Anda di halaman 1dari 1

Aturan Kemasan Rokok

Pemerintah Australia mengeluarkan kebijakan yang dianggap berani bagi negaranya. Setiap rokok yang dijual harus memakai kemasan khusus dari pemerintah dengan gambar berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh rokok. Mulai dari penyakit pernafasan, gangguan janin, hingga kanker. Dengan adanya aturan tersebut, masyarakat diharapkan berpikir ulang tentang kesehatannya jika mau membeli rokok. Pemerintah Australia menargetkan dapat menekan jumlah perokok yang semula lebih dari 16% di tahun 2007 menjadi kurang dari 10% pada tahun 2018. Negara lain seperti Inggris, Prancis, Norwegia, India, dan Selandia Baru juga berencana menrapkan aturan tersebut. Di Indonesia, jumlah perokok sudah mencapai angka 59,9 juta jiwa atau sekitar 34,8% jumlah penduduk. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara perokok aktif terbesar ketiga setelah China dan India. Aturan pemerintah mengenai rokok dirasa sangat kurang. Menaikkan harga cukai tembakau dan pembatasan jam tayang iklan rokok belum mampu memberi perubahan yang signifikan. Mungkin kita harus meniru cara yang dilakukan oleh Australia yaitu menerapkan peraturan kemasan rokok dan dengan sedikit penyempurnaan ala Indonesia. Kemasan tidak boleh menampilkan logo atau ciri khas produsen agar masyarakat merasa tidak memiliki banyak pilihan. Berbagai penyakit akibat rokok juga dicantumkan. Dan terakhir dibumbui dengan kata-kata yang memotivasi masyarakat agar berhenti merokok, contohnya Merokok itu makruh, tidak merokok dapat pahala dan hemat uang, Simpan saja uang rokokmu untuk sekolah anak-anakmu, Anda merokok, sakit pernafasan, pasti keluar uang banyak, atau kata-kata lainnya. Jika aturan ini diterapkan maka masyarakat yang sebagian besar memiliki ekonomi menengah ke bawah akan berpikir ulang ketika hendak membeli rokok. Sehingga impian Indonesia Bebas Rokok 2025 dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai