Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN PUSTAKADefinisi Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih menjadi keruh.

Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya. Etiologi Penyebab katarak dapat digolongkan : 1. Primer : oleh karena gangguan perkembangan, gangguan metabolisme, denaturasi protein dan hidrasi lensa. 2. Sekunder : akibat tindakan pasca bedah mata 3. Komplikata : akibat

penyakit lokal pada mata seperti galukoma, ablasi retina, uveitis dan retinitis pigmentosa, maupun penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,

galaktosemia, dan distrofi miotonik. Patofisiologi Lensa yang sedang dalam proses pembentukan katarak ditandai dengan adanya edema lensa, perubahan protein, nekrosis dan terganggunya kesinambungan normal serabutserabut lensa. Pada umumnya, perubahan yang terjadi pada lensa sesuai dengan tahap perkembangan katarak. Secara kimiawi, pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya pengambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti oleh dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat dan protein berkurang. Lensa yang mengandung katarak tidak mengandung glutation. Klasifikasi Terdapat berbagai macam pembagian katarak : 1. Penyebab terjadinya : a. Primer : gangguan perkembangan dan

metabolisme dasar lensa. b. Sekunder : akibat tindakan pembedahan lensa. c. Komplikata: akibat penyakit lokal pada mata ataupun sistemik. 2. Berdasarkan Usia : a. Katarak congenital b. Katarak Juvenil c. Katarak

Presenil d. Katarak Senilis 3. Konsistensi: a. Cair ( fluid ) b. 4. Lunak ( soft ) c. Keras Lokasi lensa : a. Katarak kortikalis anterior b. Katarak kortikalis posterior c. Katarak nuklearis d. Katarak subkapsuler e. Katarak total

: terjadi pada usia kurang dari 1 tahun. : terjadi pada usia antara 1-30 tahun. : terjadi diatas usia 30 tahun. : terjadi pada usia diatas 50 tahun. : usia kurang dr 1 tahun : 1-35 tahun : diatas 35 tahun 5. Stadium : Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien,

imatur, matur, dan hipermatur. Perbedaan stadium katarak senilis : Insipien Imatur Matur Hipermatur Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif Cairan Lensa Normal

Bertambah (air masuk) Normal Berkurang (air+masa lensa keluar) Iris Normal Terdorong Normal Tremulans Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos Penyulit -

Glaukoma Uveitis+glaukoma

Katarak Insipien Katarak Imatur Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama. Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangn iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+). Stadium Intumesen Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibandingkan dalam keadaan normal. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang

berjalan cepat dan menyebabkan myopia lentikular. Katarak Matur Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif. Katarak Hipermatur Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata. Tanda dan gejala Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang lengkap. Keluhan yang membawa pasien datang antara lain: 1. Pandangan kabur : Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan

yang progresif atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-hole.

2.

Penglihatan silau: Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang

silau, dimana tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak kortikal. 3. Sensitifitas terhadap kontras : Sensitifitas terhadap kontras menentukan

kemampuan pasien dalam mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak. 4. Miopisasi : Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak. 5. Variasi Diurnal Penglihatan : Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita

mengeluhkan penglihatan menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup. 6. Distorsi : Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi

tampak tumpul atau bergelombang. 7. Halo : Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita glaucoma. 8. Diplopia monokuler : Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat

refraksi ireguler dari lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin hole. 9. Perubahan persepsi warna: Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding warna sebenarnya. 10. Bintik hitam : Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak- gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous yang sering bergerak-gerak.3 Pemeriksaan Fisik 1. Penurunan ketajaman penglihatan

Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan dekat lebih sering menurun jika dibandingkan dengan ketajaman pengihatan jauh, hal ini mungkin disebabkan adanya daya konstriksi pupil yang kuat. Peneglihatan menurun tergantung pada derajat katarak. Katarak imatur dari sekitar 6/9-1/60; pada katarak matur hanya 1/300-1/~.3 2. Miopisasi Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini

mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak. Manajemen Katarak Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok: 1. Indikasi Optik

Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak bisa dilakukan. 2. Indikasi Medis Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi

segera, bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik: Katarak hipermatur - Glaukoma sekunder - Uveitis Dislokasi/Subluksasio lensa diabetika 3. Ablasio retina Indikasi Kosmetik Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina sekunder Retinopati -

Benda asing intra-lentikuler -

atau nervus optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam meskipun pengelihatan tidak akan kembali.3 Teknik-teknik pembedahan katarak Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi

katarak Ekstra Kapsular (ECCE). Di bawah ini adalah metode yang umum digunakan pada operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE dan phacoemulsifikasi.16 Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui insisi limbus superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang sudah jarang digunakan. Masih dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi atau mudah putus. Keuntungannya adalah tidak akan terjadi katarak sekunder. 2,4 Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi post operasi yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior yang lebih besar 160-180o dihubungkan dengan penyembuhan yang lebih lambat, rehabilitasi tajam penglihatan yang lebih lambat, angka kejadian astigmatisma yang lebih tinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi. Edema kornea juga dapat terjadi sebagai komplikasi intraoperatif dan komplikasi dini. Operasi katarak ekstrakapsular Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior, sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa okuler posterior. Keuntungan dari metode ini adalah karena kapsul posterior untuh maka dapat dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera posterior serta insiden komplikasi paska operasi (ablasi retina dan edema makula sistoid) lebih kecil jika dibandingkan metode intrakapsular. Penyulit yang dapat terjadi yaitu dapat timbul katarak sekunder.2,3 Fakoemulsifikasi Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama menyisakan kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm yang berguna

untuk mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul anterior lensa dibuka. Dari lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang mampu mengeluarkan getaran ultrasonik yang mampu memecah lensa menjadi kepingankepingan kecil, kemudian dilakukan aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Namun kurang efektif untuk katarak senilis yang padat. Keuntungan dari metode ini antara lain: (Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjadhit karena akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya astigmatisma, dan rasa adanya benda asing yang menempel setelah operasi. Hal ini juga akan mencegah peningkatan tekanan intraokuli selama pembedahan, yang juga mengurangi resiko perdarahan. Cepat menyembuh. Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi struktur mata. Intraokular Lens (IOL) Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kahilangan kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan (berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL dapat terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik. Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis sehingga dapat dilipat ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang kecil.3 Komplikasi Katarak Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik. 9, y Fakolitik

Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar yang

akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan

bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul

glaukoma. y Fakotopik Berdasarkan posisi lensa Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke

depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma y Fakotoksik Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri

(auto toksik) Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan

menjadi glaukoma. DAFTAR PUSTAKA 1. Vaughan, Asbury; Oftalmologi Umum ed 17, EGC, Jakarta 2010 2. Ilyas, Prof. Shanjay.

Sidarta, dr., Sp.M. 2005. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI 3. Dhawan, Lens and Cataract. Diakses dari internet tanggal 21 Mei

http://sdhawan.com/ophthalmology/lens.html

2006.

4.

insight.med.utah.edu. diakses 19 Mei 2006 5. www.onjoph.com diakses 19 Mei 2006 6. www.austenoptometrists.co.uk/images/starcat.j diakses 19 Mei 2006 7.

www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Zonu diakses 19 Mei 2006 8. Bashour, M et al. Cataract, Congenital. Diakses dari internet

http://www.emedicine.com. 21 Mei 2006 9. Wijana, Nana, dr., Ilmu Penyakit Mata. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai