Anda di halaman 1dari 30

BAB I LANDASAN TEORITIS

A. Kosep Dasar 1. Defenisi Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. (Pedoman Nasional Perawat, Dukungan Dan Pengobatan Bagi ODHA, Jakarta, 2003, hal 1) Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau sel T-4 atau disebut juga sel CD 4. (100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Perlu Anda Ketahui, Medan, 2006, hal 1)

2. Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan

lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu : A. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala. B. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness. C. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada. D. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut. E. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist. AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah : Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi. Orang yang ketagian obat intravena Partner seks dari penderita AIDS Penerima darah atau produk darah (transfusi).

3. Anatomi fisiologi
HIV berbeda dalam struktur dengan retrovirus yang dijelaskan sebelumnya. Besarnya sekitar 120 nm dalam diameter (seper 120 milyar meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel darah merah) dan kasarnya "spherical"

4. Patofisiologi
HIV masuk ke dalam tubuh manusia Menginfeksi sel yang mempunyai molekul CO4 (Limfosit T4, Monosit, Sel dendrit, Sel Langerhans) Mengikat molekul CO4 Memiliki sel target dan memproduksi virus Sel limfosit T4 hancur Imunitas tubuh menurun Infeksi opurtinistik

Peradangan pd Jaringan paru Sist. Integumen Sist Neurologis Peristaltik Peradangan kulit Timbul lesi/ Infeksi ssp Infeksi jamur

Sist pernafasan Sist Pencernaan

Peradangan mulut Diare kronis

Sesak, demam Peningkatan Tdk efektif Ggn pertukaran gas suhu Sulit menelan Mual Intake kurang

bercak Gatal, nyeri Bersisik MK: Ggn rasa nyaman

putih

Cairan output Bibir kering Turgor kulit

kesadaran, kejang Nyeri kepala MK: perubahan proses pikir

MK: Ggn pemenu MK: kekurang Han nutrisi an vol cairan Ggn eliminasi BAB, diare

5. Manifestasi Klinis Menurut WHO: 1) Gejala mayor Penurunan BB 10% Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan Diare kronis Tuberkulosis

2) Gejala minor Koordinasi orofaringeal Batuk menetap lebih dari 1 bulan Kelemahan tubuh Berkeringat malam

Hilang nafsu makan Infeksi kulit generalisata Limfodenopati Herpes zoster Infeksi herpes simplek kronis Pneumonia Sarkoma kaposi

Manifestasi klinis Angiomatosis Kandidiosis orofaringeal Kandidiasis vulvovaginal Displasisa leher rahim Herpes zoster Purpura idiopatik trombositopenik Kandidiasis esophagus

Manifestasi Klinis Stadium I Skala Aktivitas Gambaran Klinis Asimptomatic, aktivitas normal a. Asimptomatic b. Limfodenopati generalisata II Simptomatic, aktivitas normal a. BB menurun < 10% b. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti: dermatitis, pruigo, ulkus oral, seboroik, onikomikosis yang rekuren dan kheilitis angularis c. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir d. Infeksi saluran afas bagian atas seperti: sinusitis bakteriaslis III Pada umumnya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50% a. BB > 10%

b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan d. Kandidiasi orofaringeal e. Oral hairy leukoplakia f. TB Paru dalam tahun terakhir

g. Infeksi bacterial yang berat seperti: pneumonia dan piomiositish IV Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih dari 50% a. HIV wasting syndrome seperti: yang didefenisikan oleh CDC b. Pneumonia pneumocytis carinii c. Toksoplasmosis otak d. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan e. Retinitis virus sitomegalo f. Kriptokokosis extra pulmonal

g. Herpes simplex mukokutan > 1 bulan h. Leukoensepalopati multifokal progresif i. j. Mikosis disminata seperti histoplasmosis Kandidiasis disofags, trakea, bronkus dan paru

k. Mikobakteriasis atipikal diseminata l. Septisemia salmonelosis nontifoid

m. Tuberkulosis di luar paru n. Limfoma o. Sarkoma kaposi 6. Pemeriksaan Diagnostik

1.Tes untuk diagnosa infeksi HIV : -. ELISA -. Western blot -. P24 antigen test -. Kultur HIV

2.Tes untuk deteksi gangguan system imun. -. Hematokrit. -. LED -. CD4 limfosit -. Rasio CD4/CD limfosit -. Serum mikroglobulin B2 -. Hemoglobulin

7.

