Anda di halaman 1dari 11

ADAB PERGAULAN MUSLIM

Gaul Tapi Islami : Bisakah? Kesannya gaul itu tidak islami. Apa benar? Bisakah kita jadi gaul tapi tetap islami? Untuk menjawab pertanyaan ini, bagusnya kita lihat saja model ideal seorang muslim: Rasulullah. Beliau adalah sosok yang menyenangkan. Wajahnya sumringah di hadapan sahabat-sahabatnya. Beliau amat baik kepada keluarganya dan amat penyayang kepada anak-anak. Nah, kita sendiri yang juga muslim ini bagaimana? Bisa tidak seperti beliau? Moral Respek Komunikatif Menjadi gaul yang islami insyaallah bisa kita lakukan dengan minimal tiga kunci: 1) moral, artinya selalu berkomitmen kepada aturan-aturan dan nilai-nilai Islam, 2) respek, artinya menghargai orang lain, dan 3) komunikatif, pandai menjalin komunikasi.

Pergaulan Seorang Muslim dengan Non Muslim

Dalam perkara-perkara umum (sosial) kita tetap menjalin hubungan yang baik dengan non muslim sekalipun. Contoh baik: Nabi berdiri ketika iring-iringan jenazah non muslim melewati beliau. Kita perlu tahu bahwa ada tiga jenis non muslim: 1) kafir harbi, 2) kafir dzimmi, dan 3) kafir muaahad. Masing-masing mendapat perlakuan yang berbeda. Dalam masalah aqidah dan ubudiyah, kita tegas terhadap non muslim. Seperti: kita tidak mengucapkan dan menjawab salam kepada mereka, tidak mengikuti ritual ibadah mereka, dan semacamnya. Pergaulan Sesama Muslim Sesama muslim adalah bersaudara, seperti tubuh yang satu dan seperti satu bangunan yang kokoh dan saling mendukung antar bagiannya. Pergaulan sesama muslim dibalut dengan ukhuwah islamiyah. Derajat-derajat ukhuwah islamiyah adalah: 1) salamatus shadr wal lisan wal yad, 2) yuhibbu liakhihi maa yuhibbu

linafsih, dan 3) iitsaar. Ada banyak hak saudara kita atas diri kita, diantaranya sebagaimana dalam hadits Nabi: 1) jika diberi salam hendaknya menjawab, 2) jika ada yang bersin hendaknya kita doakan, 3) jika diundang hendaknya menghadirinya, 4) jika ada yang sakit hendaknya kita jenguk, 5) jika ada yang meninggal hendaknya kita sholatkan dan kita antar ke pemakamannya, 6) jika dimintai nasihat hendaknya kita memberikannya. Juga: tidak meng-ghibah saudara kita, tidak memfitnahnya, tidak menyebarkan aibnya, berusaha membantu dan meringankan bebannya, dan sebagainya. Jika kamu mencintai saudaramu, ungkapkan. Hadiah juga bisa menumbuhkan rasa cinta diantara kita. Jangan mudah mengkafirkan sesama muslim kecuali jika ada sebab yang benar-benar jelas dan jelas. Pergaulan Antar Generasi Yang tua menyayangi yang lebih muda. Yang muda menghormati yang lebih tua. Pergaulan dengan Orang yang Dihormati Hormatilah orang yang dihormati oleh kaumnya. Bagi orang-orang yang biasa dihormati, jangan gila hormat. Juga, penghormatan harus tetap dalam bingkai syariat Islam. Contoh orang-orang yang biasa dihormati: tokoh masyarakat, pejabat atau penguasa, orangorang yang mengajari kita, dan sebagainya. Pergaulan dengan Ortu dan Keluarga Bersikap santun dan lemah lembut kepada ibu dan bapak, terutama jika telah lanjut usianya. Jangan berkata uff kepada keduanya. Terhadap keluarga, hendaknya kita senantiasa saling mengingatkan untuk tetap taat kepada ajaran Islam. Sebagaimana Nabi telah melakukannya kepada Ahlu Bait. Dan Allah berfirman: Quu anfusakum wa ahliikum naara. Pergaulan dengan Tetangga Tetangga harus kita hormati. Misalnya dengan tidak menzhalimi, menyakiti dan mengganggunya, dengan membantunya, dengan meminjaminya sesuatu yang dibutuhkan, memberinya bagian jika kita sedang masak-masak. Pergaulan Antar Jenis Sudah menjadi fithrah, laki-laki tertarik kepada wanita dan demikian pula sebaliknya. Islam telah mengatur bagaimana rasa tertarik dan rasa cinta diantara dua jenis manusia itu

dapat disalurkan. Bukan dengan pacaran dan pergaulan bebas. Tetapi dengan ikatan yang kuat (mitsaq ghaalizh): pernikahan. Jadi, ada batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan diluar pernikahan. Terutama diantara muda-mudi karena sedang berada dalam puncak emosi, hasrat dan gelora. Ini semua untuk mencegah terjadinya perbuatan yang keji.
1. 2. 3. 4. Boleh saling mengenal antara laki-laki dan perempuan. Boleh berkomunikasi antara laki-laki dan perempuan, tapi ada batas-batasnya. Wanita muslimah boleh bersuara diantara kaum laki-laki, tapi ... Hendaknya masing-masing berbusana sesuai syariat: 1) menutup aurat, 2) tidak transparan, 3) tidak ketat dan memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh, 4) tidak tabarruj, 5) pakaian laki-laki tidak menyerupai pakaian wanita, begitu pula sebaliknya, 6) tidak menunjukkan perhiasan secara berlebihan, 7) tidak berpakaian dengan sombong, 8) sopan dan tidak memunculkan fitnah. 5. Tidak berkhalwat. 6. Tidak ikhtilath. 7. Menundukkan pandangan. 8. Jangan sentuh aku! Jangan pegang aku! Nanti aku lempar dengan sepatu! Bersalaman boleh nggak? 9. Seorang muslimah tidak melenggak-lenggokkan tubuhnya sedemikian rupa yang memunculkan hasrat. Juga tidak memakai minyak wangi ketika berada diluar rumah. 10. Seorang muslimah tidak bepergian JAUH sendirian saja jika dirasa tidak aman, juga jangan bersama dengan orang yang malah menjadi musuh dalam selimut. 11. Tidak melakukan hal-hal yang bisa memunculkan fitnah diantara kedua jenis, seperti: 1) bersuara merayu, atau seorang wanita bernyanyi atau berucap dengan suara yang dimerdukan, dilemahlembutkan, mendesah, penuh harap dan semacamnya. 2) bercanda yang berlebihan dan tidak perlu, misalnya saat syura ataupun pada kesempatankesempatan yang lain. 3) membuka pintu-pintu fitnah seperti: sms-an yang tidak perlu, telepon terlalu lama atau terlalu sering diluar kadar kebutuhan, chatting yang mengarah keluar batas, memberikan cinderamata yang penuh makna dan kepentingan khusus, pembicaraan yang nyerempet-nyerempet, dan sebagainya.

ADAB PERGAULAN LELAKI & PEREMPUAN


Friday, 03 June 2011 14:58

Firman ALLAH SWT bermaksud : Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram) dan memelihara kehormatan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka; .( Surah An Nur : 30 ) Firman ALLLAH SWT bermaksud : Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram) dan memelihara kehormatan mereka. ( Surah An Nur : 31 ) ULASAN AYAT: 1. Walaupun pergaulan dibenarkan oleh syariat dalam suasana terpaksa dan keperluan, namun Islam telah meletakkan adab-adab dan disiplin dalam pergaulan lelaki dan wanita. Perkara-perkara inilah yang akan mengekang sikap-sikap serong dalam pergaulan antara wanita ajnabi dan lelaki. Agar tidak berlaku perkara maksiat yang sering terbabas di antara lelaki dan perempuan samada yang belum berkahwin ataupun sudah berkahwin. 2. Kita perlu mengukur adakah pergaulan kita sekarang ini, sama ada di tempat kerja, dalam kenderaan awam, ketika membeli belah, bersiar-siar, berpolitik, amal-amal sosial, aktiviti-aktiviti luar dan lain-lain bertepatan dengan ajaran dan prinsip agama kita Islam. Sikap yang tidak mengikut lunas-lunas Islam lambat laun akan mengundang akan kecelakaan. Adab yang perlu dijaga oleh lelaki dan perempuan;

Ucapan yang makruf ( baik ) dan sopan. ALLAH SWT telah menjelaskan di dalam Al Quran supaya kita mengucapkan kata-kata yang baik, kita ditegah sama sekali mengucapkan kata-kata yang janggal pada pandangan susila atau berbentuk sendaan dan sia-sia.

