Anda di halaman 1dari 4

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS WIDYA MATARAM

TUGAS PENGANTAR ILMU EKONOMI NAMA NIM : TITI DWI ASTUTI : 121312115 ANALISIS PENGANGGURAN TERDIDIK 1.PENGERTIAN - Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. - Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. 2. FAKTOR PENYEBAB PENGANGGURAN - Lapangan kerja kurang memadai untuk penyerapan tenaga kerja terdidik setiap tahunnya. - Tenaga kerja terdidik kurang kualifikasi untuk dapat masuk ke suatu peusahaan, karena selain membutuhkan hard skills, perusahaan juga membutuhkan tenaga kerja yang memiliki soft skill yang baik. - Terjadinya missmatch pendidikan. Yaitu pengambilan lahan pekerjaan oleh pekerja lain yang bidang pekerjaannya tidak berkaitan dengan gelar sarjananya. - Tidak memiliki jiwa kewirausahaan. - Pendidikan bukanlah salah satu cara untuk mendapatkan pekerjaan. Faktor lainnya adalah kemauan keras untuk berubah dan maju, usaha yang sungguh-sungguh, dan daya kreativitas yang tinggi untuk menciptakan suatu usaha. 3.WACANA PEMERINTAH BAGI ANGKATAN KERJA MUDA Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bidang Ekonomi Prasetijono Widjojo mengatakan pada tahun 2013 pemerintan mengupayakan terciptanya 2,7 juta lapangan kerja baru. Terkait dengan kesempatan kerja, khususnya tenaga kerja muda, Pemerintah pada tahun 2013 mengupayakan terciptanya 2,5 sampai 2,7 juta lapangan kerja baru sehingga jumlah pengangguran diharapkan turun menjadi 7,2 sampai 7,4 juta orang, kata Prasetijono di Jakarta, Jumat (15/6/2012). Menurut beliau, kebijakan penurunan pengangguran yang akan dilaksanakan pemerintah diarahkan untuk menyerap angkatan kerja muda. Hal ini dikarenakan karena tingginya angka pengangguran di usia muda. Selain itu, lanjut Prasetijono, dalam upaya meningkatkan daya saing pada tahun 2013,pemerintah juga menargetkan peningkatan keahlian pekerja muda sebanyak 502.880 orang. Target ini lebih tinggi dibandingkan target 395.530 orang pada tahun 2012.

Berdasarkan laporan penelitian awal tahun 2012 oleh Kementrian PPN/Bappenas tingkat pengangguran terbuka untuk lulusan SLTAkeatas mengalami penurunan cukup nyata. Penurunan nyata terlihat pada lulusan diploma, yakni turun dari 12,78% menjadi 7,16% dan sarjana dari 11,92% menjadi 8,02%. Namun jumlah ini masih cukup memprihatinkan. Pasalnya, jumlah penggangguran terdidik masih diatas 5%. Pengangguran dapat dikatakan kecil jika jumlahnya berada dibawah 5%, dan ini masih menjadi fenomena yang menghawatirkan. Hal ini menunjukkan ada yang salah dengan pengelolaan perekonomian dan pendidikan di Indonesia saat ini. Dengan adanya pengangguran terdidik, secara potensial dapat menyebabkan berbagai dampak negative, di antaranya timbulnya masalah-masalah sosial akibat pengangguran, pemborosan sumber daya pendidikan, dan menurunnya penghargaan serta kepercayaan masyarakat terhadap dunia pendidikan di negeri ini. Peneliti senior Lembaga Demografi Universitas Indonesia Prof Sri Moertiningsih Adioetomo mengungkapkan, sampai saat ini masih banyak angkatan kerja muda berketerampilan rendah mengingat 40 persen yang masuk pasar kerja adalah lulusan SD. "Kalau lulusan SD punya ketrampilan apa? Jika seperti itu, bagaimana dapat memanfaatkan peluang untuk memicu pertumbuhan ekonomi," kata Prof Sri Moertiningsih Adioetomo di Semarang, Senin (11/6/2012). Hal tersebut disampaikan seusai acara sosialisasi Forum Masyarakat Statistik dan pemaparan "youth employment" di Gedung LP2MP Widya Puraya Universitas Diponegoro Semarang. Ia mengatakan bahwa adanya penurunan kelahiran menyebabkan pertumbuhan penduduk muda relatif stabil dari tahun 1990 hingga tahun 2010. Tetapi jumlahnya masih besar, sekitar 40 juta angkatan muda usia 15 hingga 24 tahun. Dari 40-an juta tersebut, sekitar separuhnya telah masuk pasar kerja dengan pendidikan rendah dan tanpa keterampilan. Krisis ketrampilan tersebut terbukti separuh pekerja contohnya di industri elektronik bekerja sebagai operator dan perakit dengan nilai tambah 3,1 persen dari seluruh subsektor di industri manufaktur. Sementara 20 juta angkatan kerja lainnya 27 persen menjadi penganggur atau pencari kerja atau jauh lebih tinggi dari tingkat pengangguran seluruhnya (sebagian penganggur adalah orang muda). Prof Sri Moertiningsih mengatakan bahwa sampai tahun 2015, profil angkatan kerja di Indonesia masih banyak diwarnai oleh mereka yang berpendidikan SD dan sebagian tamat SMP/SMA. "Lebih dikhawatirkan lagi, apabila penduduk dalam angkatan kerja tersebut menjadi orang tua. Apakah mereka mampu memenuhi kebutuhan dasar pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak mereka," katanya. Sangat disayangkan, bahwa banyak dari generasi muda terdidik kita, termasuk dalam angkatan kerja yang tidak terserap dunia kerja. Ini adalah sebuah keadaan yang menyedihkan, karena mereka adalah generasi yang diharapkan akan membawa keadaan yang lebih baik, minimal bagi diri mereka sendiri, dan maksimalnya bagi nusa, bangsa, dan agama. Mereka adalah generasi yang diharapkan akan menciptakan lapangan pekerjaan, bukan sebaliknya malah ikut-ikutan mencari-cari lapangan pekerjaan sampai pusing tujuh puluh keliling.

