Anda di halaman 1dari 3

Etiologi Factor biologis Neurotransmitter System serotonergik Banyak percobaan obat klinis yang telah dilakukan menyokong hipotesis

bahwa disregulasi serotonin terlibat di dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi pada gangguan ini. Data menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif daripada obat yang memengaruhi system neurotransmitter lain tetapi tidak jelas apakah serotonin terlinat sebagai penyebab OCD. Studi klinis memeriksa kadar metabolit serotonin (contohnya asam 5 hidroksiindolasetat didalam cairan cerebrospinal serta afinitas dan jumlah tempat ikatan trombosit pada imipramin yang telah dititrasi (yang berikatan dengan tempat ambilan kembali serotonin) dan melaporkan berbagai temuan dari hal ini pada pasien dengan OCD. Pada satu studi, konsentrasi 5-HIAA pada cairan serebrospinal menurun setelah terapi dengan clomipramine, sehingga memberikan focus perhatian pada system serotonergik.

System noradrenergik Baru-baru ini, lebih sedikit bukti yang ada untuk disfungsi system noradrenergik pada OCD. Laporan yang tidak resmi menunjukkan sejumlah perbaikan gejala OCD dengan klonidin oral.

Neuroimunologi Terhadap hubungan positif antara infeksi streptokokus dengan OCD. Infeksi streptokokus grup A hemolitik dapat menyebabkan demam rematik dan sekitar 10 hingga 30 persen pasien mengalami chorea Sydenham dan menunjukkan gejala onsesif kompulsif. Awitan infeksi biasanya terjadi pada usia sekitar 8 tahun untuk menimbulkan gejala sisa itu. Keadaan ini disebut pediatric autoimmune neurpsychiatric disorder associated with streptococcal infection.

Studi pencitraan otak Berbagai studi pencitraan otak fungsional, contohya, positron emission tomography, menunjukkan peningkatan aktivitas (contohnya metabolism dan aliran darah) di lobus frontalis, ganglia basalis (terutama kaudatus), dan cingulum pada pasien dengan OCD. Terapi farmakologis dan perilaku dilaporkan dapat membalikkan abnormalitas ini. Studi computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) menemukan berkurangnya ukuran kaudatus bilateral pada pasien dengan OCD. Prosedur neurologis yang melibatkan cingulum kadang-kadang efektif di dalam terapi pada pasien OCD.

Genetic Data genetic yang tersedia mengenai OCD menyokong hipotesis bahwa gangguan ini memiliki komponen genetic yang signifikan. Meskipun demikian, data ini belum membedakan pengaruh budaya dan efek perilaku terhadap transmisi gangguan ini. Studi kembar untuk gangguan ini secara konsisten menemukan angka kejadian bersama yang lebih tinggi bermakna untuk kembar monozigot daripada dizigot. Studi keluarga pada pasien OCD menunjukkan bahwa 35% kerabat derajat pertama pasien OCD juga mengalami gangguan ini. Studi keluarga proband dengan OCD menemukan angka gangguan Tourette dan tik motorik kronis yang lebih tinggi di antara kerabat proband dengan OCD yang juga memiliki beberapa bentuk gangguan tic. Data ini mengesankan bahwa terdapat hubungan familial mungkin genetic antara gangguan Tourette dan tik motorik kronis serta beberapa kasus OCD.

Faktor perilaku Menurut ahli teori pembelajaran, obsesi adalah adalah stimulus yang dipelajari. Stimulus yang relative netral menjadi dikaitkan dengan rasa takut atau ansietas melalui suatu proses pembelajaran responden yaitu memasangkan stimulus netral dengan peristiwa yang berbahaya sifatnya atau menimbulkan ansietas. Dengan demikian, objek dan pikiran yang tadinya netral menjad stimulus dipelajari yang mampu mencetuskan ansietas atau ketidaknyamanan. Kompulsi dibentuk dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang menemukan bahwa suatu tindakan tertentu mengurangi ansietas yang melekat dengan pikiran obsesional, ia akan mengembangkan strategi penghindaran aktif dalam bentuk kompulsi atau perilaku ritualistic untuk mengendalikan ansietasnya. Secara bertahap, karena efisiensinya dalam mengurangi dorongan sekunder yang menyakitkan (ansietas), strategi penghindaran menjadi terfiksasi seperti pola perilaku kompulsif yang dipelajari. Teori pembelajaran memberikan konsep yang berguna untuk menjelaskan aspek tertentu fenomena obsesif kompulsif contohnya gagasan yang mampu mencetuskan ansietas tidak harus menakutkan dengan sendirinya dan pembentukan pola perilaku kompulsif.

Factor psikososial Factor kepribadian OCD berbeda dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif. Sebagian besar orang dengan OCD tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid dan ciri kepribadian seperti itu tidak perlu atau tidak cukup untuk menimbulkan OCD. Hanya sekitar 15 sampai 35% pasien OCD memiliki ciri obsesional pramorbid. Factor psikodinamik Sigmund freud asalnya mengonsepkan keadaan yang sekarang kita sebut OCD sebagai neurosis obsesif kompulsif. Ia menganggap terdapat kemunduran defensif dalam menghadapi dorongan Oedipus yang

mencetuskan ansietas. Ia mendalikan bahwa pasien dengan neurosis obsesif kompulsif mengalami regresi perkembangan psikoseksual ke fase anal. Walaupun terapi psikoanalitik tidak akan mengubah obsesi atau kompulsi yang berkaitan dengan penyakit secara langsung tilikan psikodinamik dapat memberikan banyak bantuan dalam memahami masalah dengan kepatuhan terapi

Anda mungkin juga menyukai