Anda di halaman 1dari 1

Qiyadah Fikriyah fil Islam(Kepemimpinan Berfikir dalam Islam) Jika kita melihat secara fakta bahwa banyak ikatan

yang mengikat manusia. Ikatan nasionalisme, ikatan suku, ikatan kemaslahatan, dan ikatan spiritual. Ikatan ini sangat berkembang dimasyarakat bahkan diagung-agungkan. Namun dengan penginderaan yang cermat maka ikatan ini lemah dari banyak aspek dari sifatnya yang kontemporer, emosional, dan tidak manusiawi. Sehingga dari itu dibutuhkan sebuah ikatan yang benar/shahih agar manusia mampu bangkit. Ikatan itu tidak lain adalah mabda Islam. Yaitu sebuah aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan. Mabda ini menjadi qiyadah dan qaidah berfikir dan diemban keseluruh penjuru dunia. Ide dasarnya bahwa dibalik alam semesta, manusia, dan kehidupan terdapat al-Khaliq, manusia hidup untuk beribadah, dan akan mempertanggungjawabkan diakhirat. Mabda ini harus memiliki fikrah(ide dasar) dan thariqah(metode). Namun keberadaan keduanya(fikrah dan thariqah) belum tentu mabda itu benar. Karena jika kita melihat bahwa ada mabda yang muncul dari pemikiran dan kejeniusan manusia namun fitrahnya akal manusia itu terbatas, serba kurang, lemah, dan membutuhkan yang lain. Sehingga mendasarkan pada akal semata akan menjatuhkan manusia. Akidah Islam dibangun dari sebuah wahyu yang berdasar dari al Khaliq yang secara memikiran dapat diterima akal karena sesuai fitrah manusia yang memuaskan akal dan menenangkan hati. Sedangkan mabda kapitalisme dibangun dari sekulerisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Kapitalisme diambil karena sistem ekonomi mendominasi mabda ini dan paling mencolok. Sedangkan demokrasi walaupun berasal dari mabda ini namun ini tidak menonjol dibanding sistem ekonominya dan sosialismepun menyuarakan demokrasi ini. Sedangkan mabda sosialisme yang mengingkari adanya pencipta secara jelas bertentangan dengan fitrah manusia. Kedua mabda selain Islam diterapkan pada sebuah negara, walaupun sekarang tidak ada yang murni bermabda sosialisme. Mabda kapitalisme adalah jalan tengah yang diambil oleh orang-orang di Eropa (jalan tengah) antara pemuka agama yang menghendaki segala sesuatunya harus tunduk kepada mereka -dengan mengatasnamakan agama- dengan para filosof dan cendekiawan yang mengingkari adanya agama dan dominasi para pemuka agama. Jadi, ide sekularisme sama sekali tidak mengingkari adanya agama, tetapi juga tidak memberikan peran dalam kehidupan. Yang mereka lakukan adalah memisahkannya dari kehidupan. Adapun sosialisme, termasuk juga komunisme, keduanya memandang bahwa alam semesta, manusia, dan hidup adalah materi. Mabda Islam dengan ide dasar(fikrah) yaitu pemikiran menyeluruh tentang manusia, alam semesta, dan kehidupan serta hubungan ketiganya dengan sesuatu sesudah dan sebelum kehidupan. Memiliki thariqah dalam mengembangkan mabda ini untuk menjaga, menerapkan, dan menyebarluaskan. Aturan yang muncul dari Islam dibangun berdasarkan wahyu dari Allah dimana baik dan buruknya dari Allah, bukan dari akal atau tabiat manusia. Untuk melihat mabda ini kita tidak boleh melihat dari sejarah karena sejarah bukan sumber hukum syara. Namun dengan sejarah kita tahu bahwa Islam diterapkan dalam negara hingga tahun 1924 M. untuk menghukumi masyarakat kita harus melihat pemikiran, perasaan, dan peraturan. Dengan mengembangkan mabda ini agar hidup ditengah umat diperlukan qiyadah fikriyah yang jelas dan menjadi opini umum. Bahwa keberhasilan qiyadah fikriyah Islam dalam mempersatukan bangsa-bangsa di dunia adalah keberhasilan yang tiada bandingannya. Terbukti bangsa-bangsa tersebut hingga kini masih tetap mempertahankan ke-Islamannya sekalipun terdapat ancaman, kejahatan, serta tipu daya kolonialisme dalam menghancurkan akidah umat dan meracuni pikiran mereka. Bangsa-bangsa tersebut tetap akan mempertahankan kedudukannya sebagai umat Islam sampai hari Kiamat nanti. Tidak pernah sekali pun terjadi, bangsa yang telah memeluk Islam kemudian keluar (murtad) dari Islam. Mabda Islam melahirkan peraturan dalam bidang pendidikan, pergaulan, sistem pemerintahan, politik luar negeri, persanksian, dan ekonomi selain ibadah ruhiyyah dan akhlak. Untuk menerapkan semua itu dibutuhkan negara dan tidak ada cara lain selain menerapkan didalam negara. Kemudian negara akan mengemban dakwah Islam keseluruh penjuru dunia. Wallahu Alam bishawab | Muhamad Isnan | @muhammadisnan

Anda mungkin juga menyukai