Anda di halaman 1dari 23

Pembimbing : dr. Wawan M. , Sp.

BS

Ihsan Bayu (030.05. 110) David Rizki Akhirul Zamril (030.06.056) Anita Yolaningtyas (030.07.024) Nur Isnan (030.07. ) Putri Mulyati (030.07.280)

Tn. S datang ke RS X karena terlindas kayu gelondongan saat bekerja di kapal Malaysia. Amputasi dilakukan tanpa persetujuan Tn. S dan keluarga. Setelah dilakukan amputasi, pasien dipulangkan sehari setelahnya tanpa diberikan obat dan hanya diberikan bukti pembayaran berupa kuitansi bertuliskan tangan.

KUHP

KUHPer

UU Praktik Kedokteran No. 29 tahun 2004 UU Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999

UU Kesehatan No. 36 tahun 2009

UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Pasal 360 KUHP


Barang siapa karena kesalahannya (kelalaiannya) Menyebabkan orang lain

mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
Barang siapa karena kesalahannya atau (kelalaiannya) menyebabkan orang lain

luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi Rp.4500,-

1365 KUH Perdata :


Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada

seseorang, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut Pasal 1371 KUH Perdata : Penyebab luka atau cacatnya suatu anggota badan dengan sengaja atau karena kurang hati- hati memberikan hak kepada si korban untuk selain penggantian biaya- biaya penyembuhan, menurut penggantian kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat tersebut. Juga penggantian kerugian ini dinilai menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak

Pasal 2

Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perindungan dan keselamatan pasien.

Pasal 3

perlindungan kepada pasien mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi

Pasal 45

Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi harus mendapat persetujuan. Persetujuan diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban: memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis Pasal 51 (a) pasien.

Pasal 52 (a)

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak: mendapatkan penjelasan secara lengkap

Pasal 66

Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.

Pasal 12
Rumah Sakit harus memiliki data ketenagaan

yang melakukan praktik atau pekerjaan dalam penyelenggaraan Rumah Sakit. Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan konsultan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.

Pasal 32 Setiap pasien mempunyai hak:


memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan

tanpa diskriminasi; memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi; mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan; memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada

dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit; mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan; memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya; menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana;

Pasal 37
Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di

Rumah Sakit harus mendapat persetujuan pasien atau keluarganya.

Pasal 46
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum

terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

Hak-hak konsumen di Indonesia (Pasal 4) adalah :


memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan baranga dan/

atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang-barang dan/atau jasa; didengar pendapat dan keluhan-keluhannya atas barang dan/ atau jasa yang digunakan mendapatkan advokasi, perlindungann dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau pengganti barang dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

Pasien memiliki hak untuk menuntut kerugiannya, namun sebaiknya dimusyawarahkan dahulu agar penyelesaian kasus ini bisa diterima oleh kedua belah pihak. Menurut undang-undang, pihak rumah sakit yang bertanggung jawab, dan rumah sakit harus siap apabila pasien meminta ganti rugi.

Malpraktek dalam kasus ini adalah suatu tindakan kelalaian yang dilakukan oleh dokter atau petugas pelayanan kesehatan yang bertugas melakukan segala macam tindakan. Dimana dalam kasus ini pasien tidak mendapatkan informasi dan persetujuan yang seharusnya didapatkan. Kelalaian ini bisa dikatakan terjadi karena kurangnya komunikasi antara pihak rumah sakit dengan pasien sehingga terjadi masalah ini. Jika ditinjau dari segi hukum, sudah jelas bahwa terdapat kekurangan dalam hal informed consent dan hak-hak yang seharusnya di dapatkan oleh konsumen yang sesuai dan tercantum dalam undang-undang yang berlaku.

Rumah sakit sebaiknya memiliki management dan juga oknum-oknum yang berkualitas sehingga RS dapat bekerja secara professional sesuia dengan peraturan yang ada demi kepuasan kedua belah pihak dan terhindar dari pelanggaran. Pasien juga harus menjadi pihak yang mengerti hak dan kewajiban nya, sehingga tidak mudah terjebak dalam kerugian.

Undang-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004. Diunduh dari www.dikti.go.id pada tanggal 9 Desember 2012. Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009. Diunduh dari www.dikti.go.id pada tanggal 9 Desember 2012. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Diunduh dari www.depdagri.go.id pada tanggal 7 Desember 2012. Undang- undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999. Diunduh dari www.dikti.go.id pada tanggal 8 Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai