor untuk menyadari ciri-ciri perilaku dari setiap status ego dan bagaiman a kegagalan berfungsinya dimanifestasikan. Dalam suasana konseling seorang klien yang secara terus menerus mengubah status egonya besar kemungkinan menderita ba tas-batas ego yang lemah. Dalam tahap ini tujuan konseling yang pertama adalah m embantu individu menyadari sikap-sikap dan perilaku dari setiap status ego denga n menggunakan teknik-teknik tertentu. Kedua, setelah struktur status ego klien t idak terkontaminasi, maka konselor kemudian berusaha membantu klien menempatkan SEDnya dalam keseluruhan penguasaan fungsi-fungsi setiap status ego. b. Tahap An alisis Transaksional Dalam tahap ini konselor membantu klien untuk memahami tran saksinya dengan orangorang lain. c. Tahap Analisis Permainan Dalam tahap ini kon selor dituntut untuk memiliki kemampuan menentukan hasil yang diterima klien dar i sebuah permainan. d. Tahap Analisis Rencana Suatu pemahaman yang lengkap tenta ng hasil akhir dan gaya hidup klien akan melibatkan analisis rencana kehidupan. Pada akhirnya, analisis rencana kehidupan klien akan mengeksplorasi keputusan-ke putusan yang telah dibuat klien mengenai posisi kehidupannya. Tujuan dari analis is rencana kehidupan ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk m emahami posisi kehidupan dan drama kehidupannya, serta membuat keputusan-keputus an baru mengenai dirinya. 2. Teknik Konseling Secara umum ada empat jenis teknik konseling yang biasa digunakan konselor, yaitu Permission, Protection, Potency dan Operations. Tiga teknik pertama berkaitan dengan penciptaan suasana konselin g yang diperlukan, dan satu teknik yang terakhir berkaitan dengan tingkah laku s pesifik konselor. a. Permission (Pemberian Kesempatan) Dalam teknik ini konselor memberikan kesempatan kepada klien untuk menggunakan waktunya secara efektif da n bermain peran. b. Protection (Perlindungan) Klien mungkin akan merasa ketakuta n ketika ia melakukan rencana kehidupan, sehingga proteksi dari konselor sangat diperlukan dalam proses konseling. Seperti ungkapan konselor jangan khawatir , janga n takut dan sebagainya. c. Potency (Potensi)

Seorang konselor yang baik bukanlah seorang ahli sihir atau ahli sulap, melainka n orang yang tahu apa yang akan dilakukan dan kapan melakukannya. Oleh karena it u ukuran kemampuan konselor terletak dalam keahliannya menggunakan semua keteram pilannya pada waktu yang terbaik, sehingga keterampilan-keterampilan tersebut se cara efektif dan optimal. d. Operation (Teknik-teknik Khusus) ? Interogasi Tekni k ini digunakan konselor dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa kepada klien untuk memperoleh responnya. Penggunaan teknik ini secara berl ebihan harus dihindari, sebab akan membatasi interaksi klien, sehingga ia hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan konselor. ? Konfrontasi Konselor menggunakan konf rontasi untuk menunjukkan ketidak ajegan dalam perilaku klien. Teknik ini sangat bermanfaat untuk menunjukkan kesenjangan antara ekspresi verbal klien dengan no n verbalnya. Misalnya, konselor mengatakan kepada klien, Anda mengatakan bahwa an da tidak mencintainya lagi, tetapi anda mengatakannya sambil menangis dan wajah anda menunjukkan bahwa anda masih merasa sayang kehilangan kehilangan dia ? Ekspl anasi Eksplanasi merupakan suatu prosedur di mana konselor menjelaskan kepada kl ien mengapa ia mengerjakan sesuatu atau apa yang dilakukannya. Misalnya konselor merespon perilaku klien yang selalu merendahkan diri sendiri dengan penjelasan sebagai berikut : Apa yang sering anda katakan selama pertemuan ini adalah kelema han-kelemahan anda. Hal ini anda kemukakan karena anda ingin bersembunyi di bali k kelemahan anda itu, sehingga anda dapat dimaafkan oleh teman-teman atau orang tua anda bilamana prestasi anda tidak seperti yang mereka harapkan. Dengan demik ian anda menjadi senang dan tidak terbebani perasaan bersalah karena prestasi it u . ? Illustrasi Konselor menggunakan illustrasi untuk memperjelas materi, menghil angkan ketegangan k klien dengan menggunakan humor-humor yang menyenangkan dan s ebagainya. BAB IV K KONSELING TRAIT & FACTORS Ancangan trait & factors dalam dun ia konseling memiliki beberapa penanaman lain. Ancangan tersebut sering dikenal sebagai ancangan rasional. Model konseling ini didirikan dan dikembangkan oleh E dmund Griffith Williamson. Sebutan lain bagi ancangan trait & factor adalah Direc tive Counseling , dimana dalam proses konseling ini konselor lebih berperan aktif di dalam membantu klien. Sungguhpun model konseling Williamson bersifat rasional , logis dan intelektual, akan tetapi dasar falsafahnya bukan rasionalisme atau e sensialisme, melainkan dasar falsafahnya adalah personalisme (individu didekati sebagai sosok yang utuh dan secara keseluruhan perlu dikembangkan, baik perkemba ngan intelek, social, emosional, bahkan perkembangan kewarganegaraannya). Menuru t Williamson, individu dapat berkembang secara optimal hanya mungkin melalui pen didikan, dan konseling pada hakekatnya sama dengan pendidikan, sehingga tujuan y ang ingin dicapai melalui pendidikan juga merupakan tujuan konseling. Pendidikan maupun konseling harus diarahkan untuk membantu perkembangan individu seoptimal m mungkin secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek saja. A. 1. Pandangan tent ang Manusia Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk Williamson berpendapat bahwa manusia sejak lahir membawa potensi baik dan buruk, mana kedua potensi tersebut yang akan berkembang, itu tergantung kepada interaksinya denga n manusia lain dan lingkungannya. 2. Manusia bergantung dan hanya berkembang sec ara optimal di tengah-tengah

masyarakat. Manusia memerlukan orang lain dalam mengembangkan potensi dirinya. A ktualisasi diri hanya akan dapat dicapai dalam hubungannya dan atau dengan bantu an rang lain. 3. Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik (good life) 4. Manus ia merupakan individu yang unik Individu memiliki karakteristik dasar yang khas, berbeda antara yang satu d dengan yang lain. B. Perkembangan Tingkah Laku Harap an-harapan untuk memperoleh kebahagiaan dalam hidup, sukses dalam cita-cita sebe narnya merupakan dambaan setiap manusia, tetapi pada kenyataannya hal itu tidak dicapai oleh setiap orang. Munculnya hambatan atau masalah dalam kehidupan seseo rang terkadang tidak dapat diselesaikannya sendiri, sehingga perlu bantuan atau kehadiran orang lain untuk dapat menyelesaikannya, salah satunya melalui konseli ng. Konselor mempunyai tugas utama untuk membantu memecahkan masalah klien. Seba gai petugas yang profesional konselor memiliki tugas yang sangat berat, untuk da pat menjalankan tugas dengan baik, seorang konselor harus memiliki persyaratanpe rsyaratan tertentu. Diantaranya adalah seorang konselor harus faham betul dengan k keadaan klien. Masalah dan Faktor Penyebabnya 1. Jenis Masalah Pengkategorian yang selama ini banyak dikenal adalah pengkategorian sosiologis dan psikologis. Pengkategorian sosiologis ini misalnya ; maslah pendidikan, keluarga, ekonomi, pergaulan dan sebagainya. Sedangkan pengkategorian masalah psikologis yang terke nal dalam konseling trait and factor adalah : a. Dependence (bergantung) Contoh : Dalam setiap ulangan saya belum yakin atas kebenaran jawaban saya kalau tidak m elihat jawaban teman saya b. Lock of Information (kurang informasi Contoh : Seoran g siswa memutuskan keluar dari sekolah karena tidak ada biaya, padahal sebenarny a ada kesempatan untuk mendapatkan beasiswa . c. Self Conflict (konflik diri) Cont oh : Hari ini orang tua saya menyuruh saya pergi ke Jombang, tetapi hari ini juga saya ada janji dengan pacar saya, apa yang harus saya lakukan ? d. Choice Anxiet y (cemas memilih) Contoh : Tahun ini saya mengikuti SPMB di sebuah PTN, selain it u saya juga mendaftarkan diri di sebuah PTS yang tidak kalah kualitasnya dengan PTN. Orang tua saya menyerahkan sepenuhnya kepada saya untuk memilih, tetapi sam pai saat ini saya belum menentukan pilihan saya e. Lock of Assurance (kurang perc aya pada diri sendiri) Contoh : Teman-teman maupun Bapak/Ibu Guru telah mendorong saya untuk mengikuti lomba KIR, tetapi saya kurang yakin apakah saya mampu ? f. Lock of Skill (kurang keterampilan) Contoh : Tidak mengetahui cara belajar yang e fektif dan efesien 2. Faktor-faktor Penyebab a. Banyak dipengaruhi oleh kehidupan emosi, sehingga kemampuan berpikir rasionalnya menjadi terhambat b. Potensi-pot ensinya kurang berkembang atau tidak ada kesempatan berkembang secara penuh c. K urang memiliki kontrol diri d. Memiliki kekurangan tertentu, baik fisik maupun m ental e. Perlakuan atau sikap orang tua f. K Kondisi lingkungan masyarakatnya C. Pengubahan Tingkah Laku