Menundukkan pandangan. Dalam surah an-Nur, terdapat perintah ALLAH menyuruh lelaki dan wanita menundukkan pandangan masing-masing khususnya dalam suasana takutkan fitnah. Mengelakkan daripada berhimpit dan bersesak-sesak. Imam Bukhari meriwayatkan daripada Ummu Salamah bahawa Rasulullah SAW setelah memberi salam ( solat) beliau tidak terus bangun. Ini untuk memberi peluang kepada wanita keluar dahulu.

Tidak berkhalwat (berdua-duaan). Imam Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas bahawa Rasulullah SAW bersabda: Janganlah sekali kali seseorang lelaki bersendirian dengan seorang wanita kecuali jika ia muhramnya.

Menghindari tempat syubhah. Sabda Rasulullah SAW: Tinggalkanlah perkara yang meragukan kamu (Riwayat Bukhari)

Adab khas untuk wanita:

Iltizam dengan pakaian Islam, Firman ALLAH SWT: Wahai Nabi katakanlah kepada isteri dan anak-anak perempuan kamu supaya melabuhkan jilbab mereka. ( Surah Al Ahzab : 59). Dan firmanNya lagi:Janganlah kamu bertabarruj (bersolek) sebagaimana kaum jahiliyyah bertabrruj. ( Surah Al Ahzab : 33)

Serius dalam ucapan tidak mengada-ngada atau bermanja-manja dalam percakapan. Firman ALLAH SWT :Dan janganlah kamu merendahkan (melunak dan memanja-manjakan) percakapan, yang menyebabkan mereka yang sakit hatinya terdetik untuk menggodamu. ( surah Al Ahzab : 32 )

Menjaga pergerakan tidak harus mereka memperlihatkan liuk lintuk dan lenggan lenggok yang menggoda. Firman ALLAH SWT: Janganlah mereka menghentak kaki untuk menarik perhatian kepada perhiasan yang mereka sembunyikan. ( Surah An Nur : 31 )

Justeru itu, pergaulan antara lelaki dan perempuan amatlah dititik beratkan di dalam Islam. Pastikan kita sentiasa menjaga batasan antara lelaki dan perempuan dimana sahaja kita berada, terutama di tempat kerja kerana ianya suasana yang sering melibatkan antara lelaki dan perempuan. Elakkan diri dari mengundang dosa dan fitnah.

ADAB PERGAULAN LELAKI DAN PEREMPUAN


Wednesday, April 14, 2010 8:25:05 AM

Realiti hari ini menyaksikan manusia lelaki dan wanita telah bolos daripada pegangan agamanya sebagaimana bolosnya anak panah dari busarnya. Sifat, sikap, adab dan disiplin pergaulan jauh sekali daripada ajaran Islam. Dalam fenomena seperti ini perkataan ikhtilat (pergaulan antara lelaki dan wanita ajnabi) tentu sekali menjadi persoalan yang mengancam kesejahteraan masyarakat dan keutuhan agama. Oleh kerana itu ulama-ulama Islam satu masa dahulu secara tegas menghukumkan masalah ikhtilat di sekolah, di pasar dan di mana-mana tempat adalah haram. Wanita Islam pula dididik agar mengutamakan rumah daripada pekerjaan. Oleh kerana itu isu wanita bekerja dan apatah lagi berpolitik adalah satu isu yang ditegah pada satu masa dahulu. Apakah sebenarnya ikhtilat itu haram?

Fiqh semasa pada kali ini akan menghuraikan hukum pergaulan antara lelaki dan perempuan dalam berbagai sempena dari segi dalil, skop perbincangan dan batas-batas pergaulan. Contohnya wanita di tempat kerja, di pasar, di pentas dan bergelut di bidang politik. Adakah ia harus melakukan kerja-kerja yang seperti itu padahal dia terpaksa bergaul, bercakap dan bersemuka dengan bukan muhram dan bukan kaum sejenis mereka. Adakah wanita sepenuhnya seperti lelaki dalam bercampur dengan lelaki ajnabi? Yakni adakah percampuran mereka dengan lelaki sama dengan percampuran lelaki dengan lelaki, tanpa ada perbezaan? Jawapannya ialah: Tidak, secara pastinya tidak. Tidak ada seorang pun yang mengatakan bahawa pergaulan wanita dengan lelaki sama dengan pergaulan lelaki dengan lelaki. Kerana asasnya pergaulan lelaki sesama lelaki adalah harus, tetapi pergaulan lelaki dengan wanita tidak begitu. Maka kalau itu asasnya, pergaulan lelaki dan wanita adalah haram, bukan harus.

Percampuran Yang Diharuskan Setelah kita mengetahui asal hukum pergaulan antara lelaki dan perempuan adalah haram, maka ia adalah suatu perkara yang wajib dihindarkan kecuali dalam keadaan terpaksa atau keperluan yang mendesak. Sheikh Abd. Karim Zaidan dalam kitabnya al-Mufassal Fi al-Ahkam al-Mar'ah yang masyhur menyebutkan contoh-contoh keadaan tersebut seperti di bawah. 1* Harus kerana terpaksa (dharurah) Ikhtilat yang berlaku kerana terpaksa seperti yang disebutkan oleh Imam Nawawi dengan katanya: "Berkata ahli mazhab Syafie: "Tidak ada perbezaan dalam pengharaman khulwah (berdua-duaan) sama ada dalam solat atau selainnya. Dikecualikan daripada hukum ini keadan-keadaan dharurah, seperti jika seseorang lelaki ajnabi mendapati seorang wanita ajnabi bersendirian di jalan, jauh daripada kumpulan manusia, maka harus ia menumpangkan wanita tersebut jika dibimbangi keselamatannya, maka pada ketika itu hukum menumpangkannya adalah wajib tanpa khilaf. Antara contoh dharurah yang lain ialah seperti seorang lelaki ajnabi melarikan wanita dengan tujuan menyelamatkannya daripada diperkosa, jika itu adalah satu satu jalan untuk menyelamatkan wanita tersebut. 2* Harus kerana keperluan (hajat) Ulama' berkata, hajat mengambil peranan dharurah dalam mengharuskan perkara yang haram. Di sana dicatatkan beberapa keperluan yang dianggap mengharuskan ikhtilat antara lelaki dan perempuan. a) Ikhtilat kerana urusan jual beli yang dibenarkan oleh syarak Harus bagi wanita bercampur dengan lelaki semasa berjual beli, melakukan tawar menawar, memilih barang dengan syarat tidak berlaku khulwat (berdua-duaan) dan memelihara adab adab pergaulan. b) Ikhtilat kerana melakukan kerja kehakiman

Wanita harus menjadi hakim dalam perkara selain hudud di sisi Hanafiah dan dalam semua perkara di sisi az-Zahiriah dan Imam at-Tabari. Sudah termaklum kerja seperti ini mengundang percampuran dengan kaum lelaki yang terdiri daripada pendakwa, tertuduh, saksi dan lain-lain. c) Ikhtilat kerana menjadi saksi Islam mengharuskan wanita menjadi saksi dalam kes berkaitan dengan harta dan hak-haknya. Seperti dinyatakan dalam ayat akhir surah al-Baqarah. Menjadi saksi akan mendedahkan diri kepada percampuran dengan lelaki ajnabi. d) Ikhtilat kerana amar makruf nahi mungkar Ibnu Hazmin telah menyebutkan dalam kitabnya al-Muhalla bahawa Umar al-Khattab RA telah melantik al-Syifa menjadi penguatkuasa perbandaran. Sudah tentu beliau akan bercampur dengan lelaki ketika menjalankan tugasnya. e) Ikhtilat kerana melayan tetamu Harus bagi wanita melayan tetamu bersama suaminya dan jika ada alasan yang syar'i seperti tujuan memuliakan tetamu dan sebagainya walaupun ia terpaksa bercampur dengan tetamu. Dalam hadith Bukhari, ada diriwayatkan bahawa Ummu Usaid melayani Rasulullah SAW dengan menghidangkan makanan dan menuangkan minuman untuk Baginda SAW. f) Ikhtilat kerana memuliakan tetamu dan jika perlu makan bersamanya Harus bagi wanita makan bersama tetamu dan suami tetamu kerana tujuan memuliakan tetamu atau tujuan lain yang syar'i. Muslim meriwayatkan kisah satu keluarga yang ingin memuliakan Rasulullah SAW dan bertamukan baginda. Oleh kerana makanan yang sedikit, mereka memadamkan api dan memperlihatkan bahawa mereka makan bersama sama baginda. Ini bererti bahawa orang Ansar dan isterinya itu duduk bersama tetamu untuk makan bersama, walaupun mereka tidak makan, kerana mengutamakan tetamu. g) Ikhtilat dalam kenderaan awam Harus bagi wanita keluar rumah kerana menunaikan kerja-kerjanya yang diharuskan, walaupun terpaksa bercampur dengan lelaki ajnabi, seperti keluar untuk menziarahi dua ibu bapanya, membeli belah dan ke hospital, meski pun ia terpaksa menaiki kederaan awam yang menyebabkan berlaku percampuran dengan penumpang lain dari kalangan lelaki ajnabi, dia mungkin duduk atau berdiri ditepinya. Percampuran ini diharuskan oleh keperluan yang syar'ie. h) Ikhtilat dalam kerja-kerja jihad Antara contoh pergaulan sewaktu jihad ialah seperti membawa air, merawat pesakit dan seumpamanya. Semua perkara tersebut adalah harus dilakukan oleh wanita kerana maslahah syariah. Bukhari menyebut dalam sahihnya daripada Ar-Rabei binti Muawwiz katanya: "Kami bersama Nabi SAW merawat pesakit, memberi minum dan menghantar jenazah yang terbunuh ke Madinah." i) Ikhtilat untuk tujuan belajar atau mendengar nasihat Antara suasana yang diharuskan, ikhtilat dengan tujuan mengajar agama kerana Bukhari meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW keluar pada satu hari raya dan sembahyang dua rakaat. Setelah selesai solat Baginda berpusing mengarah wanita. Baginda menasihati mereka dan menyuruh

mereka bersedekah, bersama baginda ialah Bilal. j) Ikhtilat dalam suasana yang telah menjadi adat kebiasaan Tersebut dalam kitab Muwatta' persoalan: "Adakah harus bagi wanita makan bersama hamba atau lelaki bukan muhramnya?" Berkata Malik: "Tidak ada halangan pada perbuatan tersebut, jika dalam ruang uruf bahawa wanita makan bersama lelaki tersebut." Kadang-kadang wanita makan bersama suami dan mereka yang sering makan bersama suaminya. Antara contoh yang berlaku pada zaman ini ialah percampuran sewaktu menziarahi sanak saudara. Dalam suasana yang seperti ini akan berlaku percampuran antara lelaki dan perempuan dalam satu bilik, makan pada satu meja dan sebagainya. Ini semua diharuskan selama terpelihara adab-adab Islamiah.

ETIKA BERGAUL
Oleh Ustadz Fariq bin Gasim Anuz

SIKAP-SIKAP YANG DISUKAI MANUSIA [a]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberi Perhatian Kepada Orang Lain. Diantara bentuk perhatian kepada orang lain, ialah mengucapkan salam, menanyakan kabarnya, menengoknya ketika sakit, memberi hadiah dan sebagainya. Manusia itu membutuhkan perhatian orang lain. Maka, selama tidak melewati batas-batas syari, hendaknya kita menampakkan perhatian kepada orang lain. seorang anak kecil bisa berprilaku nakal, karena mau mendapat perhatian orang dewasa. orang tua kadang lupa bahwa anak itu tidak cukup hanya diberi materi saja. Merekapun membutuhkan untuk diperhatikan, ditanya dan mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Apabila kasih sayang tidak didapatkan dari orang tuanya, maka anak akan mencarinya dari orang lain. . Manusia Suka Kepada Orang Yang Mau Mendengar Ucapan Mereka. Kita jangan ingin hanya ucapan kita saja yang didengar tanpa bersedia mendengar ucapan orang lain. kita harus memberi waktu kepada orang lain untuk berbicara. Seorang suami misalnya-ketika pulang ke rumah dan bertemu istrinya, walaupun masih terasa lelah, harus mencoba menyediakan waktu untuk mendengar istrinya bercerita. Istrinya yang ditinggal sendiri di rumah tentu tak bisa berbicara dengan orang lain. Sehingga ketika sang suami pulang, ia merasa senang karena ada teman untuk berbincang-bincang. Oleh karena itu, suami harus mendengarkan dahulu perkataan istri. Jika belum siap untuk mendengarkannya, jelaskanlah dengan baik kepadanya, bahwa dia perlu istirahat dulu dan nanti ceritanya dilanjutkan lagi. Contoh lain, yaitu ketika teman kita berbicara dan salah dalam bicaranya itu, maka seharusnya kita tidak memotong langsung, apalagi membantahnya dengan kasar. kita dengarkan dulu pembicaraannya hingga selesai, kemudian kita jelaskan kesalahannya dengan baik. [c]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Menjauhi Debat Kusir. Allah berfirman. "Artinya: Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah, dan nasehat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang baik, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah dalam kasetnya, menerangkan tentang ayat : "Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah". Beliau berkata, manusia tidak suka kepada orang yang berdiskusi dengan hararah (dengan panas). Karena umumnya orang hidup dengan latar belakang..dan pemahaman yang berbeda dengan kita dan itu sudah mendarah

daging..sehinnga para penuntut ilmu, jika akan berdiskusi dengan orang yang fanatik terhadap madzhabnya, (maka) sebelum berdiskusi dia harus mengadakan pendahuluan untuk menciptakan suasana kondusif antara dia dengan dirinya. target pertama yang kita inginkan ialah agar orang itu mengikuti apa yang kita yakini kebenarannya, tetapi hal itu tidaklah mudah. Umumnya disebabkan fanatik madzhab, mereka tidak siap mengikuti kebenaran. target kedua, minimalnya dia tidak menjadi musuh bagi kita. Karena sebelumnya tercipta suasana yang kondusif antara kita dengan dirinya. Sehingga ketika kita menyampaikan yang haq, dia tidak akan memusuhi kita disebabkan ucapan yang haq tersebut. Sedangkan apabila ada orang lain yang ada yang berdiskusi dalam permasalahan yang sama, namun belum tercipta suasana kondusif antara dia dengan dirinya, tentu akan berbeda tanggapannya. [d]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberikan Penghargaan Dan Penghormatan Kepada Orang Lain. Nabi mengatakan, bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih tua, dan yang lebih tua harus menyayangi yang lebih muda. Permasalahan ini kelihatannya sepele. Ketika kita shalat di masjidnamun menjadikan seseorang tersinggung karena dibelakangi. Hal ini kadang tidak sengaja kita lakukan. Oleh karena itu, dari pengalaman kita dan orang lain, kita harus belajar dan mengambil faidah. Sehingga bisa memperbaiki diri dalam hal menghormati orang lain. Hal-hal yang membuat diri kita tersinggung, jangan kita lakukan kepada orang lain. Bentuk-bentuk sikap tidak hormat dan pelecehan, harus kita kenali dan hindarkan. Misalnya, ketika berjabat tangan tanpa melihat wajah yang diajaknya. Hal seperti itu jarang kita lakukan kepada orang lain. Apabila kita diperlakukan kurang hormat, maka kita sebisa mungkin memakluminya. Karena-mungkin-orang lain belum mengerti atau tidak menyadarinya. Ketika kita memberi salam kepada orang lain, namun orang tersebut tidak menjawab, maka kita jangan langsung menuduh orang itu menganggap kita ahli bidah atau kafir. Bisa jadi, ketika itu dia sedang menghadapi banyak persoalan sehingga tidak sadar ada yang memberi salam kepadanya, dan ada kemungkinankemungkinan lainnya. Kalau perlu didatangi dengan baik dan ditanyakan,agar persoalannya jelas. Dalam hal ini kita dianjurkan untuk banyak memaafkan orang lain. Allah berfirman. "Artinya: Terimalah apa yang mudah dari akhlaq mereka dan perintahkanlah orang lain mengerjakan yang maruf serta berpalinglah dari orang-orang yang cerdik sungguh.. [Al-Araaf : 199] [e]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberi Kesempatan Kepada Orang Lain Untuk Maju. Sebagai seorang muslim, seharusnya senang jika saudara kita maju, berhasil atau mendapatkan kenikmatan, walaupun secara naluri manusia itu tidak suka, jika ada orang lain yang melebihi dirinya. Naluri seperti ini harus kita kekang dan dikikis sedikit demi sedikit. Misalnya, bagi mahasiswa. Jika di kampus ada teman muslim yang lebih pandai daripada kita. Maka kita harus senang. Jika kita ingin seperti dia, maka harus berikhtiar dengan rajin belajar dan tidak bermalas-malasan. Berbeda dengan orang yang dengki, tidak suka jika temannya lebih pandai dari dirinya. Malahan karena dengkinya itu dia bisa-bisa memboikot temannya dengan mencuri catatan pelajarannya dan sebagainya. [f]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Tahu Berterima Kasih Atau Suka Membalas Kebaikan. Hal ini bukan berarti dibolehkan mengharapkan ucapan terima kasih atau balasan dari manusia jika kita berbuat kebaikan terhadap mereka. Akan tetapi hendaklah tidak segan-segan untuk mengucapkan terima kasih dan membalas kebaikan yang diberikan orang lain kepada kita.

[g]. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memperbaiki Kesalahan Orang Lain Tanpa Melukai Perasaannya. Kita perlu melatih diri untuk menyampaikan ungkapan kata-kata yamg tidak menyakiti perasaan orang lain dan tetapSampai kepada tujuan yang diinginkan. Dalam sebuah buku diceritakan, ada seorang suami yang memberikan ceramah dalam suatu majelis dengan bahasa yang cukup tinggi, sehingga tidak bisa dipahami oleh yang mengikuti majelis tersebut. Ketika pulang, dia menanyakan pendapat istrinya tentang ceramahnya. Istrinya menjawab dengan mengatakan, bahwa jika ceramah tersebut disampaikan di hadapan para dosen, maka tentunya akan tepat sekali. Ucapan itu merupakan sindiran halus, bahwa ceramah itu tidak tepat disampaikan di hadapan hadirin saat itu, dengan tanpa mengucapkan perkataan demikian. Hal ini bukan berarti kita harus banyak berbasa-basi atau bahkan membohongi orang lain. Namun hal ini agar tidak melukai perasaan orang, tanpa kehilangan maksud untuk memperbaikinya. SIKAP-SIKAP YANG TIDAK DISUKAI MANUSIA Kita mempelajari sikap-sikap yang tidak disukai manusia agar terhindar dari sikap seperti itu. Maksud dari sikap yang tidak disukai manusia, ialah sikap yang menyelisihi syariat. berkaitan dengan sikap-sikap yang tidak disukai manusia, tetapi Allah ridho, maka harus kita utamakan. Dan sebaliknya, terhadap sikap-sikap yang dibenci oleh Allah, maka harus kita jauhi. Adapun perbuatan-perbuatan yang tidak disukai manusia ialah sebagai berikut. Pertama. Memberi Nasehat Kepadanya Di Hadapan Orang Lain. Al Imam Asy Syafii berkata dalam syairnya yang berbunyi. Sengajalah engkau memberi nasehat kepadaku ketika aku sendirian Jauhkanlah memberi nasehat kepadaku dihadapan orang banyak Karena sesungguhnya nasehat yang dilakukan dihadapan manusia Adalah salah satu bentuk menjelek jelekkan Aku tidak ridho mendengarnya Apabila engkau menyelisihiku dan tidak mengikuti ucapanku Maka janganlah jengkel apabila nasehatmu tidak ditaati Kata nasehat itu sendiri berasal dari kata nashala, yang memiliki arti khalasa, yaitu murni. Maksudnya, hendaklah jika ingin memberikan nasehat itu memurnikan niatnya semata mata karena Allah. Selain itu, kata nasehat juga bermakna khaththa, yang artinya menjahit. Maksudnya, ingin memperbaiki kekurangan orang lain. maka secara istilah, nasehat itu artinya keinginan seseorang yang memberi nasehat agar orang yang diberi nasehat itu menjadi baik. Kedua. Manusia Tidak Suka Diberi Nasehat Secara Langsung. Hal ini dijelaskan Al Imam Ibn Hazm dalam kitab Al Akhlaq Was Siyar Fi Mudawatin Nufus, hendaklah nasehat yang kita berikan itu disampaikan secara tidak langsung. Tetapi, jika orang yang diberi nasehat itu tidak mengerti juga, maka dapatlah diberikan secara langsung. Ada suatu metoda dalam pendidikan, yang dinamakan metoda bimbingan secara tidak langsung. Misalnya sebuah buku yang ditulis oleh Syaikh Shalih bin Humaid, imam masjidil Haram, berjudul At Taujihu Ghairul Mubasyir (bimbingan secara tidak langsung).

Metoda ini perlu dipraktekkan, walaupun tidak mutlak. Misalnya, ketika melihat banyak kebidahan yang dilakukan oleh seorang ustadz di suatu pengajian, maka kita tanyakan pendapatnya dengan menyodorkan buku yang menerangkan kebidahan-kebidahan yang dilakukannya. Ketiga. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Selalu Memojokkannya Dengan Kesalahan Kesalahannya. Yang dimaksud dengan kesalahan-kesalahan disini, yaitu kesalahan yang tidak fatal; bukan kesalahan yang besar semisal penyimpangan dalam aqidah. Karena manusia adalah makhluk yang banyak memiliki kekurangan-kekurangan pada dirinya. Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alus Syaikh menjelaskan dalam ceramahnya, bahwa ada empat fenomena yang mengotori dakwah Ahlu Sunnah Wal Jamaah. [1]. Memandang sesuatu hanya dari satu sisi, yaitu hanya dalam masalah-masalah ijtihadiyah. [2]. Istijal atau terburu-buru. [3]. Taashub atau fanatik. [4]. Thalabul kamal atau menuntut kesempurnaan. Syaikh Shalih menjelaskan, selama seseorang berada di atas aqidah yang benar, maka kita seharusnya saling nasehat-menasehati, saling mengingati antara satu dengan yang lain. bukan saling memusuhi. Rasulullah bersabda yang artinya, janganlah seorang mukmin membenci istrinya, karena jika dia tidak suka dengan satu akhlaknya yang buruk, dia akan suka dengan akhlaqnya yang baik. Imam Ibn Qudamah menjelaskan dalam kitabMukhtasar Minhajul Qashidin, bahwa ada empat kriteria yang patut menjadi pedoman dalam memilih teman. [1]. Aqidahnya benar. [2]. Akhlaqnya baik. [3]. Bukan dengan orang yang tolol atau cerdik sungguh. dalam hal berprilaku. Karena dapat menimbulkan mudharat. [4]. Bukan dengan orang yang ambisius terhadap dunia atau bukan orang yang materialistis. Keempat. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Tidak Pernah Melupakan Kesalahan Orang Lain. Sebagai seorang muslim, kita harus bisa memafkan dan melupakan kesalahan orang lain atas diri kita. tidak secara terus-menerus mengungkit-ungkit, apalagi menyebutnyebutnya di depan orang lain. terkadang pada kondisi tertentu, membalas kejahatan itu bisa menjadi suatu keharusan atau lebih utama. Syaikh Utsaimin dalam kitab Syarh Riyadush Shalihin menjelaskan, bahwa memaafkan dilakukan bila terjadi perbaikan atau ishlah dengan pemberian maaf itu. Jika tidak demikian, maka tidak memberi maaf lalu membalas kejahatannya. Kelima. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Sombong. Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak akan masuk surga, barang siapa yang di dalam hatinya ada sifat sombong, walau sedikit saja.. " sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan manusia menjadi sombong. [1]. Harta atau uang .

[2]. Ilmu. [3]. Nasab atau keturunan. Keenam Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Terburu-Buru Memvonis Orang Lain. Dr. Abdullah Al Khatir rahimahullah menjelaskan, bahwa di masyarakat ada fenomena yang tidak baik. Yaitu sebagian manusia menyangka, jika menemukan orang yang melakukan kesalahan, mereka menganggap, bahwa cara yang benar untuk memperbaikinya, ialah dengan mencela atau menegur dengan keras. Padahal para ulama memilik kaedah, bahwa hukum seseorang atas sesuatu, merupakan cabang persepsinya atas sesuatu tersebut. Ketujuh. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Mempertahankan Kesalahannya, Atau Orang Yang Berat Untuk Rujuk Kepada Kebenaran Setelah Dia Meyakini Kebenaran Tersebut. Syaikh Abdurrahman bin Yahya Al Muallimi rahimahullah berkata, pintu hawa nafsu itu tidak terhitung banyaknya. oleh karena itu, kita harus berusaha menahan hawa nafsu dan menundukkannya kepada kebenaran. Sehingga lebih mencintai kebenaran daripada hawa nafsu kita sendiri. Kedelapan. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Menisbatkan Kebaikan Kepada Dirinya Dan Menisbatkan Kejelekan Kepada Orang Lain. Syaikh Utsaimin rahimahullah dalam kasetnya yang menjelaskan syarh Hilyatul ilm, tentang adab ilmu. Beliau menjelaskan, bahwa jika kita mendapati atsar dari salaf yang menisbatkan kebaikan kepada dirinya, maka kita harus husnudzan. Bahwa hal itu diungkapkan bukan karena kesombongan, tetapi untuk memberikan nasehat kepada kita. Dalam kitab Ighasatul Lahfan, Al Imam Ibn Qayyim menjelaskan, bahwa manusia diberi naluri untuk mencintai dirinya sendiri. Sehingga apabila terjadi perselisihan dengan orang lain, maka akan menganggap dirinya yang berada di pihak yang benar, tidak punya kesalahan sama sekali. sedangkan lawannya, berada di pihak yang salah. Dia merasa dirinya yang didhalimi dan lawannyalah yang berbuat dhalim kepadanya. Tetapi, jika dia memperhatikan secara mendalam, kenyataannya tidaklah demikian. Oleh karena itu, kita harus terus introspeksi diri dan hati-hati dalam berbuat. Agar bisa menilai apakah langkah kita sudah benar. Wallahu alam. [Sumber : Majalah As-Sunnah edisi 03 04/ V11/ 1424/ 2003 M. Diterbitkan oleh Yayasan Lajnah Istiqomah, Jl Solo Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183]

Anda mungkin juga menyukai