Komplikasi a. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat. b. Neurologik - kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social. - Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial. -. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis. - Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV) c. Gastrointestinal

- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi. - Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis. - Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare. d. Respirasi Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas. e. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis. f. Sensorik - Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan - Pendengaran : otitis eksternal aku

7. Penatalaksanaan Respon biologis / aspek fisik a. Universal precaution 1) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh 2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien 4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran yang dipakai 5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan 6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman

b. Peran perawat dalam pemberian ARV Tujuan terapi ARV: 1) Menghentikan replikasi HIV 2) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opurtunistik 3) Memperbaiki kualitas hidup 4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV

c. Pemberian nutrisi Pasien dengan HIV AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi tambahan bertujuan untuk beban HIV AIDS tidak bertambah akibat defisiensi vitamin dan mineral

d. Aktivitas dan istirahat Respon adaptif psikologis 1) Pikiran positif tentang dirinya 2) Mengontrol diri sendiri 3) Rasionalisasi 4) Teknik perilaku Respon sosial 1) Dukungan emosional 2) Dukungan penghargaan 3) Dukungan instrumental 4) Dukungan informatif Respon spiritual 1) Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan 2) Padai mengambil hikmah 3) Kestabilan hati Resiko epidemiologis infeksi HIV sistomatik

1) Perilaku beresiko epidemiologis i. Hubungan seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa

menggunakan kondom ii. Pecandu narkotik suntikan iii. Hubungan seksual yang tidak aman 1. Memiliki banyak mitra seksual 2. Mitra seksual yang diketahui pasien HIV / AIDS 3. Mitra seksual di daerah dengan prevalensi HIV / AIDS yang tinggi 4. Homoseksual ii. Pekerjaan dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat, diskotik, karaoke atau tempat prostitusi terselubung iii. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual (IMS) iv. Riwayat menerima transfusi darah berulang v. Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril

BAB II Asuhan Keperawatan

jian Pasien Aktivitas / istirahat Gejala: a. Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise b. Perubahan pola tidur

Tanda: Kelemahan otot, menurunnya massa otot Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan Sirkulasi Gejala:

Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi)

Tanda: Takikardia, perubahan TD postural Menurunnya volume nadi perifer Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler

Integritas ego Gejala: Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah Kehilangan kontrol diri dan depresi

Tanda: Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama

Eliminasi Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi

Tanda: Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah Diare pekat yang sering Nyeri tekan abdominal Lesi atau abses rectal, personal

Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin

Makanan / cairan Gejala: Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot Turgor kulit buruk Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal Edema (umum, dependen)

Higiene Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas

Tanda: Memperlihatkan penampila yang kurang rapi Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri

Neurosensori Gejala: Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran Klemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal)

Tanda:

Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik Vocalis: hemi paresis; kejang Hemoragi retina dan eksudat

Nyeri / kenyamanan Gejala: Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki Sakit kepala (keterlibatan ssp) Nyeri dada pleuritis

Tanda: Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang Gerak otot melindungi bagian yang sakit

Pernapasan Gejala: Isksering, menetap Napas pendek yang progresif Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam) Bendungan atau sesak dada

Tanda: Takipnea, distres pernapasan Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)

Keamanan

Gejala: Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis) Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam

Tanda: Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya Rektum, luka-luka perianal atau abses Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak, paha) Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan

Seksualitas Gejala: Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks Penggunaan kondom yang tidak konsisten Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina)

Tanda: Kehamilan atau resiko terhadap hamil Genetalia:

Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas

Interaksi sosial Gejala: Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan / kehilangan pendapatan Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana

Tanda: Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan

Penyuluhan / pembelajaran Gejala: Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV) Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol

Pertimbangan rencana pemulangan: Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan / tindakan, perawatan kulit / luka, peralatan / bahan; trasportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan / pemeliharaan rumah, perawatan anak, perubahan fasilitas hidup.

atan Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem imunologis HIV / AIDS adalah: 1) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif 2) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat

3) Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular 4) Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi Vitamin K 5) Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan untuk mencerna d/d penurunan berat badan 6) Nyeri kronik b/d inflamasi d/d keluhan nyeri 7) Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi kulit 8) Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi d/d candidiasis 9) Kelelahan b/d perubahan produksi energi metabolisme d/d kekurangan energi 10) Perubahan proses pikir b/d hipoksemia d/d perubahan lapang perhatian 11) Ansietas b/d ancaman pada konsep pribadi d/d peningkatan tegangan 12) Isolasi sosial b/d perubahan status kesehatan d/d perasaan ditolak 13) Ketidakberdayaan b/d perubahan pada bentuk tubuh d/d bergantung pada orang lain untuk perawatan 14) Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d tidak mengenal sumber informasi d/d permintaan informasi

