Anda di halaman 1dari 11

Perbedaan Hasil Belajar Memahami Instalasi Penerangan 1 Fase antara yang Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan

yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual Suatu Studi Di SMK Negeri 1 Bukit Kemuning Lampung Utara Fitrul Hamidi Sonuaddu (Alumni Universitas Negeri Jakarta Tahun Lulus 2012) Petty Octaviana 5215097007 (Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika Universitas Negeri Jakarta) Email : pettyoctaviana07@gmail.com

Abstract

FITRUL SUADDUON Hamidi, Learning Outcomes Understanding the Difference Lighting Installation of the Phase 1 Study Using STAD Cooperative Learning Using Contextual Learning With A study in SMK Negeri 1 Myrtle Hill North Lampung. Thesis Faculty of Engineering, State University of Jakarta, majoring in Electrical Engineering, Electrical Engineering Education courses. July 2012.

This study aims to determine the difference in learning results Replacing Electrical Building Simple installation between the use of Cooperative learning with the use of contextual learning. The research was conducted at Bukit Kemuning SMK Negeri 1. The method used is an experimental method. The population in this study is that the entire class X SMK Negeri 1 Bukit Kemuning programs Electrical engineering power utilization. Sample size of 30 students in class X and 30 students TPTL 1 X TPTL 2 capture using Cluster Sampling technique.

Class X TPTL 1 using Cooperative learning, for X TPTL 2 using contextual learning. Measurement instrument uses multiple choice objective tests with 5 answer choices as much as 25 questions, the value of 1 for correct answers and 0 for incorrect answers. Before the instrument is Perbedaan Hasil Belajar Memahami Instalasi Penerangan 1 Fase Page 1

used, first conducted trials of the 30 respondents to the item about the problem as much as 30 points. After the test results were analyzed using the validity of the item, the index of difficulty and the distinguishing features about the number 25 qualifying questions. The results of reliability calculations using KR-20 reliability values obtained for 1.

From the test results data analysis requirements of research conducted using the test for normality and homogeneity test. The results of normality test of learning outcomes data using cooperative learning acquired Lh (0.116) <Lt (0.161) which means that the data came from a normally distributed population. Data normality test results of the study method of learning is contextual Lh (0.083) <Lt (0.161), meaning the data is also normally distributed. Homogeneity of test results obtained Fhitung = 1.16 and = 2.16 Ftabel. Because Fhitung <Ftabel, it can be concluded from these two groups of the population variances are homogeneous.

Of hypothesis testing using t-test the equality of two averages obtained TTable tcount = 2.30 and = 2.045 thus tcount> TTable then H0 refused and H1 accepted. Study results can be concluded Installing Electrical Installation Building Simple, which uses contextual learning is higher than that using the Co-operative learning.

PENDAHULUAN Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang tidak terhingga bagi kehidupan

aspek

kehidupan

masyarakat.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan akan menghasilkan sumber daya manusia yang mampu bersaing secara sehat dalam ketatnya kompetisi dalam

manusia. Perkembangan teknologi tersebut telah mencakup segala

HAELKO Vol.6, No.11, April 2012: 1-11 Page 2

dunia industri. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan

berhubungan dengan materi ajar instalasi listrik, khususnya pada standar kompetensi memahami

formal yang akan menghasilkan lulusan yang nantinya diharapkan mempunyai lulusan yang dibutuhkan baik di dunia usaha maupun di dunia industri. pelaksanaan sekolah Berbicara mengenai di

instalasi penerangan 1 fase tetapi mereka tidak mampu

menghubungkan atau mengkaitkan materi ajar yang mereka terima di sekolah pengetahuan dengan bagaimana akan

Pembelajaran di

khususnya

sekolah

tersebut

menengah kejuruan seringkali masih menimbulkan kurangnya persoalan pemahaman yaitu siswa

digunakan nantinya. Faktor dari guru juga sangat mempengaruhi hasil belajar, peningkatan hasil

tentang materi yang diajarkan. Hal ini terjadi dikarenakan banyaknya siswa tentang yang mampu menghapal ajar tetapi siswa yang pada tidak

belajar siswa didukung dengan guru yang mempunyai kompetensi

mengajar yang baik. Kompetensi mengajar guru salah satunya adalah penguasaan metode mengajar yang baik dan efektif. Banyak model yang

materi

diterimanya, kenyataannya

memahami konsep yang diajarkan. Pada siswa di SMK Negeri 1 Bukit Kemuning, Siswa mampu

digunakan guru di SMK Negeri 1 Bukit Kemuning dalam mengajar antar lain dengan metode kooperatif.

menghapal berbagai rumus-rumus dan konsep-konsep yang

pembelajaran

Perbedaan Hasil Belajar Memahami Instalasi Penerangan 1 Fase

Page iii

Pembelajaran

kooperatif

berarti

memberikan fasilitas kepada peserta didik untuk mencapai Pengajaran tujuan dan

bekerja sama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Belajar kooperatif dapat membantu siswa dalam motivasi mendefinisikan dan organisasi kemitraan struktur untuk yang

pembelajaran. pembelajaran (Contextual

kontekstual Teaching Learning)

merupakan konsep belajar yang membantu guru menghubungkan

menumbuhkan bersifat

kolaboratif

(collabrative akibat

antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa siswa dan

partnership).

Sebagai

pendekatan pembelajaran kooperatif yang cenderung linear indoktrinatif, siswa bukan cuma menjauh tetapi juga tidak mampu menghadapi

mendorong

membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pada pengajaran tugas siswa guru berbasis adalah

kehidupan nyata, gagap terhadap masalahnya sendiri apalagi dengan lingkungan sendiri. pembelajaran Artinya, dan masyarakatnya strategi penting. dapat

kontekstual, membantu

Pemilihan sangatlah

mencapai

tujuannya. Dengan pemahaman ini, hasil belajar diharapkan lebih

bagaimana

guru

memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan yang baik, pengalaman yaitu yang belajar dapat

bermakna bagi siswa. Proses belajar juga berlangsung alamiah, siswa bekerja dan mengalami, bukan

proses transfer dari guru ke siswa.

HAELKO Vol.6, No.11, April 2012: 1-11 Page iv

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan, yaitu : 1) Apakah penyebab kurangnya

KERANGKA TEORITIS Dalam pembelajaran instalasi penerangan listrik bangunan

sederhana di SMK jurusan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik

pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan 2) dengan Apakah metode metode

khususnya sangat penting karena termasuk produktif. memasang dalam Dalam instalasi mata pelajaran

kooperatif?

pembelajaran penerangan

kooperatif yang dilakukan pengajar menjadi penyebab rendahnya minat dan motivasi belajar sehingga

listrik bangnan sederhana terdapat Kompetensi Dasar yaitu : a) Memahami instalasi

mempengaruhi aktivitas belajar? 3) Apakah dengan merubah metode ceramah dengan metode kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa? 4) Apakah ada perbedaan hasil belajar Memahami Instalasi Penerangan 1 Fase antara yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif dengan metode

penerangan 1 fase. b) Menjelaskan cara menggambar rencana instalasi penerangan. Sehingga dalam pembelajaran Instalasi Bangunan perencanaan Instalasi pemasangan bangunan Penerangan Sederhana dan Listrik. instalasi sederhana atau Listrik terdapat

pemasangan Sebelum listrik jenis

pembelajaran kontekstual ?

instalasi lainya, perlu dilakukan

Perbedaan Hasil Belajar Memahami Instalasi Penerangan 1 Fase

Page v

perencanaan yang baik dan tepat guna. Memahami Standar Instalasi Kompetensi Penerangan

langsung

berada

dalam

daerah

kegiatan konsumen. Model Pembelajaran model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan,

