Anda di halaman 1dari 18

Kejahatan Seksual Siti Nurjawahir Bt Rosli NIM: 10.2009.323 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jl.

Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 Email: purple_lilac90@yahoo.com

BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Forensik Klinik adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mencakup pemeriksaan forensik terhadap korban hidup, investigasi dan aspek medikolegal. Berbeda dengan forensik patologi, seorang dokter di forensik klinik lebih banyak menghabiskan waktunya menangani korban hidup.Kasus-kasus yang ada di forensik klinik meliputi perkosaan (rape), pencabulan (molestation), kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence), dan kekerasan pada anak (child abuse). Kekerasan seksual terhadap atau dengan sebutan lain perlakuan salah secara seksual bisa berupa hubungan seks, baik melalui vagina, penis, oral, dengan menggunakan alat, sampai dengan memperlihatkan alat kelaminnya, pemaksaan seksual, sodomi, oral seks, onani, pelecehan seksual, bahkan perbuatan incest. Bentuk lainnya, menyentuh alat kelamin korban atau memaksa korban untuk menyentuh alat kelaminnya; melibatkan anak-anak dalam pornografi, misalnya memperlihatkan gambar atau tulisan erotis dengan tujuan membangkitkan nafsu birahi, termasuk juga memperlihatkan kepada anak-anak alat-alat seperti kondom, gambar orang tanpa busana dan sebagainya.1

TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mempelajari mengenai ilmu kedokteran forensic dari cabang forensik klinik yang lebih banyak membahas mengenai kejahatan seksual,aspek hukum dan prosedur medikolegal serta peran seorang dokter dalam menangani kasus seperti ini. Turut Page | 1

dipelajari adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada korban wanita,pemeriksaan pada pria tersangka dan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis serta demi kepentingan peradilan dibuat visum supaya pelaku dapat diadili.

SKENARIO
Seorang ibu muda bersama dengan seorang anak perempuannya yang berusia 11 tahun datang ke poliklinik anak di sebuah rumah sakit. Setelah berada di dalam ruang periksa, si ibu menjelaskan bahwa anaknya mengeluh sakit bila inginkencing sejak dua hari yang lalu. Dalam wawancara berikutnya dokter tidak memperoleh keterangan lain, maka dokter pun memulai melakukan pemeriksaaan fisik si anak. Pada pemeriksaan fisik dokter menemukan robekan lama selaput dara disertai dengan erosi dan peradangan jaringan vulva sisi kanan. Dokter berkesimpulan bahwa sangat besar kemungkinan terjadi persetubuhan beberapa hari sebelumnya. Dokter pun lebih intensif mengorek keterangan dari si anak dan si ibu. Akhirnya terungkaplah fakta bahwa si anak telah di setubuhi oleh seorang laki laki yang telah lama dikenal sebagai pacar si ibu. Si ibu telah bercerai 3 tahun dengan suaminya ( ayah si anak) dan saat ini sedang menjalin hubungan dengan laki laki lain sebagai pacarnya. Si ibu meminta kepada dokter agar jangan membawa kasus ini ke polisi karena ia akan malu dibuatnya. Ia berjanji untuk memutuskan hubungan dengan si laki laki tersebut agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Dokter menilai bahwa pasien perlu dikonsultasikan kepada ahlinya.

BAB II PEMBAHASAN
I. PROSEDUR MEDIKOLEGAL Prosedur medikolegal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran. Dasar pengadaan Visum et Repertum 1,2 Pasal 133 KUHAP (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. (2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Page | 2

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuatkan identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat. Permintaan Visum et Repertum Menurut Pasal 133 KUHP : Wewenang penyidik Tertulis (RESMI) Terhadap korban, bukan tersangka Ada dugaan akibat peristiwa pidana Bila mayat: o Identitas pada label o Jenis pemeriksaan yang diminta o Ditujukan kepada SpF dan Dokter RS Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter 1,2 Pasal 216 KUHP (1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut UU oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 bulan 2 minggu atau denda paling banyak Rp 9.000,00. 2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undangundang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan umum. (3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya dapat ditambah sepertiga. Pasal 222 KUHP Barang siapa sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama 9 bulan atau pidana denda paling banyak Rp 4.500,00. Permintaan sebagai Saksi Ahli (masa persidangan) 1,2 Pasal 179 KUHAP Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Pasal 224 KUHAP Barang siapa dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau juru bahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut UU ia harus melakukannya: o Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan o Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.

Page | 3

Pemeriksaan Tersangka 1,2 Pasal 66 KUHAP Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian Pasal 37 KUHAP (2) Pada waktu menangkap tersangka atau dalam hal tersangka sebagaimana dimaksudkan dalam pasal (1) dibawa kepada penyidik, penyidik berwenang menggeledah pakaian dan atau menggeledah badan tersangka. Pasal 53 UU Kesehatan (3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan Keterangan Ahli 1,2 Pasal 1 Butir 28 KUHAP Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan agar dapat diajukan ke sidang pengadilan sebagai upaya pembuktian, harus dikemas dalam bentuk ALAT BUKTI SAH Alat Bukti Sah 1,2 Pasal 183 KUHAP Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurangkurangnya dua alat bukti yang sah ia memperolah keyakinan bahwa suatu tindak pidana benarbenar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. Pasal 184 KUHAP (1) Alat bukti sah adalah : a. Keterangan saksi b. Keterangan ahli c. Surat d. Petunjuk e. Keterangan terdakwa Keterangan Ahli Diberikan secara Lisan 1,2 Pasal 186 KUHAP Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan disidang pengadilan. Penjelasan Pasal 186 KUHAP Keterangan ahli ini dapat juga diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan. Keterangan Ahli Diberikan Secara Bertulis 1,2 Pasal 187 KUHAP (1) Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah : Page | 4

c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai suatu hal atau suatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya alat bukti sah surat II. ASPEK HUKUM A. Tentang Delik Aduan 2 Pasal 74 KUHP (1) Pengaduan hanya boleh diajukan dalam waktu enam bulan sejak orang yang berhak mengadu mengetahui adanya kejahatan, jika bertempat tinggal di Indonesia, atau dalam waktu sembilan bulan jika bertempat tinggal di luar Indonesia. (2) Jika yang terkena kejahatan menjadi berhak mengadu pada saat tenggang tersebut dalam ayat 1 belum habis, maka setelah saat itu pengaduan hanya masih boleh diajukan. Selama sisa yang masih kurang pada tenggang tersebut. Pasal 75 KUHP

Orang yang mengajukan pengaduan, berhak menarik kembali dalam waktu tiga bulan setelah pengaduan diajukan. B. Kejahatan Terhadap Kesusilaan 2 Pasal 89 KUHP

Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan. Pasal 285 KUHP

Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. Pasal 286 KUHP

Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, pada hal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Pasal 287 KUHP

(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, pada hal diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu kawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Page | 5

(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umurnya wanita belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah suatu hal tersebut pasal 291 dan pasal 294. 3 Pasal 289 KUHP

Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.3 Pasal 290 KUHP

Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun : (1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul, dengan seseorang pada hal diketahui, bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya; (2) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang pada hal diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin; (3) Barang siapa membujuk seseorang yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain. 3 Pasal 291 KUHP

(1) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 286, 287, 289 dan 290 mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama 12 tahun. (2) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 285, 286, 287 dan 290 itu mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Putusan PT Medan No 144/Pid/1983/PT Mdn

Menghukum terdakwa yang dengan bujuk rayunya telah merampas kehormatan seorang wanita dengan menggunakan pasal 378 KUHP (penipuan). Dengan demikian kehormatan wanita tersebut dianggap sebagai barang. Pasal 81 UU Perlindungan Anak

Setiap orang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau orang lain dipidana dengan pidana penjara maks 15 tahun min 3 tahun dan denda Rp 60 300 juta. Berlaku pula bagi yg menggunakan tipu muslihat, kebohongan, membujuk.