3. Perencanaan Dx 1 Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi Mengidentifikasi Cuci tangan sebelum Mengurangi resiko / ikut serta dalam perilaku yang megurangi resiko infeksi mencapai masa penyembuhan luka / lesi tidak demam dan bebas dari pengeluaran / sekresi purulen dan tanda-tanda lain dari kondisi dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan instruksikan pasien / orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik periksa pengunjung / staf terhadap tanda infeksi dan Mengurangi patogen pada sistem imun dan mengurangi kemungkinan pasien mengalami terkontaminasi silang

infeksi

mempertahankan kewaspadaan sesuai indikasi

infeksi nosokomial Meningkatkan kerja sama dengan cara hidup dan berusaha mengurangi rasa terisolasi Memberikan informasi dasar awitan /

Diskusikan tingkat dan rasional isolasi pencegahan dan mempertahankan kesehatan pribadi

Pantau tanda-tanda vital termasuk suhu

peningkatan suhu secara berulangulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi yang baru dimana obat tidak lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang tidak dapat disembuhkan Kandidiasis oral, herpes, CMV dan crytocolus adalah penyakit yang umum terjadi dan

Bersihkan kulit / membran mukosa

memberikan efek pada membran kulit

oral terdapat bercak Identifikasi / putih / lesi perawatan awal

dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis Periksa adanya luka / Mengontrol mikro lokasi alat infasif,perhatikan tanda-tanda inflamasi / infeksi lokal Bersihkan percikan cairan tubuh / darah dengan larutan pemutih 1 : 10 2 Mempertahankan Pantau tanda-tanda Indikator dari hidrasi dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik, vital termasuk CVP, bila terpasang, catata hipertensi termasuk perubahan postural volume cairan sirkulasi organisme pada permukaan keras

haluaran urine Kaji turgor kulit, adekuat secara pribadi membran mukosa dan rasa haus Pantau pemasukan oral dan masukan cairan sedikitnya 2500 ml / hari Indikator tidak langsung dari status cairan Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabakan membran mukosa 3 Mempertahankan Tinggikan kepala pola pernapasan efektif membran tempat tidur usahakan pasien Meningkatkan fungsi pernafasan yang optimal dan

mukosa tidak mengalami sesak nafas / sianosis dengan bunyi nafas dan sinar x bagian dada yang bersih / meningkat dan AGD dalam batas normal pasien

untuk berbalik, batuk, menarik nafas sesuai kebutuhan

mengurangi aspirasi / infeksi yang ditimbulkan karena atelektasis

Nyeri dada pleuritis dapat menggambarkan adanya pnemonia non spesifik / efusi pleura berkenaan dengan keganasan Menurunkan konsumsi O2

Selidiki tentang keluhan nyeri dada

Berikan periode istirahat yang cukup diantara waktu aktivitas pertahankan lingkungan yang tenang 4 Menunjukkan homosatis yang ditunjukkan dengan tidak adanya perdarahan mukosa dan bebas dari ekimosis Lakukan pemeriksaan Mempercepat darah pada cairan tubuh untuk mengetahui adanya darah pada urine, feses dan cairan muntah Pantau perubahan deteksi adanya perdarahan / penentuan awal dari therapi mungkin dapat mencegah perdarahan kritis

tanda-tanda vital dan Timbulnya warna kulit perdarahan / hemoragi dapat menunjukkan kegagalan sirkulasi

Pantau perubahan tingkat kesadaran dan gangguan penglihatan Mempertahankan Kaji kemampuan BB atau memperlihatkan peningkatan BB yang mengacu pada tujuan yang diinginkan untuk mengunyah, merasakan dan menelan

/ syok Perubahan dapat menunjukkan adanya perdarahan otak Lesi mulut, tenggorokan, dan esofagus dapat menyebabkan dispagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan Indikator kebutuhan

