Anda di halaman 1dari 9

Indepth Report

Belajar dari Geliat Gerakan Sosial Digital di 2012

Oleh: Firdaus Cahyadi Knowldege Departement-Yayasan SatuDunia

Mandeknya Gerakan Sosial Gerakan sosial di Indonesia seperti mengalami kemandekan setelah mencapai puncaknya pada tahun 1998. Pada tahun 1998, gerakan sosial di Indonesia berhasil menumbangkan rejim otoritarian Orde Baru, yang pada waktu itu didukung oleh kekuatan militer dengan Dwi Fungsi ABRI.

Setelah keberhasilan menumbangkan rejim otoritarian Orde Baru, nyaris tidak ada gerakan sosial yang fenomenal di negeri ini. Bahkan ketika penetrasi liberalisasi ekonomi mulai melucuti negara dalam perannya melindungi hak warga negara pun, gerakan sosial nyaris kedodoran.

Mandegnya gerakan sosial juga ditandai dengan madegnya gerakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau lebih sering disebut NGOs (Non-Goverement Organizations). Seiring dengan terbukanya kebebasan politik beberapa aktivis LSM menyeberang ke partai politik. Bahkan penetrasi liberalisasi ekonomi juga membuat beberapa aktivis LSM memilih membela kepentingan korporasi ketika berkonflik dengan masyarakat.

Hari demi hari peran LSM semakin kecil, terlebih akibat krisis ekonomi di negara-negara utara, yang sedikit banyak mengurangi pendanaan di LSM tersebut. Krisis ekonomi global yang dipicu oleh serangkaian aksi korporasi di Amerika Serikat belum menunjukan tanda-tanda berakahir. Bahkan dampak buruk dari krisis itu telah meluas menembus batas-batas wilayah negara. Eropa dan Asia adalah dua kawasan yang juga harus menanggung dampak buruk dari krisis keuangan global tersebut.

Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat misalnya, telah mengakui kegagalannya memperkirakan lonjakan pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat krisis keuangan global. Angka PHK di negara itu ternyata lebih buruk dari yang diperkirakan

sebelumnya. Angka pengangguran pada bulan Oktober 2008 telah meningkat menjadi 6,5% dari bulan sebelumnya 6,1%1.

Sementara itu, sebuah harian Swiss SONNTAGZEITUNG menyebutkan bahwa hanya dalam waktu tiga hari, tujuh negara Eropa harus menyelamatkan lima bank dari kebangkrutan. Di Inggris, Spanyol dan Irlandia bidang properti ambruk. Bank Eropa berutang banyak dibandingkan bank di Amerika Serikat. Perancis pun dikabarkan berada diambang resesi ekonomi2.

Seperti di belahan bumi lainnya, kawasan Asia juga tidak bisa terlepas dari dampak buruk krisis keuangan global ini. Data Kantor Statistik Nasional Filipina yang menyebutkan bahwa pada tahun 2008 jumlah orang yang memiliki pekerjaan berkurang sebesar 168.000. Pekerjaan menyusut di saat harga-harga dan inflasi meroket.

Dampak buruk krisis keuangan global juga menghampiri Indonesia. Beberapa perusahaan padat karya di negeri ini sudah nyaris kolaps. Beberapa tenaga kerjanya pun sudah mulai dirumahkan dengan dalih efisiensi. Akibat krisis keuangan global, hingga akhir bulan November 2008, sedikitnya 15 ribu orang telah kehilangan pekerjaan di negeri ini.

Dampak krisis keuangan global itu ternyata bukan hanya monopoli negara, korporasi dan buruh namun juga berpotensi membuat bangkrut beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Indonesia. Bagimana tidak, 90 % dari 13.500 LSM yang tercatat di Departemen Dalam Negeri dalam tahun 2002, ternyata didanai lembaga bantuan asing. Pada umumnya pendanaan LSM Indonesia berasal dari lembaga-lembaga donor asing yang menghimpun dana dari pajak atau sumbangan masyarakat. Lembaga-lembaga donor yang banyak membantu LSM Indonesia biasanya datang dari negara Amerika Serikat dan Eropa.

1 2

http://www.infid.org/2011/06/03/revolusi-pendanaan-lsm-indonesia/ http://www.infid.org/2011/06/03/revolusi-pendanaan-lsm-indonesia/

Dampak buruk krisis keuangan global yang melanda Amerika Serikat dan kawasan Eropa jelas akan menurunkan jumlah dana yang akan digunakan untuk membantu LSM di luar kedua kawasan tersebut, termasuk Indonesia. Negara-negara di kawasan Amerika Serikat dan Eropa tentu lebih memfokuskan menggunakan uang pajak dari warganya untuk membangkitkan kembali perekonomian mereka. Jika ada bantuan

untuk LSM tentu saja akan lebih diprioritaskan pada LSM dari negaranya yang beroperasi secara internasional.

Selain dari lembaga-lembaga donor tersebut, sebagian LSM Indonesia juga menerima dana dari lembaga keuangan internasional yang selama ini mempromosikan liberalisasi ekonomi dan privatisasi sumber daya alam. Lembaga keuangan internasional semacam itu biasanya secara bersamaan juga memberikan dana berupa hibah dan utang kepada negara.

LSM Indonesia yang memperoleh dana dari lembaga keuangan internasional semacam ini diperkirakan tidak begitu tergoncang akibat krisis keuangan global. Hal itu disebabkan bantuan mereka kepada LSM merupakan satu paket dengan proyek utang yang akan diberikannya kepada negara yang menjadi sasaran proyek utang termasuk Indonesia.

Nilai bantuan mereka terhadap LSM lokal dipastikan tidak begitu mengalami penurunan yang berarti karena di tengah krisis ekonomi global seperti ini lembaga keuangan internasional itu berkepentingan untuk tetap memastikan bahwa negara-negara berkembang untuk tetap setia pada jalan kapitalisme. Singkat kata, mereka menggunakan LSM agar memberikan citra positif bahwa proyek utang mereka telah mengadopsi prinsip-prinsip transparansi dan partisipatif.

Lantas, pertanyaannya kemudian adalah apakah gerakan sosial di Indonesia mengalami kiamat?

Geliat Gerakan Sosial Digital Gerakan sosial memang belum sepenuhnya kiamat. Beberapa LSM masih melakukan perlawanan terhadap menguatnya korporasi yang menjadikan warga negara hanya sekedar konsumen. Namun, sebagaian mereka masih menggunakan cara-cara yang lama. Sehingga seringkali kegagalan pun menimpa gerakan sosial tersebut.

Sebagian aktivis LSM misalnya, mengirimkan petisi namun petisi tersebut hanya disebarkan via milis. Pihak yang terlibat pun tidak meluas, masih seputar aktivis LSM. Masyarakat umum yang bukan aktivis nyaris tidak terlibat.

Namun seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, ada beberapa perubahan cara dalam gerakan sosial di Indonesia. Gerakan itu pun memanfaatkan teknologi. Seiring dengan booming layanan pesan singkat (SMS) di handphone misalnya, muncul gerakan untuk memobilisasi sms kepada para pengambil kebijakan terkait dengan kasus tertentu.

Pada saat puluhan warga Desa Bahue terserang penyakit gatal-gatal berbentuk bintul hitam dilengan dan paha, yang diduga karena pencemaran operasional tambang di kawasan itu, LSM Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) pun melakukan gerakan protes lewat sms ke Kapolres Morowali3.

Hal yang sama juga muncul saat muncul aksi solidaritas terhadap mahasiswa ITS yang terancam di DO dari kampusnya karena aksi demonstrasinya dalam kasus Lapindo. Yuliani (juga aktivis WALHI Jatim), Tomy Dwinta Ginting dan Beny Ihwani yang saat itu adalah tiga mahasiswa ITS yang terancam di keluarkan dari kuliahnya (DO, DropOut), karena ikut menggelar aksi solidaritas korban lumpur Lapindo di rektorat menganggap mereka telah melanggar Peraturan kampus ITS. Pihak

tata kehidupan kampus.

http://www.jatam.org/component/content/article/10-pojok-lamin/17-mohon-dukungan-untuk-mengirimkan-smsprotes-ke-kapolres-morowali.html?f4b4ca34f4aabe3aeb4900de30150824=46fd196d60a9b2794c14506de8e8dddf

Seruan aksi solideritas via sms itu kemudian disebarluaskan oleh aktivis Jatam via email4.

Pada tahun 2012 lalu, ternyata ada lagi cara yang sedikit berbeda dari cara sebelumnya dari cara sebelumnya. Pada 2012 lalu marak gerakan petisi online melalui situs change.org. Ada yang berhasil dan ada pula yang gagal dalam gerakan petisi online tersebut.

Namun setidaknya ada dua perbedaan dalam gerakan petisi online ini. Pertama, dalam gerakan petisi online ini tidak harus seorang aktivis yang tergabung dalam sebuah organisasi yang memulai sebuah gerakan. Individu yang memiliki concern terhadap persoalan tertentu pun bisa memulai gerakan petisi online itu.

Kedua, setiap kali petisi itu ditandatangani, petisi tersebut langsung terkirim ke email dari target yang dipetisikan, tentu saja bila penggagas petisi menyertakan email dari target dari petisi tersebut. Hampir mirip dengan gerakan protes melalui sms.

Selama tahun 2012, ada beberapa keberhasilan yang telah diraih oleh gerakan petisi online tersebut. Antara lain: 1. Penyerahan Simulator SIM kepada KPK (www.change.org/serahkankeKPK) Aksi #saveKPK berupa penyerahan petisi pada 4 Oktober berlanjut aksi kedua sepanjang malam pada 5 Oktober hingga pagi 6 Oktober karena dipicu kedatangan polisi yang ingin jemput paksa penyidik KPK. Hasil rapat Sabtu memutuskan aksi ketiga pada 7 Oktober di Bundaran HI mempertanyakan keberadaan, sikap dan komitmen Presiden. Berbagai aksi protes di daerah menambah gema tuntutan kepada Presiden. Senin, Presiden menggelar konferensi pers dan menyatakan kasus Simulator SIM diserahkan kepada KPK.

2. DPR Setujui Pendanaan Gedung Baru KPK (www.change.org/saveKPK)

http://old.nabble.com/-sastra-pembebasan--Fw:--DUKUNG-SERUAN-AKSI-UNTUK-KASUS-LAPINDOp10321474.html

Beberapa bulan lalu, tanpa alasan jelas Komisi III DPR menolak permohonan dana gedung baru KPK. Gedung berkapasitas 350 orang ini diisi 650 pegawai KPK. Ke depan, KPK membutuhkan 1200 orang. Sebagai bagian dari aksi #saveKPK di atas, Rendy Arai Ahmad (film Sang Pemimpi) ikut berperan mempetisi Komisi III, termasuk hadir, berorasi dan bernyanyi menghibur peserta aksi marathon #saveKPK di atas. Dengan dukungan masyarakat, usaha Rendy tak sia-sia. Sabtu kemarin, Komisi III menyetujui dana gedung baru KPK.

3. Penyelamatan Hutan Tripa, Aceh (www.change.org/savetripa) Dimulai dari bulan Maret, kampanye bertujuan untuk menyelamatkan ribuan hektar hutan gambut Tripa Aceh, beserta ratusan Orangutan yang hampir punah. Petisi yang totalnya berjumlah 25 ribu ini sampai ke meja Kepala Satgas REDD Kuntoro Mangkusubroto yang melakukan investigasi ke Rawa Tripa serta Gubernur Aceh Zaini Abdullah yang baru-baru ini mencabut izin PT Kallista Alam, perusahaan kelapa sawit yang izinnya melanggar moratorium dan telah membakar hutan secara ilegal.

4. Penjualan Sirip Hiu di Bandara (www.change.org/airportsharkfin) Dimulai dari terkejutnya seorang turis melihat penjualan sirip Hiu di Terminal Internasional Soekarno Hatta, petisi yang didukung 1523 paraf ini mendapat respon positif PT. Angkasa Pura II (Persero) yang mengeluarkan pernyataan resmi untuk melarang penjualan sirip Hiu di bandara.

5. Sirkus Lumba Keliling (www.change.org/stopsirkuslumba) Petisi yang didukung 90 ribu lebih ini adalah petisi yang berkali-kali berhasil. Sejumlah perusahaan penyedia lahan sirkus sudah resmi menghentikan dukungan mereka pada Sirkus Lumba Keliling. Yang terbaru adalah surat pernyataan Presiden Direktur LotteMart bahwa Lottemart tidak akan memberikan izin pentas. Keputusan ini dibuat seminggu setelah pendukung petisi mendatangi kantor LotteMart pada 4 Oktober.

6. Perbaikan Jalan Raya Muncul di Tang-Sel (www.change.org/perbaikijalanmuncul)

Petisi dimulai Hasna Pradityas ini didukung ratusan orang. Dilengkapi video, wawancara, dan liputan media yang amat membantu. Menurut Tyas, Walikota Tangsel Ibu Airin sudah menerima Email yang tertuju ke alamat email Walikota Tangsel, dan sempat membahas masalah Petisi ini di kantornya. Ratusan tanda-tangan petisi juga ditujukan ke Gubernur Banten (Ratu Atut Chosiyah). Perbaikan Jalan Muncul yang lama direncanakan akhirnya terwujud.

Belajar dari Geliat Gerakan Sosial Digital Pertanyaannya kemudian adalah apa yang bisa kita ambil pelajaran dari geliat gerakan sosial digital di tahun 2012 ini. Setidaknya ada tiga hal yang bisa kita ambil pelajaran. Pertama, gerakan sosial digital harus dapat secara langsung terkoneksi dengan pengambil kebijakan. Perpaduan dari gerakan sosial digital dengan koneksi langsung ke email dan nomor handphone target yang hendak disasar memungkinkan untuk dikembangkan di tahun 2013.

Kedua, terknoneksi secara langsung dengan akun pribadi para target (email atau handphone) saja tidaklah cukup, terlebih bila kasus yang dipetisikan itu terkait dengan kebijakan berskala luas dan bersinggungan dengan orang-orang kuat di politik maupun bisnis. Perlunya menarik pemberitaan media bukan hanya untuk memberitakan petisi tersebut. Namun juga untuk melipatgandakan dukungan terhadap petisi tersebut. Petisi #Tolak6Tol misalnya, jumlah pendukungnya berlipatganda setelah mendapat

pemberitaan dari media massa mainstream.

Ketiga, untuk kasus yang berskala luas dan melibatkan orang-orang kuat di politik dan pemilik modal, point pertama dan kedua saja tidaklah cukup. Perlu adanya gerakan offline untuk memberikan tekanan kepada para pengambil kebijakan yang ditarget dalam petisi tersebut. Gerakan #SaveKPK misalnya, selain terdapat petisi onlinenya dan marak di sosial media, gerakan tersebut juga diikuti dengan gerakan offline. Para 8

pendukung gerakan #SaveKPK rangrang5.

pun mendatangi kantor KPK untuk menyampaikan

tuntuannya. Gerakan offline itu kemudian terkenal dengan sebutan serbuan semut

http://nasional.kompas.com/read/2012/10/04/17350497/Pasukan.Semut.Rangrang.Sambangi.KPK

Anda mungkin juga menyukai