Page | 6

Pasal 82 UU Perlindungan Anak

Sengaja melakukan kekerasan atau ancaman, memaksa, tipu muslihat, kebohongan, membujuk untuk melakukan atau membiarkan dilakukannya percabulan dipidana dengan penjara maks 15 tahun min 3 tahun dan denda Rp 60 300 juta. III. PROSEDUR PEMERIKSAAN Pemeriksaan secara medis pada korban kejahatan seksual, baik pada anak-anak maupun dewasa pada dasarnya sama dengan pada pasien lain, yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum pemeriksaan : 1,3,4 1. Memiliki permintaan tertulis dari penyidik Untuk dapat melakukan pemeriksaan yang berguna untuk peradilan, dokter harus melakukannya berdasarkan permintaan tertulis dari penyidik yang berwenang. Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda bukti. Apabila korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan dari polisi, korban jangan diperiksa dahulu tetapi diminta untuk kembali kepada polisi dan datang bersama polisi. Visum et repertum dibuat hanya berdasarkan atas keadaan yang didapatkan pada tubuh korban saat permintaan Visum et Repertum diterima oleh dokter Jika dokter telah memeriksa korban yang datang di rumah sakit, atau di tempat praktek atas inisiatif korban sendiri tanpa permintaan polisi, lalu beberapa waktu kemudian polisi mengajukan permintaan untuk dibuatkan Visum et Repertum, maka hasil pemeriksaan sebelumnya tidak boleh dicantumkan dalam Visum et Repertum karena segala sesuatu yang diketahui dokter tentang diri korban sebelum ada permintaan untuk dibuatkan Visum et Repertum merupakan rahasia kedokteran yang wajib disimpannya (KUHP pasal 322). Dalam hal demikian, korban harus dibawa kembali untuk diperiksa dan Visum et Repertum dibuat berdasarkan keadaan yang ditemukan pada waktu permintaan diajukan. Hasil pemeriksaan yang lalu tidak dicantumkan dalam Visum et Repertum, tetapi dalam bentuk surat keterangan. 2. Informed Consent Sebelum memeriksa, dokter harus mendapatkan surat ijin terlebih dahulu dari pihak korban, karena meskipun sudah ada surat permintaan dari polisi, belum tentu korban menyetujui dilakukannya pemeriksaan ke atas dirinya. Jika korban sudah dewasa dan tidak ada gangguan jiwa, maka dia berhak memberi persetujuan. Sedangkan jika korban anak kecil dan jiwanya terganggu, maka persetujuan diberikan oleh orang tuanya atau saudara terdekatnya, atau walinya. Dalam melakukan pemeriksaan, tempat yang digunakan sebaiknya tenang dan dapat memberikan rasa nyaman bagi korban. Oleh karena itu, perlu dibatasi jumlah orang yang berada dalam kamar pemeriksaan, hanya dokter, perawat, korban, dan keluarga atau teman korban apabila korban menghendakinya. Pada saat memeriksa, dokter harus didampingi oleh seorang perawat atau bidan.

Page | 7

3. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secepat mungkin Korban sebaiknya tidak dibiarkan menunggu dengan perasaan was-was dan cemas di kamar periksa. Pemeriksa harus menjelaskan terlebih dahulu tindakan tindakan yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan disampaikan ke pengadilan. Visum et Repertum diselesaikan secepat mungkin agar perkara dapat cepat diselesaikan. 4. Permintaan korban atau keluarga korban sendiri Kadang-kadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh seorang ayah/ibu untuk memeriksa anak perempuannya, karena ia merasa sangsi apakah anaknya masih perawan, atau karena ia merasa curiga kalau-kalau atas diri anaknya baru terjadi persetubuhan. Dalam hal ini, sebaiknya ditanyakan dahulu maksud pemeriksaan, apakah sekedar ingin mengetahui saja, atau ada maksud untuk melakukan penuntutan. Bila dimaksudkan akan melakukan penuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa anak itu. Jika orang tua hanya sekedar ingin mengetahui saja maka dokter dapat melakukan pemeriksaan. Tetapi jelaskan lebih dahulu bahwa hasil pemeriksaan tidak akan dibuat dalam bentuk surat keterangan, karena kita tidak mengetahui untuk apa surat keterangan itu. IV. ANAMNESIS Anamnesis boleh dilakukan pada korban atau penjaga yang menemaninya. Jika korban adalah anak kecil yang masih di bawah umur dan dalam kondisi emosi yang tidak stabil dan masih trauma maka sebaiknya ditanyakan kepada orang yang membawanya. Pertanyaan harus disampaikan dalam bahasa yang dipahami oleh korban. Antara data-data yang harus ditanyakan adalah : Identitas dan umur Status perkawinan Haid: haid terakhir kapan Penyakit kelamin dan kandungan Penyakit lain yang dideritai Pernah bersetubuh? Waktu persetubuhan terakhir? Menggunakan kondom? Waktu kejadian Tempat kejadian Kali pertama atau lebih dari sekali Apakah korban melawan? Apakah korban pingsan? Apakah terjadi penetrasi? Apakah terjadi ejakulasi? V. PEMERIKSAAN PADA KORBAN WANITA Pakaian Pakaian ditentukan helai demi helai dan dilihat apakah terdapat robekan lama atau baru sepanjang jahitan atau melintang pada pakaian, kancing terputus akibat tatikan, bercak darah, air mani, lumpur dan lain-lain yang mungkin berasal dari tempat kejadian.

Page | 8

Dicatat juga apakah pakaian rapi atau tidak, benda yang melekat dan pakaian yang mengandung trace evidence dikirim ke laboratorium. Pemeriksaan Tubuh Rambut / wajah rapi atau kusut Emosi tenang atau gelisah Tanda bekas pingsan, alkohol, narkotik. Ambil sampel darah untuk uji lab Tanda kekerasan: mulut, leher, pergelangan tangan, lengan, paha Trace evidence yang menempel pada tubuh Perkembangan seks sekunder Tinggi dan berat badan

Pemeriksaan Khusus (Bagian Genitalia) 1,5 Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan speculum hanya apabila pemeriksaan mengijinkan dan sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis obstetrik dan ginekologi. 1. Rambut kemaluan Ada atau tidaknya rambut melekat karena air mani mengering Rambut digunting untuk pemeriksaan laboratorium dan untuk perbandingan dengan rambut kemaluan pria tersangka.

2. Cari bercak air mani sekitar alat kelamin, kerok dengan sisi tumpul skalpel atau swab dengan kapas lidi dibasahi garam fisiologis 3. Vulva Tanda-tanda kekerasan seperti hiperemi,edema, memar dan luka lecet akibat goresan kuku. Introitus vagina dilihat apakah ada tanda-tanda kekerasan. Bahan sampel dari vestibulum diambil untuk pemeriksaan sperma.

4. Selaput dara Apakah ruptur atau tidak, Tentukan apakah ruptur baru atau lama. Pada ruptur lama, robekan menjalar sampai insertion disertai adanya jaringan parut di bawahnya. Catat lokasi ruptur dan apakah sampai insertion atau tidak. Ukur lingkaran orifisium dengan cara memasukkan ujung kelingking atau telunjuk perlahan-lahan sehingga teraba selaput dara menjepit ujung jari. Ukur lingkaran ujung jari pada batas ini. Ukuran pada seorang perawan kira-kira 2,5cm dan lingkaran yang memungkinkan persetubuhan adalah 9cm. Persetubuhan tidak selalu terjadi deflorasi.

Page | 9

5. Frenulum labiorum pudenda dan commisura labiorum posterior diperiksa untuk melihat utuh atau tidak. 6. Perlu juga dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah ada atau tidak penyakit kelamin. 7. Pemeriksaan laboratorium yang direkomendasikan seperti: Pemeriksaan darah Pemeriksaan cairan mani (semen) Pemeriksaan kehamilan Pemeriksaan VDRL Pemeriksaan serologis Hepatitis Pemeriksaan Gonorrhea Pemeriksaan HIV Pemeriksaan rambut, air liur, dan pemeriksaan pria tersangka VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan laboratorium cairan vagina 1,4,5 Sebelum dilakukan pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pengambilan sampel. Sampel didapat dari cairan vagina dari forniks posterior untuk pemeriksaan air mani dan sekret uretra untuk pemeriksaan penyakit kelamin. Cairan vagina disedot dengan pipet Pasteur, atau diambil dengan ose. Pada anak-anak, atau jika selaput dara utuh sebaiknya pengambilan bahan dibatasi sampai vestibulum. a. Penentuan spermatozoa Tanpa pewarnaan (mikroskopik) Setetes cairan vagina diletakkan di atas kaca benda dan diperiksa dengan pembesaran 500x dengan kondensor diturunkan. Perhatikan apakah spermatozoa bergerak. Pemeriksaan motilitas spermatozoa ini paling bermakna untuk memperkirakan saat terjadinya persetubuhan. Dapat diambil sebagai patokan bahwa spermatozoa masih bergerak kirakira 4 jam post-koital. Bila sperma tidak ditemukan, belum tentu dalam vagina tidak ada ejakulat mengingat kemungkinan azoospermia atau pasca vasektomi sehingga perlu dilakukan penentuan cairan mani dalan cairan vagina. Dengan pewarnaan Buat sediaan apus dari cairan vagina pada kaca benda, keringkan di udara, fiksasi dengan api, warnai dengan Malachite-green 1% dalam air, tunggu 10- 15 menit, cuci dengan air, warnai dengan eosin-yellowish 1% dalam air, tunggu 1 menit, cuci dengan air, keringkan dan diperikasa di bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan adalah bagian basis kepala sperma berwarna ungu, bagian hidung berwarna merah muda. b. Penentuan cairan mani Reaksi asam fosfatase Cairan mani menunjukkan aktitifitas enzim fosfatase yang tinggi, rata-rata 2500 unit K.A., sedangkan dalam sekret vagina, setelah 8 hari abstinensia seksualis, ditemukan 0-6 unit. Sebagai reagen digunakan brentamin-fast-blue-b yang Page | 10

dilarutkan di dalam larutan buffer yang telah ditambah sodium a-naphtyl fosfat. Enzim asam fosfatase menghidrolisis a-naphty fosfat; a-naphtol yang telah dibebaskan bereaksi dengan brentamine di atas kertas saring, disemprot dengan reagen, ditentukan dalam berapa detik warna violet timbul (reaction time). Bila waktu reaksi kurang dari 30 detik dapat dianggap indikasi baik dan adanya cairan mani, jika kurang dari 65 detik dapat dianggap sebagai indikasi cukup, tetapi masih perlu dikuatkan dengan pemeriksaan elektroforetik. Waktu reaksi yang lebih dari 65 detik belum dapat menyingkirkan sepenuhnya adanya cairan mani, karena pernah ditemukan waktu reaksi yang lebih dari 65 detik, tetapi spermatozoa ditemukan. Tes Florence Cairan vagina ditetesi larutan yodium. Kristal yang terbentuk diamati di bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan tampak kristal-kristal kholin-peryodida tampak berbentuk jarum-jarum yang berwarna coklat. Tes Berberio Cairan vagina ditetesi larutan asam pikrat, kemudian kristal yang terbentuk diamati di bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya kristal-kristal spermin pikrat berbentuk rhombik atau jarum kompas yang berwarna kuning kehijauan. Elektroimmunodifusi Digunakan serum anti air mani manusia. Selain spesifik terhadap antigen manusia, serum ini juga mengandung zat anti terhadap enzim fosfatase. Apabila serum ini direaksikan dengan air mani akan terbentuk enzim antibodi kompleks yang ternyata masih memiliki sifat enzimatik dan dapat dinyatakan dengan reagen asam phospatase. Sebagai medium digunakan plat agar yang mengandung serum anti dalam konsentrasi kecil. Elektroforetik Digunakan plat akrilamide, dikembangkan dalam suatu larutan buffer pH 3 dan dilihat di bawah sinar ultraviolet. Asam fosfatese seminal bergerak sejauh 4 cm dan asam fosfatase vaginal sejauh 3 cm.

Pemeriksaan air mani yang terdapat pada pakaian 1,5 1. Visual Tampak sebagai bercak yang berbatas jelas dan lebih gelap dari sekitarnya. Bercak yang sudah agak tua berwarna sedikit kekuning-kuningan. Pada bahan sutera atau nilon batasnya sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap dari sekitarnya.

Page | 11

2. Sinar ultraviolet Menunjukkan flouresensi putih. Cara ini tidak akurat. Bercak air mani pada sutera buatan, nilon, biasanya tidak memberikan flourosensi. Bahan makanan, urine, sekret vagina juga sering menimbulkan flourosensi. 3. Taktil Diraba dengan jari-jari tangan terasa kaku seperti cairan kanji yang tidak menyerap. Bila diraba permukaan bercak terasa kasar. 4. Penapisan dengan reagen asam fosfatase Selembar kertas saring yang dibasahi dengan aqua destilata dilekatkan di atas pakaian atau sprei yang diperiksa. Setelah 5-10 menit kertas saring diangkat, didiamkan sampai hampir kering dan disemprot dengan reagen. Jika terbentuk bercak violet, kertas saring diletakkan kembali di atas bahan sesuai dengan letaknya semula. Dengan demikian letak bercak mani pada bahan dapat dilokasi. 5. Pencairan spermatozoa Konsentrasi spermatozoa yang terbesar terdapat di bagian sentral dari bercak. Dari bagian itu diambil sebagian kecil, dipulas dengan pewarnaan Baeechi. Bahan dipulas selama 2 menit, dicuci di dalam HCl 1%, dihidrasi dalam alkohol 70%, 80%, dan 95-100%, dan dijernihkan dengan xilol. Kemudian dikeringkan dengan meletakkannya di atas kertas saring. Dengan jarum preparir atau jarum suntik diambil sehelai atau dua benang, diletakkan di atas kaca mikroskopik dan diurai sampai menjadi serabut-serabut. Ditutup dengan balsem Kanada dan diperiksa dengan pembesaran 500x. VII. PEMERIKSAAN PADA PRIA TERSANGKA Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi: 1,5 1. Pakaian 2. Rambut kemaluan Diambil sebagai bahan pembanding sekiranya terdapat rambut yang ditemukan di kemaluan korban.

3. Bercak semen Dicatat apakah adanya bercak semen. Tidak mempunyai arti dalam pembuktian sehingga tidak perlu ditentukan

4. Darah Kemungkinan darah dari deflorasi. Dilakukan pemeriksaan golongan darah yang ditemukan.

5. Tanda bekas kekerasan Akibat perlawanan oleh korban

Page | 12

6. Pemeriksaan sel epitel vagina pada glans penis Untuk menentukan apakah pria baru melakukan persetubuhan. dilakukan dengan menekan kaca objek pada glans penis, daerah corona atau frenulum. Kemudian diletakkan terbalik di atas cawan berisi lugol sehingga uap yodium mewarnai lapisan kaca objek tersebut. sitoplasma sel epitel vgina akan berwarna coklat tua karena mengandungi glikogen. Kelemahan pemeriksaan ini adalah bila persetubuhan tersebut telah berlangsung lama atau telah dilakukan pencucian pada alat kelamin pria, maka pemeriksaan ini tidak akan berguna lagi.

7. Dilakukan pemeriksaan secret urethra untuk menetukan apakah ada atau tidak penyakit kelamin. VIII. INTERPRETASI HASIL 1,3-5 a. Tanda-tanda seks sekunder Pada pemerikasaan akan diketahui umur korban. Jika tidak ada akte kelahiran maka umur korban yang pasti tidak diketahui. Dokter perlu menyimpulkan apakah wajah dan bentuk badan korban sesuai dengan umur yang dikatakannya. Keadaan perkembangan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan perlu dikemukakan. b. Menentukan adanya bukti persetubuhan Persetubuhan adalah suatu peristiwa dimana terjadi penetrasi penis ke dalam vagina, penetrasi tersebut dapat lengkap atau tidak lengkap dan dengan atau tanpa disertai ejakulasi. Dengan demikian hasil dari upaya pembuktian persetubuhan dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya: Besarnya penis dan derajat penetrasinya Bentuk dan elastisitas hymen Ada tidaknya ejakulasi dan keadaan ejakulat itu sendiri Posisi persetubuhan Keaslian barang bukti serta waktu pemeriksaan c. Tanda-tanda kekerasan cedera akibat kekerasan fisik atau perlawanan cedera pada bagian genital ekxterna dan anal cedera akibat gigitan cedera seksual orogenital

Page | 13

IX. ASPEK PSIKOSOSIAL Korban perkosaan kebanyakannya mengalami penderitaan secara psikologis, seperti merasa tidak lagi berharga akibat kehilangan keperawanan (kesucian) dimata masyarakat, dimata suami, calon suami (tunangan) atau pihak-pihak lain yang terkait dengannya. Penderitaan psikologis lainnya dapat berupa kegelisahan, kehilangan rasa percaya diri, tidak lagi ceria, sering menutup diri atau menjauhi kehidupan ramai, tumbuh rasa benci (antipati) terhadap lawan jenis dan curiga berlebihan terhadap pihak-pihak lain yang bermaksud baik padanya. Dampak secara mental antara lain yang mungkin timbul adalah sangat takut sendirian, takut pada orang lain, ragu-ragu (kadang paranoia), sering terkejut, sangat khawatir, sangat hati-hati dengan orang asing, sulit mempercayai seseorang, tidak percaya lagi pada pria, takut dengan pria, takut akan seks, merasa bahwa orang lain tidak menyukainya, dingin (secara emosional), sulit berhadapan dengan publik dan teman-temannya, membenci apa saja, menarik diri/mengisolasi diri, mimpi-mimpi buruk, dan lain-lain. 6,7 Kehamilan yang dimungkinkan dapat terjadi. Hal ini dapat berakibat lebih fatal lagi bilamana janin yang ada tumbuh menjadi besar (tidak ada keinginan untuk diabortuskan). Artinya, anak yang dilahirkan akibat perkosaan tidak memiliki kejelasan statusnya secara yuridis dan norma keagamaan. Penderitaan fisik, artinya akibat perkosaan itu akan menimbulkan luka pada diri korban. Luka bukan hanya terkait pada alat vital (kelamin perempuan) yang robek, namun tidak menutup kemungkinan ada organ tubuh lainnya yang luka bilamana korban lebih dulu melakukan perlawanan dengan keras yang sekaligus mendorong pelakunya untuk berbuat lebih kasar dan kejam guna menaklukkan perlawanan dari korban. 6,7 Tumbuh rasa kekurang-percayaan pada penanganan aparat praktisi hukum, bilamana kasus yang ditanganinya lebih banyak menyita perhatiannya, sedangkan penanganan kepada tersangka terkesan kurang sungguh-sungguh. Korban merasa diperlakukan secara diskriminasi dan dikondisikan makin menderita kejiwaannya atau lemah mentalnya akibat ditekan secara terusmenerus oleh proses penyelesaian perkara yang tidak kunjung berakhir. Korban yang dihadapkan pada situasi sulit seperti tidak lagi merasa berharga dimata masyarakat, keluarga, suami dan calon suami dapat saja terjerumus dalam dunia prostitusi. Artinya, tempat pelacuran dijadikan sebagai tempat pelampiasan diri untuk membalas dendam pada laki-laki dan mencari penghargaan. 6,7

X. PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) LSM atau Lembaga Swadaya Masyarakat adalah organisasi non-pemerintah yang independen dan mandiri, dan karena itu bukan merupakan bagian atau berafiliasi dengan lembagalembaga negara dan pemerintahan(Kode Etik LSM Bab 1 No. 1). Lembaga swadaya masyarakat adalah organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri, ditengah masyarakat, dan berminat serta bergerak dalam bidang lingkungan hidup. (UU No. 4 Tahun 1982 Pasal 1 Ayat 12). 8 LSM juga sering dikenal dengan NGO (Non-governmental organization) sesuai dengan namanya, NGO pada dasarnya memiliki pengertian singkat sebagai organisasi yang tidak berada Page | 14

secara langsung dalam struktur pemerintahan ataupun tidak ada koordinasi langsung dari pemerintah dan merupakan badan yang bersifat mandiri. LSM dapat berdiri jika terdapat kesamaan visi dan misi sekelompok orang yang membentuk organisasi dengan kebebasan segala perbedaan yang terdapat di masyarakat seperti agama, suku, ras, golongan, dan gender tapi tetap berasaskan Pancasila dan UUD 1945. 8 Peranan LSM/NGO dalam kejahatan seksual Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS ANAK) 8 sebagai wahana masyarakat yang independen guna ikut memperkuat mekanisme nasional dan internasional dalam mewujudkan situasi dan kondisi yang kondusif bagi pemantauan, pemajuan dan perlindungan hak anak dan solusi bagi permasalahan anak yang timbul. Peran KOMNAS Anak o Melakukan pemantauan dan pengembangan perlindungan anak. o Melakukan advokasi dan pendampingan pelaksanaan hak-hak anak. o Menerima pengaduan pelanggaran hak-hak anak. o Melakukan kajian strategis terhadap berbagai kebijakan yang menyangkut kepentingan terbaik bagi anak. o Melakukan koordinasi antar lembaga, baik tingkat regional, nasional maupun international. o Memberikan pelayanan bantuan hukum untuk beracara di pengadilan mewakili kepentingan anak o Melakukan rujukan untuk pemulihan dan penyatuan kembali anak. o Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, pengenalan dan penyebarluasan informasi tentang hak anak Fungsi KOMNAS Anak o o o o o o o o Melakukan pengumpulan data, informasi dan investigasi terhadap pelanggaran hak anak. Melakukan kajian hukum dan kebijakan regional dan nasional yang tidak memihak pada kepentingan terbaik anak. Memberikan penilaian dan pendapat kepada pemerintah dalam rangka mengintegrasikan hak-hak anak dalam setiap kebjijakan. Memberikan pendapat dan laporan independen tentang hukum dan kebijakan berkaitan dengan anak. Menyebar luaskan, publikasi dan sosialisasi tentang hak-hak anak dan situasi anak di Indonesia. Menyampaikan pendapat dan usulan tentang pemantauan pemajuan dan kemajuan, dan perlindungan hak anak kepada parlemen, pemerintah dan lembaga terkait. Mempunyai mandat untuk membuat laporan alternatif kemajuan perlindungan anak di tingkat nasional. Melakukan perlindungan khusus.

Page | 15

XI. VISUM ET REPERTUM Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi temuan dan pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia atau bagian dari tubuh manusia, baik hidup maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi) dan penyidik yang berwenang (atau hakim untuk visum et repertum psikiatrik) yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan sumpah, untuk kepentingan peradilan. Visum et repertum adalah bukti yang sah berupa surat (pasal 184 jo pasal 187 butir (c) KUHAP). 1,3-5 Pada umumnya, korban kejahatan susila yang dimintakan visum et repertumnya kepada dokter adalah kasus dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukum oleh KUHP. Persetubuhan yang diancam pidana oleh KUHP meliputi pemerkosaan, persetubuhan pada wanita yang tidak berdaya, persetubuhan dengan wanita yang belum cukup umur. Untuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya persetubuhan, adanya kekerasan (termasuk pemberian racun/obat/zat agar menjadi tidak berdaya) serta usia korban. Selain itu dokter juga diharapkan memeriksa adanya penyakit hubungan seksual, kehamilan dan kelainan psikiatrik/kejiwaan sebagai akibat dari tindak pidana tersebut. Dokter tidak dibebani pembuktian adanya pemerkosaan, karena istilah pemerkosaan adalah istilah hukum yang harus dibuktikan di depan sidang pengadilan. 1,3-5 Untuk dapat memeriksa korban wanita tersebut, selain adanya surat permintaan visum et repertum, dokter sebaiknya juga mempersiapkan si korban atau orang tuanya bila ia masih belum cukup umur, agar dapat dilakukan pemeriksaan serta saksi atau pendamping perawat wanita dan pemeriksaan sebaiknya dilakukan dalam ruang tertutup yang tenang. Dalam kesimpulan visum et repertum korban kejahatan susila diharapkan tercantum perkiraan tentang usia korban, ada atau tidaknya tanda persetubuhan dan bila mungkin, menyebutkan kapan perkiraan terjadinya, dan ada tidaknya tanda kekerasan. Contoh VeR

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Jl. Simpang Ulin No. x Banjarmasin Nomor : xxx/TUM/VER/IX/9 Banjarmasin 10 November 2010 Perihal : Hasil pemeriksaan atas korban bernama ------------------------------------------------------------Lampiran :--------------------------------------------------------------------------------------------------------------PRO JUSTITIA Visum et Repertum Saya yang bertanda tangan di bawah ini,_____________, dokter pada Rumah Sakit XXX, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan tertanggal 05 November 2010 no: XV/VER/IX/9, maka pada tanggal tujuh November dua ribu sepuluh, pukul dua Page | 16

belas Waktu Indonesia Tengah, bertempat di Rumah Sakit XXX, telah dilakukan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor registrasi xxxxxxx, yang menurut surat tersebut adalah: -------------Nama : XXXX -------------------------------------------------------------------------------------------------------------Umur : sebelas tahun---------------------------------------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin : Perempuan------------------------------------------------------------------------------------------Bangsa : Cina -----------------------------------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan :--------------------------------------------------------------------------------------------------------------Alamat : ------------------------------------------------------ ----------------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN------------------------------------------ -----------------------------------------------------1. Korban datang dalam keadaan tenang,bersih dan sudah berganti pakaian----------------------------2. Pada korban ditemukan: -----------------------------------------------------------------------------------------a. Pada tangan kiri ditemukan memar akibat penenekanan kuat -------------------------------------------b. Pada tangan kanan ditemukan memar akibat penekanan kuat ------------------------------------------c. Adanya luka lecet dan memar pada perut bagian bawah dan paha bagian dalam kiri dan kanan -d. Adanya lebam akibat gigitan pada daerah leher bagian depan dan payudara kanan -----------------Adanya robekan baru selaput dara pada lokasi sesuai jam Sembilan disertai erosi dan peradangan -Pada korban dilakukan pemeriksaan penunjang berupa uji kehamilan pemeriksaan sperma dan air mani, tidak ditemukan sperma atau air mani pada tubuh korban. Korban tidaak hamil.----------------Tidak ditemukan kelainan pada organ tubuh lainnya-------------------------------------------KESIMPULAN ------------------------------------------------------------------------------------------------------------Telah diperiksa seorang korban gadis berumur sebelas tahun, pada pemeriksaan tidak ditemukan sel mani dalam liang vagina.Terdapat luka lecet dan memar pada perut bagian bawah dan paha bagian dalam kiri dan kanan, selanjutnya ditemukan robekan pada lokasi selaput dara dengan arah sesuai jam sembilan. Tidak ditemukan sel mani dan adanya robekan pada selaput dara dapat terjadi pada persetubuhan. Persetubuhan dengan kekerasan pada perempuan ini telah lama terjadi. Demikian sudah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya dan menggunakan keilmuan yang sebaikbaiknya, mengingat sejumlah KUHP. ------------------------------------------------------------------------------Dokter tersebut di atas dr. ______________ NIP. 19969015 1 XXX

Page | 17

KESIMPULAN
Perkosaan adalah suatu tindakan kriminal di mana si korban dipaksa untuk melakukan aktivitas seksual, khususnya penetrasi dengan alat kelamin, di luar kemauannya sendiri. Kasus kejahatan kesusilaan membutuhkan bantuan keterangan ahli dalam penyidikannya. Keterangan ahli yang dimaksud ini yaitu keterangan dari dokter yang dapat membantu penyidik dalam memberikan bukti berupa keterangan medis yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai keadaan korban. Untuk menyelesaikan permasalahan kasus kejahatan seksual, tidak hanya membutuhkan intervensi medis semata-mata tapi, menuntut diambilnya langkah penanganan yang holistik dan komprehensif termasuk dukungan psikososial yang secara otomatis membutuhkan dukungan optimal dari keluarga dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. 4. 5. 6. Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik FKUI, 1997; Hal . 1-54. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran, Bagian Kedokteran Forensik FKUI ;1994; hal. 1-25. Yandi, Fahriza,Riana,Elly. Buku roman forensic, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Universitas Lambung Mangkurat ; Juli-Agustus 2009. Syaulia Andirezek. Romans forensic, Edisi 20.

Idries A. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara, Jakarta.


Dampak Sosial Psikologis Perkosaan. Diunduh dari : http://fatur.staff.ugm.ac.id/file/JURNAL%20-%20Dampak%20SosialPsikologis%20Perkosaan.pdf pada 7 Jan. 2013. Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual Terhadap Anak Di Bawah Umur. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18417/1/equ-feb2008-13%20(2).pdf pada 7 Jan 2013. Kekerasan Pada Anak. Diunduh dari : http://eprints.ums.ac.id/337/1/6._SUDARYONO.pdf 7 Jan 2013.

7.

8.

Page | 18

Anda mungkin juga menyukai