Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO DAN MIKRO TERHADAP FINANCING TO DEPOSIT RATIO(FDR) PERBANKAN SYARIAH

ABDUL AZIZ YAHYA (S.0812078)

SEMINAR EKONOMI ISLAM PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI ISLAM TAZKIA UNIVERSITY COLLEGE OF ISLAMIC ECONOMICS BOGOR 2011 M/ 1432 H

ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO DAN MIKRO TERHADAP FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) PERBANKAN SYARIAH1 Abdul Aziz Yahya2 Beberapa kajian menunjukan bahwa laju pertumbuhan perdagangan uang dan derivasinya tumbuh kurang lebbih 800 kali lipat dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor riil. Hal ini membuat semakin tidak terkointegrasinya sektor riil dan moneter. Disinilah peran intermediasi perbankan diuji, khususnya perbankan syariah yang sangat gencar dalam pembiayaan terhadap sektor riil. FDR sebagai indikator bagi perbankan syariah dalam pembiayaan terhadap sektor riil tentunya dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu variabel makro ( Inflasi, BI Rate, bonus SBIS, Nilai Tukar) dan variabel mikro (DPK, NPF, Nisbah, CAR, Ekuitas). Dari hasil penelitian terdahulu yang penulis dapatkan, secara keseluruhan variabel makro dan mikro berpengaruh sgnifikan terhadap nilai FDR, namun secara parsial hanya bonus SBIS dan BI Rate yang tidak berpengaruh signifikan terhadap FDR. Dan diantara semua variabel yang paling kuat pengaruhnya terhadap FDR hanyalah Inflasi, CAR, DPK, NPF dan Nisbah. Penulis berharap perbankan syariah dapat terus mengkoreksi variabelvariabel di atas, terutama variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap FDR, agar pembiayaan terhadap sektor riil yang dilakukan bank syariah optimal, sehingga kesenjangan antara sektor moneter dan sektor riil bisa direduksi. Yang pada akhirnya roda perekonomian dapat berjalan dengan baik. JEL Keywords : G21, G32 : Sektor Moneter, Sektor riil, Bank Syariah, FDR

1 2

Paper ini ditulis untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Seminar Ekonomi Islam Mahasiswa aktif STEI Tazkia jurusan Ilmu Ekonomi Islam, dapat dihubungi melalui email: aziz.syauqi@gmail.com atau melalui telefon di nomor berikut: +6285697607183

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perkembang Perbankan Islam merupakan fenomena yang menarik kalangan akademisi maupun praktisi dalam 20 tahun terakhir. Tak kurang lembaga Dana Moneter Internasional (International monetary funding/IMF) juga telah melakukan kajian-kajian atas praktek perbankan islam sebagai alternatif sistem keuangan internasional. Perbankan Islam diharapkan dapat memberikan peluang upaya penyempurnaan sistem keuangan internasional yang belakangan dirasakan banyak sekali mengalamii goncangan dan ketidakstabilan yang menyebabkan krisis dan keterpurukann ekonomi akibat lebih dominnannya sektor perekonomian dunia. Beberapa kajian menunjukan bahwa laju pertumbuhan perdagangan uang dan derivasinya tumbuh kurang lebbih 800 kali ipat dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor riil. Hal ini menunjukan semakin tidak terintegrasinya kegiatan sektor riil dengan sektor moneter sehingga timbul berbagai distorsi dalam mengakselerasi pembangunan ekonomi dunia karena pengaruh yang sangat kuat dari prilaku ekonomi yang spekulatif dan tidak berbasis pada sektor riil potensi ekonomi yang ada. Fenomena di atas membuat para praktisi dan akademisi khawatir, karena hal tersebut bisa menyebabkan gelembung ekonomi atau yang kita kenal dengan istilah bubble economy yang sewaktu-waktu gelembung tersebut bisa pecah dan menyebabkan bencana ekonomi. Perbankan sebagai intermediasi antara unit surplus dan unit defisit memiliki peran yang amat penting dalam menyeimbangkan sektor riil dan sektor moneter, sebagaimana yang di amanatkan oleh undang-undang no. 10 tahun 1998. Namun pada kenyataanya perbankan yang diharapkan bisa melakukan economic finansial dibanding sektor riil dalam hubungan