Listrik 1 fase adalah mempelajari tentang teknik pemasangan instalasi listrik dasar instalasi bangunan dan dapat melakukan perencanaan listrik dengan baik dan memenuhi

persyaratan keselamatan dan dapat merencanakan perhitungan beban listrik yang akan dipasang sesuai dengan standar Peraturan Umum Instalasi Listrik. Oleh karena sumber tenaga listrik untuk beban memiliki kondisi dan persyaratan tertentu maka, instalasi listrik tenaga untuk instalasi diartikan penerapan penyaluran tenaga sebagai dan tenaga listrik sesuatu dapat cara

melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk

meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Pembelajaran STAD Pendekatan kooperatif STAD pembelajaran atau Student Kooperatif tipe

pemasangan listrik untuk

semua peralatan yang memerlukan tenaga listrik untuk

Teams Achievmet Division sangat dikenal pada tahun 1990-an. Oxford Dictionary (1992) mendefinisikan

mengoperasikannya dan bagian ini

HAELKO Vol.6, No.11, April 2012: 1-11 Page vi

kooperasi

(cooperation)

sebagai

Pembelajaran

kontekstual

bersedia untuk membantu (to be of assistance or be willing to assist). Kooperatif juga berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Belajar kooperatif dapat membantu mendefinisikan siswa struktur dalam motivasi

(Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa siswa dan

mendorong

membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan dan

dan organisasi untuk menumbuhkan kemitraan yang bersifat kolaboratif (collaborative partnership).

Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu yang

masyarakat.

Pengetahuan

keterampilan siswa diperoleh dari usaha sendiri siswa mengkonstruksikan dan

pembelajaran diterapkan

kooperatif untuk

menghadapi

pengetahuan

kemampuan siswa yang heterogen. Di dalamnya siswa diberi

keterampilan baru ketika ia belajar. Menurut penerapanya tujuh Depdiknas dengan komponen efektif, untuk melibatkan utama yakni:

kesempatan

untuk

melakukan

kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan. Pembelajaran Kontekstual

pembelajaran konstruktivisme menemukan

(Constructivism), bertanya

(Inquiry),

(Questioning), masyarakat belajar

Perbedaan Hasil Belajar Memahami Instalasi Penerangan 1 Fase

Page vii

(Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Dalam penerapan didalam

digunakan di dalam kelas. Proses pembelajaran yang terorientasi pada siswa telah terbukti menghasilkan pemahaman yang mendalam

kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai

terhadap materi pelajaran, hal ini terlihat dari beberapa penelitian baik yang dilakukan para ahli maupun mahasiswa kependidikan. Untuk itu maka pembelajaran dan pengajaran kontekstual ditawarkan untuk

tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi pembelajaran yang akan dilakukan daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai

mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. HASIL PENELITIAN Nilai rata-rata siswa X TPTL 1 sebesar 74,26 dan nilai rata-rata siswa X TPTL 2 sebesar 80, jadi nilai rata-rata siswa X TPTL 2 > X TPTL 1.

sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru didapat dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan

pendekatan kontekstual. Tugas guru disini adalah Hasil Pengujian Normalitas Perhitungan dilakukan dengan menggunakan uji liliefors dengan taraf signifikansi = 0,05. Hasil

sebagai fasilitator dan moderator. Guru lebih banyak memikirkan

strategi pembelajaran yang akan

HAELKO Vol.6, No.11, April 2012: 1-11 Page viii

perhitungan diperoleh dari sampel kelas X TPTL 1 dengan XA

siswa kelas X TPTL 2 dilakukan dengan uji-t dengan taraf nyata = 0,05. Hasil perhitungan

maksimum atau Lhitung = 0,116, sedangkan Ltabel(0,05) = 0,161 (lihat lampiran 17). Jadi Lhitung< Ltabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel untuk siswa kelas X TPTL 1 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk sampel siswa Kelas X TPTL 2 diperoleh hasil perhitungan untuk XB maksimum atau Lhitung = 0,083, sedangkan Ltabel(0,05) = 0,161 (lihat lampiran 23). Jadi Lhitung< Ltabel. Dengan demikian dapat

menunjukkan Fhitung = 1,16 dan Ftabel = 2,16 (lihat lampiran 24). Dari kriteria tolak H0 jika Fhitung > Ftabel, dan karena Fhitung<Ftabel, maka H1 diterima. Artinya sampel siswa kelas X TPTL 1 dan siswa kelas X TPTL 2 tersebut

berdistribusi homogen. Hasil Penelitian Dari perhitungan, diperoleh nilai simpangan baku gabungan Pengujian Hipotesis

disimpulkan bahwa sampel untuk siswa kelas X TPTL 2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

sebesar 19,33, untuk perhitungan uji t nilai thitung = 2,30 (lampiran 25). Sedangkan Berdasarkan nilai ttabel = 2,045.

kriteria

pengujian

Hasil Pengujian Homogenitas Pengujian homogenitas

hipotesis nol yang digunakan, karena th> tt, maka H1 diterima dan H0 ditolak.

sampel yang dilakukan terhadap siswa kelas X TPTL 1 dengan

Perbedaan Hasil Belajar Memahami Instalasi Penerangan 1 Fase

Page ix

Karena th>tt bahwa hasil belajar mata pelajaran memasang instalasi listrik bangunan sederhana pada siswa kelas X TPTL 2 dengan menggunakan kontekstual pembelajaran lebih tinggi

menggunakan

pembelajaran

kooperatif pada kelas X di SMK Negeri 1 Bukit Kemuning. 2) Ada pengaruh mengajar memasang penggunaan terhadap instalasi hasil metode belajar

penerangan

dibandingkan dengan siswa kelas X TPTL 2 yang menggunakan

listrik bangunan sederhana. DAFTAR PUSTAKA Arikunto.Suharsimi.Prosedur Penelitian. Rinekacipta. Arikunto.Suharsimi.Dasar-dasar Evaluasi Penelitian. 2011. Jakarta: Rinekacipta. Azwar, Saifuddin. Reliabilitas dan Validitas. 2003. Yogyakarta: 2006. Jakarta:

pembelajaran kooperatif. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pembelajaran perbedaan Kooperatif antara dengan

Pembelajaran Kontekstual terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan penafsiran dan pengujian hipotesis, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa : 1) Hasil belajar memasang instalasi penerangan listrik bangunan

PustakaPelajar. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, Rinekacipta. Djaali. Psikologi Pendidikan, 2008. Jakarta: Bumi Aksara. 2006. Jakarta:

sederhana siswa yang menggunakan pembelajaran tinggi kontekstual siswa lebih yang

daripada

HAELKO Vol.6, No.11, April 2012: 1-11 Page x

Haris

dan

Jihad.

Evaluasi Yogyakarta:

Sariadi dan Supriyanto Bambang. Instalasi Rumah Tinggal. 2003.

Pembelajaran.2009. Multi Pressindo. Kuncono..Analisis

Bandung: Angkasa. Butir. 2004. Sanjaya, Wina, 2007. Strategi Jakarta:

Jakarta: PT Neo Dunia Damai. Purwanto. Prinsip M. dan Ngalim. Teknik PrinsipEvaluasi

Pembelajaran, Kencana.

Siregar dan Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran, 2010. Bogor: Ghalia Indonesia.

Pengajaran, 2001. Bandung: Remaja Rosdakarya. Masnur, Muslich. KTSP

Slameto. Evaluasi Pendidikan. 1988. Jakarta:Bina Aksara. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil

Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. 2009. Jakarta: Bumi aksara. Sardiman A.M. Interaksi dan

Proses Belajar Mengajar. 1989. Bandung: Remaja Rosda karya. Sukardi. Metodologi

Motivasi Belajar Mengajar, 2006. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Penelitian Pendidikan. 2003. Yogyakarta: PT BumiAksra.

Perbedaan Hasil Belajar Memahami Instalasi Penerangan 1 Fase

Page xi

Anda mungkin juga menyukai