Anda di halaman 1dari 6

EDISI DESEMBER 2012

EDISI DESEMBER 2012

Buletin

Media Ekonomi
PENERBIT: UKM LPM MEDIA EKONOMI FE-UH UNIVERSITAS HASANUDDIN DEWAN PERTIMBANGAN ORGANISASI: Irsyan, Fitria Idris PIMPINAN UMUM: BUDI PRASETYA SEKRETARIS UMUM: ULFIA DARWIS BENDAHARA UMUM: NENEG SRI SULASTRI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN: Maula Razak (Koord.) Ahmad Mursyid, Bilal, Januar Anhar REDAKSI BERITA: Dimas Anggrayana (Koord.), Bony F Maryono, ST. Rahmawati, ST. Ardyanti, Agung, Muh. Atthariq, Nurul Wahyuni, Nurmalasari REDAKSI FOTOGRAFI: Zulkifli Fadli (koord.) Fahmi Alfian, Dian Sabrina, Taufik Malik REDAKSI LAYOUT: Bungawali Nurhidayah (Koord.) Ahmad Syakir, Idiel Haq, Rahmat Syarif, Nurul Fajri

Anniversary, Diskusi publik salah satu rangkaian th agenda Medkom 7 Anniversary kemarin

Salam Pers Mahasiswa! Alhamdulillah, Puji syukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmatNya sehingga penerbitan bulletin Media Ekonomi Edisi Desember 2012 ini dapat terbit. Permasalahan yang sama kembali terulang dalam penerbitan kali ini, Penerbitan yang molor lagi untuk kesekian kalianya. Terbitan kali ini membahas tentang isu Petepete yang akan tergusur oleh kebijakan birokrasi universitas, selain isu mati lampu yg akhir-akhir terjadi di FE-UH itu ada pula resensi, beberapa galeri dan rubrik dari lembaga mahasiswa dibawah naungan KEMA FE-UH. Kami menyadari kehadiran bulletin Media Ekonomi edisi Desember 2012 ini tentunya tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, Media Ekonomi menerima kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan edisi berikutnya. Akhir kata, selamat membaca!

Contact: [f] Media Ekonomi FE-UH [t] @medkomNEWS

Talita Luna Kesejatian hidup ada pada batu kerikil yang tertendang ketika kau melangkah menyusuri jalan. pada selembar daun kering yang gugur tertiup angin. pada air susu ibu yang yang merelakan puting payudaranya diisap oleh bayi manapun. Di Vihara Pit Yong Kiong, Pasuruan, di pelabuhan Belawan, di Penang, di Bangkok, di Laos, di Golden Triangle, di Cambodia, di Bandung, di manapun kau hidup. Tapi, dia mungkin tak terlihat pada arus politik yang menyudutkanmu pada pilihan kedigdayaan. Dia menyembunyikan diri dari teriakan-teriakan yang menggemakan perubahan. Kesejatian hidup tak memerlukan perubahan, namun juga tak menampiknya. Dia rebah pada semua kesederhanaan yang ada di sekelilingmu. Maka, carilah, dan kamu akan mendapatinya. Ketuklah, maka pintu akan di-

"AKAR

Judul : AKAR (Supernova Series) Penulis : Dewi "Dee" lestari Penerbit : Bentang Tebal : 288 Halaman (Cetakan pertama : 2002)

daerah Belawan. Bekerja tiga bulan, mendapat upah, dan dibantu oleh Ompu Berlin untuk mendapatkan sejumlah dokumen identitas termasuk paspor, Bodhi menyeberang ke Penang. Disana dia bertemu dengan sejumlah backpackers yang kemudian "memberi" arah perjalanan berikutnya: Bangkok. Di sana ia dipertemukan dengan Kell, seorang ahli tato yang membuka gerbang hidup Bodhi menuju aneka petualangan nakal sekaligus supernatural. Suatu hari, Kell mendadak hilang. Bodhi bertekad mencarinya, dan mereka bertemu lagi di Kamboja. Misi mereka berdua pun tuntas, namun tetap meninggalkan misteri tentang asal usul Bodhi. Bodhi kembali ke Indonesia, bergabung dengan komunitas punk yang dipimpin oleh Bong. Bodhi melanjutkan profesinya sebagai seniman tato dan penyiar radio gelap.Dalam setiap langkah, Bodhi terus mencari akar asal usulnya.

Dok/medkom

bukakan bagimu. Mintalah, maka kau akan diberi. Bodhi. Seorang bayi yang di suatu pagi tergeletak di pintu Vihara. Dipungut, diasuh, dan dididik oleh seorang Pandita, Guru Liong. Bodhi mengalami penyempurnaan bathin. Pemurnian spirit. Termasuk sejumlah pengalaman uniknya yang "merasa" menjadi ulat, tikus got, kucing, dan sapi. 18 tahun adalah waktu yang cukup, dan Bodhi mohon pamit. Bersama serombongan pendeta Buddha, Bodhi menyeberang ke Sumatera dan memutuskan menetap di

EDISI DESEMBER 2012

EDISI DESEMBER 2012

Beberapa gedung di fakultas ekonomi dan sekitarnya mengalami gangguan listrik, Daya listrik gedung FIS tidak sebanding dengan penggunaan listrik yang digunakan. Daya listrik yang hanya 19.000 watt tidak mencukupi aliran listrik yang digunakan empat fakultas tersebut. Sehingga sering terjadi pemadaman listrik baik itu dari dalam kelas maupun luar kelas sejak kamis (23/11/2012) lalu sehingga sangat mengganggu perkuliahan. Sebagian besar mahasiswa mengaku sangat resah dengan kejadian ini "Bayangkan, ruang kuliah cenderung tertutup, tidak ada AC tentu panas sekali, Pengap" keluh Andry mahasiswa manejemen angkatan 2010. Hal senada juga dirasakan oleh Nur Khasanah Sahidin Mahasiswa Akuntansi 2012 ACnya ada dua dikelas ini, tapi cuman satu yang beroperasi, ditambah listriknya sering mati, kita belajar jadi sambil kipas-

kipas. Ga fokus belajarnya. Dosennya pun jadi keluar masuk kelas nyari angin Ungkapnya. Keluhkanpu datang dari dosen yang mengajar di kelas, menurutnya mereka tidak dapat fokus mengajar dengan kondisi ruangan yang pengap dan gelap kalau begini caranya, kita tidak bisa pakai LCD dan tulisan buku tidak jelas terbaca tutur salah satu dosen yang tidak ingin ditulis namanya. Menanggapi hal tersebut, Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Andi Baso Siswadarma menjelaskan penyebabnya adalah arus yang dipergunakan sudah melampaui daya listrik itu di kontrol oleh PLN, jadi otomatis jika pemakaiannya jauh lebih besar maka arus akan terputus Jelasnya pada Media Ekonomi saat ditemui diruangannya, Selasa (4/12/2012) sore. WD II FE-UH ini juga menambahkan hal ini juga terjadi bukan di ekonomi

saja tapi juga di tiga fakultas lainnya, sospol, sastra, dan hokum Empat fakultas ini menggunakan satu gardu listrik di sastra sana, dari situlah di distribusikan kesini, dan itu yang tidak mampu menampung semua pemakaian, kemudian jaringan-jaringan yang ada di gedung itu, di FIS misalnya sudah tidak mampu lagi sebetulnya, beban yang ada sekarang, bahkan ketidak patuhan fakultas juga masing-masing fakultas harusnya ketika ingin menambah AC atau macam-macam itu harus dilaporkan semua supaya bisa di pantau, nyatanya tidak, semua dengan seenaknya masang, AC dan Alat-alat listrik misalnya seenaknya. Makanya pemakaian kita melampaui kapasitas yang tersedia Awal pembangunan gedung unhas tamalanrea tidak di desain akan menggunakan AC Di kelas misalnya, sebelumnya tidak pernah di desain menggunakan AC, sekarang telah meng-

OLEH: RAHMAT SYARIF (KETUA UMUM IMMAJ FE-UH) Teman teman di lembaga kemahasiswaan pasti tidak asing lagi dengan sebutan pengkaderan dan pastinya lebih tidak asing lagi dengan sebutan pengkaderan non formal dan pengkaderan formal, yang dimana pasti agenda ini dilaksanakan tiap tahunnya. Pada bagian awal dari tulisan ini saya akan lebih membahas dari segi pengkaderan formal. Bagi sebagian teman mungkin menganggap hal ini (red:pengkaderan formal) sebagai kunci dari keberlanjutan lembaga kemahasiswaan dan mungkin juga bagi sebagian orang lagi menganggap hal ini tidak lebih sebagai acara seremonial belaka, dimana mereka bisa menunjukkan eksistensi mereka di depan

mahasiswa baru entah bagaimana cara yang mereka inginkan sendiri. Mengapa saya menyebut menunjukkan eksistensi mereka di depan mahasiswa baru, karena memang agenda pengkaderan formal ini diadakan untuk menyambut mahasiswa baru dan juga sebagai metode perekrutan bagi mahasiswa baru untuk berproses dalam lembaga kemahasiswaan. Bagi teman - teman yang merupakan bagian dari golongan pertama, tentu saja selalu mengharapkan bahwa output dari pengkaderan formal ini diharapkan dapat memahami nilai nilai yang baik dan bersifat universal, seperti nilai kemanusiaan dan intelektual. Maka dengan harapan yang seperti itu tentu saja teman teman selalu berusaha melakukan atau mengisi pengkaderan tersebut

dengan nilai nilai tesebut dan tentu saja nilai tersebut disampaikan dengan cara yang berbanding lurus dengan nilainya. Mungkin hal ini berbeda bagi kalangan orang yang masih menganggap bahwa tidak bisa menunjukkan betapa perihnya penindasan yang dirasakan oleh orang orang diluar sana, kalau mahasiswa baru itu tidak mengalami penindasan terlebih dahulu dan kekerasanpun menjadi pilihan yang paling tepat. Paragraph di atas mungkin sudah bisa membuat teman teman sedikit mengerti tentang pengkaderan yang dilakukan di lembaga kemahasiswaan. Selanjutnya kitaakan membahas mengenai fakta sosial itu sendiri. Di kajian ilmu sosial sendiri ada satu nama yang

EDISI DESEMBER 2012


cukup tenar, yaitu Thomas Kunt yang terkenal dengan teori paradigmanya. Thomas kunt menyatakan bahwa selalu terjadi revolusi paradigma. Thomas kunt menjelaskan bahwa dalam paradigm pertama terjadi yang namanya normal science yang dimana kehidupan berjalan dengan baik baik saja. Setelah kehiduan berjalan dengan normal, muncullah keanehan keanehan atau keganjilan keganjilan yang terjadi di tengah masyarakat yang Thomas kunt sebut dengan anomaly dan terjadilah masa krisis lalu lahirlah sebuah revolusi yang akhirnya melahirkan paradigma baru. Dan datanglah seseorang yang bernama George Ritzer yang membantah teori Thomas kunt di atas, ritzer menyebutkan bahwa sesungguhnya revolusi paradigma itu tidak ada, karena setelah terjadinya revolusi tidak bisa menyebabkan hilangnya paradigma pertama, tapi paradigma itu tetap ada meskipun paradigma baru-pun telah lahir. Selanjutnya ritzer mengatakan bahwa sebenarnya ada tiga paradigma yang selalu mempengaruhi kehidupan bermasyarakat, yaitu paradigma fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial. Dimana secara umum paradigma fakta sosial merupakan sesuatu yang berada di luar individu dan bersifat memaksa. Fakta sosial sendiri terdiri dari dua jenis yang pertama dikenal dengan fakta sosial yang sifatnya material (institusi) dan yang kedua dikenal dengan sifatnya yang non material seperti norma norma. Definisi sosial membahas kehidupan individu yang dimana individu itu sifatnya bebas dan kreatif, sedangkan perilaku sosial berbicara tentang perilaku masyarakat yang tak pernah lepas dari reward dan punishment. Fakta sosial dikenalkan pertama kali oleh seseorang yang bernama Emile Durkheim yang mencoba menentang Aguste Comte yang mengalisis kehidupan sosial dengan menggunanakan filsafat dan juga menentang pemikiran Herbert Spencer dengan teori perilaku sosialnya dengan menggunakan psikologi untuk menganilisis kehidupan sosial. Durkheim mengatakan bahwa sebetulnya yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bermasyarakat sebenarnya fakta sosial yang sekali lagi mempunyai sifat memaksa dan berada di luar individu. Fakta sosial inilah yang membentuk sebuah solidaritas dalam masyarakat dan individu harus mengikuti fakta sosial tersebut agar bisa bergabung dengan solidaritas yang ada. Karena menurut Durkheim ketika seseorang tidak bisa menemukan ataupun masuk ke dalam solidaritas, maka yang terjadi adalah individu akan mengalami fenomena suicide atau bunuh diri. (BERSAMBUNG DI EDISI SELANJUTNYA)

EDISI DESEMBER 2012

Medkom, Makassar. Telah terjadi mogok kerja kendaraan angkutan umum pete-pete di pintu satu UNHAS pada senin (15/10) pagi. Pada pagi ini rupanya parah supir pete-pete trayek kampus tersebut melakukan mogok kerja dikarenakan adanya surat keputusan Rektor UNHAS untuk pengalihan jalur mereka pada seminggu yang lalu dan diterapkan pada hari ini. Sebelumnya pete-pete trayek kampus dapat masuk di dalam kampus melalui pintu satu dan keluar di pintu dua. Diperaturan yang baru petepete trayek kampus dapat mengakses pintu nol dan keluar melalui pintu nol juga. Pengalihan jalur ini sebelumnya tidak ada proses pembicaraan dari kedua pihak, organisasi KAKMU yang menaungi pete-pete trayek kampus ini dan pihak rektorat. Keputusan ini merupakan keputusan sepihak

dari birokrat kampus. Tujuan dari pengalihan jalur ini sendiri agar membuat kampus unhas menjadi kampus yang hijau atau go green, menurut Humas pihak rektorat yang ditemui di gedung rektorat. Alasan ini sangat tidak bisa diterima dikarenakan pihak rektorat tidak memulai proses penghijauan kampus atau go green dari para pejabat mereka sendiri terlebih dahulu. Jalur yang diberikan untuk dilalui juga tidak layak untuk dikatakan sebuah jalanan untuk kendaraan roda 4. Jalanan yang tidak rata dan lubang dimanamana dikhawatirkan dapat merusak kendaraan mereka. masih memprihatinkan untuk dilalui pete-pete ku, kasian ujar Pak Bahar supir pete-pete trayek kampus 08 yang ditemui dilokasi. Fasilitas yang diberikan pihak rektorat untuk menutupi kebijakan penga-

lihan jalur pete-pete beberapa diantaranya sepeda dan bus kampus. Sepeda kampus telah tersedia 300 buah yang dapat digunakan dari jam 07.00 pagi hingga jam 06.00 sore. Sedangkan bus kampus beroperasional dari jam 06.30 pagi hingga jam 04.00 sore. Tentu bagi mahasiswa unhas yang tinggal di ramsis dan tidak memiliki transportasi akan sulit melakukan mobilitas keluar kampus pula. Mahasiswa yang senang aktif dikampus, melakukan kegiatan kelembagaan hingga sore juga akan sulit mendapatkan kendaraan. Perlahan kebijakan ini juga akan mematikan lembaga secara perlahan. Sekarang masihkah kita diam melihat penindasan? (dimas)

EDISI DESEMBER 2012


Talita Luna Kesejatian hidup ada pada batu kerikil yang tertendang ketika kau melangkah menyusuri jalan. pada selembar daun kering yang gugur tertiup angin. pada air susu ibu yang yang merelakan puting payudaranya diisap oleh bayi manapun. Di Vihara Pit Yong Kiong, Pasuruan, di pelabuhan Belawan, di Penang, di Bangkok, di Laos, di Golden Triangle, di Cambodia, di Bandung, di manapun kau hidup. Tapi, dia mungkin tak terlihat pada arus politik yang menyudutkanmu pada pilihan kedigdayaan. Dia menyembunyikan diri dari teriakan-teriakan yang menggemakan perubahan. Kesejatian hidup tak memerlukan perubahan, namun juga tak menampiknya. Dia rebah pada semua kesederhanaan yang ada di sekelilingmu. Maka, carilah, dan kamu akan mendapatinya. Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Mintalah, maka kau akan diberi. Bodhi. Seorang bayi yang di Berlin untuk mendapatkan sejumlah dokumen identitas termasuk paspor, Bodhi menyeberang ke Penang. Disana dia bertemu dengan sejumlah backpackers yang kemudian "memberi" arah perjalanan berikutnya: Bangkok.
Judul : AKAR (Supernova Series) Penulis : Dewi "Dee" lestari Penerbit : Bentang Tebal : 288 Halaman (Cetakan pertama : 2002)

EDISI DESEMBER 2012


gunakan AC dan Infocus semua, Sayapun mengeluh dengan kondisi seperti ini tapi kita tidak bisa ngapangapain, karena bukan kewenangan kita, seandainya ini kewenangan fakultas, kami bisa minta hentikan semua aliran lain selain ke fakultas ekonomi, tapi itu bukan kewenangan kita. tuturnya. Tahun 2010 lalu fakultas juga sudah pertemukan pihak dari ke-empat fakultas dan rektorat untuk menyelesaikan krisis listrik ini, kemarin sudah ada perbaikan, namun pihak masing-masing fakultas lagi yang berlomba menambah alat-alat yg menggunakan listrik, beban kita semakin bertambah, contohnya ekonomi, penambahan lantai 3 yang menggunakan AC semua, sehingga menambah pengunaan daya listrik tentunya, dan fakultas lain misanya fakultas hukum yang memiliki gedung baru, jadi dari dulunya daya yang mencukupi sekarang tidak lagi Menurutnya Jalan keluarnya harus ada penambahan daya dan itu tidak mudah Yang bisa kita lakukan untuk sementara yah tambah arus, kemudian benahi semua jaringan dan itu butuh biaya sekitar satu sampai dua Miliar, dan ini buka kekuasaan kita karena PLN sendiri kesulitan untuk menambah daya. Jalan kandea hal yang sama terjadi, sudah satu tahun lebih kita minta untuk tambah daya, namun sampai sekarang belum pernah dilaksanakan PLN. Yang hanya bias kita lakukan sekarang hanya penghematan, gunakan AC sebisanya, tapi mungkin kita bisa menghemat, tapi bagaimana dengan fakultas lain? Sastra, sosial, hukum, WD II FE-UH ini juga menambahkan pihaknya tidak melupakan tugas, dan sudah berusaha semaksimal mungkin. Tidak ada yang bisa kita lakukan, karena kita bergantung pada rektorat. Fakultas sekedar menginformasikan, menyurat secara resmi, dan itu telah kami lakukan sudah lama. Dan selama daya listrik tidak ditambah, tidak akan menyelesaikan persoalan ini Menurutnya ke-empat fakultas sosial sudah munyurati dan rektorat sudah menanggapi Surat sudah ditanggapi, tapi pengelolaan uang negara itu tidak begitu kita mau langsung ada, harus direncanakan dan dianggarkan dulu. Paling jika akan dikerja, paling tahun depan, tunggu anggaran dari dikti, dari dirjen anggaran departemen keuangan universitas hasanuddin tiap bulannya harus mengeluarkan dana sekitar Rp 750 juta per bulan khusus untuk pembayaran listrik Saya hanya berharap, makanya kita minta adik-adik , semua yang berkompeten di dalam kampus ini tolong hemat listrik, Jadi, sambil mengirit sabar-sabar saja, mudahmudahan tahun depan sudah bisa ada penambahan arus, kami dari empat fakultas sudah munyurati dan rektorat sudah menanggapi harap Andi Baso Siswadarma WD II fakultas ekonomi. (budi/dian)

suatu pagi tergeletak di pintu Vihara. Dipungut, diasuh, dan dididik oleh seorang Pandita, Guru Liong. Bodhi mengalami penyempurnaan bathin. Pemurnian spirit. Termasuk sejumlah pengalaman uniknya yang "merasa" menjadi ulat, tikus got, kucing, dan sapi. 18 tahun adalah waktu yang cukup, dan Bodhi mohon pamit. Bersama serombongan pendeta Buddha, Bodhi menyeberang ke Sumatera dan memutuskan menetap di daerah Belawan. Bekerja tiga bulan, mendapat upah, dan dibantu oleh Ompu

Di sana ia dipertemukan dengan Kell, seorang ahli tato yang membuka gerbang hidup Bodhi menuju aneka petualangan nakal sekaligus supernatural. Suatu hari, Kell mendadak hilang. Bodhi bertekad mencarinya, dan mereka bertemu lagi di Kamboja. Misi mereka berdua pun tuntas, namun tetap meninggalkan misteri tentang asal usul Bodhi. Bodhi kembali ke Indonesia, bergabung dengan komunitas punk yang dipimpin oleh Bong. Bodhi melanjutkan profesinya sebagai seniman tato dan penyiar radio gelap.Dalam setiap langkah, Bodhi terus mencari akar asal usulnya.

EDISI DESEMBER 2012


waktu luang atau waktu senggang. OLEH: ANDI SRI WAHYUNI secara sadar maupun tidak sadar menganggap sekolah hanya satu-satunya tempat untuk memperoleh pengetahuan. Jadi, mau atau tidak mau setiap anak yang sudah dianggap layak duduk di bangku sekolah harus memasuki dunia sekolah. Akibatnya, tidak jarang orang-orang menerima makna dari sebuah sekolah adalah sebuah miniatur dari penjara. Yang merasa dikekang dengan waktu, di mana peserta sekolah harus bangun pagi-pagi kemudian pulang dari sekolah sesuai jam yang ditentukan. Begitu lah rutinitas jam 7 pagi sampai jam 2 siang yang kini semakin kaku. Melihat sekolah sekarang, yang ada hanyalah aktivitas menjenuhkan setiap hari dengan rutinitas yang hampir selalu sama. Pun ada sekolah yang punya kreativitas membawa pesertanya keluar sekolah untuk belajar, tidak jarang memberatkan peserta yang ternyata kurang mampu membiayai perjalanan study tour, sehingga mau tidak mau mereka akan termarginalkan. Bahkan di titik ekstrim, ada yang menjadikan kegiatan penelitian di luar sekolah untuk memungut pundi-pundi modal, ini bukan rahasia lagi. Meskipun tidak dipungkiri, jelas masih ada yang niatnya murni untuk berbagi ilmu, tapi itu jarang. Pahaman ini tentunya bertabrakan dengan konsep awal sekolah yang di bangun oleh para perintis sekolah. Dalam bahasa aslinya, yakni kata skhole, scola scolae atau schola (Latin), kata itu secara harfiah berarti Distorsi antara pehaman awal terbentuknya sekolah dengan paradigma saat ini menjadi semakin lebar. Ditambah lagi dengan sistem pendidikan Indonesia, pada khususnya, merupakan sistem yang berkiblat pada sistem peninggalan penjajahan Belanda dan Jepang. Sekolah rakyat yang dulunya menyatukan pelajaran di dalam kelas dengan pelajaran di luar kelas bersama warga, kini sudah dikubur bersama dengan metode kerakyatan sekolah itu sendiri. Kini hanya sekolah megah yang tamannya luas nan indah, hanya ada kampus yang bertingkat yang dipenuhi fasilitas borjuis. Entahlah dengan siswa dan mahasiswanya yang digaungkan menjadi kader berkarakter namun hanya dipenuhi

EDISI DESEMBER 2012


dengan berbagai agenda formalitas tak berkarakter. Tidak semua, masih ada yang tetap mempertahankan nilai awal dibangunnya sekolah. Tapi, sayangnya mereka adalah minoritas kini. Entah kapan minoritas itu akan menjadi mayoritas, atau mungkin akan lenyap perlahan-lahan. Semoga tidak ! Berbagai pengetahuan baru tersebut selepas kelas membaca menghasilkan satu big question dalam diriku, jika sudah sebobrok itu keadaan pendidikan lalu mengapa sampai hari ini aku masih tetap berada di lingkarannya? Bukan secara kebetulan mungkin, bukan juga hanya menerima kondisi yang sudah seperti itu, bukan juga karena sekedar menunaikan kewajiban, tapi sampai aku menulis tulisan ini pun belum ada jawaban yang tepat untuk menjawab mengapa aku masih mau menyelesaikan sekolah formal. Aku terus mencari dan hanya menemukan sepenggal jawaban dari seseorang yang mumpuni, aku terus bersekolah untuk merasakan bobroknya pendidikan lalu mengkritisinya dan berusaha mempengaruhi orang dengan ijazah yang kupunya. Aku meyakinkan diri, bahwa bukan itu jawaban yang kuinginkan. Sambil aku terus mencari jawaban itu, aku pun berusaha mencari jalan ideal yang mungkin harus aku tunjukkan untuk orang-orang setelahku. Entah adik, anak, cucu, atau muridku kelak. Jika aku sudah tahu ada yang salah, berharap tidak terjadi pengulangan setelahku.

MAHASISWI AKUNTANSI 2009 Kata sekolah menjadi momok yang kian membosankan bagi sebagian anak yang berusia produktif untuk digolongkan menjadi pelajar. Tidak banyak yang mencintai sekolah sebagaimana sekolah itu sendiri, sebagai salah satu tempat untuk memperoleh pendidikan. Bahkan, lucunya malah sebagian orang

EDISI DESEMBER 2012

EDISI DESEMBER 2012

UKM LPM MEDIA EKONOMI FE-UH

DIKLAT DASAR JURNALISTIK KE-7

2013

Anda mungkin juga menyukai