balancing, sampai saat ini masih belum mampu melakukannya, dalam aktifitasnya perbankan masih mengutamakan sektor finansial/moneter karena di anggap lahan yang paling aman untuk berinvestasi hal ini dapat kita lihat dari nilai Loan to Deposit Ratio.(LDR)/ pembiayaan untuk sektor riil perbankan

konvensional yang notabenenya masih di kisaran 50-60%, jauh dari apa yang diharapakan oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter di kisaran 70-80%. Oleh karena itu perbankan syariah hadir untuk menjawab tantangan tersebut, berlandaskan prinsip-prinsip syariah yang sangat menjunjung tinggi keadilan dan kemakmuran bagi semuanya, perbankan syariah dengan gencar terus melakukan pembiayaan-pembiayaan kepada sektor riil, hal ini dapat kita lihat dari nilai Financing to Deposit Ratio perbankan syariah yang sangat tinggi di kisaran 90-100%, membuat semua dana pihak ketiga yang ada di perbankan syariah dapat tersalurkan dengan baik kepada sektor riil. sangat berbeda sekali dengan nilai LDR perbankan konvensional sebelumnya.

1.2. Rumusan Masalah a. Apakah variabel makro (GDP, Inflasi, BI rate, Exchange Rate) dan variabel mikro (CAR, NPF, DPK, Nisbah, Ekuitas) Berpengaruh terhadap FDR? b. Variabel Mana sajakah yang paling berepengaruh terhadap FDR?

1.3. Tujuan Penulisan a. Untuk mengetahui pengaruh variabel makro dan mikro terhadap FDR b. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap FDR.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

2.1.1. Bank Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang di maksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktifitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan sehingga berbicara mengenai bank tidak bisa terlepas dari permasalah keuangan. Sulhan dan Siswanto (2008) mengklarifikasikan fungsi bank sebagai berikut: a. Perbankan Sebagai Lembaga Perantara dalam Kegiatan Perekonomian Perbankan berperan dalam mempermudah proses pengalihan dana dari pihak yang kelebihan dana pada pihak yang membutuhkan dana. Untuk melakukan proses tersebut, kelebihan dana dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana tersebut untuk kegiatan yang lebih produktif. Peran tersebut membuat perbankan disebut sebagai lembaga perantara (financial intermediary institution).

b. Perbankan Sebagai Lembaga Moneter Perbankan sebagai lembaga moneter karena bank berperan sebagai lembaga yang mempelancar proses transmisi kebijakan pemerintah di bidang moneter seperti jumlah uang yang beredar, jumlah uang primer dan kredit perbankan.

c. Perbankan Sebagai Lembaga Pendorong Perekonomian Nasional. Perbankan memiliki peran pendorong ekonomi nasional karena

perbankan dapat berperan mendorong pertumbuhan perekonomian. Dengan

penyaluran dana yang baik, para pelaku ekonomi dapat terbantu dalam pengalokasian dana serta pengaturan dana.

2.1.2. Bank Syariah Menurut Sakti (2003), bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar aktifitas ekonomi melalui aktifitas jual beli ataupun investasi, serta membelikan layanan jasa simpanan bagi para nasabah. Tata cara Operasional bank syariah didasarkan pada tata cara bermuamalat secara islam, yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Al-Hadist. Sedangkan Menurut Rahardja dan Manurung (2004), Bank Syariah adalah bank yang mnjalankan fungsi intermediasinya berdasarkan prinsipprinsip syariah islam. Bank syariah merupakan salah satu lembaga keuangan dari beberapa lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, Rahardja dan Manurung mengkalsifikasi tujuan bank syariah sebagai berikut: a. Orientasi Produktif Beberapa aspek yang tercakup dalam prinsip ini adalah: Modal dan sumberdaya dikerahkan untuk produksi dan distribusi yang menghasilkan kesejahteraan. Tidak diperkenankan adanya modal dan sumberdaya yang tidak terpakai Pengambilan keuntungan diperkenankan untuk menggairahkan iklim usaha. Dari aspek-aspek di atas dapat dikatakan bahwa lembaga keuangan syariah sekalipun berorientasi pada kesejahteraan, namun tidak mempermasalahkan motivasi memperoleh laba selama tidak berlebihan dalam mengeksplotasi laba.

b. Menegakan Keadilan Dalam rangka menerapkan keadilan, maka penerapan sisteem bunga diharamkan. Sedangkan investasi dilakukan dengan prinsip berbagi resiko. Kesucian dari kontrak/akad harus terjaga dimana transparansi dan keterbukaan antar kedua belah pihak sangat penting untuk mengurangi tingkat resiko akibat informasi yang tidak sama serta kecurangan-kecurangan (moral hazard).

c. Investasi yang Halal Tidak diperbolehkan melakukan investasi di sektor-sektor yang diharamkan, seperti: Minuman keras, perjudian(Gambling) dan lain-lain. Juga tidak diperkenankan untuk berinvestasi dalam kegiatan yang bersifat spekulatif.

2.1.3. Alokasi Dana Menurut Kasmir(2002) Alokasi dana adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Penjualan dana ini tidak lain agar perbankan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin. Dalam mengalokasikan dananya pihak perbankan harus dapat memilih dari berbagai alternative yang ada. Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, sebuah bank membutuhkan dana, oleh karena itu, setiap bank selalu berusaha untuk memperoleh dana yang optimal tetapi dengan cost of money yang wajar. Menurut Malayu (2002), dana bank digolongkan atas: a. Loanable Funds, yaitu dana-dana yang selain digunakan untuk kredit juga digunakan sebagai secondary reserves dan surat-surat berharga. b. Unloanable Funds, yaitu dana-dana yang semata-mata hanya dapat digunakan sebagai primary reserves. c. Equity Funds, yaitu dana-dana yang dapat dialokasikan terhadap aktiva tetap, inventaris dan penyertaan.

2.1.4. Kredit dan Pembiayaan Menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang

atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya dapat diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), yang saling menyepakati perjanjian-perjanjian yang telah dibuat oleh keduanya. Dalam perjanjian kredit mencakup segala hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu dan tingkat suku bunga yang telah ditetapkan. Kasmir(2004) berpendapat bahwa yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga, sedangkan bagi bank syariah berdasarkan prinsip bagi hasil.

2.1.5. Financing to Deposit Ratio (FDR) Menurut Riyadi (2004) Financing to Deposit Ratio (FDR), adalah perbandingan antara total pembiayaan yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank syariah. FDR akan menunjukan tingkat kemampuan bank syariah dalam menyalurkan DPK yang dihimpun oleh bank syariah yang bersangkutan. Maksimal FDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%

Rumus FDR:

FDR =

Total pembiayaan yang diberikan X 100% Total DPK+ Ekuitas

Oleh karena itu semakin banyak dana yang tersedia di bank syariah maka akan semakin besar juga nilai rasio FDR/ rasio penyaluran pembiayaan perbankan syariah.

2.1.6. Sektor Riil/Nyata Menurut Widiatmodjo (2007) secara garis besar, lahan investasi secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu real asset investment dan financial asset investment. Real asset investment adalah komitmen mengikatkan asset pada sektor riil/nyata, sektor riil adalah sektor yang bergerak di luar bidang keuangan, seperti perdagangan, industry, pertanian dan lain sebagainya. Dengan demikian, investasi pada sektor riil/nyata adalah komitmen untuk mengikatkan asset di luar sektor keuangan.

2.1.7. Inflasi, BI Rate,Exchange Rate, SBI dan SBIS Rahardja & Manurung (2005) mendefinisikan Inflasi dan Fasilitas Diskonto sebagai berikut: a. Inflasi Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus dalam jangka waktu yang relatif panjang. Inflasi melemahkan semangat untuk menabung. Meningkatnya inflasi maka nilai uang akan menurun, dan hal tersebut menyebabkan masyarakat juga merasa tidak di untung dengan menyimpan uang di bank. Dengan harapan bunga atau nisbah yang tinggi, sehingga dana yang dihimpun bank akan menjadi lebih kecil. Oleh karen itu dapat ditarik sebuah hipotesis: H1: Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap FDR

b. Fasilitas Diskonto. Rahardja & manurung (2005) Fasilitas Diskonto adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan pemerintah (Bank Indonesia) atas bank-bank umum yang meminjam kepada bank sentral selaku otoritas moneter. Dalam kondisi tertentu, bank-bank mengalami kekurangan uang, sehingga mereka harus meminjam kepada bank sentral untuk menjalankan fungsinya sebagai sarana intermediasi. Kebutuhan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk memanipulasi jumlah uang yang beredar.

H2: Suku Bunga BI berpengaruh positif signifikan terhadap FDR

2.1.7.1.

Exchange rate/ Nilai Tukar Mata Uang Lipseyy dkk (1997) Mendefiniskan nilai tukar sebagai harga suatu mata

uang dalam satuan mata uang asing; ini adalah jumlah mata uang suatu negara asing yang harus dibayarkan untuk mendapatkan satu unit mata uang domestik. Semakin tinggi margin yang diperoleh dalam memperjual belikan valas, maka akan semakin banyak dana yang diperoleh perbankan. Dan tentunya hal itu tergantung dai nilai fluktuatif suatu mata uang asing. H3: Nilai Tukar berpengaruh positif signifikan terhadap FDR

2.1.8. DPK, NPF, CAR, Nisbah, Ekuitas dan Suku Bunga Kredit, Kasmir (2002) mendefinisikan dana pihak ketiga (DPK) dan Suku Bunga Kredit sebagai berikut: a. Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK adalah dana yang dipercayakan oleh masyarkat kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan atau yang dapat dipersamakan dengan itu. Dengan dana yang berhasil dihimpun oleh bank, maka bank tersebut dapat menyalurkan kredit lebih banyak. H4: DPK berpengaruh positif signifikan terhadap FDR

b. Suku Bunga Kredit. Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Semakin tinggi suku bunga kredit bank konvensional maka semakin enggan masyarakat untuk meminjam. Hubungannya dengan bank syariah adalah ketika suku bunga kredit bank konvensional tinggi, maka bank syariah akan menjadi pilihan alternative bagi para nasabah yang ingin meminjam dana, disinilah bank syariah juga memiliki posisi sebagai subtitusi. H5; Suku Bunga Kredit berpengaruh positif signifikan terhadap FDR

2.1.8.1. Nisbah Menurut Wiyono (2005) Nisbah merupakan rasio atau porsi bagi hasil yang akan diterima oleh tiap-tiap pihak yang melakukan akad kerjasama usaha yaitu pemilik dana (sahibul maal) dengan pengelola dana (Mudharib)

yang

tertuang

dalam

akad/perjanjian

yang

telah

disepakati

dan

ditandatangani bersama sebelum dimulainya usaha. Besar kecilnya nisbah sangat berpengaruh bagi nasabah yang ingin meminjam. Semakin besar nisbah yang diberikan bank, maka semakin banyak menarik minat nasabah untuk meminjam. H6: Nisbah berpengaruh positif signifikan terhadap FDR

2.1.8.2. Ekuitas Menurut Leny (2009) Ekuitas adalah bagian hak pemilik dalam perusahaan yang merupakan nilai sisa dari aktiva suatu perusahaan setelah dikurangi dengan kewajibannya (E = A K). Ekuitas juga disebut sebagai nilai kekayaan bersih perusahaan atau nilai buku aktiva perusahaan. Semakin besar ekuitas suatu perusahan, maka akan semakin tinggi pula pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. H7: Ekuitas berpengaruh positif signifikan terhadap FDR

2.1.8.2. Non Performing Financing (NPF) Ifham (2010) menjelaskan NPF merupakan rasio perbandingan antara total kredit macet dengan total kredit yang diberikan bank syariah. NPF memberikan disinsentif bagi perbankan syariah dalam menyalurkan dananya. Tingkat NPF yang tinggi mengharuskan bank membentuk cadangan penghapusan yang lebih besar. Hal ini akan membuat bank menurunkan jumlah kredit yang disalurkannya. H8: NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap FDR

2.1.8.3. Current Asset Ratio (CAR). Menurut Rahardja & Manurung (2004) CAR atau sering disebut rasio pemodalan merupakan modal dasar yang harus dipenuhi oleh bank. Faktor utama yang cukup mempengaruhi jumlah modal bank adalh jumlah modal minimum yang ditentukan oleh otoritas moneter yang biasanya merupakan wewenang bank sentral. Jumlah modal yang memadai memegang peranan penting dalam memberikan rasa aman kepada calon atau para penitip uang.

Sehingga akan mempengaruhi besaran dana yang dapat dikumpulkn oleh bank untuk disalurkan. H9: CAR berpengaruh positif signifikan terhadap FDR 2.1.8.4. SBI dan SBIS Menurut Rahardja & Manurung (2004) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah sekuritas atas unjuk yang diterbitkan bank sentral (Bank Indonesia) dengan nilai nominal. Bagi Bank Indonesia, SBI adalah sekuritas dalam rangka melaksanakan kebijakan moneter melalui operasi pasar terbuka. Mengingat resiko SBI sangat kecil, biasanya tingkat suku bunga SBI palng kecil diantara instrument pasar uang lainnya. Karena itu, bila BI menaikan tingkat suku bunga SBI, maka tingkat bunga depositopun akan dinaikan, agar nasabah perbankan tidak memindahkan depositonya ke SBI. Berdasarkan UU perbankan nomor 10 tahun 1998, SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen moneter dalam operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah. Ketika bonus SBIS didapatkan oleh bank syariah tentunya akan menaikan dana yang ada, dan akan meningkatkan pembiayaan. H10: SBIS berpengaruh positif signifikan terhadap FDR 2.1. Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Seandy Nandadipa (2010)

Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Metodologi penelitian Regresi Linier Berganda

Hasil Penelitian

Analisis Pengaruh 1. CAR CAR, NPL, Inflasi, 2. NPL Pertumbuhan DPK 3.Inflasi dan Rate LDR Exchange (INF) Terhadap 4. GDPK 5.Exchange Rate (ER)

Secara keseluruhan variabel independen: CAR, Inflasi, dan NPL, GDPK ER

6. LDR

berpengaruh signifikan terhadap LDR

dengan nilai Rsquared sebesar tetapi parsial uji Pertumbuhan DPK tidak nya 0.533, secara dengan t

berpengaruh signifikan terhadap dengan 0.750 LDR nilai

Nasirudin (2005)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

1.CAR 2.NPL 3.Suku

Regresi Linier Berganda

Secara

Parsial

CAR, NPL, Suku Bunga Kredit (r) berpengaruh nyata LDR, terhadap secara

Loan to Deposit Bunga Kredit Ratio BPR Kerja Indonesia Semarang (LDR) di (r)

Wilayah 6.LDR Bank

keseluruhan semua variabel

independen berpengaruh nyata nilai dengan R-squared

sebesar 0.916. Nurhayati Siregar (2005) Analisis Faktor Faktor- 1.SBIS yang 2.NPF 3.DPK Regresi Linier Berganda Variabel Independen: Bonus SBIS,

Mempengaruhi

Penyaluran Dana 4.FDR Perbankan Syariah di

dan Analisis NPF dan DPK Deskriptif berpengaruh Signifikan

Indonesia

terhadap penyaluran dana (FDR) dengan uji baik F

maupun uji t

Sri

Haryati Pertumbuhan

1.GEL

GDPK, Inflasi

GPD,

(2009)

Kredit Perbankan 2.GDPK di Indonesia: 3.GPD dan 4.GEk

berpengaruh positif signifikan terhadap GKredit GEk berpengaruh positif signifikan terhadap Gkredit GEL berpengaruh negatif signifikan terhadap GKredit BI Rate tidak

Intermediasi

Pengaruh Variabel 5.BI Rate Makroekonomi 6.Inflasi 7.Exchange Rate 8.GKredit

berpengaruh negatif signifikan terhadap Gkredit ER Berpengaruh negatif signifikan terhadap GKredit. Ahmad Denny Mardiansya h (2004) Analisis Faktor Faktor- 1.Lending Penentu Capacity (LC) Variabel Independen untuk FDR:Lending Capacity, Nisbah, Tingkat Bunga, NPF, Suku Bonus

Penghimpunan dan Dana Perbankan Syariah

Penyaluran 2.Nisbah di 3.NPF 4.Tingkat Beserta Suku Bunga 5.SWBI

Ramalannya

6.FDR

SWBI. hanya

Hasilnya Lending yang

Capacity

berpengaruh signifikan terhadap FDR

Billy

Arma Analisis Faktor

Faktor- 1.NPL yang 2.DPK 3.CAR 4.LDR

Regresi Linier Berganda

Seluruh Variabel Independen (NPL, DPK dan CAR) Berpengaruh sigifikan terhadap LDR

Pratama (2010)

Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu. Dari hasil penelitian terdahulu yang penulis dapatkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pembiayaan/ Financing to Deposit ratio (FDR). Seandy Nandadipa (2010) menyatakan dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate terhadap LDR bahwa secara simultan variabel-variabel independen: CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate dengan uji F, berpengaruh signifikan terhadap LDR. Hasil secara parsial dengan uji t, variabel; CAR, NPL, Infllasi, Pertumbuhan DPK dengan tingkat signifikansi 0.000; 0.049; 0.005;dan 0.030, sedangkan pertumbuhan DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Nilai Adjusted R-Squared sebesar 0.533 menunjukan bahwa LDR dapat dijelaskan keragamannya oleh variabel independen secara

bersamaan sebesar 53% dan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Menariknya dalam penelitian Seandy ini ada yang sangat berlawanan dengan landasan teori, yaitu pertumbuhan DPK berpengaruh negatif terhadap rasio pembiayaan (LDR), padahal menurut teori, DPK memiliki peran yang sangat penting dalam penyaluran pembiayaan. Semakin tinggi nilai DPK semakin tinggi pula pembiayaan yang diberikan oleh perbankan (Kashmir, 2002). Akhmad Denny Mardiansyah (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Penentu Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Perbankan Syariah Beserta Peramalannya menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi pembiayaan seperti lending capacity, nisbah laba per pembiayaan dan tingkat NPF, serta faktor eksternal rata-rata suku bunga kredit perbankan konvensional secara signifikan berpengaruh terhadap volume pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah, tingkat bonus SWBI/SBIS tidak berpengaruh signifikan, lending capacity memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap FDR, sementara nisbah laba per pembiayaan memiliki pengaruh yang paling lemah.

Dari hasil penelitian Akhmad Denny Mardiansyah, ada yang bertolak belakang dengan teori, yaitu permasalahan nisbah bagi hasil dan SBIS, menurut teori, semakin tinggi nisbah yang ditawarkan oleh bank syariah, maka akan semakin banyak nasabah yang tertarik untuk meminjam sehingga menaikan tingkat FDR (Wiyono, 2005). Namun hasil penelitian Akhmad nisbah memiliki pengaruh yang lemah terhadap FDR, tentunya hal ini membuktikan bahwa bank syariah masih dipenuhi oleh nasabah emosionalnya daripada nasabah rasionalnya. Nurhayati Siregar (2005) dalam peneilitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia menyatakan bahwa secara keseluruhan variabel independen: bonus SBIS, NPF dan DPK berpengaruh signifikan terhadap FDR, namun secara parsial hanya bonus SBIS yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap FDR. Penelitian Nurhayati Siregar tidak sejalan dengan teori yakni SBIS berpengaruh negatif terhadap FDR (Rahardja & Manurung, 2004). Karena Nurhayati beranggapan, SBI hanyalah secondary reserve yang dicairkan hanya dalam keadaan darurat. Sri Haryati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia: Intermediasi dan Pengaruh Variabel Makro Ekonomi dengan variabel independen yang digunakan: GEL, GDPK, GPD, GEk, BI Rate, Inflasi dan Nilai Tukar secara bersama-sama dapat menjelaskan keragaman LDR sebesar 46%, dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain, secara parsial hanya GEk/pertumbuhan Ekuitas dan

GEL(ekses likuiditas) tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Artinya berkurang atau bertambahnya ekuitas/kepemilikan modal dalam perbankan tidak memiliki pengaruh dalam penyaluran kredit oleh bank terkait. Karena ekuitas hanyalah upaya bagi perbankan untuk memnuhi regulasi perbankan Indonesia dalam pemenuhan modal, yaitu bank wajib memiliki modal inti minimum Rp. 80 milyar pada akhir 2008 dan Rp. 100 milyar pada tahun 2010. Kemudian mengingat ekses likuiditas merupakan salah satu portofolio alokasi dana yang diterima bank dalam secondary market yang akan dicairkan apabila dana dibutuhkan. Billy Arma Pratama (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan

menggunakan variabel independen: DPK, CAR NPL dan SBI. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa secara simultan variabel independen secara bersama-sama dapat menjelaskan keragaman pada LDR sebesar 98%. Secara parsial dengan uji-t hanya SBI yang tidak memiliki pengaruh terhadap LDR (penyaluran kredit). Hal ini tentu berlawanan dengan teori yang menyatakan SBI berpengaruh terhadap LDR (Rahardja & Manurung, 2005). Tetapi peneliti menyatakan bahwa suku bunga SBI yang tinggi membuat perbankan betah menempatkan dananya di SBI daripada menyalurkannya dalam bentuk kredit, tentunya besar atau kecilnya suku bunga SBI sangat berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan. Sedangkan dalam penelitian Nasirudin (2005) yang berjudul FaktorFaktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratioi(LDR) di BPR Wilayah Kerja Kantor Bank Indonesia Semarang menyatakan bahwa variabelvariabel independen; CAR, NPL dan suku bunga kredit, secara simultan LDR dapat dijelaskan keragamannya secara bersama-sama oleh variabel independen sebesar 91%, dan sisanya dijelaskan oleh variabel yang lain. Secara parsial semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap LDR.

3.2. Alur Pembahasan Dari hasil analisis penelitian terdahulu di atas, penulis menyimpulkan hasil-hasil penelitian dalam bentuk alur pembahasan berikut ini:
, Inflasi(+), BI rate(+), Exchange Rate(+), SBIS(-)

Variabel Makro

FDR Perbankan Syariah Variabel Mikro DPK(+), NPF(+), Suku Bunga Kredit(+) BAB IV Nisbah(+), Ekuitas(+), PENUTUP CAR(+)

BAB IV. PENUTUP 4.1. Kesimpulan Pada dasarnya tujuan perbankan didirikan adalah untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak seperti yang di amanatkan oleh UU perbankan nomor 10 tahun 2008, khususnya perbankan syariah yang lebih didorong untuk lebih berpihak kepada sektor riil. Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan cerminan dari seberapa besar dana yang mampu disalurkan oleh bank syariah kepada sektor riil. FDR tentunya dipengaruhi oleh beberapa variabel, baik variabel makro maupun variabel mikro. Berdasarkan penelitian terdahulu yang penulis dapatkan variabel yang sangat kuat mempengaruhi tingkat FDR dari sisi variabel mikro adalah Lending Capacity yang diproksi dengan DPK dan CAR, serta nilai NPF. Sedangkan dari sisi variabel makro yang paling berpengaruh adalah inflasi dan nilai tukar. Penulis berharap perbankan syariah dapat terus mengkoreksi variabelvariabel di atas, terutama variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap FDR, agar pembiayaan terhadap sektor riil yang dilakukan bank syariah optimal, sehingga kesenjangan antara sektor moneter dan sektor riil bisa direduksi. Yang pada akhirnya roda perekonomian dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kasmir.

Bank

dan

Lembaga

Keuangan

Lainnya.

2002.

Jakarta:

PT.RajaGrafindo Persada 2. Rahardja & Manurung. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter.2004. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI 3. Riyadi, Slamet. Banking Asset and Liability Management.2004. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI 4. Sakti, Ali. 11 Juli 2003. Implikasi Bunga bank dalam Perekonomian. http://www.republika.co.id 5. Sulhan & Siswanto. Manajemen Perbankan: Konvensional dan

Syariah.2008.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 6. Widiatmodjo dkk. Forex Online Trading: Tren Investasi Masa Kini.2007. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 7. Hsibuan, Malayu. Dasar-Dasar Perbankan.2002. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 8. Wiyono, Slamet. Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah Berdasarkan PSAK dan PEPSI. 2005. Jakarta: Grasindo. 9. Rahardja & Manurung. Teori Ekonomi Makro: Edisi Ketiga. 2005. Jakrta: LP FE UI 10. Lipseyy dkk. Pengantar Makroekonomi: Edisi Kesepuluh. 1997. Jakarta: Binarupa Aksara. 11. Sulistyowati, Leny. Panduan Praktis Memahami Laporan Keuangan. 2009. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 12. Ifham, Ahmad. Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah. 2010. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai