Anda di halaman 1dari 42

HER NAME IS AEGIS Suasana jalanan malam itu sepi, malam yang sempurna untuk balapan.

BaLi yang diikutin Giga malam ini entah untuk yang keberapa kali sudah tidak dirasanya istimewa. Ga, taruhannya malam ini lumayan gede. 5 juta. Dennis menghampirinya begitu melihat Giga datang dengan motor hitamnya. Lo pasti ikut kan, Ga? Alice yang ada di samping Dennis menatapnya manja. Giga nyengir sebentar, im in. Dennis langsung ber yes ria dan berlari ke kerumunan lain sementara Alice langsung menaiki motor Giga. Eh, ngapain lo naik? Turun! Giga setengah membentak Alice yang menaiki motornya. Alice menyambutnya dengan wajah cemberut. Kenapa sih? Dari dulu selalu aja kayak gitu tiap kali ada yang mau dibonceng sama lo. Terserah gue. Turun lo, gue mau ke lintasan. Cepatan!!! Alice turun dengan cemberut sambil melihat Giga pergi. Masih ditolak aja lo, Lice? Resty yang melihat kejadian itu menghampirinya. Alice diam sambil menatap punggung Giga. Sudah setahun dia kenal Giga waktu nonton BaLi dengan pacarnya dulu, sekarang sudah jadi mantan sih, Alice benar-benar naksir sama Giga. Tapi Giga gak pernah nunjukin perhatian. Alice sendiri padahal PD banget sama kecantikannya, juga sama bodynya yang bisa bikin cowok kegirangan kalau dipeluk sama dia. Setiap Giga datang dia selalu coba narik perhatiannya, tapi tetep gak berhasil. Liat aja, Giga pasti jadi milik gue. Itu cuman soal waktu. Kenapa harus Giga sih? tanya Resty, tidak mengerti dengan pilihan temannya itu, menurutnya Giga terlalu cuek dan kelihatan jelas gak perduli sama Alice. Soalnya Giga itu keren, ganteng, tajir, keluarganya juga pembesar terkenal. Matre lo. Keduanya tertawa lalu menyusul ke are lintasan balapan. Di lintasan, Giga memasang sarung tangannya dan menoleh melihat lawannya. Dia lumayan sering melihat nya di lintasan tapoi tidak mengenal namanya, toh, menurutnya itu hal yang tidak perlu. Matanya menyapu ke arah penonton yang mulai bersorak-sorak, tapi dia tidak menemukan yang di carinya. Giga menghela nafas, Oh, well, kalau dia mau si brengsek itu pasti datang sendiri. Melihat Dennis mulai maju ke tengah, Giga memasang helm perak nya dan menstater motornya.Giga malam itu kembali jadi raja lintasan, dia pulang membawa uang hadiahnya

yang 4 juta (satu jutanya dia bagi-bagi ke teman-temannya, terpaksa, Dennis ngancem mau ngebeset-beset motor kesayangannya sih). Hari ini juga Vino, sahabat yang dicari nya di arena lintasan tidak datang. Ternyata sahabatnya itu serius mau pensiun dari dunia balap liar yang mereka ikuti itu. Awalnya Giga pikir, Vino tidak akan bisa bertahan lebih dari 3 bulan, tapi sepertinya dia serius. Sampai di rumahnya, Giga mematikan mesin motornya dan masuk ke rumah setelah memberikan upeti berupa martabak manis ke Pak Joni, satpam rumahnya, dan pelan-pelan mendorong motornya ke garasi. Dengan rencana yang tersusun rapi sepeerti biasanya, Giga mulai memanjat tangga yang sudah disiapkannya untuk ke beranda ruang tamu. Dia tidak bisa meletakkan tangga di depan beranda kamarnya lagi, soalnya Mang Ujang, tukang kebunnya sudah diperingatin orangtuanya untuk menyimpan tangga itu. Maka, sejak beberapa minggu ini, Giga meletakkan tangga nya ke beranda ruang tamu yang kuncinya sudah diduplikat olehnya. Setelah berhasil memanjat, dia membuka jendela hingga cukup besar untuk badannya yang tinggi, dan merasa tenang karena rencananya berhasil speerti biasa. Sambil mengendap-endap, membungkuk serendah mungkin, dan mencoba tidak membuat suara, Giga langsung melesat menuju pintu untuk keluar ke kamarnya. Tapi begitu membuka pintu, dia langsung berhadapan dengan sepasang kaki yang memakai sendal tidur bentuk kucing di depan mukanya. Giga mendongak dan melihat cewek berambut panjang yang dikepang satu membeku melihatnya, di tangan cewek itu ada segelas susu coklat yang kayaknya baru diminum seperempat. MALING!!!!!!!! cewek itu langsung teriak dan Giga yang kalap langsung membenamkan tangannya menutup mulut cewek itu. Aarrrggh... Giga malah berteriak begitu cewek itu ngegigitnya sekuat tenaga. MALING!!!! MALING!!! Giga langsung bisa mendengar derap langkah ramai dan hanya bisa menghela nafas pasrah. Sadar dia akan kalah sebentar lagi. Rencananya kacau balau!!! Apa ini?! Apa yang.... Papa nya yang tampak bingung langsung mengerti melihat Giga yang masih pakai jaket kulitnya. Mana malingnya? Mana malingnya? Mang Ujang yang datang bawa pemukul bisbol yang dikasih Giga 2 tahun lalu, disusul dengan Bik Sum yang tergopoh-gopoh dan Mamanya yang panik. Maling, tante... malingnya nih... cewek itu langsung menghambur ke Mamanya dan bersembunyi di belakang orangtuanya sementara Giga melotot ke cewek itu. Kamu!!! Jam berapa sekarang?! Papanya melotot.

Giga hanya nunduk, sambil memegang tangannya yang digigit cewek itu tadi. Tanpa melihat dia juga sudah tau kalau wajah Papanya pasti sudah berubah jadi ungu saking kesalnya. GIGA!!! Giga sedikit berjengit mendengar namanya diteriakin kayak gitu. Pa, udah malam, besok aja. Yang penting, kan, Giga pulang. Ini udah malam. Mamanya langsung menenangkan Papanya. Sambil nunduk Giga nyengir, Mamanya memang baik. Tau kalau anaknya capek dan harus istirahat biarpun besok dimarahi juga sih. Papanya masih memandangnya lalu menghela nafas, dan menunjuk ke lorong mengisyaratkannya untuk langsung ke kamar. Sambil berjalan, Giga melotot ke ceweksandal-kucing yang langsung menatapnya ketakutan, ini semua salah cewek itu makanya dia ketauan. Siapa sih tuh cewek, nyusahin banget. Giga mengganti bajunya dengan cepat di kamar lalu beranjak tidur. *** Den, aden, udah pagi. Nyonya ama Tuan udah nunggu di bawah. Bik Sum membangunkannya yang dirasanya baru 5 menit dia tidur. Giga mengerjap, kalau orangtuanya sudah dibawah, mustahil baginya buat menolak, apalagi ada kejadian semalem. Akhirnya setelah siap-siap dia turun ke meja makan. Begitu turun untuk sarapan dan siap mau ke kampus, dia langsung ngeliat cewek itu juga ada di meja makan, saking herannya dia bengong di dekat tangga. Jangan berdiri saja, cepat duduk. Papanya memberi perintah dari ujung meja, Giga menurut. Gara-gara kamu, Aegis jadi ketakutan tadi malam. Papa mau itu yang terakhir. Dan kali ini kalau kamu ngelanggar janji, uang sakumu dan semua kartu kreditmu, Papa tarik. Mata Giga terangkat dari roti panggangnya, Hah?! Terus nanti aku hidup dari apa? Urusanmu. Papanya terus membaca korannya tanpa melihat ekspresi Giga yang protes keras. Mamanya hanya tersenyum di sebelah Papanya. Tapi Papa ngeganti hukuman kamu, iya kan Ma? Papanya menoleh dari korannya dan menatap Mamanya penuh arti. Ga, kamu belum kenalan kan? Ini Aegis anak Tante Laila yang mama kenal dari klub buku. Mereka baru pindah ke Jakarta beberapa bulan lalu dan Tante Leila masih ada urusan di Aussie. Jadi untuk sementara dia tinggal sama kita, sebelum Tante Leila balik lagi ke Indonesia. Untung Mama kenalan sama Mamanya Aegis. E, ini Giga anak tante, yang kamu kira maling semalam lho. Aegis bakal kuliah di kampus kamu juga.

Namanya siapa tadi? bingung Giga. Aegis! Kayak pengucapan Egypt tapi pakai S. Papa Aegis arkeolog, jadi agak eksentrik. senyum Mamanya dengan tatapan sayang ke Aegis, sementara Giga hampir menganga melihatnya. Menurutnya eksentrik itu kata lain untuk menyebut gila, jadi menurutnya itu bukan pendapat yang salah mengingat itu cewek sudah membuatnya nyaris di hukum. Giga tidak bereaksi sementara cewek itu mengangguk sedikit padanya. Aku kan gak ada hubungannya. Aku hampir telat, Ma. Aku ke kampus dulu ya. ujarnya siap mau loncat dari kursinya. Seminggu ini kamu jadi sopir Aegis sampai Tante Laila pulang dari Sidney. Mamanya cepat-cepat menambahkan. Apa?! Tapi.... Dan jangan lupa sama Aegis, dia ikut sama kamu. Hari ini kamu pakai mobil. Apa? Kan macet?! Lama, kalau pakai mobil. Aku pakai motor aja. Aegis tetap bareng kamu dan jangan ngebantah. Mamanya membuat keputusan final dan dari nada suaranya Giga yakin tidak punya kesempatan membantah lagi. Mamanya jauh lebih seram dari Papanya. Hati-hati ya. Mamanya menambahkan begitu Giga menuju ke pintu di barengi Aegis yang ngekor. Cepetan! katanya galak sambil menyodorkan helm ke Aegis. Naik motor? Kenapa? keberatan? Ayo cepetan, biasanya jam segini macet tau. Dosen gue killer nih! Aegis cemberut menghadapi sikap itu, tapi diambilnya juga helm itu dan dipasangnya. Dasar cowok. omelnya pelan. HE & SHE Sepanjang perjalannan Aegis terus-terusan mencubit Giga dari belakang lantaran sering ngebut, dan ngelakuin gerakan-gerakan nyaris yang bikin jantung hampir copot. Apaan sih?! Dari tadi nyubit terus, sakit tau. Cewek gila lo. sembur Giga begitu sampai ke kampus dan melepas helmnya. Kamu yang saraf?! Jelas-jelas tadi ada metromini lewat pas di depat, kamu masih nyerempet aja. Yang kamu bawa itu orang bukan boneka!!!

