Anda di halaman 1dari 4

Menyusun arahan strategi pengembangan dan perencanaan kawasan minapolitan tahan bencana diaceh jaya Deskriptif 3.3.5.

Analisis Deskriptif Pada penyusunan perencanaan kawasan minapolitan ini, analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan strategi perencanaan minapolitan tahan bencana di Pulau Baai Kota Bengkulu berdasarkan data hasil analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya, dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif. Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004) strategi dalam perencanaan pembangunan diartikan sebagai suatu cara yang digunakan dalam proses perumusan atau penyusunan rencana-rencana pembangunan di suatu wilayah tertentu yang menghasilkan dokumen perencanaan yang bersifat makro/luas. Jika dikaitkan dengan mesalah teknik, strategi lebih bersifat global dan umum dibandingkan dengan teknik yang lebih sempit dan deatil. Strategi adalah keseluruhan langkah (kebijakan-kebijakan) dengan perhitungan yang pasti guna mencapai suatu tujuan atau untuk mengatasi suatu persoalan (Bintoro dan Mustopodidjaya, 1988 dalam Riyadi dan Bratakusumah (2004). Sementara Siagian (1995) dalam Riyadi dan Bratakusumah (2004) mengemukakan bahwa strategi adalah suatu cara menentukan misi pokok suatu organisasi, strategi merupakan keputusan dasar yang dinyatakan secara garis besar.

Mengidentifikasi tingkat perkembangan wilayah kawasan minapolitan Pulau Baai Kota Bengkulu skalogram Analisis Skalogram Analisis Skalogram digunakan untuk menentukan hierarki pusat-pusat wilayah dan keberadaan kota-kota kecil menengah dalam mendukung penentuan lokasi pusat minapolis/pelayanan. Dalam metode skalogram, seluruh fasilitas umum yang dimiliki oleh setiap unit wilayah didata dan disusun dalam satu tabel. Metode skalogram ini bisa digunakan dengan menuliskan jumlah fasilitas yang dimiliki oleh setiap wilayah, atau menuliskan ada/tidaknya fasilitas tersebut di suatu wilayah tanpa memperhatikan

jumlah/kuantitasnya. Tahap-tahap dalam penyusunan skalogram (Saefulhakim, 2004) adalah sebagai berikut: 1. Menyusun fasilitas sesuai dengan penyebaran dan jumlah fasilitas di dalam unit-unit wilayah. Fasilitas yang tersebar merata di seluruh wilayah diletakkan dalam urutan paling kiri dan seterusnya sampai fasilitas yang terdapat paling jarang penyebarannya di dalam seluruh unit wilayah yang ada diletakkan di kolom tabel paling kanan. Angka yang dituliskan adalah jumlah fasilitas yang dimiliki setiap unit wilayah. 2. Menyusun wilayah sedemikian rupa dimana unit wilayah yang mempunyai ketersediaan fasilitas paling lengkap terletak di susunan paling atas, sedangkan unit wilayah dengan ketersediaan fasilitas paling tidak lengkap terletak di susunan paling bawah. 3. Menjumlahkan seluruh fasilitas secara horizontal, baik jumlah jenis fasilitas maupun jumlah unit fasilitas di setiap unit wilayah. 4. Menjumlahkan masing-masing unit fasilitas secara vertikal sehingga diperoleh jumlah unit fasilitas yang tersebar di seluruh unit wilayah. 5. Dari hasil penjumlahan ini diharapkan diperoleh urutan, posisi teratas merupakan sub wilayah yang mempunyai fasilitas terlengkap, sedangkan posisi terbawah merupakan sub wilayah dengan ketersediaan fasilitas umum paling tidak lengkap. Selain cara yang telah dijelaskan pada metode skalogram tersebut, terdapat metode lain yang merupakan modifikasi skalogram yaitu penentuan Indeks Sentralitas dengan berdasarkan jumlah penduduk dan jenis fasilitas pelayanan. Tahapan penyusunan skalogram dengan Indeks Sentralitas adalah sebagai berikut: 1. Jika dari hasil pengurutan dengan metode skalogram sudah diperoleh, maka selanjutnya adalah dengan melakukan penggantian seluruh nilai fasilitas dengan nilai 1 (satu) jika ada fasilitas tersebut di suatu wilayah atau 0 (nol) jika tidak ada fasilitas yang di maksud di suatu wilayah. 2. Selain data fasilitas umum, maka data yang perlu ditabelkan adalah data populasi. 3. Setelah diperoleh hasil dari penyusunan skalogram seperti pada butir 2 (dua), dihitung nilai standar deviasi dari keseluruhan jumlah penduduk yang ada di seluruh

wilayah. Nilai ini akan digunakan untuk menghitung nilai sentralitas dan mengelompokkan unit wilayah dalam kelas-kelas yang dibutuhkan. Sebagai contoh kelompok yang diperoleh berjumlah 3 (tiga), yaitu kelompok I dengan tingkat perkembangan tinggi, kelompok II dengan tingkat perkembangan sedang dan kelompok III dengan tingkat perkembangan rendah. Selanjutnya ditetapkan suatu konsensus misalnya jika suatu desa memiliki jumlah jenis, jumlah unit sarana prasarana dan kepadatan penduduk yang lebih besar atau sama dengan (standar deviasi + nilai rata-rata) maka dikategorikan desa kelompok I, kemudian jika suatu desa memiliki jumlah jenis, jumlah unit sarana prasarana dan kepadatan penduduk antara standar deviasi sampai (standar deviasi + nilai rata-rata) maka dikategorikan desa kelompok II dan jika suatu desa memiliki jumlah jenis, jumlah unit sarana prasarana dan kepadatan penduduk ini kurang dari standar deviasi maka dikategorikan desa kelompok III. Secara matematis kelompok tersebut adalah :
o o

Kelompok I + Standar deviasi (tingkat perkembangan tinggi) + Standar deviasi > Kelompok II Standar deviasi (tingkat perkembangan sedang)

Kelompok III < Standar deviasi (tingkat perkembangan rendah)

Anda mungkin juga menyukai