Anda di halaman 1dari 4

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1

Kesimpulan

Berikut merupakan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini: 1. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimasi limbah yang dihasilkan oleh suatu industri tahu adalah dengan memanfaatkan limbah ampas tahu sebagai pakan ternak dan abon serta memanfaatkan limbah cair tahu menjadi nata de soya. 2. Pakan ternak fermentasi basah terbaik terpilih adalah variasi1 dengan perbandingan ampas tahu dengan dedak masing-masing 3:1. Variasi1 ini menghasilkan ampas tahu dengan nilai gizi yang baik dan dapat tahan hingga 6 bulan. Proses fermentasi ini dapat membuat ampas tahu menjadi lebih bernilai ekonomis setelah dijadikan pakan ternak dan tidak cepat membusuk. Sedangkan alternatif pakan kering terpilih adalah variasi2 dengan perbandingan ampas tahu dengan dedak masing-masing 4:1. 3. Usaha pakan ternak menguntungkan dan memiliki prospek ekonomi yang baik untuk pengembangan lebih lanjut. Harga jual pakan ternak basah per kg adalah Rp.1.800,- dan harga jual pakan ternak kering dapat mencapai Rp.6.000,- per kg. 4. Berdasarkan hasil uji laboratorium, abon tahu merupakan produk pangan kaya akan protein. Penggunaan kecombrang dalam proses produksi abon tahu dapat meningkatkan kadar serat pada abon sehingga abon memiliki tekstur seperti abon pada umumnya. Berat abon mengalami penyusutan yang tidak terlalu tinggi terhadap berat ampas yang digunakan sehingga efisiensi yang dihasilkan per proses produksi cukup tinggi. 5. Pemanfaatan limbah padat (ampas) tahu menjadi abon akan memberikan keuntungan, seperti dihasilkannya produk pangan kaya protein,

peningkatan pendapatan, dan pencegahan pencemaran lingkungan.

VI-1

Dibandingkan dengan penjualan limbah padat (ampas) tahu ke peternakan sapi yang saat ini dilakukan, pemanfaatan limbah padat menjadi abon akan lebih menguntungkan. Pemanfaatan limbah padat tahu menjadi abon akan menghasilkan produk pangan yang awet dibandingkan limbah padat tahu yang tidak diolah. 6. Berdasarkan hasil analisis terhadap sampel abon tahu, adanya perlakuan variasi penambahan kecombrang tidak berpengaruh terhadap perubahan parameter kimia. Hal ini dikarenakan perbedaan konsentrasi kecombrang yang tidak terlalu besar Meskipun demikian, penambahan kecombrang tetap diperlukan agar abon tahu memiliki tekstur yang lebih baik. Selain itu dengan adanya zat antioksidan dan antimikroba yang terkandung dalam kecombrang dapat membuat abon tahu menjadi produk pangan dengan daya tahan yang lama. Penambahan kecombrang juga dapat menutupi bau yang kurang enak dari ampas tahu. 7. Berdasarkan hasil analisis terhadap sampel abon tahu, adanya perlakuan variasi lama penyimpanan berpengaruh terhadap perubahan kadar air, kadar abu, dan kadar serat. Meskipun demikian, perubahan yang terjadi tidak signifikan sehingga abon tahu dapat dikatakan bersifat awet dan aman untuk dikonsumsi. 8. Berdasarkan hasil uji laboratorium, karakteristik abon tahu yang baik adalah abon tahu dengan bentuk granula, bau normal, rasa normal, warna kecoklatan, kadar air 0,4%, kadar abu 2,75%, kadar protein 16,73%, kadar lemak 58,37%, kadar serat 4,64%, asam lemak bebas 0,13%, dan total mikroba 0 koloni/g. Hal ini mendekati sampel abon tahu dengan penambahan kecombrang 10%. 9. Pemanfaatan limbah padat tahu menjadi abon dapat menjadi alternatif untuk implementasi produksi bersih di industri tahu dengan keuntungan penjualan per hari Rp 108.277,00, payback period 0,462 bulan, dan break even point 749,22 kg/tahun. 10. Limbah cair dari Industri Tahu Lembang dari segi kandungan BOD, COD, TSS, dan pH di Industri Tahu Lembang melebihi baku mutu Peraturan

VI-2

Menteri Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 2008 mengenai baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan kedelai. 11. Pemanfaatan air limbah tahu menjadi nata de soya akan memberikan keuntungan, yaitu dihasilkannya produk pangan rendah gula, peningkatan pendapatan industri, dan pencegahan pencemaran lingkungan. 12. Berdasarkan hasil analisis nata de soya dengan parameter fisika, kimia dan organoleptik diperoleh nata de soya terbaik diperoleh dengan

menambahkan 20% starter dan gula sebanyak 12% dengan kadar air 93,8224%, pH 3,39, berat basah 75,2055 gram, ketebalan 1,28 cm, kadar air 93,8224%, kadar abu 0,2555%, kadar serat 1,9632%, dan kadar gula reduksi 0,3493% . 13. Berdasarkan hasil analisis mikrobiologi dari parameter coliform, total plate count, kapang, dan khamir, nata de soya yang dihasilkan layak untuk dikonsumsi karena memenuhi baku mutu SNI 01-4317-1996 untuk nata dalam kemasan. 14. Dari segi ekonomi, pemanfaatan air limbah tahu menjadi nata de soya dapat dikatakan layak dengan nilai Break Even Poin 11.895 kg/ tahun, Pay back period 0,611 tahun, Internal Rate of Return 93,098%, Net Present Value Rp 13.223.396,00, dan Net Benefit Cost sebesar 0,2591.

VI.2

Saran

Saran yang diajukan penulis untuk penerapan konsep produksi bersih yaitu sebagai berikut: 1 Untuk penerapan sistem tata rumah tangga yang baik (good house keeping), sebaiknya lantai pabrik dibuat agar tidak menimbulkan genangan air. Selain itu, sebaiknya dinding pabrik diberi ventilasi atau jendela-jendela kecil lebih banyak sehingga pada siang hari tidak perlu menggunakan lampu neon. Hal ini juga merupakan suatu upaya penghematan. 2 Penerapan konsep teknologi bersih merupakan opsi yang tepat untuk diaplikasikan untuk industri menengah pada umumnya dan industri tahu pada khususnya. Hendaknya industri-industri tahu di tempat lain pun dapat

VI-3

menerapkan konsep produksi bersih tersebut karena dapat menambah keuntungan bila dimanajemen secara baik. 3 Hendaknya penelitian ini tidak hanya dilakukan pada skala laboratorium tapi juga dilakukan pada skala pilot sehingga lebih banyak limbah cair dan limbah padat tahu yang dimanfaatkan. 4 Sebaiknya dibentuk tim produksi bersih untuk menerapkan produksi bersih di industri tahu lembang yang didukung dengan komitmen yang kuat tidak hanya dari pihak manajemen puncak tetapi juga dari seluruh karyawan. 5 Pemerintah melalui KLH memberikan perizinan dan pengawasan secara intensif terhadap pemanfaatan limbah industri tahu menjadi pakan ternak yang dilakukan oleh sektor informal. Jika diperlukan dapat dilakukan kerjasama dengan Dinas Peternakan. 6 Perhatian terhadap sanitasi diperlukan pada saat produksi dan pengemasan abon tahu agar tidak terjadi kontaminasi. Selain itu, pengepresan minyak juga perlu diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap daya simpan abon tahu. 7 Sebaiknya dilakukan sosialisasi lebih lanjut terkait pemanfaatan limbah padat (ampas) tahu menjadi produk makanan (abon) dan limbah cair tahu menjadi nata de soya di industri tahu. 8 Untuk lebih menjaga keamanan produk nata de soya, hendaknya dilakukan uji mikrobiologis secara lengkap untuk mencegah kontaminasi terhadap bakteri patogen lainnya. 9 Analisis pasar mengenai nata de soya perlu dilakukan untuk membuktikan kelayakan ekonominya.

VI-4

Anda mungkin juga menyukai