1. Tujuan Konseling Analisis Transaksional Tujuan konseling Trait and Factor dia nggap sama dengan tujuan pendidikan ataupun pengajaran. Konseling merupakan bagi an yang komprehensif yang dipergunakan untuk membantu individu tumbuh, memilih d an menetapkan tujuan, baik iut tujuan pribadi maupun tujuan sosial. 2. Aspek Hub ungan Interview Konseling ? Bersifat individual ? Bersifat Pribadi ? Bersifat me mbantu ? Bersifat live centered (berpusat pada perkembangan individu) ? Menekank an pada martabat dan harga diri individu 3. Konselor b. Sikap Konselor ? Dapat m enempatkan diri sebagai guru ? Tanggung jawab ? Mengarahkan klien ke arah yang l ebih baik ? Yakin terhadap asumsi konseling yang efektif c. Keterampilan Konselo r ? Memiliki pengalaman, keahlian dalam teori perkembangan manusia dan pemecahan masalah ? Dapat memanfaatkan teknik-teknik pemecahan masalaha individu, baik te s maupun non tes ? Dapat melaksanakan proses konseling secara fleksibel ? D Dapa t menerapkan strategi pengubahan tingkah laku. D. Mekanisme Pengubahan Tingkah L aku 1. Tahapan Konseling a. Tahap Analisis Tahap ini merupakan langkah mengumpul kan informasi atau data tentang diri klien beserta latar belakangnya, baik secar a fisik maupun psikis. Tahap analisis ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman t entang diri klien. b. Tahap Sintesis Sintesis adalah usaha merangkum, menggolong -golongkan dan menghubungkan data yang telah terkumpul, sehingga dapat menunjukk an gambaran tentang diri klien. c. Tahap Diagnosis Diagnosis merupakan tahap men ginterpretasikan data dalam bentuk : ? Identifikasi maslah (penentuan macam masa lahnya) ? Menemukan Sebab-sebab ? Prognosis (memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi 2. Teknik Konseling a. Menciptakan hubungan baru Agar cepat m enciptakan hubungan baru, seorang konselor perlu menciptakan suasana yang hangat , ramah dan akrab. b. Mempertajam pemahaman diri Konselor berusaha agar klien le bih mampu memahami dirinya, baik kelebihan maupun kekurangannya dan dibantu meng gunakan kekuatan untuk mengatasi kekurangannya. c. Memberi nasehat atau membantu merencanakan program tindakan Dalam melaksanakan hal ini, konselor mendorong kl ien untuk menyampaikan ide-idenya sendiri untuk dipertimbangkan, dan konselor me mberikan saran-saran bagi pengambilan keputusan dan pelaksanaannya. Ada tiga car a dalam memberikan nasehat ? Dirrect Advice (nasehat langsung), secara terbuka d an jelas konselor mengemukakan pendapatnya. Cara ini dilakukan bila klien memang tidak mengetahui betul apa yang harus diperbuat. ? Persuasive, dilakukan bila k lien telah mampu menunjukkan alasan yang logis atas pilihan-pilihannya tetapi be lum menentukan pilihan. ? Explanatory (penjelasan), dilakukan apabila klien tela h dapat mengajukan pilihan termasuk pertimbangan baik buruknya. Konselor memberi kan nasehat dengan menjelaskan implikasi-implikasi putusan klien.

d. Melaksanakan rencana Mengikuti pilihan atau keputusan klien, konselor dapat m emberikan bantuan langsung bagi implementasi atau pelaksanaannya, misalnya : apa bila dalam keputusannya, klien akan menemui gurunya, maka klien diajak mendiskus ikan kapan hal itu dilakukan, di mana, dengan cara apa, dengan siapa dan sebagai nya. e. Refferal (pengiriman pada ahli lain) Apabila konselor tidak mampu memban tu klien dalam memecahkan permasalahannya, maka d dapat mengirimkan kliennya pad a ahli lain. BAB V R RASIONAL EMOTIF A. Pandangan tentang Manusia Manusia padasa rnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasion al. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, d an kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi t idak efektif.Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari.Hambatan psikolo gis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasion al. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat person al, dan irasional.Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis y ang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasi onal akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logi s menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan ca ra berpikir yang tepat.Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus d ilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional. Pandangan pendeka tan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsepkonsep kunci teo ri Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Ant ecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC. 1. Antecedent event (A) yai tu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahul u yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian s uatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merup akan antecendent event bagi seseorang. 2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseo rang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasion al merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksa na, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan ke yakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif. 3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuens i emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang ata u hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emo sional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk k keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB. B. Asumsi Ting kah Laku Bermasalah Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingka h laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpik ir yang irrasional. Ciri-ciri berpikir irasional : (a) tidak dapat dibuktikan; ( b) menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang seb enarnya tidak perlu; (c) menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan s ehari-hari yang efektif Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasiona l : (a) individu tidak berpikir jelas tentangg saat ini dan yang akan dating, an tara kenyatan dan

imajinasi; (b) individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain; (c ) orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diaja rkan kepada individu melalui berbagai media. Indikator keyakinan irasional : (a) manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang la in dari segala sesuatu yang dikerjakan; (b) banyak orang dalam kehidupan masyara kat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum; (c) kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berb agai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya; (d) lebih mudah untuk menjauhi kesu litan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk mengahadapi dan menangan inya; (e) penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan pen deritaan emosional tersebut; (f) pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku indiv idu pada saat sekarang; (g) untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya da n untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural; da n (h) nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergant ung dari kebaikan penampilan i individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain t erhadap individu. C. Tujuan Konseling Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, c ara berpikir, keyakinan serta pandanganpandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan d iri, meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku ko gnitif dan afektif yang positif. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas , merasa was-was, rasa marah. Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien da lam konseling dengan pendekatan rasional-emotif : Pertama insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yang dihubungkan dengan peny ebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa -peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat yang lalu. Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menganggu k lien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari da ri yang diperoleh sebelumnya. Ketiga, insight dicapai pada saat konselor membant u klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang ir asional. Klien yang telah memiliki keyakinan rasional tjd peningkatan dalam hal : (1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) tole ransi terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komit men terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan ( (10) menerima kenyataan. D. Deskripsi Proses Konseling Konseling r asional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistema tis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien. Tugas konselor menunjukkan bahwa ? masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan piki ran-pikiran yang tidak rasional ? usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kem bali kepada sebab-sebab permulaan. Operasionalisasi tugas konselor : (a) lebih e dukatif-direktif kepada klien, dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelas an, khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung; (b) menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara berp ikir klien, kemudian memperbaiki

mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan gigih dan berulang-ulang mene kankan bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional pada klie n; (c) mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya; (d) me nggunakan pendekatan didaktif dan filosofis menggunakan humor dan menekan sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional. Karakteristik Proses Konseli ng Rasional-Emotif : 1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling k onselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan m asalahnya. 2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfo kus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasiona l. 3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber ganggua n emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut. 4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dike mbangkan hendaknya m menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku k lien. E. Teknik Konseling Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berba gai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan denga n kondisi klien. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut. 1. Teknik-Teknik Emotif (Afektif) ? Assertive adaptive Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaik an dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihanlatihan yang diberikan le bih bersifat pendisiplinan diri klien. ? Bermain peran Teknik untuk mengekspresi kan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaanperasaan negatif) melalui suat u suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas me ngungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu. ? Imitasi Teknik untuk menir ukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud mengha dapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif. 2. Teknik-teknik Be havioristik ? Reinforcement Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku ya ng lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataup un hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan mengintern alisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya. ? Social modeling Teknik untu k membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma -norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan ol eh konselor. 3. Teknik-teknik Kognitif ? Home work assigments, Teknik yang dilak sanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan meng internalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diha rapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi ata u menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logi s, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek k ognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yan g diberikan Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan o leh klien

dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor Teknik ini dimaksudkan untuk me mbina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendir i serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi k etergantungannya kepada konselor. ? Latihan assertive Teknik untuk melatih keber anian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang dihara pkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru modelmodel sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah : (a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan b erbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi o rang lain; (c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri ; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah lakut tingkah laku aserti f yang cocok untuk diri sendir

Anda mungkin juga menyukai

  • THYPUS
    THYPUS
    Dokumen4 halaman
    THYPUS
    Srieka Yuliani
    Belum ada peringkat
  • Tumbang Anak
    Tumbang Anak
    Dokumen4 halaman
    Tumbang Anak
    Srieka Yuliani
    Belum ada peringkat
  • Standar Askep Nifas.
    Standar Askep Nifas.
    Dokumen14 halaman
    Standar Askep Nifas.
    Srieka Yuliani
    Belum ada peringkat
  • THYPUS
    THYPUS
    Dokumen4 halaman
    THYPUS
    Srieka Yuliani
    Belum ada peringkat
  • THYPUS
    THYPUS
    Dokumen4 halaman
    THYPUS
    Srieka Yuliani
    Belum ada peringkat
  • Filsafat Ilmu
    Filsafat Ilmu
    Dokumen23 halaman
    Filsafat Ilmu
    Achmad Hidayat
    95% (42)
  • Winshield Survey
    Winshield Survey
    Dokumen7 halaman
    Winshield Survey
    ekaharsanto
    Belum ada peringkat