Anda di halaman 1dari 2

Nama: Iftina Rasyida Iksanti Pariwisata B 12/335102/SA/16583

Majalah Trust - Efek Kebocoran Pariwisata


oleh: Himawan Wijanarko* Seorang rekan penggemar David Foster, sempat kecewa tatkala dia mau memesan tiket, yang tersisa tinggal yang berbanderol 12 juta rupiah. Kekecewaan ini menjadi semakin mendalam, ketika dia mendapatkan informasi bahwa tiket David Foster termahal di Malaysia hanya sekitar 1,5 juta rupiah. Sambil bercanda dia mengatakan 12 juta rupiah, cukup untuk nonton David Foster ke Malaysia, termasuk tiket pesawat dan hotelnya. Jika kita dibandingkan antara konser di Indonesia dan Malaysia, manakah kemungkinannya menyedot wisatawan manca negara ? Konser David Foster adalah sebuah atraksi wisata, sekaligus berada dalam ranah ekonomi kreatif. Beberapa kali kita bentrok dengan Malaysia, soal berbagai kesenian sepeti Tari Pendet dan Reog. Mengapa ? Malaysia tergolong minim seni pertunjukan, sehingga Reog yang dimainkan oleh keturunan para pendatang dari Indonesia dijual sebagai daya tarik, yang akhirnya melahirkan keributan. Malaysia memang rajin mencari celah dalam mendatangkan wisatwan ke negerinya. Namun apakah jumlah wisatawan dapat menjelaskan kesuksesan pariwisata? Pertanyaan yang harus diajukan adalah sejauh mana kunjungan wisatawan ini mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Lebih spesifik lagi, apakah perilaku para wisatawan saat berkunjung, semisal lama tinggal, perilaku pembelian dan konsumsi, berkontribusi positif terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat? Jika tidak, peningkatan kunjungan wisatawan itu tidak akan bermakna. Juga harus diwaspadai efek kebocoran atau leakage effect. Artinya pendapatan yang diterima sebuah negara dari sektor pariwisata justru banyak yang mengalir keluar Fenomena ini jamak terjadi di negara-negara berkembang. Hal ini, menurut Mill, disebabkan beberapa faktor. Pertama, negara itu harus mengeluarkan biaya yang besar untuk mengimpor barang dan jasa guna memuaskan keinginan wisatawan, seperti bahan baku untuk membuat cenderamata. Biaya besar kerap juga harus dikeluarkan untuk membangun infrastruktur pariwisata, semisal hotel dan bandara, dan juga demi meningkatkan kegiatan promosi pariwisata di luar negeri. Faktor berikutnya adalah keuntungan juga kerap lebih banyak dinikmati investor asing yang terjun dalam bisnis pariwisata. Banyak pula perusahaanperusahaan asing yang bergerak dalam bisnis pariwisata memanipulasi harga mereka demi menguragi pajak. Akibatnya pendapatan yang diterima negara berkurang. Berkurangnya pendapatan juga dapat disebabkan oleh pembebasan pajak, yang semula diberlakukan untuk meningkatkan minat investor pada sektor pariwisata. Salah satu negara mengalami efek kebocoran ini adalah Thailand. Sekitar 70 persen uang yang dihabiskan wisatawan di Thailand mengalir keluar negara itu.

Gambar1. Alur siklus Multiplier Effect Pariwisata Agar kunjungan wisatawan lebih berdampak positif dan efek kebocoran dapat diminimalkan, partisipasi berbasis pada kekuatan sendiri perlu digalakkan. Dalam hal ini, ekonomi kreatif, yang berasal dari kreativitas, bakat, dan keterampilan individu, cocok dikembangkan untuk mendukung kemajuan sektor pariwisata Indonesia. Ada sejumlah alasan yang mendasarinya, yaitu kekayaan alam dan budaya Nusantara yang melimpah. kebebasan berekspresi yang semakin terbuka, kemajuan teknologi, dan meningkatnya permintaan akan produk-produk kreatif. Faktor lainnya adalah sifat ekonomi kreatif itu sendiri yang menekankan orisinalitas, estetika, dan keterampilan teknis. Sumber daya manusia Indoinesia mumpuni dalam menghasilkan produk-produk yang demikian. Hasil produk-produk kreatif berbasis kekayaan alam dan budaya Nusantara dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. Jadi menggabungkan pariwisata dengan industri kreatif, sebuah ide yang bagus. Semoga berdampak terhadap kemajuan ekonomi kreatif dan pariwisata Indonesia Sumber: http://www.jakartaconsulting.com/art-01-71.htm

Anda mungkin juga menyukai