Anda di halaman 1dari 42

Bab I PENDAHULUAN

Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas sumber daya manusia. Hal ini ditunjukkan dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan angka kematian bayi, anak dan ibu melahirkan, meningkatkan kesejahteraan keluarga, meningkatkan produktivitas kerja, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.12 Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah yang besar di negara miskin dan berkembang, seperti di Indonesia. Berbagai faktor yang terkait dengan risiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi.6 Angka Kematian Ibu 262/100.000 kelahiran hidup (Th 2005), masih terlalu jauh dari target tahun 2010, sebesar 125/100.000 kelahiran hidup (kh). Sementara Angka Kematian Bayi menurun dengan cepat, yaitu dari 66,5/1000 kh pada tahun 1996 menjadi 35/1000 kh pada tahun 2003 (SDKI). Dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi.12 Di United States, angka kematian ibu 336/100.000 kelahiran hidup. Dimana wanita kulit hitam yang berumur > 35 tahun mempunyai angka kematian yang tinggi yaitu 70/100.000 kelahiran hidup, sedangkan wanita kulit putih yang berumur > 35 tahun 20/100.000 kelahiran hidup.13 Lebih dari 500.000 perempuan Indonesia meninggal dunia setiap tahunnya. Delapan belas ribu kematian diantaranya terjadi saat melahirkan yang disebabkan

oleh: perdarahan, infeksi jalan lahir, keracunan kehamilan, dan penyakit lainnya yang diderita ibu. Empat dari setiap seribu ibu yang melahirkan di Indonesia meninggal dunia.9 Melihat kondisi dan kenyataan yang demikian, dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, perhatian harus sudah dimulai dari sejak pembuahan, bayi dalam kandungan, anak remaja, ibu sampai menjadi lansia. Dalam tahapan ini bila tidak diperhatikan dengan baik kualitasnya menjadi sangat rendah, terutama dalam menghadapi tantangan globalisasi yang semakin ketat.4

Bab II TINJAUAN PUSTAKA Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Visinya Jawa Barat dengan Iman dan Takwa sebagai Propinsi Termaju dan Mitra Terdepan Ibu Kota Negara tahun 2010 menjadi arah pembangunan yang harus dicapai oleh berbagai bidang atau sektor. Indikator utama untuk pencapaian visi tersebut adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM 80 tahun 2010, hal ini dipertegas dengan penjabaran misi pertama pemerintah propinsi Jawa Barat yaitu peningkatan kualitas dan produktifitas Sumber Daya Manusia dengan sasaran pertama meningkatnya kualitas dan pemerataan pendidikan dan kesehatan dalam mencapai rata-rata lama sekolah (RLS) 8,6 tahun dan Angka Melek Huruf (AMH) 95,9 dan Usia Harapan Hidup (UHH) 67,1 tahun pada 2008. Dalam rangka pencapaian UHH 67,1 tahun pada than 2008 maka indikator utama yang harus diintervensi yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).7 Lebih dari 70% kematian ibu disebabkan oleh lima kondisi berikut: perdarahan setelah persalinan (25%), infeksi setelah persalinan (15%), aborsi yang tidak aman (13%), tekanan darah tinggi (12%), dan persalinan yang lama (8%). Sebagai tambahan, sekitar 20% dari kematian ibu disebabkan karena buruknya kondisi kesehatan yang ditimbulkan oleh kehamilan dan penanganannya, seperti malaria, penyakit jantung, hepatitis dan infeksi HIV. Kondisi berat, seperti anemia kronis, fistula, infeksi ginekologi, pielonephritis, penyakit ginjal kronik, chronic pelvic pain, prolapsus uteri, dan depresi, juga mempengaruhi angka kematian ibu.10

Penyebab langsung kematian ibu di Jawa Barat masih karena perdarahan, eklampsi dan infeksi dan kematian bayi oleh asfiksia, komplikasi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung Kematian Ibu dan Bayi adalah karena: 1. Konsumsi makanan yang kurang sehingga 53% ibu hamil menderita anemia. 2. Ibu hamil dan bersalin dengan 4 Terlalu (hamil atau bersalin terlalu muda dan tua umurnya, terlalu banyak anaknya dan terlalu dekat jarak kehamilan/persalinannya). 3. Penanganan kehamilan dan persalinan sera perawatan bayi yang tidak adekuat. 4. Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang masih rendah ditandai dengan pencapaian cakupan pelayanan yang masih rendah. 5. Masih banyaknya kasus penyakit terutama penyakit berbasis lingkungan dan perilaku serta masih adanya kasus kurang gizi/mikronutrient. 6. Adanya 3 terlambat: terlambat mengetahui tanda bahaya dan memutuskan rujukan terlambat merujuk karena transportasi dan geografi terlambat ditangani ditempat pelayanan karena tidak efektifnya pelayanan Adapun penyebab mendasar adalah: 1. Masih kurangnya kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal. 2. Tradisi dan budaya daerah, yaitu anggapan bahwa anak perempuan lebih baik cepat menikah dan punya anak. 3. Ekonomi keluarga kurang mampu. Pada tahun 1996 Gerakan Sayang Ibu (GSI) dicanangkan dan di Jawa Barat telah dikembangkan keseluruh Kabupaten/ Kota dengan adanya Pokjatap GSI Propinsi,

Pokjatap GSI Kabupaten/ Kota, Satgas GSI Kecamatan dan satgas GSI desa yang merupakan keterpaduan lintas sektor dan masyarakat dalam menurunkan AKI dan AKB. Pada tahun 2001 di 3 Kabupaten/Kota di Jawa Barat telah dilaksanakan penajaman upaya penurunan AKI dan AKB dengan memperkuat GSI melalui sistim rujukan pelayanan kesehatan dan sistim rujukan kegawatdaruratan di tingkat masyarakat dengan upaya pemberdayaan yang dilaksanakan oleh fasilitator masyarakat dalam bentuk Suami Siaga, Warga dan Desa Siaga. Melalui GERAKAN SAYANG IBU tingginya angka kematian ibu di Indonesia diharapkan dapat ditekan dan kualitas hidup perempuan Indonesia dapat ditingkatkan. Pada tahun 2002 Pemerintah mencanangkan suatu strategi baru sebagai penajaman dari safe motherhood program (Th.1988) yaitu Making pregnancy Safer (MPS) yang merupakan suatu pendekatan baru dalam upaya mencapai penurunan AKI. Dari pencanangan MPS tersebut, telah ditindak lanjuti dengan strategi pembangunan kesehatan pemerintah Jawa Barat Kebijakan pemerintah Jawa Barat melalui Dinas Kesehatan yaitu meningkatkan akses dan kualitas Pelayanan Obesetri dan Neonatal melalui: 1. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan 2. Pemenuhan sarana dan prasarana PONED, 4 PONED/ Kabupaten 3. Bantuan biaya komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir, terhadap sasaran keluarga miskin dan kemudahan jangkauan pelayanan kesehatan bagi sasaran risiko 4. Peningkatan Promosi, Preventif, Caretif Upaya-upaya tersebut, tidak akan berdampak jika hanya dibebankan kepada Dinas Kesehatan saja, sangat diperlukan keterlibatan semua unsur/ LS terkait/ LSM/ Organisasi Profesi dan Masyarakat sendiri. Pada tahun 2005 Pemda Jawa Barat, membuat terobosan dengan Kabupaten Kota SIAGA, yang bertujuan meningkatkan

Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Jawa Barat dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi dengan mengembangkan Desa Siaga guna mendukung terwujudnya IPM 80 pada tahun 2010.7 2.1 Kesehatan Adalah Hak Kesehatan adalah hak asasi setiap warga pemerintah, sehingga pemerintah sebagai penentu kebijakan harus menetapkan tata laksana dan rencana kegiatan yang menjamin: (a) Ketersediaan (availability) Program kesehatan masyarakat dan fasilitas pelayanan tersedia dalam jumlah yang cukup. (b) Keterjangkauan (affordability) Pelayanan dan pemeliharaan kesehatan harus (1) terjangkau oleh semua orang dan bebas dari diskriminasi, (2) secara ekonomi dapat dijangkau, (3) semua orang mendapat informasi yang benar. (c) Dapat diterima (acceptability) Program dan pelayanan kesehatan secara etis dan budaya dapat diterima oleh masyarakat, sensitif terhadap isu gender. (d) Mutu (quality) Program dan pelayanan kesehatan harus memenuhi persyaratan ilmiah, medis, dan bermutu.(WHO-Health and Human Right Publ. Series No, 1. July 2002) Keempat hal tersebut di atas menunjukkan pelayanan kesehatan minimal yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat bukan hanya persoalan medis yang ditangani oleh sektor kesehatan saja melainkan harus dilakukan secara terpadu. Apabila hal ini tidak dilakukan atau tidak dijalankan secara serius, maka indikator-indikator kesehatan

yang sudah dicantumkan pemerintah dalam Laporan Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2004, sulit dicapai. Akibatnya tingkat kesejahteraan masyarakat juga akan sulit terwujud. Departeman Kesehatan telah menetapkan target Indonesia Sehat 2010 guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, beserta indikatornya. Dari ke 50 indikator Indonesia sehat tersebut, terdapat 11 indikator yang terkait langsung dengan kesehatan ibu, bayi dan anak, khususnya 4 indikator terkait mortalitas (Angka Kematian bayi, Angka Kematian Balita, Angka kematian Ibu melahirkan dan angka Harapan Hidup waktu lahir). Keempat indikator tersebut juga merupkan indikator penting dalam menetukan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang menentukan tingkat kesejahteraan suatu bangsa. Sebelas indikator Indonesia Sehat terkait dengan kesehatan ibu hamil, bayi dan anak: 1. Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup 2. Angka Kematian balita per 1000 kelahiran 3. Angka Kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup 4. Umur Harapan Hidup waktu lahir 5. Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan 6. Persentase bayi baru lahir yang diperiksa oelh bidan atau dokter dalam seminggu setelah lahir. 7. Persentase Pasangan Usia subur yang ikut keluarga berencana 8. Persentase Ibu Hamil yang mendapat tablet tambah darah (Fe 3) serta imunisasi tetanus (TT2) 9. Persentase bayi yang mendapat ASI dalam satu jam setelah lahir 10. Persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai dengan umur 6 bulan 11. Persentase balita dengan status gizi buruk.15

2.2 Kesehatan Ibu dan Bayi 2.2.1 Status kesehatan ibu dan bayi Suatu hal yang wajar dan alamiah jika seorang ibu mengandung. Namun, kehamilan tidak bisa dianggap sepele, karena banyak masalah kesehatan yang dapat muncul selama kehamilan dan persalinan seperti perdarahan, infeksi dan keracunan kehamilan (eklamsia). Masalah-masalah kesehatan tersebut bisa membuat ibu hamil meninggal pada saat melahirkan. Tingkat kesehatan biasanya diukur dengan angka kematian (mortalitas) dan kesakitan (morbiditas). Demikian juga dengan masalah kesehatan ibu dan bayi, kedua masalah tersebut diukur dengan Angka kematian ibu dan angka kematian bayi.15 2.2.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian bayi sebagai indikator sangatlah penting, karena kemajuan program kesehatan dapat dilihat dari penurunan AKB. Selain itu, angka kematian juga merupakan input bagi penghitungan proyeksi penduduk dan sebagai salah satu alat ukur untuk memonitor situasi kesehatan. Angka kematian bayi dan balita merupakan indikator-indikator penting dalam indikator Indonesia sehat 2010, sedangkan Angka Kematian Anak merupakan salah satu indikator dalam Millenium Development Goals MDG). Dalam profil kesehatan 2003, Perkiraan Angka Kematian Kasar dari tahun 19952000 relatif stabil yaitu 7.7-7.4 per 1000 penduduk. Sementara itu, hasil penelitian dari semua kasus kematian yang ditemukan dalam SKRT 1995 dan SURKESNAS 2001, didapatkan gambaran proporsi penyebab utama kematian. Gangguan pada masa bayi baru lahir (sebelum 7 hari sesudah kelahiran) menempati urutan ke 7 berdasarkan SKRT 1995 (5,2 %) dan SURKESNAS 2001 (4,9%).

Sejak lama pemerintah berusaha menurunkan Angka Kematian Bayi, namun kenyataannya Angka Kematian bayi masih tetap tinggi. Kematian bayi baru lahir bahkan berkontribusi besar pada Angka Kematian balita, karena 2/3 kematian Balita terjadi sebelum umur 1 tahun dan 2/3 kematian bayi terjadi sebelum berusia 7 hari. Kematian bayi dapat disebabkan oleh gangguan saluran nafas, diare, tetanus atau pun penyakit syaraf. Namun kematian bayi paling sering disebabkan oleh gangguan pada masa perinatal, yaitu kematian dalam masa mulai dari 2 minggu sebelum melahirkan sampai dengan bayi umur 2 minggu. Penyebab kematian bayi dalam masa perinatal antara lain asfiksia dan hipotermia. Diagram 1.1 Penyebab Langsung Kematian Bayi di Indonesia
Diare 11% Tetanus 4% Peny.saraf 4%

Lainnya 42%

Sal. Cerna 5%

Gangguan sal.nafas 34%

Sumber: Survey Kesehatan Rumah Tangga 200115

Kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi antara waktu kelahiran sampai sebelum tepat berusia 1 bulan. Kematian bayi neonatal ini disebabkan oleh berat badan lahir rendah, asfiksia, tetanus, infeksi, gangguan hematologik (darah), masalah pemberian makan dll.

Diagram 1.2 Penyebab Langsung kematian Neonatal di Indonesia


Masalah pemberian makan 10% Lain-lain 13% Gangguan hematologik 6% Infeksi 5% BBLR 29% Tetanus 10% Asfiksia 27%

Sumber: Survey Kesehatan Rumah Tangga 200115

Sebagian besar kematian neonatal terjadi karena persalinan tidak didampingi oleh tenaga kesehatan yang terlatih, atau karena bayi tidak dibawa berobat ketika terjadi permasalahan.15

10

Diagram 1.3 Riwayat Pengobatan Sebelum Neonatal Meninggal, di Indonesia tahun 2001

Lain-lain 6%

RS 8%

Klinik 12%

Tidak Berobat 74%

Sumber: SKRT 200115

2.2.1.2 Angka Kematian Ibu (AKI) Kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi pada saat melahirkan antara lain: perdarahan, eklamsia (keracunan kehamilan), proses persalinan lama, komplikasi menggugurkan kandungan dan infeksi. Kematian ibu hamil paling banyak disebabkan oleh perdarahan pada saat melahirkan (28%). Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, dan akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi juga berkontribusi secara tidak langsung terhadap kematian dan kesakitan ibu. Situasi ini diidentifikasi sebagai 3 T (terlambat). 1. Pertama adalah terlambat mengenali tanda bahaya selama kehamilan, persalinan, dan nifas, serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal.

11

2. kedua, terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi wilayah atau sulitnya transportasi. 3. Ketiga, terlambat mendapat pelayanan kesehatan yang memadai di tempat rujukan. Diagram 1.4 Penyebab Langsung Kematian Ibu di Indonesia

Komplikasi puerperium 8% Trauma obstetrik 5% Emboli obstetrik 3% lain-lain 11% Partus lama 5% Abortus 5% Perdarahan 28% Infeksi 11% Eklamsi 24% Komplikasi puerperium Trauma obstetrik Emboli obstetrik Partus lama Abortus Eklamsi Infeksi Perdarahan lain-lain

Sumber: SKRT 200115

Masalah-masalah yang menyebabkan kematian ibu hamil hanya dapat ditangani di fasilitas kesehatan yang memadai. Pelayanan obstetrik dan neonatal darurat serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu.15

12

Diagram 1.5 Tren Angka Kematian Ibu Hamil (per 100.000 Kelahiran Hidup) menurut SDKI dan SKRT, tahun 1982-2003
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 1982* 1986** 1992** 194* 1995** 1997* 2002203* 450 450 425 390 373 334 307 Series1

*SDKI, ** SKRT Sumber: Profil Kesehatan 2003, Departemen Kesehatan RI15

Grafik di atas menunjukkan betapa lambatnya penurunan Angka kematian ibu di Indonesia selama 20 tahun terakhir.15 2.2.2 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Pelayanan kesehatan ibu diperlukan bukan saja pada saat kelahiran melainkan sudah harus dimulai sejak ibu diketahui mengandung. Pelayanan kesehatan ini terdiri dari :pemeriksaan selama masa kehamilan, pertolongan persalinan dan perawatan pasca peralinan (masa nifas).

13

1.

Pemeriksaan Kehamilan Ibu hamil perlu mendapatkan pemeriksaan kehamilan paling tidak 4 kali. Pemeriksaan kehamilan idealnya oleh bidan atau dokter sebanyak:

1 kali pemeriksaan pada triwulan pertama 1 kali pemeriksaan pada triwulan kedua 2 kali pemeriksaan pada triwulan ketiga Pemeriksaan kehamilan ini penting untuk mencegah dan menemukan secara dini berbagai masalah kesehatan yang serius seperti, kurang gizi, anemia, tekanan darah tinggi, kencing manis, malaria, dan pre-eklamsia.

Gambar 1.1 Pemeriksaan kehamilan15 2. Pertolongan Persalinan Pada saat persalinan, dapat terjadi komplikasi yang dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi. Sebagian besar masalah tersebut dapat ditangani oleh bidan atau dokter yang terlatih misalnya: - Tanda-tanda pre-eklamsia serta persalinan lama dapat diketahui oleh bidan, sehingga ibu dapat segera dirujuk ke rumah sakit. - Risiko perdarahan dapat dikurangi dengan tindakan yang diberikan oleh bidan atau dokter.

14

- Persalinan dengan alat-alat yang bersih dan bebas kuman akan mencegah timbulnya sepsis, yang dapat menyebabkan kematian. - Bayi yang lahir dengan asfiksia harus segera diberi bantuan pernafasan oleh bidan atau dokter yang terlatih melakukan resusitasi. - Bayi dengan BBLR yakni kurang dari 2500 gr harus diberi perlakuan khusus agar dapat bertahan hidup. - Bayi yang baru lahir harus segera diberi ASI. 3. Perawatan Pasca-Persalinan (masa nifas) Risiko kematian dan komplikasi pada ibu dan bayi tidak berhenti setelah persalinan. Kasus kematian ibu dan bayi justru paling banyak terjadi 2 hari setelah persalinan. Oleh karena itu perawatan ibu dan bayi seminggu setelah kelahiran menjadi penting untuk mengatasi komplikasi dan juga untuk memberikan informasi penting bagi ibu tentang cara merawat bayi. Bayi dengan tanda bahaya dapat diketahui dan dirujuk dalam Kunjungan Neonatal Pertama (KN1). Tanda tersebut adalah: Kaki dan tangannya teraba dingin atau bayi demam. Tidak mau menyusui Kejang Bayi kuning Talipusat basah dan bau Gerakan kedua tangan dan kaki lemah Ibu yang mempunyai masalah dalam pemberian ASI harus diberi penjelasan. Tenaga kesehatan dapat memberikan penjelasan pada ibu bahwa bayi tidak perlu diberikan apapun selain ASI. Pemberian makanan apapun pada bayi baru lahir justru akan sangat membahayakan bayi. Bayi dapat diberi salep antibiotik untuk mata serta imunisasi pertama (Hepatitis B).15

