Anda di halaman 1dari 7

Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2001,

1, hal 584). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberkulosis (Lewis, 2000, hal 623).

Klasifikasi TBC TBC diklasifikasikan sebagai berikut: a. Pembagian secara patologis 1) TBC primer (Childhood tuberkulosis) 2) TBC post primer (adult tuberkulosis) b. Pembagian secara aktivasi radiologis: TBC paru aktif dan non aktif. c. Pembagian berdasarkan kelainan klinis, radiologis, mikrobiologis: 1) Tuberkulosis paru 2) Bekas tuberkulosis paru 3) Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam: Tuberkulosis paru tersangka yang diobati: pada keadaan ini BTA negatif tetapi tanda-tanda lain positif. Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati: pada keadaan ini sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan.

Pada tahun 1974 American Thoracic society memberi klasifikasi baru sebagai berikut: a. Kategori 0 : Tidak pernah terpapar dan tidak terinfeksi. Riwayat kontak negatif, test tuberkulin negatif. b. Kategori I: Terpapar tuberkulosis, tetapi tidak terbukti ada infeksi. Di sini riwayat kontak positif, test tuberkulin negatif. c. Kategori II: Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit. Test tuberkulin positif, radiologis dan sputum negatif. d. Kategori III: Terinfeksi tuberkulosis dan sakit.

Etiologi TBC paru disebabkan oleh kuman tahan asam yaitu: mycobacterium tuberculosis. Adapun faktor resiko yang mungkin terjadi antara lain: a. Adanya kontak langsung dengan seseorang yang menderita tuberkulosis aktif. b. Terganggunya kekebalan tubuh, misalnya seseorang dengan HIV, kanker, dan seseorang yang dalam pengobatan kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka panjang. c. Ketergantungan obat atau alkoholik.

Patofisiologi Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (Lobus atas). Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri, limfosit spesifik-tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan

bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi dan sampai 10 minggu setelah pemajanan. Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa, bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respons sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Tuberkel

ghon memecah, melepaskan bahan seperti ke dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah sembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya

bronkopneumonia lebih lanjut. Pembentukan tuberkel dan selanjutnya. Sifat kuman: Kuman lebih tahan terhadap asam dan terhadap gangguan fisik kimia karena sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin dalam lemari es dan dapat hidup bertahun-tahun, kuman juga bersifat aerob; yaitu menyenangi jaringan yang tinggi kandung O 2-nya.

Tanda dan Gejala a. Demam ringan, berkeringat waktu malam. b. Sakit kepala c. Takikardi d. Anoreksia e. Penurunan berat badan f. Malaise g. Keletihan, Nyeri dada h. Nyeri otot i. Batuk: pada awal non produktif j. Sputum bercampur darah k. Sputum mukopurulen l. Krekels/rales di atas apeks paru

Tes Diagnostik a. Pemeriksaan fisik 1) Yang paling dicurigai adalah pada apeks paru. 2) Bila ada infiltrat yang luas akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkhial didapatkan ronchi basar kasar dan

nyaring/rales.

3) Pada tuberkulosa lanjut dan fibrosis luas ditemukan atrofi dan retraksi otot interkosta. 4) Apabila tuberkulosa mengenai pleura akan terjadi efusion paru, paru -paru yang sakit akan terasa sulit untuk bernafas, dengan perkusi akan menimbulkan suara pekak dan dengan auskultasi nafas melemah sampai tidak terdengar. b. Pemeriksaan laboratorium 1) Laju endap darah meningkat 2) Leukosit meningkat 3) Sputum sediaan langsung positif terhadap mycobacterium tuberkulosa. 4) Biakan positif terhadap mikobakterium tuberkulosa. 5) BTA dapat positif c. Pemeriksaan rontgen: foto thorax membantu dalam membentuk diagnosa: 1) Lesi tuberkulosis dapat ditemukan pada apeks paru, bisa juga terdapat pada lobus bawah/hilus. 2) Pada pneumonia gambarnya jelas berupa bercak-bercak awan dengan batas tegas. 3) Pada atelektasis terlihat seperti gambaran fibrosis dan penciutan paru. 4) Pada TBC milier akan terlihat bercak-bercak halus di seluruh lapang paru dan ada pleuritis. 5) PPD test: pada pemeriksaan tuberkulosis PPD test (purified protein derivate) positif bila diameter mencapai 10 mm atau lebih sesudah 48-72 jam.

Pengobatan a. Obat utama: INH, ethambutol, rimfampicin, streptomycin b. Obat sekunder: PAS, pirazinamid, ethambutol c. Analgetik d. Diet TKTP e. Isolasi pencegahan penularan f. Tindak lanjut, penyuluhan terhadap keluarga dan orang yang sering kontak dengan pasien

Komplikasi a. Atelektasis/penyempitan bronkus b. Hemaptoe c. TBC milier d. Pneumothorax e. TBC perikarditis, peritonitis, meningitis, limfadenitis f. Kambuh kembali

Diagnosa Keperawatan a. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan adanya eksudat dalam alveoli dan penurunan fungsi permukaan paru. b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan peningkatan sputum dan penurunan usaha untuk batuk. c. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan peradangan dan kelelahan. d. Perubahan temperatur tubuh: hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan panas dan kekurangan intake cairan akibat kelelahan. f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, kelelahan dan dispnea. g. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh orang lain yang ada di sekitar penderita. h. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan keletihan, perubahan status nutrisi dan demam.

TUGAS KOMUNITAS I TBC

OLEH : NAMA :ANDI KUSUMAYADI NIM : 10130014

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI S1-KEPERAWATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA 2013

Anda mungkin juga menyukai