Heh, lo kan selamat, apa-apaan sih. Yang ada juga harusnya gue yang marah sama elo. Sekarang gue milih dihukum sebulan ketimbang harus jadi supir lo selama seminggu!! Aku sendiri lebih milih naik angkot dari pada dianter sama pengemudi mabok kayak kamu!!! Lunatic!!! Aegis memukulkan tasnya ke punggung Giga, rambutnya yang di kepang satu terayun dibelakangnya. Ya udah, jalan kaki sana!!! Giga langsung nurunin Aegis di gerbang kampus dan memacu motornya ke parkiran. Dasar cewek ngerepotin. Baru dua hari Giga mengenalnya dan cewek itu sudah membuat masalah. Giga turun dari motornya dan menuju kelasnya. Eh, Ga, wah, untung lo baru datang sekarang, Vino sahabatnya muncul menghampirinya saat Giga separuh jalan menyebrangi taman, dari tadi si Alice nyariin lo tuh di kelas, susah ngusirnya. Serius? Wah, untung gue ketemu lo disini. Gw gak masuk dulu ah. Biarin aja si Alice disitu. Itung-itung amal gue buat anak-anak cowok sekelas. Cengir Giga dan langsung ganti arah ke kantin. Dia sadar benar, kalau kedatangan Alice di situ bisa buat cuci mata buat teman-teman cowoknya. Dia bener-bener naksir berat sama elo tuh. Mana ada yang tahan, orang dia cerewet gitu. Bawel banget. Lagian kan gue udah bilang gue gak suka dia. Ngotot banget sih. keluh Giga sambil geleng-geleng kepala. Eh, gue denger lo menang besar tadi malem?. Yah lumayan, kemaren gue nyari-nyari lo, sekali-kali lo ikutan lagi napa? Jangan belajar mulu lo, gue pikir lo cuan tahan 3 bulan doang. Vino cuman ketawa, Harus, lagian gue juga gak sering menang. Vino mengangkat bahu. Up to you, tau dari siapa gue menang besar kemaren? Dennis? Giga turun dari motornya dan membarengi sahabatnya itu ke arah kantin. Ya iya lah, siapa lagi. Alice juga kayaknya makin kesengsem tuh sama lo. Dapat berapa lo? 5, 1 gue bagi-bagi ke anak-anak. Tapi hidup gue jadi jungkir balik waktu pulang. Apes banget gue. Kenapa? Ketauan? Vino dan Giga yang sudah sampai ke kantin langsung menarik kursi dan duduk. Giga langsung nyeritain tentang Aegis ke sahabatnya itu. Masa sih? Berarti dia cewek yang menarik banget dong, reaksinya beda sama cewekcewek lain. Jadi kepengen liat gue.

Ntar pas lo liat, bakalan shock lo. Giga ketawa dan merangkul bahu sahabatnya itu ke kelas. Anak mana sih? Kata Nyokap gue sih, pindahan dari Aussie, baru beberapa bulan di Jakarta. Anaknya dikepang satu, trus namanya susah banget. Susah? Vino langsung bingung. Seingatnya Giga ingatannya kuat, jarang banget ngelupain nama orang. Iya, susah deh pokoknya. Ga!!! Aku cari kemana-mana lho... teriak Alice dari depan kantin yang diiringi teman-temannya. Not again ratap Giga, sementara Vino ketawa. Hi Vin, sapa Alice singkat dan memposisikan diri di sebelah Giga. Hi Lice, Ok, gue mau ke perpus dulu ada buku yang mau gue cari. Have fun you guys. Vino nyengir ke Giga yang menatapnya dengan kesal dan meningggalkan Giga diantara Alice dan teman-temannya. *** Aegis berjalan sama Tina, teman barunya di kampus itu menuju kantin siangnya. Dia melihat meja bagian tengah penuh dengan rombongan cewek cowok yang ketawa-ketawa dan Giga terlihat ada di tengah kerumunan itu. E, di sana aja. Tina menunjuk tempat duduk yang ada di sudut, sementara Aegis mengangguk. Tin, rombongan itu siapa sih? tanyanya menunjuk ke meja tengah. Oh, itu, itu meja populer. Anak-anak yang duduk disana itu mereka yang vokal dan terkenal di kampus. Itu Clara si model terkenal, Vino cowo yang paling pinter, karateka dan populer di kampus, sahabatnya Giga yang juga populer dan ahli otomotif juga karateka, Minan VJ MTV yang baru itu juga dari clique mereka, masih ada beberapa anak lagi yang vokal di sana. Oh, gitu ya? Iya, yang paling populer itu Giga sama Vino, mereka sahabat yang sama-sama populer, juga masih jomblo lho. cengir Tina. Masa? Yah, tapi kalau gue gak mau deket-deket mereka, kadang beberapa diantara mereka nyebelin banget sih. Tina kembali asyik dengan makanannya sementara Aegis mengerling ke arah meja tengah itu dan melihat Giga tertawa-tawa sementara cewek seksi di sebelahnya

merangkulnya. Ternyata si pemarah itu termasuk populer di kampus, pikir Aegis. E memakan sandwichnya sambil menatap ke arah meja tengah itu, anehnya dia rasanya mengenal cowok yang ada di sebelah Giga. Tapi dia tidak bisa mengingat siapa dia. E, gue mau ke parkiran sebentar, gak papa kan, lo ke perpus sendiri? Tina sibuk mencari-cari kunci dari tasnya lalu langsung berlari pergi. Aegis lalu sibuk membaca buku sambil jalan dan membandingkannya dengan catatan yang tadi dicatatnya sampai dia menabrak cowok yang lagi jalan di depannya. Opss, sori... Aegis sibuk membereskan buku-buku itu. Nope. Aku juga salah. cowok yang ditabraknya itu ikut ngebantuin Aegis membereskan buku catatannya. Aegis? cowok itu membaca nama yang tertera di buku dengan lancar. Aegis malah mengerutkan kening keheranan, karena umumnya orang yang membaca namanya pasti bertanya dulu bagaimana membacanya. Aegis Dirgantara? Aegis??? cowok itu langsung mendongak dari buku catatan Aegis yang dipegangnya. Ya? Gue Vino, Vino yang dulu. Aegis menatapnya, dia jelas-jelas cowok yang ada di sebelah Giga tadi saat di kantin. Aegis menatapnya lagi lebih dekat mengingat-ingat wajahnya, lalu mengingat satu-satunya anak bernama Vino yang dikenalnya dulu adalah teman masa kecilnya, yang sering menolongnya saat dia diganggu dan di kunci di kamar mandi. Vino?! Aegis terbelalak melihat salah satu cowok yang duduk dimeja populer itu teman masa kecilnya yang pindah dulu. Wow, gue gak bakalan ngenalin elo kalo gak ngeliat nama yang aneh ini. Ah, sori... Vino nyengir bersalah, Lo gak pernah suka ada yang ngeledek nama lo. Makasih karena inget. Aku kaget kita ketemu di sini. Aku juga, aku gak pernah ngeliat kamu, baru masuk? Aegis ngangguk. E, gue udah... Tina balik lagi dan bengong ngeliat Aegis ngobrol bareng Vino. Aku udah dapat bukunya, kita bisa pinjem ini. Duluan, Vin. Vino melambaikan tangannya sambil nyengir. Aegis Dirgantara. Dia di sini? Ternyata dunia cukup kecil. Vino cengar cengir sendiri sampai kemudian menghampiri Giga yang juga sedang membaca sebuah text book di sudut perpus.

Orang lain gak bakal percaya kalo lo ternyata belajar. celetuk Vino sambil menarik kursi di sebelah Giga dan duduk. Giga menoleh ke sahabatnya itu, Memangnya selama ini orang-orang pikir nilai-nilai gue dari hasil sogokan gitu. Vino tertawa, Soalnya lo selalu ngedapetin segalanya, Ga. Ditambah sikap buruk lo itu, bikin orang bakalan senang kalau lo gagal. Sikap buruk apa. Giga yang tidak perduli kembali melanjutkan membaca. Sikap lo yang ngerasa selalu benar, sikap lo yang ngerendahin orang, dan juga sikap lo yang seenaknya. Jelas Vino. Giga mengangkat wajah dari bukunya, Kapan gue pernah seenaknya? Dude, you always get what you want, And they hate me because Im too good. Kalau mereka mau ngejar, bisa aja, tapi harus berusaha lebih keras. balas Giga dan menutup bukunya mengakhiri pembicaraan mereka. Vino menghela nafas tapi mengikuti sahabatnya itu. Nanti pulang lo mampir ke klub karate dulu? tanya Vino ke Giga. Gak bisa. Harus antar tuh anak Sydney pulang ke rumah atau Nyokap bakal ngegorok gue pake pisau daging. Kayak itu cewek berharga lebih dari anaknya. kata Giga kesal. Nah, itu sikap lo yang ngerendahin orang. senyum kemenangan Vino. Itu kenyataan. Baru dua hari dia di rumah tapi Nyokap ama Bokap gue udah nganggep dia kayak anak mereka. Percaya deh, makin cepat dia pergi, makin baik buat gue. Vino mengangkat bahu dan membiarkan Giga lewat. *** Saat Giga sampai di parkiran dia melihat Aegis juga baru mengarah ke parkiran. Padahal Giga sudah setengah berlama-lama di perpus supaya Aegis datang duluan dan menunggunya, tapi ternyata dia beruntung. Ayo naik, kita pulang. sahut Giga. Cewek itu mengangguk. Sesampainya di rumah dengan selamat (dengan beberapa pertengkaran dan cubitan di jalan) Aegis turun dari motor Giga. Dengar berhenti ngendarain motor kayak orang gila. Kita gak begitu di kejar waktu kan.

Waktu gue dialokasiin buat acara lain tau. komentar Giga sambil mendorong motornya. Aegis mencoba protes tapi akhirnya menghela nafas dan melihat jamnya, Eh. katanya dan menggoyangkan jam tangannya. Kayaknya aku harus beli baterai jam baru. kata Aegis lagi. Giga baru saja akan masuk duluan saat Mamanya keluar dari rumah. Nah, bagus kamu udah datang. Kenapa? tanya Giga lagi. Antar Mama ke Ardiata Mall. Mama lupa beli baterai jam Papa seklaian kita belanja di sana. Wah, pas, Tan, aku bisa ikut beli batarai jam juga? Oh, boleh. Wajah Mama Giga langsung bahagia. Giga melihatnya dapat firasat buruk. Boy, kamu bawa kita ke mall. perintah Mamanya. Tapi... Anter. perintah total Mamanya, dan Giga pasrah, rencana santainya hancur berantakan. Sesampainya di Ardiata, Giga menemani dua perempuan itu berbelanja. Mendorong belanjaan mereka. Sementara Mamanya berjalan di depan, Giga mendorong troli dan berhenti saat melihat cewek aneh itu berhenti di depan bagian elektronika. Heh, ngapain lo di situ? Ngeliatin kucingnya. Tunjuknya ke film yang sedang di putar itu. It just a cat. Sahut Giga. Aku tau. Mungkin lantaran aku suka kucing, mereka lucu. senyumnya. Giga mengangkat bahu, Udah, ayo buruan. E Mama Giga memanggilnya. Kamu sudah selesai, Sayang? Ayo kita beli baterai jam itu. kata Mama Giga keluar dari supermarket itu. Wah, Bu, ini ada undiannya, bisa diambil disana. Kata kasir dan menyerahkan sebuah kupon ke Giga. Ma, ada undiannya nih. Kata Giga menyerahkannya ke Mamanya. Gitu? Ayo kita cek dulu. Giga menghela nafas, menyesali perbuatannya tapi mengikuti Mamanya juga.

Bu, kuponnya berlaku buat satu undian. Nanti ambil bola dari kotak ini, hadiahnya ada di dalam kotak itu. kata petugasnya sambil menunjuk sebuah kotak yang sudah diberi bolongan seukuran tangan di bagian atasnya. Hadiah utamanya tivi lho Bu, ayo. bujuknya. Ya udah, Ga, ambil. kata Mamanya. Gak ah, paling gak bakal dapet. keluh Giga, dia tidak percaya dengan undian semacam ini jadi selalu cenderung skeptis. Gitu? Kalo gitu E aja. Mau ya? senyum Mamanya ke Aegis yang mengangguk. Tangan Aegis menggapai kotak itu dan tidka lama dia mengeluarkan sebuh bola yang di serahkannya ke petugas. Udah kan, ayo. Giga yang udah tidak sabar langsung membalik badan. Wah, SELAMAT!!! Kita dapat pemenangnya.! ujar petugas itu sambil menatap Aegis. Apa? Mama Giga terlihat kaget. Hah? Serius? otak rasional Giga tidak bisa memproses keberuntungan gila 1:10.000 itu, petugas ini pasti bercanda. Serius, Mas? tanya Mama Giga. Iya, Bu. Ini ada segelnya, juga tanda cap kami. Ibu pemenangnya, nah, tivinya mau di bawa sekarang apa kami antar. tanya mereka. Akhirnya sementara Mamanya sibuk dengan hal itu, Giga menatap ke arah Aegis. Itu jam dari nyokap lo atau bokap lo. tanyanya. Ayahku, kenapa bisa tau? Soalnya lo panik pas tau jam itu mati, jadi gue pikir pasti dari mereka. Pengamatan kamu bagus. Giga mengangkat bahu, lalu ponselnya berbunyi dan ternyata itu dari Vino. Ga, nama cewek yang ada di tempat lo itu Aegis? Ya. Kenapa? Giga menoleh ke Aegis yang sekarang dipanggil mendekat oleh Mamanya. Gila lo!!! Dia teman gue tau gak?! Dulu gue sama dia tetanggaan sampai dia pindah. Orangtua gue juga temenan baik sama orangtua dia.. Jadi dia 1st love lo yang lo bilang itu??? Ternyata selera lo yang kayak gitu ya? Terserah deh, yang paling gak enak kalo gitu gue, soalnya seminggu ini gue wajib jadi supir dia kan? Nyokap gue bisa ngamuk kalau gue ngelanggar. Ya, ternyata dunia kecil. Dan ngomong-ngomong dia lumayan manis.

Tunggu dulu, lo naksir dia? taw Giga. Yha, gak juga, tapi gak ada ruginya di coba. Cari tau apa yang dia suka ya, tawa Vino balik. Dasar player, well, oke, gue bantu. Lebih cepat dia punya sopir sendiri bakal lebih baik buat gue. Sialan lo. Tawa Vino lalu memutuskan telepon. Oke, little lamb, gue bakal nyoba nahanin diri di dekat elo buat sahabat gue. Kata Giga pelan melihat ke Aegis yang sekarang sedang memperbaiki jamnya. ***

SHE & HER SHOOTING STAR Malamnya Giga mengendap-endap dari dapur untuk ke lintasan. Apa kamu sellau kabur tiap malam? tanya suara di kegelapan dapur yang ngebikin Giga kaget. Ternyata Aegis yang memakai piyama dan memgang segelas susu coklat dengan memakai sandal kucingnya lagi. Elo ya, tidur aja sana. Kata Giga lagi. Kalau kamu pergi, seenggaknya kasih tau Tante, dia khawatir.

Iya, iya, denger, mungkin lo bis angelkauin hal yang berguna buat gue daripada sekedar gangguin gue. Kata Giga, lalu nekad keluar lewat pintu belakang membiarkan Aegis menatapnya. Malamnya, setelah berhasil kabur dari rumahnya dan berhasil menang BaLi(lagi) malam itu. Giga kembali manjat tangga yang ada dan kaget ngeliat Aegis berkerudung selimut sambil minum susu coklat panas ada di beranda. Ngapain lo jam segini ada di sini? Kamu sendiri kenapa jam segini baru pulang? Bukan urusan elo. Giga meneruskan memanjat beranda. Kamarmu, ku kunci dari luar tadi supaya Om sama Tante mikir kamu udah tidur. Kuncinya ada di meja itu. Aegis melepas kacamatnya sambil terus menatap keluar. Wah, jadi sekarang lo ngelindungin gue. Buat apa? Giga nanya penuh selidik. Kamu yang bilang lebih baik aku bantuin kamu kan? Lagian gue gak mau Om sama Tante pusing nyariin kamu. Oh. Giga mengambil kunci itu tapi menghentikan langkahnya ke pintu keluar dia malah balik ke beranda. Lo ngeliatin apa sih? Aegis tersenyum, Bintang jatuh. Hah?! Dimana? Sebentar lagi, mungkin susah kalau ngeliat di sini. Tapi masih bisa keliatan kok. Hujan bintang jatuhnya mungkin 5 menit lagi. Kalau ditempatku dulu, bisa ngeliat jelas. Bintang jatuh, ya? Gue belum pernah liat. Lo gak pakai kacamata? Buat gaya doang ya? Cuma kalau ke kampus, biar lebih jelas. Mau gabung? tawar Aegis mempersilahkan duduk di lantai sebelahnya. Giga menimbang lalu duduk di sebelahnya. Jadi gimana balapan nya? Tau juga lo gue ke mana. sahut Giga. Dari Mang Udin. Jadi gimana? cengir Aegis. Menang pastinya. Apa enaknya balapan sambil dikejar polisi? Kalau ditangkep gimana? Kan kalau ketahuan. Kalau enggak lancar-lancar aja kan. Kalau kecelakaan? Itu serunya. Adrenalin lo kepacu ngeliat jalan yang sepi dan rame. Belom lagi orangorang yang berusaha nyalip lo. Seru deh pokoknya.

Kamu bener-bener, suka bahaya ya? Aegis meneruskan meminum susunya. Bahaya yang suka gue. Tawa Giga. Lo sendiri gimana? Kenapa lo pindah? Mama ku cerai sama Papa ku. senyum Aegis. Oh, sori. Gak apa-apa. Mereka udah diem-dieman lama, lebih baik begini. Lagian aku tetap bebas ngunjungin mereka berdua. Aku ikut Mama ku lantaran Papa ku milih tinggal di Aussie. Aku suka di Indonesia, aku juga lebih dekat sama Mama. Gitu. Lo ambil apa sih di kampus? Advertisement. Kedengaran ngebosenin. Gimana dengan mu? Kamu masuk hukum kan? Sama kayak Vino, bukannya itu lebih ngebosenin? Tergantung orang ngeliatnya gimana dong. Menurutku malah seru, kamu bisa milih mau ngebela orang yang salah atau yang benar. cengir Giga. Kenapa ada yang mau bela orang yang salah? Jangan terlalu naive deh. Banyak kok yang begitu, lagian.... Ssst...., itu dia! Aegis hampir berteriak melihatnya dan menyapukan tangannya ke mulut Giga menyuruhnya diam. Hujan meteor mulai, Giga lalu terpesona melihatnya, agak samar tapi tetap indah. Sekarang dia sadar kenapa Aegis rela nunggu nonton ini sampai lewat tengah malam kayak gini. Giga ngelirik Aegis ngeliat mukanya yang kesenengan dan nyengir sendiri. Lo seneng banget liat beginian? Hobi aja, tapi memang bagus kan? Lumayan. Kalau di gunung pasti lebih jelas. Mungkin, ada bukit kecil di dekat Puncak, lewat kebun teh gitu, pasti lebih jelas kalau dari sana. jelas Giga. Pernah ke sana? tanya Aegis tertarik, Giga bisa melihat wajhnya langsung bersemanngat. Yah, dulu sama Vino, Oh, iya, hampir lupa, Vino temanmu itu, ternyata dia temanku waktu kecil. Dunia ini kecil ya. senyum Aegis. Giga tertawa, Dia juga bilang hal yang sama.

Rencana di kepala Giga terbentuk, Hey, di dekat sini ada pasar malam, mau ke sana besok? Really? Ada apa aja di sana? Standar lah, stand makanan, popcorn, manisan, permen, juga ada stand ketangkasan, juga merry go round, komidi putar. Seru dong, aku ikut kalau gitu. Giga nyengir, Vino berhutang satu padanya.

SHE, ME & HER FORTUNE Ga, gimana BaLi kemaren? Vino langsung ngebombardir Giga dengan pertanyaan. Like always. Menang besar lo? Traktir lagi dong. Dasar. Giga tertawa. Eh, tentang yang semalem, ikut gue lo malem ini. Kata Giga. Kemana? Acara pasar malem, Aegis juga ikutan, lo bisa ngedeketin dia tuh di sana.

Vino tertawa, Serius? Oke gue ikut. Ga, ada Alice tuh, nyariin lo. teriak salah satu anak di depan kelasnya. Kacau, gimana dong, dia datang lagi. Tadi malam gue udah ngindarin dia, dia malah datang ke kelas, kita kan beda fakultas. keluh Giga. Dia psyco tuh, obsesi banget sama elo. Bantuin gue dong. Pinta Giga Sori, bro, buat yang itu susah. Giga... Alice berjalan menghampiri mereka. Vino nyengir lalu menepuk punggung Giga, Sampai ntar malem ya. Malem? Emang kenapa ntar malem? Alice nanya bingung. Vino cuman nyengir ninggalin Giga yang kelihatan frustasi. *** Ga, inget, pulang jangan kemaleman, nanti Aegis sakit. Dia gak kayak kamu yang sering kelayapan. Inget itu. Mamanya sibuk memberondong Giga dengan berbagai nasehat yang menurutnya gak perlu. Iya, Ma. Gak bakal malem amat kok. Lagian Vino kan juga ada disana. Kalau mau malah ntar Aegis dianter sama Vino pake mobil! omel Giga. Gak boleh, nantinya yang kamu kelayapan. Papanya yang duduk sambil nonton tivi menoleh dan melotot. Giga nyengir. Nah, itu dia. Aduh sayang, kamu cantik banget! Teriakan senang Mamanya itu membuat Giga berpaling dan harus diakuinya Aegis terlihat.... manis. Rambutnya yang hitam panjang terurai sepinggang dan Mamanya langsung memeluk Aegis dan memuji-mujinya. Udah ah, buruan, tempat parkirnya dikit nih. Inget pesen Mama tadi, duh, akhirnya Mama punya anak perempuan. E, kalau Giga ngebut atau apa, bilang ke Tante ya. Aegis cuman ketawa kecil. Malamnya, Giga ngebonceng Aegis dan langsung ke pasar malem, untungnya mereka dapat tempat parkir kosong dengan cepat, jarang banget. Sementara Vino udah nunggu di sana, dan juga Alice yang akhirnya berhasil mengorek info entah dari siapa dan minta diajak ikut juga tadi siang. Hitung-hitung, Giga jadi gak dianggap obat nyamuk. Ga! Vino teriak manggil Giga begitu sampai di dekat mereka. Alice ada di sebelahnya dan melotot melihat Aegis. Vino langsung berjalan di sisi Aegis dan memberinya gula kapas, Masih suka ini? Aegis nyengir, Gak nyangka kamu inget.

Pasti dong, kamu pernah nangis lantaran aku ngambil ini dulu waktu kita SD. Ujungujungnya gula kapas itu nempel di rambutku. Giga cuma ngeliat itu dari belakang mereka. Dia sadar banget gak bisa gabung dengan pembicaraan itu. Tadi lo bonceng dia? bisik Alice di sebelahnya. Harus, kan. Nyokap gue yang nyuruh, masa dia jalan kaki. Jadi dia serumah sama lo?! Alice menatap Giga gak percaya. Emangnya Vino belom cerita? Giga ngeloyor pergi gitu aja membiarkan Alice ternganga gak percaya. Mereka berjalan sambil melihat-lihat. Terlihat jelas kalau Aegis menikmati tempat ini sementara Alice lebih terlihat agak bosan. Giga yang juga tidak begitu tertarik dengan tempat ini akhirnya berhenti di stand ketangkasan lempar gelang dan main dengan lihainya. Ini Mas, hadiahnya. penjaga stand itu ngasih 1 krat soft drink. Thank you. Wah, dapat apa lo? Vino yang tadi ada di stand undian nyengir menghampirinya. Mau? Lagi ngapain nih. Giga menyodorkan soft drink itu dan agak bingung melihat kerumunan di stand undian yang tadi didatangi mereka. Oh, ini, liat deh. Vino nyengir dan mereka ngeliat Aegis lagi di hadapan beberapa kerumunan balon-balon besar. Asal lo tau aja, dewi fortuna selalu ada di pihak Aegis lho. Waktu kecil juga dia yang paling sering dapat undian es krim atau undian laen. Liat aja. bisik Vino ke Giga dan Alice. Ayo, Non, pilih sekali lagi deh, saya gak percaya sama hasil yang tadi. Nanti hadiahnya buat non lagi deh, gak usah bayar. kata Bapak yang ada di balik konter. Aegis cuma senyum, Giga bisa melihat ada 2 boneka besar terbungkus rapi di sebelahanya. Itu Aegis yang dapet? kata Giga gak percaya. Iya, satu orang bisa pilih 3x undian balon. Dari tadi dia dapet terus sih. Pas yang pertama Bapak itu biasa aja, pas dia milih yang kedua dapet lagi, dan pas yang ketiga tadi si Bapak gak percaya, jadi kali ini mau di cek lagi. Kata Alice semangat. Ayo Non, di pilih. Aegis tertawa pelan lalu tangannya maju buat nunjuk salah satu balon, lalu pindah ke dua nomer di sebelah kirinya, Ini. Bapak itu dengan sigap mengambil balon itu lalu memecahkannya, kertas pink kecil terjatuh.

Waduh, kayaknya Non emang di sayang dewi fortuna deh, hadiahnya boneka ukuran besar lagi. Bapak itu tertawa tidak percaya, yang lain langsung bengong gak percaya sementara Aegis menerima hadiahnya, 3 boneka besar, berbentuk beruang, anjing dan lumbalumba. Hebat banget, gue mau juga donk. Alice menatap Aegis. Ini. Ambil aja satu. tawar Aegis yang kerepotan memeluk hadiahnya. Giga dan Vino maju untuk membantu membawakan. Sementara Bapak yang punya stand itu hanya geleng-geleng tidak percaya dan mulai memeriksa balonnya satu persatu mencari siapa tahu ada yang tembus pandang. Keren banget, kok lo bisa tau sih? Alice maish tidak percaya. Aku cuman nunjuk yang aku suka, dan biasanya feelingku bener, tapi ada saatnya gak bener juga sih. Kata Aegis menjelaskan, dia sudah terbiasa dengan orang-orang yang terkagum-kagum dengan keberuntungannya itu. Dia hanya bisa bersyukur karenanya, karena dia juga tidak tahu kenapa. Sebentar ya. Kata Aegis dan mengambil boneka lumba-lumba besar dari tangan Vino lalu membawanya dan menghampiri seorang anak perempuan kecil kumal berambut dikuncir 2 yang sedang sesegukan di ujung stand. Ini, sayang, katanya dan memberikan boneka besar itu. Mbak beneran gak mau? kata anak itu sambil menyedot hidungnya. Aegis menggeleng, Enggak. Ambil aja. Kenapaan tuh? Giga menatap Vino bingung. Alasan Giga mau ikutan ini ya anak itu. Dia benar-benar kepengen boneka itu, tapi dari tadi gak dapat, dan itu uang terakhirnya kayaknya. Giga kasihan, jadi tadi Giga janji mau kasih boneka ke anak itu kalau dia dapat yang besar. Jelas Vino. Oh. Giga melihat Aegis yang sekarang berbicara dengan anak itu sambil mengelus kepalanya. Ternyata cewek yang satu itu baik juga. Emang dia selalu dirubung dewi fortuna begitu dari dulu? tanya Giga ke Vino lagi. Iya, waktu kecil dulu, gue sering banget frustasi lantaran, dia yang sering dapat hadiah di dalam bungkus makanan, nemu uang di jalan, soal ujian yang ditunjuk dia juga 80% keluar tau. Pokoknya beruntung banget deh dia. Mendengar ucapan Vino, Giga langsung menyedari keberuntungan-keberuntungan yang menyertainya beberapa hari ini dan geleng-geleng gak percaya. Tidak lama Aegis kembali bersama mereka.

Mau maen apa lagi nih? Giga ngeliat ke sekeliling, lalu melihat Aegis yang dari tadi ngeliat ke arah karousel. Dia baru mau mengusulkan untuk naik ke karousel. Naik karousel yuk. ajak Vino yang rupanya sadar juga. Giga menutup mulutnya lagi. Keempatnya menuju booth tiket dan membeli 4 karcis lalu mulai mengantri di antrian yang panjang. Setelah tinggal 2 orang lagi di depan. Alice terpaksa nerima telepon dan menjauh. Palingan buat ngegosip kayak biasa, dan Giga yakin objek gosipan itu ada diantara mereka makanya dia ngejauh. Sementara Vino buru-buru keluar antrian buat ke kamar mandi sambil minta maaf terus-terusan. Aduh, mereka kemana? Lama banget. 2 orang lagi terus kita nih. Aegis melihat ke belakang antrian melihat tanda-tanda Vino atau Alice. Paling toiletnya antri, kalau si Alice, tau deh ada dimana. Giga tidak perduli. Begitu karoselnya datang ternyata pasangan di depan mereka berantem hebat dan bertengkar, lalu menolak masuk karosel. Si Bapak yang tugas jaga karosel kelihatan kesal. Ayo yang berikut. katanya. Aegis dan Giga saling pandang. Pak, tunggu sebentar ya, yang 2 lagi belum datang. pinta Aegis. Aduh Non, yang lain udah nunggu nih. Non untung sebenernya, dapat karoselnya malah lebih cepat dari pada yang biasanya. kata Bapak itu. Giga yang ngedengernya ketawa tertahan. Keberuntungan cewek yang satu ini hebat juga. Ayo cepat, kita duluan aja, kasian yang dibelakang. Giga langsung menarik tangan Aegis ke dalam karosel. Kenapa masuk?! Kasian Vino sama Alice kan? Kita bisa ngantri lagi dari belakang. Ngantri lagi? Gak, males gue. Sori aja. Kalau gitu kenapa ajak aku, kamu bisa naik sendiri. Mau loncat? Loncat sana..., kita juga udah naik. cengir Giga. Dia paling benci pekerjaan yang sia-sia begitu, jadi kalau sudah ngantri yang terang harus naik, Lagian kalau ngantri lagi bisa kemaleman. Nanti gue yang diomelin. Aegis diam membenarkan ucapan Giga, tadi mereka mengantri memang gak lama, tapi kalau ngantri ulang, bisa-bisa mereka pulang malam banget. Keberuntungan lo bahaya juga ya. cengir Giga. Banyak yang bilang begitu. sahut Aegis sambil ngeliat ke atas. Ngeliat bintang lagi lo?

Ya, itu rasi Crux. Aegis menunjuk ke langit. Crux? Apaan tuh? Rasi bintang yang nunjuk ke selatan dan utara. Baguskan? Kepala Aegis terus ngikutin itu yang bikin Giga nyengir mau ketawa. Kenapa? tanya Aegis ngeliat Giga. Gak, aneh aja, lo suka banget sama bintang ya? Aku suka sama semua benda langit. Akhir bulan ini mars terang dan bisa dilihat pakai mata biasa, aku pengen lihat. Crux itu juga bisa lebih terang kalau gelap. kata Aegis penuh harap. Tiba-tiba, karosel berhenti dan lampu-lampu padam. Aduh, maaf, semua pengunjung gak usah panik. Hanya sedikit kesalahan teknis, 5 menit lagi generator nyala. Tidak usah panik. Pengurus karosel dan beberapa petugas terdengar teriak-teriak pakai toa memberitahu ke pengunjung. Ini bener-bener keberuntungan lo juga ya? Lo pengen ngeliat bintang lebih jelas kan? Giga kali ini bener-bener ketawa. Jangan ketawa. Aku kan gak minta buat mati lampu. Tapi lo minta gelap kan biar bisa lihat kruk itu lebih jelas. Bukan kruk, tapi Crux! kata Aegis melotot. Giga masih bisa ngeliat mukanya yang cemberut, dan malah ketawa. Kenapa ketawa? Kan kamu yang salah nyebut. Muka lo mirip marmut. Giga ketawa abis-abisan. Gak lucu. Aegis meninju bahu Giga, tapi sepertinya tidak di rasa apa-apa karena Giga masih ketawa aja. Gue dulu pernah punya marmut, tampangnya mirip elo sekarang. Terus marmutnya mana? Mati. Lupa dikasih makan waktu gue ikutan kemping. Aegis tidak menanggapi lagi ucapan-ucapan Giga dan melihat ke langit lagi. Kali ini Giga mengikutinya. Kayaknya tadi bintangnya gak sebanyak itu. Kalau gelap, lebih keliatan jelas. Yang terang itu Polaris dari rasi bintang biduk, nunjuk utara. Giga diam aja dan ngelirik ke Aegis yang masih ngoceh. Entah kenapa dia bersyukur, Vino gak ada disini bareng mereka, tapi cepat-cepat dihapusnya pikiran itu. Harus Giga akui,

Aegis memang menarik perhatiannya, tapi dia tidak boleh keterusan. Vino suka sama Aegis, dan sebagai sahabat Vino, Giga harus membantu mereka jadian. Hei, E. Ya? Nyokap lo datang 2 minggu lagi kan? Setelah itu bakalan tinggal di mana? Aegis menoleh ke arah Giga, Aku belum tahu, mungkin kita bakal ambil apartemen saja. Lagipula yang tinggal cuma aku sama mama. Kenapa memangnya? tanya Aegis lagi. Gak, mau ngitung waktu berapa lama lo bisa jadi penjaga pintu buat gue kalau lagi balap. kata Giga yang dibarengi pukulan pelan di bahunya oleh Aegis, sementara Giga hanya tertawa menerimanya. Berarti dia punya waktu 2 minggu untuk membuat Vino jadian sama Giga, waktunya lumayan banyak. Begitu turun, Alice ada dibangku sambil meletakkan bonekanya di sebelahnya dan sibuk sms an, sementara Vino langsung berlari menghampiri. E..., maaf banget ya... Vino langsung menghampiri Aegis dan ngobrol dengannya. Giga putusin menjauh, smabil ngebawa boneka Aegis dia duduk di sebelah Alice di bangku. Lo kok gak nungguin gue, Ga? marah Alice begitu dia duduk. Bapak nya yang nyuruh masuk, yang lain udah ngantri. Lagian lo ngilang kemana sih? Lo kan bisa telpon gue... Alice cemberut dan melotot ke Giga. Iya juga ya, gue gak kepikiran tuh. Lupa gue. Giga! Alice berteriak dengan manja, tapi Giga malah gak menanggapi. Alice langsung ngoceh di sebelahnya tentang betapa cueknya dia, terlalu dingin lah, keras kepala bla...bla...bla. Tapi Giga malah ngeliat Vino yang sekarang malah nyegah Aegis minta maaf, lantaran ninggalin dia. Dari gerakannya kayaknya Vino bilang itu gak apa-apa. Lalu keduanya ke arah bangku. Yuk maen lagi. ajak Vino. Gak mau naik karosel lagi? Lo berdua belum naik kan? Giga nanyain ke Vino dan Alice. Gue gak usah deh, ntar gak bisa maen yang lain lagi. Lo gimana? Vino menatap ke Alice. Ngantri lagi? dia menoleh ke antrian yang penuh, Gak deh, gue ikutan lo aja, bisa lecet kaki gue. Giga mendengus tertawa mendengar ucapan itu, Alice memang pakai high heels saat itu.

Ya udah, kita main yang lain aja. Ajak Aegis. Mereka naik komidi putar (Vino sama Giga menolak naik), roller coaster (yang dianggap Aegis seru banget dan dicoba 2 kali) sampai akhirnya makan gula kapas (Aegis) dan popcorn(Alice) sambil nontonin Vino sama Giga main di adu ketangkasan. 4 dari 5, Mas yang ini dapat gelang, dan Mas yang itu masuk semua dapat cincin ini. Ibu yang jaga stand, nyerahin gelang ke tangan Vino dan cincin ke Giga. Kalah lagi gue dari lo. Vino nyengir sambil nerima hadiahnya. Lo kalah apa mengalah, dari tadi gue liatin lo ngeliat gelang itu. Giga naikin sebelah alisnya. Cocok buat Aegis sih kayaknya, kalau cincin itu kayaknya gak pas. Vino nyengir dan langsung ke tempat Aegis dan nyodorin kotak yang isinya gelang itu. Giga ngeliat dari sudut matanya, sementara Alice ada di sebelahnya. Nih, lo mau? Giga nyodorin cincin itu ke Alice. Ih... dari apa tuh, gak matching dong sama aksesoris gue. katanya menatap cincin itu. Padahal menurut Giga, cincin itu bagus-bagus aja, yah memang gak bakalan cocok sama Alice yang glamor. Dia cuman ngangkat bahu lalu masukin cincin itu ke kantong jaketnya. Setelah itu mereka maen lagi, sampai Giga perhatiin Aegis ngelirik ke boneka kucing yang dipajang sebagai hadiah stand tembak. Gak lama, Aegis dan Alice pergi ke toilet sementara Vino dan Giga beli hot dog. Giga menelan potongan terakhir hotdognya. Gue ke sana sebentar ya. katanya ke Vino. Mau ngapain lo? Toilet. Giga langsung menyodorkan plastik boneka dan berjalan menjauh sementara Vino meneruskan makan. Keluar dari toilet cowok yang untungnya sepi, padahal tadi kata Vino rame banget, Giga cepat-cepat jalan untuk nemuin Vino dan dilewatinya stand menembak tadi, langkahnya berhenti. Dilihatnya boneka kucing itu ada di sana dan ada pasangan yang lagi di sana juga. Ayo Say, yang kucing itu ya. teriak si cewek yang di denger sama Giga. Giga diam sebentar, Lo emang beruntung, E, katanya pelan lalu balik arah menuju stand menembak itu. Coba, Pak. katanya sambil menyodorkan uang dan menerima senapan mainan yang akan dipakai.

Didalamnya ada 6 peluru, Mas, kalau kena semua ke kaleng-kaleng itu boleh milih hadiah boneka yang ada di atas situ. katanya menunjuk deretan boneka diatas. Tatapan Giga tertumbuk ke boneka kucing itu yang bergabung dengan boneka-boneka lain. Yah, coba lagi dong, Say, kata si cewek begitu cowoknya selesai. Susah. Pelurunya kecil, sasarannya lumayan jauh. Senapannya juga agak macet nih. kata cowok itu membela diri. Giga diam mendengarnya dan nyengir. Menoleh ke si Bapak yang punya stand yang hanya menatap pasangan itu dengan maklum. Lo memang beruntung banget, E, tapi kalau ketangkasan kayak gini, gue lebih berbakat. bisiknya dan langsung membidik keenam kaleng yang ada di depannya tepat di tengah. Wah, hebat, Mas dapat hadiah utama, mau boneka yang mana? tanya Bapak itu ramah. Giga tersenyum dan nunjuk ke boneka kucing itu lalu pergi, dari sudut matanya Giga ngeliat pasangan itu nyoba lagi. Mereka udah balik? Giga nanya ke Vino yang masih nunggu di bangku sendirian. Belom, eh, lo jagain nih, gue pergi bentar. Vino langsung cepat-cepat pergi dari tempat itu sementara Giga gantian nungguin. Di masukkannya plastik boneka yang di dapatnya ke dalam plastik hitam boneka Aegis. Gak lama, Aegis dan Alice datang. Sori lama, ngantri sih. kata Alice sementara Aegis cuma senyum. Giga diam aja, palingan ngantri dandan, soalnya begitu balik, Giga ngeliat bibir Alice udah mengkilat lagi, bedaknya nambah juga riasannya yang kehapus keringat tadi udah balik lagi. Cuma Aegis yang kayaknya gak nambah apa-apa. Vino mana? tanya Aegis dan langsung duduk di sebelah Giga. Gak tau, tadi pergi ke sana tuh. tunjuk Giga. Sambil nungguin Vino, Aegis beli hotdog dan Alice beli minuman (dia menolak minum cola hadiah Giga lantaran gak mau minum pakai kaleng). Gak lama, Vino balik sambil lari-lari. Aduh sori, lama ya. katanya. Lo kemana sih? tanya Giga begitu dia balik. Beli ini. kata Vino ngeliatin plastik transparan kecil di tangannya, terus langsung ke tempat Aegis. Giga bisa liat isi plastik itu boneka kucing kecil yang bisa jadi gantungan kunci. Ukurannya seukuran telapak tangan.

Nih, gue tau lo suka kucing. Emang gak gede sih, tapi ini boneka kucing paling bagus yang gue liat di stand sovenir sana. Lucu. Makasih banyak, Vin. Aegis kayaknya seneng ngeliat itu. Ada stand souvenir? Dimana? Ke sana yuk, Ga. ajak Alice narik-narik Giga. Sampai di sana, Alice dan Aegis akhirnya milih-milih souvenir. Sementara Vino dan Giga dibelakang mereka, bawa-bawa hadiah. Ga, Apa? sahut Giga menoleh ke Vino. Gue, mungkin bener suka sama E. kata Vino menatap ke Giga. Hah? Kenapa? Dia manis, baik lagi, juga lucu. sahut Vino. Oke. Bantuin gue jadian sama dia ya. Kata Vino lagi. Giga melirik sebentar ke cewek yang sedang tertawa di depannya itu lalu mengangkat bahu, Serahin aja ke gue. Ngomong-ngomong, kenapa E bisa tinggal di rumah elo? tanya Vino lagi. Lo gak tau, kalo Aegis pindah ke sini lantaran ortunya cerai? Baru tau gue, kemaren gak sempet nanya sih. Wah, thanks bro, lo udah ngasih gue info. Giga cuman nyengir mendnegarnya. Dia ikut ngeliat-liat isi stand souvenir itu dan nemuin tongkat bulu yang biasa dipakai buat main sama kucing, lalu nyengir. Dilihatnya Aegis lagi memilih bola kaca yang bisa di guncang-guncang dan penuh manik-manik. Di ambilnya tongkat kucing itu lalu menuju Aegis. E, lihat deh. di ayunkannya tongkat itu ke kanan, ke kiri dan keatas-bawah kayak main sama kucing. Lantaran postur badannya yang tinggi, Aegis jadi menengadah dan melihat ke tongkat itu. Anehnya yang bergerak bukan hanya matanya tapi juga seluruh kepalanya. Kayak kucing. Giga ketawa habis-habisan, sementara Aegis yang sadar dijadiin maenan mukul Giga lagi. Akhirnya semua dibawa ke meja kasir setelah Alice dan Aegis nentuin barang-barang dan dikumpulin ke Vino dan Giga (sebagai cowok mereka ngerasa harus ngebayarin). Lo beli apaan? Vino nanya waktu ngeluarin dompet buat ngebayar belanjaan Aegis dan menoleh ngeliat barang-barang Alice dan souvenir yang dipilih Giga. Oh, ini buat maen. sahut Giga kalem.

Tapi itu tongkat kucing sama yoyo air, buat apa? Emang lo punya kucing? Sekarang ada. sahutnya yang disambut tampang bingung Vino. Udah malem nih. Pulang yuk, ajak Vino, E, bareng gue aja, gue pake mobil. Heh, rumah lo itu berlawanan arah sama rumah gue. Lagian dia tinggal bareng gue, kan tadi pergi sama gue. sahut Giga ke Vino. Iya, Vin, ntar kamu pulang kemaleman. Aku sama Giga aja. Yah, tapi gue pengen sama Giga. keluh Alice. Lo gimana, rumah lo kan searah sama Vino. Kerja dua kali dong gue. Giga membalas itu. Ya udah, lo bareng gue aja, Lice, Vino mengangguk ke Alice, lalu keduanya menuju parkiran, Lo gak bakal ngapa-ngapain Aegis kan? bisik Vino. Gila lo ya, kagak bakal, lagian dia disayang banget sama nyokap gue, kalo dia pulang kurang sehelai rambut aja, Nyokap gue bisa ngebakar gue hidup-hidup. Tenang gue kalo gitu. Vino nyengir. Sampai di parkiran mereka pisah jalan, Giga dan Aegis langsung menuju parkiran motor. Oh iya, gue hampir lupa, nih, disodorkannya boneka kucing yang tadi didapatnya, Lo ngeliat ini dari tadi kan? Kenapa kamu bisa dapet ini? Keberuntungan lo kali. Gue keluar dari toilet terus ngeliat stand itu dan pengen main aja, ternyata menang. Beruntung banget kan. Makasih. Senyum senang Aegis tanpa memalingkan wajah dari boneka itu dan anehnya, Giga merasa tersanjung mendengarnya, tanpa sadar dia ikut tersenyum melihat Aegis yang memainkan boneka kucing baru nya di depannya. Tiba-tiba dia tersadar dan menggelengkan kepalanya, dihapusnya senyuman di wajahnya. Ayo buruan balik. Ntar nyokap gue marah. katanya dan menyodorkan helm untuk Aegis.

SHE & HER BOYFRIEND Udah beberapa hari Aegis di tempat Giga, orangtua Giga seneng banget sama dia.

Giga tertawa saat melihat rambut E yang penuh tepung. Ini gak lucu. Kata E ke Giga yang terbahak. Buat gue iya. Gadis itu memukul bahunya pelan lalu ke kamar mandi membersihkan rambutnya. Sementara Giga tertawa menenangkan diri, lalu dia melihat ponsel Aegis yang menyala, dia melihat nama pengirim pesan. Vino. Tawa Giga berhenti. Dia menatap ke ponsel E juga melihat ke arah kamar mandi. Lalu dengan nekad di bukanya pesan itu. E, temuin aku di cafe La Guardia Jam 8 nanti ada yang mau kubicarain Vino Mungkin ini rencana besar yang dikatakan Vino waktu itu. Dia mau nembak E. Pikiran panik langsung menghantui Giga. Ini seharusnya tujuannya, tapi setelah beberapa hari ini. Entah kenapa dia malah mulai menyukai E. Kemarin dia bahkan tidak suka saat Vino terus merongrongnya dan menanyakan semua yang disukai E. Anehnya dia merasa itu info yang dibaginya dengan E, dan dia tidak suka membaginya dengan orang lain. Dia orang yang menghabiskan waktu dengan Aegis, dia yang tau kalau gadis itu menyukai bintang, dia juga tau kalau gadis itu tergila-gila pada kucing, dia yang tau selera aneh Aegis dengan kecap dan juga bunga lily yang paling di sukainya. Giga menekan tombol options dan menimbang seharusnya dia membantu Vino. Tapi setelah melihat kedekatan E dan Vino beberapa hari entah kenapa dia tidak menyukainya. Memikirkan kemungkinan itu, tanpa sadar tangannya menekan tombol Delete. Lalu dengan cepat dikembalikannya ponsel E ke tempatnya. Aneh, tadi kayaknya aku dengar suara ponselku. kata Aegis yang sudah keluar dari kamar mandi. Gak ada bunyi apa-apa. Kata Giga, yang bahkan kaget dnegan kebohongan ang baru dikatakannya. Gitu? Baik. Ayo kita lanjutkan buat marshmallownya. ajak Aegis dan saat itu juga Giga melupakan tentang Vino.

Waktu Giga datang dan duduk di samping Mamanya, begitu Aegis datang Giga diusir buat pindah, begitu juga kalo lagi nonton di ruang tamu atau pas lagi waktu snack sore. Iya, iya, nyuruh Giga pergi kan. Giga langsung berdiri begitu Aegis muncul di ruang duduk dan Mamanya menyenggolnya. Giga membawa piring kue kejunya, dan melotot ke Mamanya yang sekarang senyum senang lantaran putranya itu paham. Anak Mama ganti aja jadi Aegis. Aegis yang ngedenger itu senyum aja dan duduk di sofa di sebelah Mama Giga. Giga nyengir ngeliat pemandangan itu dan sambil jalan dan makan kue dia nemuin Papanya di kolam ikan di belakang rumah. Ayo kamu, ikutan Papa. Papa dapat banyak. kata Papanya sambil nyerahin ember yang isinya ikan. Ya terang dapet banyak, orang mancing di kolam ikan, kalo di empang lain lagi. Giga terus makan sambil duduk di kursi pancing yang ada di sebelah papanya. Diusir Mama ya? ledek Papanya. Tau tuh. Aegis terus yang diurusin. Abis Aegis gak bikin susah kayak kamu, makanya Papa sama Mama seneng sama dia. Itu lagi..., jadiin anak aja, kalau gitu. kata Giga cuek. Bisa kok sebenernya, kalo kamu nikah sama Aegis. Papanya balas kalem yang bikin Giga keselek. Jangan ngaco ah. Papa juga pernah muda, jangan salah. Papa ngeliat sikap kamu kok belakangan ini. Kamu suka sama Aegis? Enggak kok. Jangan ngeles. Papanya mengalihkan perhatian dari pancingnya dan melihat Giga. Kalau kamu gak suka dia ya terserah kamu, saran Papa kalau kamu bener suka dia cepetan bilang nanti disamber orang, papa sama mama gak punya anak perempuan lagi deh. Giga cuman ngedengus ketawa tapi terus mikirin ucapan Papanya. Lalu dia menuju kamarnya dan tiduran di sana. Dia memang menyukai Aegis. Tapi Vino juga suka gadis itu. Dan dari awal Giga juga berjanji akan ngebantu Vino dekat dengan Aegis. Tapi beberapa hari ini dia bahkan mulai mengkhianati sahabatnya itu. Kejadian tadi malam sudah cukup

menggambarkan kalau kepalanya mulai kacau, dia menggagalkan usaha Vino ketemu Aegis! Padahal itu tujuan awalnya. Ga, ini aku boleh masuk? Aegis mengetuk pintu kamar Giga. Hah? Entaran, Giga cepat cepat diberesinnya kamarnya yang berantakan secepat mungkin. Setelah itu baru dibukanya pintu. Lama amat, kenapa? Gak apa-apa. Mau ngapain lo? Minjem buku hukum. Ada tugas, boleh? Oh itu, ada, Giga masuk ke kamar diikuti Aegis, sementara Giga ngebongkar lemari, Aegis duduk di tempat tidur sambil meluk guling, lalu ngeliat yoyo air yang dibeli Giga kemarin di pasar malem lalu mainin itu sambil ngeliat keatas-kebawah sesuai gerakan yoyo. Giga yang gak sengaja ngeliat itu dari kaca di samping lemari mendengus ketawa. Yoyo di tangan Aegis jatuh ke kolong tempat tidur. Begitu dia mau ngambil, dirabanya ada beberapa tumpuk buku di dalam kolong tempat tidur. E, ini buku yang, ARGH!!!! Giga teriak panik begitu ngeliat Aegis lagi ngintip di kolong tempat tidur sambil narik beberapa majalah pria dewasa miliknya. Nih!!! Nih!!! Bukunya. kata Giga panik Tapi, itu ada majalah di kolong. sahut Aegis bingung. Iya...iya...ntar gue ambil sendiri. Gak usah dikeluarin, Giga cepet narik tangan Aegis dari kolong dan ngasih buku hukum itu ke tangannya, dan tanpa sengaja Giga ngeliat mata Aegis yang ternyata warnanya coklat. Ga..., Aegis ngelirik ke tangan Giga yang masih megang tangannya. O..., sorry. Giga cepat-cepat ngelepasnya. Situasi yang canggung itu dipecahkan Aegis dengan ngeliat koleksi miniatur mobil Giga yang tertata paling rapi di kamar itu. Wah, keren, kamu penggemar mobil? Oh itu, lumayan, ngumpulinnya susah juga tuh. Yang ini bagus. Aegis menunjuk ke salah satu mobil kecil berwarna putih. Wah, itu juga favorit gue, gue suka warna putih sama modelnya, model itu gak keluar lagi sejak tahun 2001, limited edition sih, gue juga dapetnya setelah dikasih Vino. Giga langsung semangat, tapi senyumannya memudar saat menyebut nama Vino. Iya, ya, kamu sama Vino kan udah temenan lama. Dia memang baik ya? Kemaren dia ngebeliin souvenir sama gantungan kucing ini buat ku. Aegis senyum ke Giga sambil nunjukin gantungan kucing yang di gantungnya di handphone.

Giga ngeliat gantungan kucing kecil itu, Yah..., Vino..., Vino emang baik.. Aegis!! Ada telepon di bawah, dari Mama mu, katanya hpmu mati, ya sayang? teriak Mama Giga di bawah. Aduh, aku lupa. Aku pinjam dulu ya? Aegis mengancungkan bukunya dan keluar dari kamar Giga. Giga mengantar Aegis keluar kamar lalu terus menatapnya sampai dia menghilang di tangga. Giga kembali memasuki kamarnya lalu melihat mobil putih itu, Sori, Vin, katanya pelan. ***

Mama ku pulang lebih cepat kayaknya. teriak Aegis di motor besoknya. Apa?! Gak kedengeran. Mama ku pulang lebih cepat!!! teriak Aegis lebih keras. Oh ya, kapan? 2 hari lagi. Giga menghentikan motornya di parkiran. Perlu dijemput? tanya Giga ke Aegis. Gak usah, aku aja yang jemput sekalian aku pulang ke rumahku. senyum Aegis. Hati Giga mencelos, dia baru ingat kalau Aegis cuman dirumahnya selama seminggu, yang sekarang jadi seminggu kurang. Oh, iya, bener. Aku duluan, Ga, Tina udah di sana. Aegis menunjuk ke Tina yang melambailambaikan tangan di tangga. Giga mengangguk. Sampai di kelasnya, dia celingukan nyari Vino. Yang ada malah Dennis. Lo liat Vino, Den? Ada tadi disini, minta bantuan gue bikin rencana soalnya lo datengnya bareng target sih. Target? Rencana? Giga mengulang bingung. Iya, Vino mau nembak cewek yang namanya susah disebut itu lho, yang tinggal di rumah elo. Dia udah nunggu di depan kelas cewek itu dari tadi. Mendengar itu sontak Giga langsung balik badan dan lari ke tempat Aegis, sementara Dennis teriak di belakangnya, Dan Alice nyariin elo, Ga... Giga?!

Begitu Giga menghilang, Alice datang ke kelas Giga lagi, dan manggil Dennis. Lo liat Giga? Ada tadi disini, tapi dia ngejar Vino tuh kayaknya. Ngejar Vino? Iya, si Vino mau nembak cewek yang namanya susah disebut itu, dan kayaknya Giga ke tempat itu juga, Alice juga langsung balik badan ngejar Giga ke tempat Aegis, Dennis teriak juga di belakangnya, Dan gue udah bilang sama Giga kalo lo nyariin dia tadi, Lice!! Kenapa gak ada yang yang nanyain gue? Keluh Dennis. Eh, lo liat... seorang cowok nyolek Dennis di belakangnya. Gue bukan papan penunjuk arah. Balas Dennis cepet dan pergi sambil ngomel sementara cowok itu bengong. Giga berlari secepatnya dan begitu sampai di kelas Aegis dia berhenti, sambil ngosngosan dia ngeliat Aegis nerima bunga yang dikasih Vino ke dia dan teman-teman Aegis langsung sorak-sorak. Damn. makinya pelan melihat itu. Dibelakang Giga, Alice ngeliat pemandangan itu. Kepalanya teralih dari Giga, ke Aegis dan Vino dan mendadak kayaknya dia paham sesuatu. Sejak kapan? dia bertanya pelan ke Giga yang menoleh kaget Alice ada di belakangnya. Apanya? Jangan pura-pura. Gue tau dari cara lo ngeliat dia. Sejak kapan? Gue gak tau, tapi apa pentingnya sekarang. Giga masih ngeliat Aegis dan Vino di depannya. Gue pasti gila ngomong ini, Alice memutar bolamatanya dan menghela nafas, tapi apa lo Giga yang gue kenal?! Mana Giga galak yang selama ini gue suka? Apa maksud lo? Rebut aja dia balik. Vino temen baik gue. Terserah, gue cuman kasih saran. Alice menghela nafas. Giga balik ke kelasnya ditemenin Alice. Vino balik sambil nyengir ke kelas gak lama setelah Giga sampai. Ga!!, gue,

Ah, gue belom ngerjain tugas, ntar aja ya, ceritanya. Giga buru-buru bolak balik bukunya sementara Dennis yang duduk di sebelah Vino langsung nanya hasilnya. Dan terpaksa Giga jadi ikutan ngedenger detail-detail penembakan Vino tadi. Siangnya ternyata Aegis juga ikutan ada di kantin, karena statusnya udah jadi pacar Vino, Aegis duduk di depan Giga sekarang, di sebelah Vino dan disebelah Aegis ada Tina temannya. Giga cuman ngeliatin dan nambahin komentar-komentar sesekali aja. Alice yang duduk di sebelahnya ngalihin topik ke BaLi yang diadain lagi beberapa malem lagi. Pulangnya, Giga nungguin Aegis di parkiran kayak biasa. Sampai dilihatnya Aegis lari-lari, Giga langsung pasang helm, Ayo buruan. Ga, aku pulang bareng Vino, sori ya. Giga diam, cukup sudah. Gak bisa gitu dong. Mama nyuruh gue bareng elo, lo pergi sama gue, pulang juga sama gue!! teriaknya marah. Jangan teriak-teriak dong. Aegis ngeliat ke kiri-kanan parkiran, suara Giga yang meninggi menarik perhatian. Dari jauh Vino datang. Ga, kenapa lo? Vin, gue tau... lo berdua baru jadian. Tapi hari ini Aegis pergi bareng gue, Nyokap gue bisa ngamuk ke gue kalo dia pulang bareng orang lain. Hari ini gue bilang ke Nyokap gue dulu, soalnya Aegis dititip sama gue. Ngertiin gue. Vino menimbang sebentar, lalu menghela nafas, Ya udah, dia lalu berbalik ke Aegis, Besok aku jemput. Aegis Cuma senyum dan mengangguk, semenatara Giga menstater motornya. Sepanjang perjalanan pulang, Giga diam. Ga, gak usah ngebut-ngebut ya. teriak Aegis dari belakang. Mendengar itu, bukannya pelan, Giga malah nambah kecepatan dan nyalip kendaraan di depan kayak setan. Aegis nyubit dia habis-habisan dan lantaran motor Giga gak punya pegangan belakang, terpaksa Aegis meluk pinggang Giga. Begitu sampai, Aegis langsung mukul Giga pakai tasnya lalu membuka helmnya, didorongnya helm itu ke Giga dan masuk ke rumah dengan marah. Kamu apain Aegis? Mamanya menoleh padanya dengan bingung dan marah. Gak ada. Jangan bohong, terus kenapa dia pulang marah begitu. Mana tau. Pacarnya kali? Giga langsung ngeloyor ke kamarnya.

Mamanya mengulang ucapan Giga tanpa suara, Lho? Ga, maksud kamu Aegis punya pacar? Siapa? Kamu ya? Mamanya ngejar Giga dan ngeberondong dengan pertanyaan. Ga..., jawab Mama dong. Giga Anggara, jawab Mama! Oke, yang jadi pacar Aegis itu Vino, bukan aku. Sekarang Giga capek, tidur dulu. dan ditutupnya pintu kamarnya meninggalkan Mamanya yang bengong.

SHE & MY FEELING Malamnya, setelah diomeli Mamanya dan diancam pemblokiran kartu kredit dan tabungan, Giga mengetok kamar Aegis untuk minta maaf. Oh, hai, kenapa? Oh, gue... buku gue kemaren udah? kata Giga cari-cari alasan, dia gak ngerasa salah jadi nyenengin Mamanya aja bilang dia udah minta maaf dikamar Aegis. Oh iya, aku lupa. Aegis masuk ke kamarnya dan mencari di dalam kardus, Giga baru sadar ada beberapa kardus di kamar itu. Mau ngapain lo? di bukanya celah pintu itu dan masuk ke kamar Aegis. Besok Mamaku pulang kan? Jadi aku beres-beres. Hah?! Giga bener-bener lupa tentang itu. Ini bukunya, makasih nolong banget lho. Ah, iya, tatapan Giga menyapu ruangan yang hampir kosong dan ngeliat boneka kucing pemberiannya nyembul di salah satu kardus. Wah itu yang dari gue kan? katanya. Mmph? Iya, lucu sih, jadi aku peluk buat... Aegis berenti ngomong dan mukanya merah. Kenapa lo? Ayo ngaku boneka gue buat apa? cengir Giga. Gak kok. Muka lo ampe merah gitu. Giga nyengir lalu diam, begitu juga Aegis. Hei, sori buat tadi, gue gak maksud bikin lo ketakutan.

Gak apa-apa. Besok lo bareng Vino kan? Iya. Gue udah cerita ke Mama, besok gue bisa berangkat agak siang kalo gitu, cengir Giga. Dasar tukang tidur. Senyum Aegis dan berjalan menemani Giga ke pintu. Sebelum pintu ketutup Giga balik badan, E!! Apa? Kalo... kalo gue yang pertama kali ketemu lo daripada Vino, apa... Giga diam. Apanya? Gak ada, malem. Giga lalu berjalan ke kamarnya. Tanpa sadar Mama dan Papanya ngintip dari balik anak tangga. Aduh, anak Papa banget sih dia. keluh Mamanya. Kok Papa? Dia malah lebih payah dari Papa. Tau tuh. Aegis malah jadi pacar Vino kan?! Ngintip aja terus..., bintitan ntar. Giga lewat didepan mereka tanpa menoleh sambil melempar-lempar bukunya dan turun ke kamarnya. *** Paginya, Giga malah bangun lebih pagi, lalu ngeliat ke jendela dan ngeliat mobil Vino udah ada di depan. Bukannya ke bawah, dia malah balik tidur lagi. Den, disuruh sarapan sama Tuan dan Nyonya di bawah. Bik Sum masuk ke kamarnya dan melihatnya malah asyik komik di kamar. Oh, iya ntar lagi. Tapi dia belum turun-turun juga, sampai Mamanya naik. Aegis udah berangkat kok, kata Mamanya, sama Vino. sahutnya menambahkan dengan dingin. Giga mendengus dan melempar komiknya ke kasur, lalu mengambil tasnya. Seenggaknya kamu sarapan dulu. teriak Mamanya mengiringinya keluar. Sampai di bawah Giga menyambar roti panggang, dan Papanya tanpa membalik dari korannya mengucapkan hati-hati dijalan kayak biasa. Di kelasnya, Dennis langsung datang menghampirinya. Laen kali, elo, Alice sama Vino harus ngasih gue honor udah jadi petugas pos tiap hari. Emang kenapa?

Alice pesen ada BaLi ntar malem, anak-anak juga bakalan ngumpul, taruhannya 10 juta, Lo ikut? bisik Dennis selaku koordinator taruhan. Liat ntar, terus apa? Vino pesen, lo harus ke aula sekarang juga, soalnya ada demo latihan karate buat junior yang baru. Semprul!!Kenapa yang itu gak lo bilang dari tadi?! teriak Giga dan berlari keluar. Seenggaknya gue masih inget pesannya!!! teriak Dennis ke Giga yang sepertinya tidak mendengar ucapan itu.. Begitu sampai ke aula, dia ngeliat semua orang udah pada ngumpul dan Aegis ada di situ. Dia gak mungkin ikutan karate paling dateng nonton Vino. Ga, udah ditunggu tuh. Elo sama Vino partnernya. temannya menepuk bahunya. Setelah ganti baju, Giga duduk bersebelahan dengan Vino dan diliriknya Vino yang ngeliat Aegis dan senyum terus. Head in the game, dude. Bisiknya ke Vino. Sori. Gak lama, giliran mereka berdua latih tanding. Giga ngeliat Aegis natap ke Vino terus. Itu ngebikin dia kesal dan mempercepat gerakannya, dan tanpa sadar jadi serius. Vino langsung terdorong jatuh, dan Giga (untungnya) berhasil menahan pukulan terakhir yang bisa bikin gigi Vino rontok. Lalu disambut iringan tepuk tangan yang mengira itu bagian dari acara, Giga mengulurkan tangan ke Vino yang tergeletak di lantai. Sori, keterusan. sahutnya. Gila lo, itu kan beda sama yang direncanain. Sori, dude, keterusan. Sorenya Giga baru pulang ke rumah dan ngeliat taksi berhenti di depan rumahnya, Mang Ujang sibuk ngebantuin sopir taksi masukin kardus-kardus ke mobil. Itu dia baru pulang. Kamu kemana aja? Mamanya langsung menghampirinya, disebelahnya ada Aegis. Gak apa-apa, Tante, aku berangkat dulu ya. Giga baru ingat kalau ini hari pindahan, Aegis sekalian jemput mamanya di bandara. Aku anter. katanya cepat. Taksinya kan udah didepan. Oh iya, aku lupa. Aku pergi. Oke.

Sampai ketemu di kampus. Ya. Giga dan Mamanya nganterin Aegis sampai taksi itu ngilang dari halaman rumah. Mama pengen banget dia jadi anak Mama, sayang yang Mama punya cuman anak yang payah. Mamanya menghela nafas dan pergi meninggalkan Giga yang melongo. Yang ngelahirin aku kan Mama?! teriaknya ke Mamanya.

SHE & STAR Malamnya Giga kabur lagi dan nemuin anak-anak di lintasan. Eh, dateng juga lo. Gimana lo ikutan gak? Dennis langsung nanya to the point. Gimana ya? Iya, lo ikutan gak? Alice di sebelahnya nanya balik. Eh tunggu, hp gue. diambilnya handphone di jaketnya. Dan lihatnya ada 15 missed call dan semuanya dari rumah. Gak lama hpnya bunyi lagi. Iya? Kenapa, Pa? Anak bandel!!! Ada dimana kamu?! Kenapa gak ngangkat?!! teriakan Papanya menggelegar membuat kuping Giga berdenging. Lagi jalan-jalan. Papa gak perduli kamu dimana?! Jawab!!! Aegis ada sama kamu gak?! teriak Papanya, sementara di belakang suara Papanya dia bisa dengar suara Mamanya yang panik mendesak nanya-nanya. Gak ada, kenapa? Pesawat yang ditumpangin Tante Leila, Mama Aegis meledak, semua penumpang meninggal termasuk Mama Aegis. Dia hilang, Ga, jelas Papanya. Eh? Otak Giga terasa beku Udah telepon ke hpnya? tanya Giga panik. Kalau Mama bisa, Mama gak bakal ngubungin kamu!!! Mama ama Papa cari sendiri!!!! di dengarnya teriakan Mamanya di ujung telepon.

Vino udah nyari duluan. Dia nonton berita itu di tv. Cari Aegis, Ga. Giga langsung matiin telepon dan nelpon Vino. Dennis dan Alice di depannya bingung ngeliat muka Giga berubah pucat. Lo dimana? teriak Giga ke Vino. Lagi nyisir daerah bandara. Gue bantuin nyari. Lebih banyak lebih baik, Ga. bales Vino dan langsung matiin telepon. Aegis hilang. kata Giga singkat ke Dennis dan Alice. Kenapa? tanya Alice. Pesawat yang ditumpangin nyokapnya dari Sidney meledak. Dia ngilang di bandara begitu denger itu. Gue mau lo semua bantu nyari. dia ngeliat ke Alice dan Dennis. Gue punya foto Aegis waktu di pasar malem kemaren, yang gue minta waktu di toilet. Gue forward ke semua anak. Alice ngeluarin hpnya. Bagus mulai cari. kata Giga sambil nyalain mesin motornya. Sekarang? tanya Dennis bego. KAPAN LAGI!!! teriak Giga yang bikin Dennis sama Alice kabur. Dennis sama Alice langsung ngasih komando ke anak-anak yang lain dan bilang BaLi dibatalin, Giga ke tengah kerumunan dan minta bantuan mereka. Kenapa gak bilang dari tadi, lo yang minta, gue ikutan. kata salah satu dari mereka yang diiringin persetujuan yang lain. Sementara Alice sibuk memforward foto Aegis, Dennis ngasih tau ke anak-anak lokasi terakhir Aegis dan ngebagi mereka. Giga langsung melesat ke tempat-tempat yang pernah di datanginnya. Dia keluyuran di pasar malem itu sambil teriakteriak manggil Aegis, ternyata malah ketemu Vino. Lo ketemu? Vino nanya ngos-ngosan. Gak. Anak-anak di lintasan juga bantu cari. handphone Giga bunyi dan diangkatnya buru-buru. Ketemu Den? Di sekitar bandara gak ada, tapi kata Alice ada sopir damri yang kayaknya ngeliat cewek yang kayak Aegis. Tapi itu juga dia lupa-lupa ingat. Yang jelas?! Gue gak tau juga, Ga. balas Dennis frustasi. Giga ngeliat Vino juga lagi nerima telepon yang kayaknya dari teman-teman yang lain. Giga mematikan teleponnya dengan kesal dan ngeliat ke bianglala yang pernah dinaikinnya bareng Aegis.

Lo dimana? bisiknya pelan lalu di lihatnya ke langit dan dilihatnya titik kecil yang warna merah dilangit. Vin? Apa? Vino masih sibuk menekan nomer-nomer tertentu di hpnya. Ini hari sabtu kan? Ya, emang kenapa? Giga langsung berbalik, di mana tempat bisa ngeliat Mars paling jelas dan cukup dekat? tanyanya pada Vino. Liat apa? jawab Vino dengan tampang bingung. Setelah tanya sana sini. Giga langsung memacu motornya dan Vino dengan mobilnya di belakangnya ke bukit kecil di daerah Puncak. Giga langsung markir motor ditempat yang dilihatnya gak bisa dilalui motor dan langsung lari sambil manggil-manggil Aegis. Vino markir mobilnya dan ngikutin Giga. Aegis!!! Aegis!!! E... Giga berhenti begitu ngeliat cewek yang duduk sendirian sambil liat langit di depannya. Giga ngos-ngosan ngatur nafas. Dan berjalan mendekat. E. Mama ku lahir di bawah pengaruh Mars. Aegis bicara tanpa menoleh dan masih menatap planet merah yang menyala itu. E. Giga berjalan semakin mendekatinya. Mars kayak senyum ya hari ini. suara Aegis terdengar riang dan biasa, tap tetap tidak berbalik. E. Kita pulang, ya? Giga berjalan pelan. Kalau dia ke surga, apa dia ngeliat aku juga sekarang, Ga? Aegis menoleh sambil tersenyum, Giga melihat setitik air mata jatuh di wajahnya di susul yang berikutnya dan yang berikutnya. Giga berlutut di depannya dan memeluknya. Kita pulang, E. Kita pulang ya? Mendengar itu, Aegis balas memeluk Giga erat dan menangis. Aku pulang ke siapa? tangisnya. Apa keberuntunganku gak cukup buat Mama? Apa ini bayaran semua keberuntungan itu? Kenapa harus Mama? Kenapa harus Mama ku? Aegis menangis dan Giga memeluknya. Hei, lo pulang ke tempat gue. Mama sama Papa nyariin lo, gue nyariin lo, kita pulang E.

Aegis masih menangis di pelukan Giga, sementara Vino melihat itu semua di belakang mereka dan hanya bisa diam. Dia menelpon orangtua Giga ngasih tau klau Aegis ketemu, juga ngasih tau Alice dan Dennis yang masih nyari. Mendadak, Aegis pingsan di pelukan Giga, badannya panas. Vino langsung ngebawa dia ke mobilnya dan mereka ke RS terdekat, Giga ngikutin dari belakang dengan motornya. Begitu Aegis ditangani dokter, Giga nelponin orangtuanya dan minta mereka ke sana. Sementara begitu dia nyari Vino, Vino ngilang. *** Besoknya, begitu Giga masuk ke kamar Aegis, Mamanya ada di sana lagi ngupasin apel buat Aegis. Hei, Datang juga kamu, ayo gantiin tugas Mama. Mama mau ke bawah dulu. Giga duduk di tempat Mamanya. Dan ngeliat di kasur Aegis ada boneka kucingnya. Dia nyengir ngeliatnya. Gimana keadaan lo? Udah gak apa-apa. Papa bilang, kalau kamu mau, kamu bisa gak hadir pas acara..., kamu tau. Giga gak nerusin kalimatnya. Aku dateng kok, ke pemakaman. Mama ku bakal sedih kalau ngeliat aku gak ada. kata Aegis. Oke. Ga? Apa? Mau nemenin gue ke pemakaman? Giga diam dan ngeliat ke Aegis. Iya, gue mau. Sori ganggu, E, pinjem Giga ya. Dennis muncul di pintu. Bentar. Alice dan Tina masuk menggantikan Giga, soalnya pesan dokter Aegis belom boleh sendirian, supaya dia ngerasa selalu ada orang didekatnya dan gak ngerasa sendirian. Ada pesen dari Vino. kata Dennis. Apa? Dia ngajak lo tanding malam ini. Hah?! Gila dia?! Besok pemakaman.

Iya, tapi lo harus denger taruhannya. Gue gak tertarik duit. Giga berbalik. Pialanya ada di kamar itu! teriak Dennis, yang kali ini di dengar Giga hingga dia menghentikan langkahnya. Apa? Dia bilang, kalo lo menang dia nyerah, kalo dia menang lo harus mundur. Giga diam. Jadi? Lo ikut? tanya Dennis. Aegis bukan piala.... kata Giga pelan menunduk dan menimbang. Lalu diangkatnya lagi kepalanya, Gue ikut. *** SHE, ME & HE Malamnya di tempat biasa, anak-anak ngumpul. Entah denger berita dari mana, yang Giga yakin dari Dennis buat ngumpulin taruhan, mereka udah stand by aja di tempat. Giga ngeliat Vino udah siap di tempat dengan motor hijaunya yang jarang banget dipakai sejak terakhir kali nge trek bareng dulu. Hei. sapanya ke Vino. Hei, Vino membalas, lalu diam, Jadi, gimana Aegis? Baik. Besok pemakaman Nyokapnya, lo dateng kan? Pasti, gue masih pacarnya sampai hasil balapan ini. Vino senyum. Lo udah lama gak ngetrek. Yakin? Lo yang bilang dulu. Kayak naik sepeda, lo gak bakal lupa. Vino memasang sarung tangannya. Lo tau, Ga? kata Vino lagi sementara Dennis berjalan ke dekat mereka. Apa? Selama ini gue selalu nomer dua di dekat elo. Nilai lo yang paling tinggi, kalau ada poling populer pasti gue nomer dua, dilintasan dulu juga sama. Tapi buat yang ini... dia ngeliat ke Giga dari balik helm. i wont do that. bisiknya. Ready?! teriak Dennis di tengah mereka. Go!!!

Kedua melaju, Alice di pos pertama dan ngasih tau kalau Giga maish di depan. Anak pos 2 ngasih tau kalau Giga masih di depan. Di pos 3 Giga dan Vino mulai sejajar. Tapi di pos 4 Giga masih jadi nomer satu. Posisi terus berganti-ganti di pos 5. Sampai akhirnya Dennis di garis finish melihat dua sosok yang melaju cepat dan teriak-teriak bilang mereka sejajar. Begitu keduanya sampai ke garis finish, anak-anak pada teriak-teriak soalnya motor hijau itu masuk finish lebih dulu dari pada motor perak. Giga menepikan motor peraknya ke pinggir dan membanting helmnya kesal ke tanah. Sementara Vino berhenti beberapa meter di depannya dan duduk diam. Lalu turun dari motornya dan menghampiri Giga. Jadi? kata Vino ke Giga yang keliahatan uring-uringan. Lo menang. Gue akuin itu. Katanya pelan, Tapi gue gak bisa mundur soal Aegis. Sori Vin, gue sayang banget sama dia. Vino senyum berbalik lalu berbalik lagi dan nonjok Giga sekuat tenaga. Giga ambruk ke tanah dan batuk-batuk. Holy!!! Gila lo ya?! teriaknya sambil menengadah melihat Vino yang sekarang berjongkok didepannya. Itu hukuman buat lo lantaran nganggep Aegis taruhan. cengirnya. Heh, lo duluan yang mulai!!! Marahnya ke Vino. Dan ini Vino ngayunin satu tinju lagi ke muka Giga dan berhenti pelan mengubahnya menjadi tepukan kecil di pipi, buat sikap lo ke Aegis. Hah? Gue udah putus sama Aegis tadi pagi, waktu lo belum datang ke RS. cerita Vino. Apa?! Lo mungkin gak nyadar saking paniknya kemaren, tapi waktu dibawa ke RS, Aegis meluk erat boneka kucing yang ada di dekatnya dan gue tau banget itu bukan dari gue. Lagian gue kan gak buta, ngeliat sikap lo, gue juga tau kalau lo suka Aegis. Vin, sori. Bener!!! Itu yang harusnya lo bilang ke gue. Gara-gara elo dia mutusin gue tau gak?! Bikin sebel gue aja lo. Bohong kalau gue bilang gue gak marah sama lo. Sekarang aja gue pengen ngehajar lo lebih dari ini. kata Vino sambil ngedorong Giga yang ketawa-tawa sampai jatuh ke tanah. Ya udah, hajar aja. Gue rela. Tapi gue putusin enggak mau. cengir Vino. Kenapa?

Pertama karena gue gak pengen itu jadi senjata lo buat ngebikin Aegis benci gue, kedua, gue pengen lo ngerasa hutang budi, ketiga, soalnya lo sahabat gue yang gue benci setengah mati, Keempat, akhirnya gue jadi yang pertama dan ngalahin lo. Gue cukup puas. Kata Vino, untuk sekarang. Vino ngulurin tangan ke Giga. Sementara anak-anak mulai berdatangan, malam itu Vino jadi juara baru yang ngegantiin posisi Giga ditempat pertama. Beberapa bulan kemudian..... Vino duduk di ruang tunggu penerbangan internasional dan berulang kali ngecek jam tangannya. Gue bunuh dia. keluhnya dan dilihatnya 2 orang lari-lari menuju dia. Aku kan udah bilang bangunnya pagian?! Aegis berkata pada Giga yang ada di sebelahnya. Wekernya lupa nyala tuh. Terus kenapa aku nemu wekernya di dekat pintu, udah pecah lagi. Tikus mungkin. sahut Giga gak perduli. Heh, lo sengaja ya datang siang biar gue gak ketemu Aegis lebih lama. Vino menambahkan ngeliat ke Giga. Giga cuman nyengir gak ngejawab. Vin, tiket kamu udah? Paspor? Visa? E, yang berangkat, kan, dia, jangan ikutan repot dong, lo kan tunangan gue. Giga melotot ke Aegis. Sirik aja. Vino menoleh ke Giga dan berlaih ke Aegis, udah semua kok. Kenapa cepet banget berangkatnya? Beasiswa gak datang tiap hari kan? Apa lagi nolak sesuatu kayak Yale itu bodoh banget. Ya, gue kaget lo daftar itu, Giga menambahkan melihat sahabatnya itu dengan tersenyum kagum. Gue gak bakal jadi nomer dua selamanya. senyum Vino. Koper lo udah siap? Tanya Giga lagi ngeliat sohatnya itu gak bawa apa-apa. Udah gue masukin, dudul. Lo yang kelamaan bangun. Terdengar suara pengumuman agar penumpang garuda masuk ruang tunggu. pesawat gue, ya? Hati-hati kata Giga ke sobatnya itu.

Tenang aja, liburan gue balik kok. katanya. Vin, aku... Aegis mulai mau ngomong. Ah!!! Vino mencegah Aegis bicara, Gue udah bilang gue gak mau denger lagi kalo lo selama ini ternyata suka sama anak dudul itu dan deket sama gue lantaran lo pikir dia jadian sama Alice. Gak?! Gak lagi. Giga nyengir ngedengernya. Sori, Vin. bisik Aegis lirih. Agh!!!! Apa lagi itu. Gak, gue masih tetep sayang sama lo, E. Jangan lupa itu, jadi kalau nanti si dudul ini bikin lo kesel dikit.... aja, call me. kata Vino Gak bakal, gak bakal. Giga nambahin sambil nyengir. Panggilan terdengar sekali lagi, agar penumpang masuk ruang tunggu. Udah, buruan sana. kata Giga. Vino menyalamin Giga dan membisikkan suatu kata di telinganya, Gue serius. Jaga dia baik-baik atau saat itu lo gak bakal mundur semudah ini. Giga nyengir, Gue serius, itu gak bakal kejadian. E. panggil Vino. Apa? Aegis menengadah waktu Vino di depannya. Sebelum ada yang nyegah, Vino nyium Aegis tepat di bibir dengan cepat. Giga menganga. A...ARGH!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Teriak Giga sementara Vino kabur. GUE AJA BELOM PERNAH!!!! Vino membuat gerakan bibir gue yang pertama saat tiketnya diperiksa oleh petugas dan masuk ke dalam sambil ketawa. GAK USAH BALIK LO!!!! Aegis yang agak shock malah ketawa ngeliat reaksi Giga, dan hp Aegis bunyi. Ya? Disodorkannya hpnya ke Giga yang masih merutuki Vino. Vino. kata Aegis, Giga cepat-cepat mengambilnya. Gila lo!!! Hei, harus ada yang pertama, kan udah gue bilang gue masih dendam sama lo. Sebisa mungkin gue bakal ngancurin hubungan lo sama Aegis. Mau perang terbuka lo. Giga nyengir ngedengernya. Its already on sejak gue diputusin tau. Gue sih jujur sama perasaan gue, elo gimana? tawa Vino kedengeran.

Giga diam sambil senyum lalu ngeliat Aegis di sebelahnya yang menatapnya dengan bingung, Boleh aja, tapi lo gak bakal menang. Take care, dude. kata Giga. Thanks. Apa kata Vino? Aegis nanya. Liburan dia pulang. Oh gitu. Satu lagi, lo tunangan gue, bukan Vino garis bawahin itu. Iya, Aegis senyum, Pulang? Ayo. Jangan ngebut ya? Liat nanti deh. cengir Giga yang langsung menghindari pukulan Aegis dan memeluknya sambil berjalan ke parkiran. Thats all for NOW(maybe)!!!!!!!!!

Anda mungkin juga menyukai