Anda di halaman 1dari 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Penderita Skizofrenia a. Definisi Skizofrenia Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikologi dengan gangguan dasar pada kepribadian dan distorsi khas proses pikir yang ditandai dengan proses pikir penderita yang lepas dari realita sehingga terjadi perubahan kepribadian seseorang yang reversible dan menuju kehancuran serta tidak berguna sama sekali ( Dep. Kes. , 1995 ). Terjadinya serangan skizofrenia pada umumnya sebelum usia 45 tahun dan berlangsung paling sedikit 1 bulan. Penderita skizofrenia banyak ditemukan dikalangan golongan ekonomi rendah , sehingga hal ini diperkirakan merupakan factor predisposisi penyebab timbulnya

skizofrenia (Dep. Kes., 1995 ). b. Etiologi Karema belum ada definisi yang pasti tentang skizofrenia , maka sampai saat ini etiologi skizofrenia masih belum jelas dan masih dan penelitian para sarjana. Kemungkinan besar skizofrenia adalah suatu gangguan yang heterogen. Yang menonjol pada gangguan skizofrenia adalah adanya stressor psikososial yang mendahuluinya. Seseorang yang mempunyai kepekaan spesifik bila mendapat tekanan tertentu dari lingkungan akan timbul gejala skizofrenia . Etiologi skizofrenia diuraikan menjadi dua kelompok teori yaitu : 1). Teori Somatogenetik Teori karena yang menganggap bahwa penyebab skizofrenia

factor kelainan organik atau badaniyah .

2). Teori Psikogenik

Teori yang menganggap skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan fungsional. Dan penyebab utamanya adalah konflik , stres psikologik dan hubungan antar manusia yang

mengecewakan . Selain itu banyak teori yang diajukan sebagai teori etiologi skizofrenia. antara lain teori yang menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh suatu interaksi beberapa gen penyebab skizofrenia . Dan ada pula teori yang menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh metabolisme yang disebut dengan inborn error of metabolissm (Maramis, 1980). c. Gejala Gejala pokok dari skizofrenia dapat dikelompokkan menjadi empat gangguan pada : 1). Alam Pikiran Gangguan alam pikiran pada penderita skizofrenia berupa gangguan bentuk arus pikiran dan gangguan isi pikiran (Roan , 1997). Pada penderita skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran dan yang terganggu terutama adalah proses asosiasi , yaitu : a). Penderita kadang-kadang mempunyai satu ide yang belum selesai diutarakan tetapi sudah timbul ide yang lainnya. b). Penderita skizofrenia tidak jarang menggunakan arti simbolik , sehingga jalan pikiran penderita

skizofrenia tidak dapat diikuti dan dimengerti oleh orang lain. d). Pada penderita skizofrenia sering juga ditemukan apa yang disebut dengan bloking, yaitu isi pikiran yang kadang-kadang berhenti dan tidak timbul ide lagi.

e). Gejala lain adalah halusinasi yaitu penderita merasa ada suara-suara ditelinganya. f). Cara berpikir yang aneh (ambivalensi). g). Adanya waham yang menguasai dirinya . h). Merasa dirinya tidak sakit dan merasa dirinya paling benar (egosentris ). ( Yusuf dan Ismed, 1991 ). 2). Daya Tanggap ( Perseption ) Gangguan daya tanggap sebagai suatu pengelabuhan panca indra. Pada gangguan ini dapat terjadi ilusi yaitu suatu peristiwa salah tanggap dari suatu stimulus dari luar. Ataupun suatu tanggapan tanpa adanya rangsang dari luar. Gangguan utama dari gangguan persepsi ini adalah berbagai jenis halusinasi benar ( Roan , 1997 ). 3). Alam Perasaan Pada awal dari gangguan suasana penderita, biasanya lebih peka dari orang normal. Yang tampak adalah penderita mudah tersinggung, mudah marah dan peka terhadap hal-hal yang kecilkecil yang seharusnya tidak perlu tersinggung atau marah. Pada keadaan gangguan lebih lanjut atau lebih parah, suasana penderita justru akan acuh terhadap sekitarnya (Yusuf dan Ismed, 1991). Gangguan perasaan atau emosi pada penderita skizofrenia dapat digolongkan dalam dua hal yaitu : a). Gangguan alam perasaan. b). Gangguan pengungkapan perasaan. Pada kehidupan sehari-hari gangguan perasaan tersebut tampak dalam tingkah laku., biasanya di ekspresikan sebagai : a). Riang gembira ( nood elevasion ). b). Sedih ( depression ). c). Hilang akal ( perplekxity ). d). Emosi berlebihan. e). Hilangnya emosional rapport.