Timbang BB sesuai kebutuhan, evaluasi BB dalam hal adanya BB yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian pengukuran BB dan antropometrik Jadwalkan obatobatan diantara makan dan batasi pemasukan cairan dengan makanan, kecuali jika cairan memiliki nilai gizi

nutrisi / pemasukan yang adekuat

Lambung yang penuh akan mengurangi nafsu makan dan pemasukan makanan Mempermudah

Dorong pasien untuk duduk pada waktu makan Catat pemasukan kalori

proses menelan dan mengurangi resiko aspirasi Mengidentifikasi kebutuhan terhadap suplemen atau alternatif metode pemberian makanan

Keluhan hilangnya / terkontrolnya rasa sakit

Kaji keluhan yeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1 10), frekuensi dan waktu menandai gejala non verbal Dorong pengungkapan perasaan

Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan / resolusi komplikasi Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit Meningkatkan relaksasi / menurunka

Lakukan tindakan pariatif mis: pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit Berikan kompres

tegangan otot

Infeksi diketahui sebagai penyebab rasa sakit dan

hangat / lembab pada abses steril sisi infeksi pentamidin

/ IV selama 20 menit setelah pemberian 7 Menunjukkan tingkah laku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit / meningkatkan kesembuhan Pertahankan sprei bersih, kering dan tidak berkerut Kaji kulit setiap hari, Menentukan garis catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat Friksi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi dan potensial terhadap infeksi Dapat mengurangi Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril atau barrier produktif kontaminasi bakteri, meningkatkan proses penyembuhan 8 Menunjukkan membran mukosa utuh, berwarna merah jambu, basah dan bebas dari inflamasi / ulserasi Kaji membran mukosa Edema, lesi, / catat seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan nyeri, bengkak, sulit mengunyah / menelan Berikan perawatan membran mukosa oral dan tenggorok kering menyebabkan rasa sakit dan sulit mengunyah / menelan

oral setiap hari dan Mengurangi rasa setelah makan, tidak nyaman,

gunakan sikat gigi halus, pasta sisi non abrasif, obat pencuci mulut non alkohol dan pelembab bibir Cuci lesi mukosa oral dengan menggunakan hidrogen peroksida / salin atau larutan soda kue

meningkatkan rasa sehat dan mencegah pembentukan asam yang dikaitkan dengan partikel makanan yang tertinggal Mengurangi penyebaran lesi dan krustasi dari kandidiasis dan

Anjurkan permen karet meningkatkan / permen tidak mengandung gula kenyamanan Merangsang saliva untuk menetralkan asam dan melindungi Dorong pasien untuk tidak merokok membran mukosa Rokok akan mengeringkan dan mengiritasi membran mukosa Kaji pola tidur dan catat perubahan dalam proses berpikir / perilaku Berbagai faktor dapat meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur, penyakit ssp, tekanan emosi dan efek samping obatobatan / kemoterapi

Melaporkan peningkatan energi

Periode istirahat yang sering sangat Rencanakan perawatan untuk menyediakan fase istirahat. Atur aktivitas pada waktu pasien sagat berenergi. Ikut sertakan pasien / orang terdekat pada penyusunan rencana dibutuhkan dalam memperbaiki / menghemat energi. Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif pada waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan kontrol diri Mengusahakan kontrol diri dan perasaan berhasil, mencegah timbulnya perasaan Tetapkan keberhasilan frustasi akibat aktivitas yang realitas dengan pasien 10 kelelahan karena aktivitas berlebihan

Mempertahankan Kaji status mental dan Menetapkan tingkat orientasi realita umum dan fungsi kognitif optimal neurologis dengan menggunakan alat yang sesuai. Catat perubahan orientasi, respon terhadap rangsang, kemampuan untuk mencegah masalah, ansietas, perubahan pola tidur, halusinasi fungsional pada waktu penerimaan dan mewaspadakan perawat pada perubahan status yang dapat dihubungkan dengan infeksi / kemungkinan

dan ide paranoid

penyakit ssp yang makin buruk, stressor lingkungan, tekanan fisiologis,

Pantau adanya tandatanda infeksi ssp, mis: sakit kepala, kekakuan nukal, muntah, demam

efek samping terapi obat-obatan

Gejala ssp dihubungkan dengan meningitis / ensefalitis diseminata mungkin memiliki jangkauan dari perubahan kepribadian yang tidak kelihatan sampai kekacauan mental, peka rangsangan, mengantuk, pingsan, kejang

Susun batasan pada

dan demensia

perilaku mal adaptif / Memberikan waktu menyiksa, hindari pilihan pertanyaan terbuka Diskusikan penyebab / harapan di masa Mendapatkan tidur, emngurangi gejala kognitif dan kurang tidur

depan dan perawatan informasi bahwa jika demensia telah terdiagnosa. Gunakan istilah yang A2T telah muncul untuk memperbaiki kognisi dapat

kongkret

memberikan harapan dan kontrol terhadap kehilangan

11

Menyatakan kesadaran

Jamin pasien tentang Memberikan kerahasiaan dalam batasan situasi tertentu penentraman hati lebih lanjut dan kesempatan bagi pasien untuk memecahkan masalah pada situasi yang Berikan informasi diantisipasi akurat dan konsiste Dapat mengurangi mengenai prognosis, hindari argumentasi mengenai persepsi pasien terhadap situasi tersebut ansietas dan ketidakmampuan pasien untuk membuat keputusan / pilihan berdasarkan realita Membantu pasien Berikan lingkungan terbuka dimana pasien akan merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menahan diri untuk berbicara untuk merasa diterima pada kondisi sekarang tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan perasaan harga diri dan kontrol Menciptakan Berikan informasi yang interaksi personal dapat dipercaya dan konsisten, juga yang lebih baik dan menurunkan

tentang perasaan dan cara sehat untuk menghadapinya

dukungan untuk orang terdekat 12 Menunjukkan peningkatan perasaan harga diri Batasi / hindari Tentukan persepsi

ansietas dan rasa takut Isolasi sebagian

pasien tentang situasi dapat mempengaruhi diri saat pasien takut penolakan / reaksi orang lain penggunaan masker, Mengurangi baju dan sarung tangan jika memungkinkan mis: jika berbicara dengan pasien perasaan pasien akan isolasi fisik dan menciptakan hubungan sosial yang positif yang dapat meningkatkan rasa Dorong kunjungan percaya diri terbuka, hubungan Partisipasi orang telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang memungkinkan Dorong adanya hubungan yang aktif Membantu dengan orang terdekat menetapkan partisipasi pada hubungan sosial dapat mengurangi kemungkinan upaya bunuh diri Kaji tingkat perasaan Menentukan status tidak berdaya, mis: ekspresi verbal / non verbal yang individual pasien dan mengusahakan intervensi yang lain dapat meningkatkan rasa kebersamaan

13

Menyatakan perasaan dan cara yang sehat untuk

berhubungan dengan mereka

mengindikasikan kurang kontrol, efek daftar kurangnya komunikasi Dorong peran aktif pada perencanaan

sesuai pada waktu pasien imobilisasi karena perasaan depresi Memungkinkan peningkatan

aktivitas, menetapkan perasaan kontrol keberhasilan harian, yang realitas / dapat dicapai dorong kontrol pasien dan tanggung jawab sebanyak mungkin, identifikasi hal-hal yang dapat dan tidak dapat dikontrol pasien 14 Mengungkapkan Tinjau ulang proses pemahamannya tentang kondisi / proses dan perawatan dari penyakit tertentu Tinjau ulang cara penularan penyakit penyakit dan apa yang menjadi harapan di masa depan Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi Mengoreksi mitos dan kesalahan konsepsi, meningkatkan keamanan bagi pasien / orang lain Memberikan pasien kontrol mengurangi resiko rasa malu Berikan informasi dan meningkatkan dan menghargai diri sendiri dan tanggung jawab

mengenai penatalaksanaan gejala yang melengkapi aturan medis, mis: pada diare intermiten, gunakan lomotil sebelum pergi kegitan sosial Tekankan perlunya melajutkan

kenyamanan

Memberi kesempatan untuk mengubah aturan untuk memenuhi kebutuhan perubahan / individual

perawatan kesehatan Memudahkan dan evaluasi pemindahan dari lingkungan perawatan akut, mendukung Identifikasi sumbersumber komunitas, mis: rumah sakit / pusat perawatan tempat tinggal (bila ada) pemulihan dengan kemandirian

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan republik Indonesia Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Meular Dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Nasional Terapi, 2004. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan Departemen RI, Buku Pedoman Untuk Petugas Kesehatan Dan Petugas Lainnya, Jakarta, 2003. Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2000. Suzanne C Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 2001. Umar Zein, 100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Anda Ketahui, USU Press, Medan, 2006

Anda mungkin juga menyukai