Untuk mendapatkan informasi lapangan pekerjaan tersebut, para lulusan memanfaatkan berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Media eletronik khususnya internet, menjadi media yang paling banyak digunakan para lulusan untuk mencari informasi. Hal ini memperlihatkan bahwa pentingnya media internet dalam memberikan informasi bagi lulusan yang akan memasuki dunia kerja. Alangkah lebih baiknya jika kita mengembangkan potensi masing-masing. Yang berpotensi menjadi pebisnis, jadilah seorang pebisnis yang sukses. Jika potensi kita menjadi seorang sastrawan, jadilah sastrawan yang akan menghasilkan karya sastra yang besar, bahkan bisa mendapatkan nobel dari karya sastranya. Jika potensi kita jadi penyanyi, jadilah penyanyi yang go internasional. Insya Allah, mindset bangsa, atau bahkan kebudayaan dan peradaban suatu bangsa akan terangkat. Lihatlah Jepang dengan etos kerjanya, dan semnangat Bushido-nya yang mendunia. Terakhir ini China dengan perekonomiannya yang berkembang pesat, mereka berhasil mengubah mindset mereka, yang hasilnya dapat mengubah kebudayaan dan peradaban menjadi maju seperti yang kita lihat dewasa ini. Mengapa bangsa ini tidak bisa?. Tentu bisa jika kita mau bekerja keras untuk itu. Kita jangan jadi generasi terdidik yang mengharapkan kemurahan hati pemerintah saja, tapi kita harus jadi generasi yang menjadi The agent of change, generasi yang dapat mengurus diri sendiri, tanpa selalu tergantung pada negara. Kita adalah generasi terdidik, yang harus berbeda dengan generasi yang tidak terdidik. Orang yang putus sekolah saja banyak yang sukses, kenapa kita yang S1, S2, malah yang kebanyakan S, malah menjadi orang yang mengiba-iba, dan mengharap belas kasihan dari pihak lain?. 4. SOLUSI a. Kebijakan Makro Berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi seperti: - Moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral) - Fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya. Dalam keputusan rapat-rapat kebinet, hal-hal itu harus jelas keputusannya dengan fokus pada penanggulangan pengangguran. Jadi setiap lembaga pemerintah yang terkait dengan pengangguran harus ada komitmen dalam keputusannya dan pelaksanaannya. b. Kebijakan Mikro - Pengembangan mindset dan wawasan penganggur - Segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. - Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. - Segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik. - Mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di wilayah perkotaan lainnya. - Mengembangkan suatu lembaga antar kerja secara profesional. - Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri - Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). - Upayakan untuk mencegah Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). - Segera mengembangkan potensi kelautan kita.

Anda mungkin juga menyukai