r). Ambivalaensi ( terpecah-pecahnya kepribadian ). ( Hardiman , 1988 ). 4). Gangguan Tingkah Laku Gangguan tingkah laku ( psikomotor ) yang beraneka ragam sering terlihat , khususnya pada bentuk serangan akut dan nyata. Tingkah laku penderita skizofrenia sering aneh dan tidak dapat dimengerti . seperti : a). Dapat terjadi pengurangan hebat dari reaktivitas terhadap lingkungan yang berupa berkurangnya

pergerakan dan aktivitas spontan, penderita akan bersikap kaku dan menolak usaha-usaha untuk

menggerakkannya. b). Gerakan motorik yang berlebihan ( exited ), dan

nampak tidak bertujuan serta tidak dipengaruhi oleh stimulus luar ( seperti ada kegaduhan / furor katatonik ). Banyak sekali tingkah laku yang dapat ditemukan pada penderita skizofrenia, tetapi yang paling sering adalah : a). Gaduh gelisah ( exitement ). b). Stupor. c). Tingkah laku impulsive. ( Wibisono, S. 1998 ). Dari uraian diatas secara umum skizofrenia dibagi dalam 5 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, criteria

pengelompokannya sebagai berikut : a. Tipe Hebefrenik Tipe ini disebut juga disorganized type atau kacau balau yang dimulai dengan Gejala-gejala antara lain : 1). Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya. Hal ini dapat dilihat dari kata-

kata yang diucapkan tidak ada hubungannya satu dengan yang lain. 2). Alam perasaan ( mood, effect ) yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi (incongrose) atau ketolol-tololan ( silly ). 3). Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan ( giggling ), senyum yang menunjukan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri . 4). Waham ( delusion ) tidak jelas dan tidak sistimatik ( terpecahpecah ) tidak terorganisir suatu satu kesatuan. 5). Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisir sebagai satu kesatuan. 6). Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial . b. Tipe Katatonik 1). Stupor katatonik, yaitu suatu pengurangan hebat dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan atau pengurangan dari pergerakkan atau aktivitas spontan sehingga nampak seperti patung, atau diam membisu ( mute ). 2). Negativisme Katatonik yaitu suatu penolakkan yang

nampaknya tanpa motif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan bagian tubuh dirinya . 3). Kekakuan ( rigidity ) Katatonik yaitu mempertahankan suatu sikap kaku terhadap semua upaya untuk menggerakkan bagian tubuh dirinya. 4). Kegaduhan Katatonik, yaitu kegaduhan aktivitasmotorik ( otot alat gerak ) yang nampaknya tak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh rangsang luar. 5). Sikap tubuh katatonik yaitu sikap ( posisi tubuh ) yang tidak wajar atau aneh.

c. Tipe paranoid 1). Waham (delucion) kejar atau waham kebesaran, misi atau utusan sebagai penyelamat bangsa dunia atau agama, misi kenabian atau mesias, atau perubahan tubuh. Waham cemburu seringkali juga ditemukan. 2). Halusinasi yang berisi kejaran atau kebeseran. 3). Gangguan alam perasaan dan perilaku, misalnya kecemasan yang tidak menentu, kemrahan, suka bertengkar dan berdebat kekerasan. Seringkali ditemukan kebingungan tentang identitas jenis kelamin dirinya (gender identity) atau ketakutan bahwa dirinya diduga sebagai seorang homoseksual atau merasa dirinya didekati oleh orang-orang homoseksuaL. d. Tipe Residual Tipe ini merupakan sisa-sisa (residu) dari gejala skizofrenia yang tidak begitu menonjol. Misalnya alam perasaan yang tumpul dan mendatar serta tidak serasi (innappropriate), penarikan diri dari pergaulan sosial, tingkah laku eksentrik, pikiran tidak logis dan tidak rasional atau pelonggaran asosiasi pikiran. e. Tipe tak tergolongkan Tipe ini tidak dapat dimasukkan dalam tipe-tipe yang telah diuraikan hanya ganbaran klinisnya terdapat waham, halusinasi, inkoherensi atau tingkah laku kacau. 5). Konsumsi Makanan Penderita Skizofrenia Masalah-masalah yang sering ditemukan pada penderita

skizofrenia antara lain adalah adanya ketidaknormalan pada proses metabolisme dan terjadi peningkatan oksidasi nikotin .Banyak teori yang menganggap bahwa skizofernia disebabkan oleh gangguan metabolisme karena penderita skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat, nafsu makan berkurang dan berat badan turun (Hawari, 2001).

2. Status Gizi Status gizi seseorang adalah keadaan yang dapat memberikan petunjuk apakah seseorang itu menderita gizi kurang atau tidak. Seseorang disebut mempunyai status gizi kurang jika orang tersebut menunjukkan gejala kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat dikelompokkan menjadi kurang kalori dan protein, kurang vitamin maupun kurang mineral. Dalam menilai keadaan gizi tersebut, seseorang perlu memperoleh keterangan melalui penyelidikan yang diperoleh secara langsung ( direct assessment ), maupun secara tidak langsung ( indirect assessment ). Secara langsung status gizi dapat diketahui melalui pengamatann, gejala klinis, pengukuran antropometri gizi, pemeriksaan laboratories biokimia, dan

pemariksaan biofisik. Sedangkam secara tidak langsung selain melalui konsumsi makanan sehari-hari, ragam jenis bahan pangan dan vital statistik kesehatan , juga faktor ekologi dapat mempengaruhi status gizi seseorang, seperti produksi pangan, pemasaran, ekonomi, biaya hidup, budaya, agama, kepercayaan, tahayul serta cara makan. Secara umum dikatakan bahwa keadaan gizi adalah fungsi dari kesenjangan gizi, yaitu selisih antara konsumsi dengan kebutuhan zat gizi. Dalam hal itu diketahui bahwa banyak faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi maupun kebutuhan gizi. Kesenjangan gizi bermanifestasi menurut tingkatnya berupa : a. Mobilisasi cadangan zat gizi yaitu upaya menutup kesenjangan yang masih kecil, dengan mengguanakan cadangan zat gizi dalam tubuh. b. Deplesi jaringan tubuh yang terjadi jika kesenjangan tersebut tidak dapat ditutupi dengan pemakaian cadangan. c. Perubahan biokimiawi, suatu kelainan yang terlihat dalam cairan tubuh. d. Perubahan fungsional, suatu kelainan yang terjadi dalan tata kerja faali. e. Perubahan anatomi, suatu perubahan yang bersifat lebih menetap.

3. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Status Gizi Status gizi terutama ditentukan oleh ketersediaan cadangan energi dalam jumlah yang cukup dan dalam kombinasi pada waktu yang tepat ditingkat sel, semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk tumbuh, bekembang dan berfungsi normal dalam anggota badan. Pada prinsipnya status gizi ditentukan oleh dua hal yaitu : a. Terpenuhinya semua zat gizi yang diperlukan tubuh. b. Peranan penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi. Terhadap kedua hal ini faktor genetik dan faktor sosial sangat berperan karena kedua faktor tersebut sangat penting untuk kelangsumgan hidup manusia ditengah-tengah masyarakat (Soekirman , 2000 ). Untuk mendapatkan status gizi yang baik diperlukan jumlah pangan, macam komoditi pangan, serta nilai gizi yang cukup dari pangan tersebut ( Roedjito, 1989 ). Tetapi hasil penelitian konsumsi pangan hanya menggambarkan bukti sementara ( informasi ) dari timgkat konsumsi makanan perseorangan, keluarga dan golongan tertentu dalam masyarakat, bukan merupakan hasil secara langsung yang menggambarkan status gizi, sebab status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor dan akibat dari konsumsi makanan sebelumnya ( Roedjito , 1989 ). 4. Pengaruh Konsumsi Makanan Terhadap Status Gizi Makanan merupakan faktor yang menentukan kesehatan manusia dalam arti fisik, mantal dan emosional. Dari makanan sehari-hari tubuh mendapat faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan,

gizi yang merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk : a. Menjamin kalangsungan hidup. b. Memelihara organ tubuh. c. Pertumbuhan dan perkembangan otak. ( Roedjito , 1989 ). Oleh sebab itu makanan yang dikonsumsi setiap hari dan kandungan gizinya sangat diperlukan manusia untuk melangsungkan hidup.

Banyak faktor yang mendorong manusia untuk mengkonsumsi makanan antara lain adanya rasa lapar dan selera terhadap beberapa jenis makanan. Lapar secara khusus diartikan sebagai suatu rangkaian isyarat dari dalam tubuh yang mendorong usaha untuk memperoleh dan mengkonsumsi makanan. Isyaratasyarat ini berasal dari otak atau saraf perifer dan berkembang sebagai kebiasaan. Sedangkan selera umumnya memberikan implikasi tentang perasaan lapar yang bersifat ringan .(sedikit lapar). Biasanya terjadi pemilihan jenis-jenis makanan tertentu dan seringkali disertai harapan untuk memperolehnya. Selera adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan satu kumpulan isyarat yang menunjukkan cara memilih serta mengkonsumsi jenis-jenis pangan dan zat-zat makanan tertentu (Karyadi dan Nasoetion , 1987). Nafsu nakan yang kurang pada seseorang dapat menyebabkan keadaan kurang gizi. Kurangnya nafsu makan ini terjadi sebagai respon metabolik terhadap luka, kemoterapi dan jenis pengobatan lain, disamping gangguan saluran

pencernakan makanan dan fungsi organ lain. Nafsu makan yang kurang ini bertambah karena keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan untuk makan, misalnya makanan dingin atau kurang menarik ( Almatsier , 2001). Factor-faktor yang mempengaruhi status gizi seperti tampak pada bagan 1.

BAGAN 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI SESEORANG

Konsumsi Individu

Tingkat Kesukaan Seseorang

Faktor-faktor Kesehatan Sumber : Roedjito , 1987

STATUS GIZI

Kesehatan Lingkungan

5. Kebutuhan Tubuh Akan Zat-zat Gizi Yang Terkandung Di Dalam Makanan Untuk hidup sehat diperlukan zat-zat atau nutrien . Masukan zat-zat

gizi (biasanya disebut makanan ) adalah suatu yang sangat vital bagi makluk hidup. Makanan yang baik harus mempunyai tiga syarat nilai yaitu : a. Nilai biologis dan biokimia Mampu memenuhi kebutuhan untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta memperbaiki sel-sel yang rusak. Mampu untuk dicerna, serap,

ditransportasi, dan dimetabolisir oleh organ tubuh. b. Nilai Penampilan atau fisik Warna, bentuk, jumlah yang mampu membangkitkan selera makan dan memberikan rasa puas. c. Nilai ekonomi dan sosial budaya Harga terjangkau dan tidak bertentangan dengan adat istiadat dan perilaku masyarakat. ( Sediaoetama , 1993 ). Kebutuhan manusia akan zat-zat gizi berbeda-beda dan dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur, dan aktivitas serta keadaan fisiologis dan patologis tertentu. Pada keadaan fisilogis atau patologis tertentu tersebut, kebutuhan akan zat gizi masing-masing dapat meningkat atau menurun ( Sediaoetama , 1993 ). Untuk mengetahui kebutuhan tubuh akan zat gizi, digunakan RDA

(Recommended Daily Allowance ) atau anjuran kecukupan gizi. Nilai RDA ini berlaku bagi rata-rata masyarakat, jadi apabila hendak diterapkan bagi perorangan harus diadakan lagi adaptasi kondisi orang tersebut, seperti tingkat aktivitas, luas permukaan tubuh, tingkat kesehatan dan lain-lain ( Sediaoetama , 1993 ). Berdasarkan fungsi dan kandungan zat gizinya, bahan makanan dapat digolongkan menjadi : a. Zat gizi penghasil energi, yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Zat gizi

penghasil energi ini sebagian besar dihasilkan oleh bahan makanan pokok b. Zat gizi pembangun sel, terutama dihasilakan oleh protein.

Sehingga bahan pangan lauk-pauk tergolong dalam bahan makanan sumber pembangun. c. Zat gizi pengatur, kedalam kelompok ini termasuk vitamin dan mineral. Bahan pangan sumber vitamin dan mineral adalah sayur dan buah. ( Sediaoetama, 1993 ). 6. Penilaian Status Gizi Melalui Antropometri Berdasarkan penelitian gizi yang dilakukan, masalah gizi yang dihadapi serta sumber daya yang tersedia, maka beberapa metodologi penelitian dapat diterapkan untuk menilai status gizi. Metodologi ini meliputi konsumsi makanan, penentuan beberapa parameter biokimiawi, pemeriksaan klinis dan antropometri gizi . ( Sapariasa IDN , dkk , 1991). Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa status gizi secara umum ( bukan spesifisik zat gizi ) dapt diukur melalui antropometri. Antropometri adalah ukuran tubuh seperti berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas yang dibandingkan dengan umur. Bagi negara berkembang karena terbatasnya logistik, antropometri menjadi cara yang paling sesuai untuk pengumpulan data status gizi. Indikator antropometri pada umumnya dianggap sebagai alat pengukur status gizi yang amat sensitive (Sapariasa, IDN, dkk. 1991). Penimbangan adalah pengukuran antropometri yang umum digunakan, dan merupakan kunci yang memberikan petunjuk nyata dari perkembangan tubuh yang baik maupun buruk. Berat badan merupakan ukuran yang paling baik mengenai konsumsi kalori (energi) dan merupakan suatu pencerminan dari kondisi yang sedang berlaku. penilaian terhadap hasil penimbangan untuk menentukan keadaan gizi harus disertai dengan pengukuran antropometri lain dan pemeriksaan klinis. Sedangkan tinggi badan dapat dipakai sebagai patokan untuk menilai keadaan gizi yang lalu maupun sekarang, jika umur diketahui dengan

tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dapat dihubungkan dengan berat badan maupun lingkar lengan atas. Cara pengukuran ini mudah dan alatnyapun mudah dibawa, alat yang digunakan adalah Microtoice ( Roedjito , 1989 ). Pengukuran tinggi badan dan berat badan merupakan pemeriksaan yang tepat, tetapi masing-masing tidak menunjukkan keadaan gizi yang sebenarnya. Hubungan antara berat badan dan tinggi badan dapat digunakan untuk menentukan status gizi dengan rumus berat badan per tinggi badan kuadrat. Secara umum tingkat konsumsi seseorang dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor sebagai berikut : a). Faktor internal ( factor yang ada di dalam individu ). Faktor internal meliputi emosi, kebiasaan, pendidikan, jenis kelamin, umur dan kesehatan . b). Faktor eksternal (factor yang berasal dari lingkungan sekitar individu ). Termasuk dalam lingkungan eksternal antara lain iklim, keadaan tanah, jenis tanaman, tempat tinggal dan daya beli. (Roedjito , 1987).

B. Kerangka Teori
BAGAN 2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI STATUS GIZI Asupan gizi -protein -lemak -KH -mineral & vitamin Penyakit Infeksi Pola Asuh

Sumber : Soekirman, 2000


C. Kerangka Komsep

TINGKAT KONSUMSI ENERGI - KONSUMSI PROTEIN - KONSUMSI LEMAK - KONSUMSI KH - KONSUMSI MIN. & VIT.

STATUS GIZI

D. Hipotesa

1. Ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan penderita Semarang.

status

gizi

skizofrenia (paranoid) di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Anda mungkin juga menyukai