15

2.3 Gerakan Sayang Ibu Keselamatan ibu melahirkan memang terletak pada pelayanan kesehatan berkualitas di puskesmas dan di rumah sakit. Namun keselamatan ibu melahirkan juga terletak di tangan anda di dalam keluarga dan di lingkungan masyarakat tempat anda tinggal. Bersiagalah terhadap langkah-langkah penyelamatan ibu melahirkan dengan mejalankan Gerakan Sayang Ibu di tempat tinggal anda.4 2.3.1 Pengertian GSI merupakan gerakan nasional untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui percepatan penurunan angka kematian ibu hamil, bersalin dan nifas yang dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat.2 2.3.2 Tujuan Umum: GSI merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat dan Pemerintah, bertujuan untuk mengembangkan kualitas perempuan dalam rangka pembangunan SDM. Khusus: Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian pimpinan daerah dan sektor terkait tentang berbagai faktor yang behubungan dengan penyebab AKI. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat yang mampu membangun adanya rujukan sesuai dengan kondisi daerah setempat. Meningkatkan fungsi dan peran pemerintah dalam pemantauan terhadap bumil, bulin dan bufas.

16

Meningkatkan fungsi dan peran institus kesehatan dalam pelayanan kesehatan. 2.3.3 Sasaran GSI Langsung: Calon pengantin, WUS, bumil, bulin, bufas beserta suami dan seluruh anggota keluarganya. Tidak langsung: Pimpinan daerah di semua tingkatan Institusi masyarakat, organisasi profesi dan LSM Ulama dan tokoh masyarakat Institusi dan petugas kesehatan baik dari rumah sakit atau puskesmas

Gerakan sayang ibu sangat diperlukan karena target penurunan AKI merupakan komitmen nasional dan internasional. 1. Komitmen Internasional - AKI Th. 2002 : 50% dari AKI Th. 1990 - AKI Th. 2010 : 50% dari AKI Th. 2000 2. Komitmen Nasional - Tahun 1990: 420/100.000 KH - Tahun 2000: 225/100.000 KH - Tahun 2010 : 125/100.000 KH Penurunan AKI merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di pusat sampai daerah.

17

Gerakan sayang ibu memilik 5 (lima) ciri utama: 1. Linas sektoral. 2. Integratif dan sinergis 3. Kepedulian dan peran pria meningkat 4. Pelaksanaannya dipantau terus menerus 5. Koordiansi dibawah Pemda Semua ibu hamil: - Mendapat perhatian (dikenal, dicatat dan dipantau). - Mendapat pelayanan kehamilan paling sedikit: 1 kali usia hamil 1-3 bulan 1 kali pada usia hamil 4-6 bulan 2 kali pada usia hamil 7-9 bulan - Mendapat pelayanan kehamilan ideal: 1 bulan sekali sampai usia kehamilan 7 bulan 2 minggu sekali sampai usia kehamilan 9 bulan 1 minggu sekali sampai usia saat melahirkan - Ibu hamil risiko tinggi dirujuk dengan baik dan tepat waktu - Saat bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan a. Pemberdayaan bumil keluarga dan masyarakat, agar: Mau memanfaatkan pelayanan kesehatan dan bidan di desa b. Mengenali tanda bahaya faktor-faktor risiko serta risiko tinggi ibu hamil dan ibu bersalin dan mengambil tindakan yang cepat dan tepat. Pengembangan kemitraan bidan di desa dan dukun paraji. Pertemuan rutin bidan desa dan dukun paraji di fasilitasi ketua satgas GSI kecamatan Pertolongan persalinan dilaksanakan oleh bidan bersama dukun paraji.

18

c. -

Pembinaan dukun paraji oleh bidan desa dan bidan/ dokter puskesmas . Penanggulangan hambatan dalam memperoleh pelayanan gawat darurat obstetri. Dukungan transportasi atau ambulan desa Subsidi/pembebasan biaya pelayanan/ dukungan biaya melalui; rereongan, sarupi, tabulin dan dasolin.

Donor darah desa Insentif dan penghargaan untuk bidan dan dukun paraji Penghargaan untuk sukses dalam penanganan gawat darurat obstetri. Hasil yang diharapkan: Jangka pendek:

Meningkatkan seluruh potensi yang ada dalam masyarakat untuk penurunan AKI Meningkatkan rujukan untuk meningkatkan jumlah kasus rujukan. Meningkatkan keberhasilan pelayanan pertolongan tenaga kesehatan secara tepat waktu

Meningkatkan pemeriksaan bumil dan bufas. Menurunnya jumlah kasus bumil, bulin dan bufas terlantar akibat tidak tersedianya dana. Jangka panjang: Menurunnya AKI 50% dari keadaan sekarang untuk setiap daerah.2 2.4 Safe Motherhood Safe Motherhood adalah suatu sistem manajemen pelayanan kesehatan reproduksi yang menggabungkan upaya preventif dan kuratif dalam satu tatanan, yang dikelola oleh tenaga terampil yang paling dekat ke masyarakat, yaitu bidan Puskesmas, tetapi mempunyai akses yang mudah ke unit pelayanan yang lebih tinggi, seperti RS.6 Walaupun program safe motherhood telah dilaksanakan sejak lama, mulai tahun 1988, hasilnya belum seperti yang diharapkan. Laporan terakhir dari data statistik

19

tahun 2005 menyebutkan angka kematian ibu adalah 262 per 100.000 kelahiran hidup. Hal itu antara lain menunjukkan angka kematian ibu di Indonesia yang masih relatif tinggi dan tidak mencapai target penurunan sebesar 225 per 100.000 kelahiran hidup. Karena itu, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih merupakan masalah nasional yang harus mendapat perhatian serius semua pihak.6 AKI dalam dasawarsa terakhir memang telah menurun, yaitu dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997, lalu menjadi 307 per 100.000 pada tahun 2003. Pada tahun 2009 DEPKES menargetkan AKI menjadi 226 per 100.000.6

Gambar 1.2 Pilar Safe Motherhood6 1. Family Planning / Keluarga Berencana Keluarga Berencana, bertujuan untuk memastikan agar setiap individu atau pasangan mendapat informasi dan pelayanan tentang waktu, jumlah, dan jarak kehamilan yang sebaiknya. Pencegahan primer terhadap mortalitas maternal dalam mempertimbangkan keluarga berencana sebagai bagian dari strategi.

20

Selama tahun 1980an keluarga berencana merupakan salah satu strategi kunci dalam menurunkan mortalitas maternal di negara-negara berkembang. Jika diterima oleh sebagian besar masyarakat, dan digunakan secara berkesinambungan selama jangka waktu yang panjang, maka metode kontrasepsi, menurut teori dapat berperan dalam menurunkan mortalitas maternal. Keluarga berencana dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, memberikan jarak antar kehamilan, mencegah aborsi ilegal, memperbaiki persalinan dari kategori risiko tinggi menjadi risiko rendah, menurunkan jumlah total persalinan dan mendapat manfaat langsung dari metode kontrasepsi itu sendiri. 2. Antenatal Care / Perawatan Antenatal Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi, serta memastikan agar setiap komplikasi kehamilan dapat dideteksi secara dini dan ditangani secara benar. Dasar pemikiran dari penyebarluasan pengenalan akan perawatan antenatal (ANC) adalah keyakinan bahwa tanda-tanda awal atau faktor risiko untuk morbiditas dan mortalitas dapat dideteksi dan dapat melakukan intervensi yang efektif. Perawatan antenatal selain memberikan multivitamin atau suplemen, vaksinasi, juga skrining terhadap ibu dengan faktor-faktor risiko tinggi pada kehamilan, sehingga komplikasi selama kehamilan dapat dideteksi dan diterapi sedini mungkin. 3. Obstetric Care / Pelayanan Obstetric Memastikan bahwa setiap petugas memiliki pengetahuan, keterampilan dan fasilitas yang memadai untuk melaksanakan persalinan yang bersih dan aman serta menyediakan sarana perawatan kedaruratan bagi mereka yang memiliki faktor-faktor risiko tinggi dalam kehamilan dan persalinan serta komplikasi yang dapat ditimbulkannya. 4. Postnatal Care / Perawatan Postnatal

21

Perawatan post natal dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada ibu dan bayi baru lahir. Lebih dari 60% kematian maternal terjadi pada periode postnatal dan survei dari wanita yang bersalin di rumah-rumah di pedesaan didapatkan bahwa tingkat morbiditas postpartum adalah 43%. Kebanyakan kematian maternal post partum terjadi pada hari pertama setelah persalinan dan penanganannya bergantung pada penolong yang terampil atau strategi perawatan emergensi. 5. Postabortion Care / Perawatan Post Aborsi Tiap tahun sekitar 70.000 wanita meninggal sebagai akibat tindakan aborsi yang tidak aman. Perawatan post aborsi yang baik dapat berperan dalam menurunkan angka tersebut. kepada Pengenalan perawatan post aborsi yang menginformasikan masyarakat mengenai komplikasi

berhubungan dengan keguguran sehingga dapat dideteksi dan diterapi sedini mungkin masalah kesehatan reproduksi, serta penggunaan kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan. 6. STI/HIV Control / Kontrol Penyakit Menular Seksual/HIV Kontrol dari penyakit menular seksual dan HIV dengan cara skrining dan konseling sangatlah penting untuk mencegah transmisi HIV dari ibu ke anak.6 Walaupun berbagai upaya telah dilaksanakan, angka kematian ibu di berbagai negara berkembang masih tetap tinggi atau penurunannya sangat lambat. Safe Motherhood Technical Consultation yang diadakan Colombo, 1997, mengidentifikasikasi beberapa isu kunci sebagai berikut:1 Kurang jelasnya prioritas serta intervensi Safe Motherhood yang kurang Kurangnya informasi tentang intervensi yang mempunyai dampak bermakna terarah dan kurang efektif. dan segera dalam menurunkan kematian ibu.

22

Strategi

Safe

Motherhood

kadang-kadang

terlalu

luas,

mulai

dari

meningkatkan satatus perempuan, memperbaiki undang-undang, memperluas pelayanan kesehatan maternal, dan memperluas pelayanan emergensi. Beberapa program yang khusus dalam pelayanan kesehatan maternal ternyata dikemudian hari tidak atau kurang efektif, seperti penapisan risiko pada asuhan antenatal dan pelatihan dukun. Tidak dilakukan intervensi yang sebenarnya efektif seperti penanganan Tidak tersedianya panduan teknis atau program, kurikulum pelatihan dan Kurangnya komitmen politik dan penentu kebijakan. Kurangnya koordinasi dan komitmen di antara pemerintah dan lembaga komplikasi aborsi karena masih dianggap sebagai isu yang sensitif. sumber lain secara luas.

donor.6 2.5 Making Pregnancy Safer (MPS) Making Pregnancy Safer Departements. Tujuan WHO dalam membentuk departemen ini adalah untuk memberikan dukungan dan mempercepat menurunkan angka kematian ibu pada negara-negara yang memiliki angka kematian ibu yang tinggi. Misi departemen ini adalah membantu terutama negara-negara tersebut mengembangkan dan menjalankan program peningkatan kualitas pelayanan terhadap ibu dan balita. Pelayanan tersebut harus dapat meningkatkan keahlian perawatan terhadap semua wanita dan bayinya selama kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pelayanan tersebut juga harus dapat memastikan kemampuan untuk penanganan komplikasi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas.1 Making Pregnancy Safer yang merupakan bagian dari Safe Motherhood, memiliki tujuan yang sama, yaitu melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan mengurangi beban kesakitan, kecacatan, dan kematian yang berhubungan dengan

23

kehamilan dan persalinan. MPS merupakan strategi sektor kesehatan yang terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam melaksanakan intervensi klinis dan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan tepat dan efektif. Melalui MPS diharapkan seluruh pejabat yang berwenang, mitra pembangunan, dan pihakpihak lain yang terlibat untuk melaksanakan upaya bersama dalam meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan guna menjamin pelaksanaan dan pemanfaatan intervensi yang efektif berdasarkan bukti ilmiah (evidence based).1

Gambar 1.3 : Bagan korelasi SMI dan MPS12

Seperti telah disebutkan diatas, tujuan MPS adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir sebagai berikut.1 Menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI tahun 1990.

24

Menurunkan angka kematian bayi menjadi kurang dari 35/1.000

kelahiran hidup pada tahun 2015. Berdasarkan lessons learned dari program Safe Motherhood, maka pesan-pesan kunci MPS adalah: Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang Setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan

adekuat. kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Visi Dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 visi MPS adalah semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan dengan hidup dan sehat.1 Misi Misi MPS adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang cost effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas; memberdayakan perempuan, keluarga dan masyarakat mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional.1 Tujuan Menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia.1

25

Target Target yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut1: Target dampak kesehatan: Menurunkan AKI menjadi 125/100.000 kelahiran hidup. Menurunkan angka kematian neonatal menjadi 15/1000 kelahiran hidup. Menurunkan anemia gizi (Hb < 8 gr) pada ibu hamil menjadi 20% dan anemia pada wanita usia subur menjadi 15%. Menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan menjadi 5%.

Target proses: Meningkatan cakupan pelayanan antenatal 1 kali (K1) menjadi 95% termasuk cakupan Fe 1 dan TT 1. Meningkatkan cakupan pelayanan antenatal 4 kali (K4) menjadi 90% termasuk cakupan Fe 3 dan TT 2/TT ulang. Meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terampil menjadi 85%. Meningkatkan cakupan pelayanan komplikasi obstetri dan neonatal yang berkualitas termasuk pelayanan pasca keguguran menjadi 80% dari jumlah kasus yang diperkirakan. Meningkatkan dan melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di sekurang-kurangnya 4 puskesmas dengan tempat tidur di kabupaten/kota. Meningkatkan dan melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) selama 24 jam di tiap rumah sakit kabupaten/kota. Meningkatkan cakupan pelayanan KB pasca persalinan dan pasca keguguran sampai 100%.

26

Meningkatkan anggaran program untuk menunjang kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Memantapkan organisasi seluruh Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

Strategi Untuk dapat mencapai tujuan dan target tersebut di atas telah diidentifikasikan 4 strategi utama yang konsistens dengan Rencana Indonesia Sehat 2010. Empat strategi utama tersebut adalah1: Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas cost-effective dan berdasarkan bukti. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas sektor, dan mitra lainnya untuk melakukan advokasi guna memaksimalkan sumber daya yang tersedia serta meningkatkan koordinasi perencanaan dan kegiatan MPS. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatkan pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.1 2.6 Kabupaten/ kota siaga Pengertian Kabupaten/ kota siaga adalah Kabupaten/ kota yang mempunyai kebijakan dan melaksanakan berbagai upaya dalam rangka akselerasi penurunan AKI dan AKB bersama-sama pemerintah, swasta dan masyarakat secara integratif dan sinergis

27

melalui mekanisme pemberdayaan kecamatan dan Desa serta masyarakat dalam antisipasi dan tindakan penyelamatan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir serta golongan masyarakat lainnya dari kegawatdaruratan dan kemungkinan terjadinya KLB kesehatan dan gizi, dalam bentuk Desa Siaga.13,3 2.7 Desa Siaga Desa siaga adalah desa/ kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah kesehatan, bencana dan kegawat-daruratan kesehatan secara mandiri. Tujuannya menjaga kesehatan masyarakat terutama untuk mencegah Kematian Ibu dan Bayi dengan mengutamakan kebutuhan, kepentingan, dan tindakan yang didasarkan atas pilihan dan kemampuan masyarakat sendiri. Meski cakupan Desa Siaga meliputi kesehatan masyarakat dalam arti luas, namun kesehatan ibu dan anak dipilih sebagai prioritas pelaksanaan program. Pilihan pada Kesehatan Ibu Hamil, Melahirkan dan Bayi Baru Lahir ini didasarkan pada kenyataan bahwa status kesehatan masyarakat sangat bergantung pada status kesehatan perempuan, ibu, bayi dan balita.13,3

Gambar 1.4 Gerakan Sayang Ibu5

28

Program Desa SiAGa yang dikembangkan tahun 2000 berupaya untuk membangun kesadaran Desa SiAGa, Suami SiAGa, dan Bidan SiAGa. Kata SiAGa sendiri merupakan singkatan dari: Siap: 1, Mencatat ibu hamil di lingkungan anda 2. Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawatdaruratan 3. Mempersiapkan calon pendonor darah Antar: 4. Mempersiapkan transportasi menuju tempat persalinan dan penanganan kegawatdaruratan Jaga: 5. 6. 7. Menemani ibu selama pada masa persalinan Menganjurkan ibu segera meneteki bayi setelah bersalin. Jangan beri makanan lain, berikan ASI saja Menemani istri dan bayi periksa dalam seminggu setelah melahirkan.13,3 2.7.1 Komponen Penyelenggaraan Desa SiAGa Desa SiAGa diselenggarakan melalui 3 unsur: Unsur Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Unsur Peningkatan Kualitas dan Akses Pelayanan Unsur Penunjang Pelayanan 1. Unsur Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Kesadaran akan pentingnya keselamatan ibu hamil, melahirkan dan bayi baru lahir sebenarnya telah ada di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini terlihat dari berbagai

29

ritual yang harus dijalankan oleh ibu hamil maupun keluarganya, pada saat ibu melahirkan, maupun perawatan bayi baru lahir. Makna ritual kehamilan dan kelahiran selain menunjukkan semacam peringatan (warning), sebenarnya juga merupakan sistem pendidikan masyarakat tradisional keterkaitannya dengan tradisi menghormati, memberi perhatian, mendukung, dan menjaga Keselamaan Ibu Hamil, Melahirkan dan Bayi Baru Lahir. Maka apabila ada upaya pengembangan pendidikan kesehatan masyarakat, haruslah mempertimbangkan kearifan lokal dalam masalah kesehatan yang telah ada. Adapun tujuan pendidikan kesehatan masyarakat antara lain: Memahami hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan Memahami berbagai tindakan dalam menjaga kesehatan diri dan lingkungan Memliki pengetahuan tetang bahaya-bahaya yang mengancam kesehatan diri dan lingkungan Memiliki pengetahuan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan iu hamil, melahirkan dan bayi baru lahir. Dalam Desa SiAGa, ada beberapa pengetahuan kunci yang perlu ditekankan tentang ibu hamil dan bayi baru lahir, agar suami, keluarga dan masyarakat luas dapat ikut serta dalam menjaga kesehatan ibu dan bayi.13,3 Perilaku ibu hamil yang akan menjaga kesehatannya: Memeriksakan kehamilan sesuai anjuran petugas kesehatan, agar ibu, suami dan keluarga dapat mengetahui secepatnya jika ada masalah kehamilan yang timbul. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama hamil. Tablet tambah darah mencegah ibu kurang darah, dan tidak membahayakan bayi. Imunisasi Tetanua Toksoid (TT2), untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir. Makan makanan bergizi, agar ibu dan bayi sehat.

30

Tanda-tanda bahaya pada ibu hamil, yang perlu segera diperiksa oleh tenaga kesehatan: Pusing, pandangan kabur, dan kaki bengkak Muntah terus Berat badan tidak naik Keluar darah dari jalan lahir Gerakan janin berkurang atau tidak ada Keluar cairan dari jalan lahir akibat pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya Penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan seperti malaria, tekanan darah tinggi dan anemia Proses persalinan lebih dari 12 jam perlu segera dirujuk ke rumah sakit Pentingnya perencanaan untuk persalinan dengan tenaga kesehatan: Menentukan persalinan ini ditolong oleh bidan atau dokter. Rencanakan bersalin di Polindes, rumah bersalin, rumah sakit, rumah bidan, atau di rumah didampingi tenaga kesehatan. Tanda bahaya pada ibu bersalin, yang perlu segera dirujuk: Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas Perdarahan berlebihan lewat jalan lahir Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir Ibu tidak kuat mengejan Ibu mengalami kejang Air ketuban keruh dan bau Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat Ari-ari tidak keluar lebih dari setengah jam setelah bayi lahir Demam tinggi setelah melahirkan

31

Menjaga kesehatan ibu dalam masa nifas melalui: Makan makanan bergizi 1 piring lebih banyak dari sebelum hamil Istirahat dan minum air putih yang cukup supaya ibu sehat dan ASI keluar banyak Minum 2 kapsul Vitamin A dosis tinggi Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama nifas Ikut program keluarga berencana untuk menjaga jarak kehamilan dan disarankan lebih dari 2 tahun Menjaga kesehatan bayi baru lahir dalam masa nifas melalui: Beri ASI saja, jangan beri makanan atau minuman lain Jaga bayi tetap hangat Tunda memandikan bayi sekuang-kurangnya 6 jam setelah lahir Bungkus bayi dengan kain kering Jika berat lahir kurang dai 2.500 gram, dekap bayi agar kulit menempel ke dada ibu (tanyakan ke bidan/dokter begaimana caranya) Cegah infeksi pada bayi baru lahir - Minta salep antibiotik untuk mata segera setelah lahir - Minta imunisasi Hepatitis B sebelum bayi berumur 7 hari - Jaga agar tali pusat selalu bersih dan kering - Jangan bubuhkan ramuan atau bahan lain pada tali pusat Tanda-tanda bahaya dalam masa nifas, yang perlu segera dirujuk: Perdarahan atau keluar cairan berbau dari jalan lahir Demam pada ibu atau bayi lebih dari 2 hari Bengkak di wajah atau kaki ibu, mungkin disertai dengan sakit kepala dan pandangan kabur

32

Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit Bayi tidak mau menyusu Bayi kejang Bayi kuning Kaki dan tangan bayi teraba dingin Tali pusat bayi basah dan bau Gerakan kedua lengan dan kaki bayi lemah 2. Unsur Peningkatan Kualitas dan Akses Pelayanan Ada berbagai kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Dalam Desa SiAGa, warga mendorong agar setiap persalinan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan yang terampil. Dalam hal ini, warga SiAGa akan:

Mencatat ibu hamil di lingkungannya Sistem pencatatan dan pemberian tanda yang dikembangkan oleh warga, untuk memberikan informasi kepada warga tentang keberadaan dan kondisi ibu hamil di lingkungan mereka, disebut dengan sistem notifikasi (penandaan). Bentuk notifikasi yang dipilih bisa bermacam-macam, tergantung kreativitas dan kemampuan warga (bendera, peta ibu hamil). Pencatatan bisa dilakukan oleh warga dalam buku catatan ibu hamil yang dipegang dan diisi oleh fasilitator dan dikomunikasikan kepada pengurus SiAGa, bidan dan warga.

33

Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat-daruratan Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin) Tabulin adalah upaya menyisihkan uang atau barang berharga oleh ibu hamil yang disimpan oleh bidan desa atau pihak yang ditunjuk oleh masyarakat yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk biaya persalinan - Dana Sosial Bersalin (Dasolin) Dana sosial bersalin adalah upaya untuk mengumpulkan uang dari anggota masyarakat sebagai dana bantuan bagi ibu bersalin yang kurang mampu. Masyarakat akan menunjuk pengurus Dasolin yang bertugas untuk mengelola Dasolin. Selain berbentuk uang, ada juga simpanan ibu hamil yang bentuknya benda, misalnya kambing, perhiasan, dan sebagainya yang ketika waktunya tiba siap untuk dijual untuk membiayai persalinan.

Mempersiapkan calon pendonor darah Sisem donor darah adalah kelompok pendonor darah dalam masyarakat yang bertujuan menyediakan persediaan darah di PMI.t Dari catatan pengalaman, ada dua jenis donor darah: - Pendonor darah tetap, yakni pendonor darah rutin yang mendonorkan darahnya tiap 3 bulan sekali untuk membantu memenuhi kebutuhan suplai darah di PMI. - Bank darah desa, yaitu berupa daftar relawan yang bersedia mendonorkan darahnya terutama untuk memenuhi kebutuhan darah bagi ibu melahirkan yang mengalami

34

komplikasi. Kebutuhan untuk keadaan seperti ini harus cepat dipenuhi sementara waktu yang diperlukan PMI untuk menyediakan darah bersih adalah 2-3 jam. Mempersiapkan transportasi menuju tempat persalinan dan penanganan kegawat-daruratan Kegiatan ini mengupayakan sarana transportasi untuk mengantar ibu hamil yang akan bersalin terutama jika si ibu mengalami komplikasi yang memerlukan penanganan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Mekanisme transportasi ini juga kerap disebut ambulan desa, baik berupa mobil pribadi maupun angkot, namun banyak juga yang menggunakan motor, andong, dokar maupun becak. Sistem transportasi dapat dikatakan yang paling mudah dibentuk. Banyak pemilik kendaraan yang dengan sukarela meminjamkan kendaraannya untuk menolong orang lain. Umumnya pengurus sistem transportasi SiAGa akan memberikan sekadar pengganti bensin kepada pemilik kendaraan jika kendaraannya dipakai, meski demikian banyak juga pemilik yang menolak penggantian tersebut dengan alasan ingin membantu sesama. 3. Unsur Penunjang Pelayanan Unsur penunjang pelayanan adalah wujud tekad pemerintah dalam bentuk sarana, prasarana, dan kebijakan pemerintah daerah maupun desa dalam sistem pengelolaan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Bentuk dukungan tersebut dapat berupa: Komitmen dari pemerintah - Kebijakan pemerintah yang berpihak pada masyarakat sebagai pengguna sarana kesehatan.

35

- Peraturan pemerintah daerah untuk menyediakan prasarana kesehatan, minimal 1 Polindes untuk setiap desa, 1 bidan untuk setiap desa dan juga menyediakan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat. b. Dukungan dari masyarakat - Tokoh masyarakat dan tokoh agama diharapkan berparisipasi dalam mendorong terbentuknya Desa SiAGa dengan memberikan keteladanan dan dorongan akan pentingnya menabung untuk persiapan persalinan, menekankan bahwa kematian ibu dan bayi dapat dicegah dengan usaha bersama anggota masyarakat dan juga mengingatkan setiap anggota masyarakat bahwa dengan kebersamaan dan semangat gotong royong, permasalahan kesehatan bisa diatasi. - Kepala desa diharapkan memilki komitmen untuk membantu fasilitator desa dan masyarakat dalam melaksanakan terbentuknya Desa SiAGa. - Suami ibu hamil diharapkan memilki komitmen untuk menemani atau mengantar istrinya memeriksakan kehamilan ke bidan desa hingga suami mengetahui perkembangan dan kondisi kehamilan istrinya, mendukung istri untuk bersalin pada bidan desa dan membantu mempersiapkan Tabulin serta tidak lupa mengingatkan istri untuk memeriksakan kehamilannya minimal 4 x. - Media masa seperti radio, koran, maupun media tradisional seperti kesenian rakyat dapat membantu menyebarluaskan berita kegiatan Desa SiAGa yang sedang berlangsung di desa tersebut. - Masyarakat harus membantu ibu hamil yang memerlukan bantuan, mengingatkan ibu hamil agar mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam menuju proses bersalin dan selalu SiAGa membantu jika diperlukan. - Pengurus desa harus berkomitmen untuk mengumpulkan iuran Dasolin secara rutin, membantu ibu hamil yang memerlukan bantuan, mendorong agar masyarakat desa berperan secara aktif dalam Desa SiAGa terutama bagi ibu hamil dan keluarganya.

36

Manfaat Desa SiAGa Manfaat bagi masyarakat: Adanya kesiapan penanganan komplikasi persalinan di tengah-tengah masyarakat. Adanya kesiapan penanganan kegawatdaruratan untuk berbagai masalah kesehatan misalnya demam berdarah, kecelakaan, stroke, dll. Masalah kesehatan bukan lagi menjadi tanggung jawab individu melainkan tanggung jawab bersama-sama. Adanya keterbukaan antara masyarakat, petugas ksehatan dan pemerintah. Akses terhadap pelayanan kesehatan menjadi lebih mudah.

Manfaat bagi Petugas Kesehatan: Terjalinnya kerjasama yang harmonis antara petugas kesehatan dan masyarakat. Adanya kemudahan untuk mendapatkan bantuan dari masyarakat terutama saat melakukan pemantauan terhadap ibu hamil dan penanganan persalinan. Adanya dukungan masyarakat untuk terlibat dalam mengatasi masalah kesehatan. Manfaat bagi Aparat Pemerintahan: Terjalinnya komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah.

37

Adanya masukan-masukan dari masyarakat mengenai pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah.

BAB III KESIMPULAN Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah yang besar di negara miskin dan berkembang, seperti di Indonesia. Berbagai faktor yang terkait dengan risiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi. Diperkirakan terjadi 5 juta persalinan setiap tahunnya. Lebih dari 500.000 perempuan Indonesia meninggal dunia setip tahunnya. 18.000 kematian diantaranya terjadi saat melahirkan Angka Kematian Ibu 262/100.000 kelahiran hidup (Th 2005), masih terlalu jauh dari target tahun 2010, sebesar 125/100.000 kelahiran hidup (kh). Sementara Angka Kematian Bayi menurun dengan cepat, yaitu dari 66,5/1000 kh pada tahun 1996 menjadi 35/1000 kh pada tahun 2003 (SDKI). Dibandingkan dengan Negara lain di Asia Tenggara, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi. Pada tahun 1996 Gerakan Sayang Ibu (GSI) dicanangkan dan di Jawa Barat telah dikembangkan keseluruh Kabupaten/ Kota dengan adanya Pokjatap GSI Propinsi, Pokjatap GSI Kabupaten/ Kota, Satgas GSI Kecamatan dan satgas GSI desa yang merupakan keterpaduan lintas sektor dan masyarakat dalam menurunkan AKI dan AKB. Pada tahun 2001 di 3 Kabupaten/Kota di Jawa Barat telah dilaksanakan penajaman upaya penurunan AKI dan AKB dengan memperkuat GSI melalui sistim rujukan pelayanan kesehatan dan sistim rujukan kegawatdaruratan di tingkat

38

masyarakat dengan upaya pemberdayaan yang dilaksanakan oleh fasilitator masyarakat dalam bentuk Suami Siaga, Warga dan Desa Siaga. Melalui GERAKAN SAYANG IBU tingginya angka kematian ibu di Indonesia diharapkan dapat ditekan dan kualitas hidup perempuan Indonesia dapat ditingkatkan. DAFTAR PUSTAKA 1. Bakti Husada, Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer

(MPS) di Indonesia 2001-2010, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001, p. 11-14 2. Bakti Husada, Strategi Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Melalui Gerakan Sayang Ibu (GSI) di Kabpaten Subang, Dinas Kesehatan Kabupaten Subang Tahun 2006, p. 4-20 3. 4. 5. 6. November 7. 8. Buku Saku Desa SiAGa di Popinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Gerakan Sayang Ibu Belum Efektif Menekan Angka Kematian Jika Pemerintah Benar-Benar Sayangi Ibu, Sabtu, 04 Agustus 2007, Kompas. Target Program Safe Motherhood Belum Tercapai : 28 2001, diakses tanggal 30 Mei 2007, diakses dari Propinsi jawa Barat Tahun 2007, p. 1-4 Kamis, 03 Mei 2007 | 02:30 WIB , www.tempointeraktif.com www.Swara Rahima.com

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/28/humaniora/3560282.htm Pengembangan Desa SiAGa Melalui Kabupaten/ Kota Siaga di Petunjuk Teknis Gerakan Sayang Ibu di Tingkat Desa/ kelurahan, Propinsi Jawa Barat, Dinas kesehatan Propinsi Jawa Barat tahun 2007, p. 1-12 kelompok Kerja Tetap Gerakan sayang Ibu propinsi Jawa Barat, Pemerintah Propinsi DT. 1 Jawa barat, p. 2-4

39

9. 10.

Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu. www. Departeman Dalam Research on Reproductive Health at WHO, Making Pregnancy Safer,

Negeri.com 2000-2001, Departement of Reproductive Health and Research Family and Community Haelth, WHO , Geneva, p. 25 11. Saifuddin A.B. Upaya Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer, In: Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, 2005: Chapter 13. p 221-241 12. dari http://www.who.int/making_pregnancy_safer/publications/MPSnewsletterApril05 13. 14. 15. Cunningham, F. Gary, Obstetrics in Broad Perspective in Williams www.Suara IBu peduli.com Obstetrics, Edisi 22, 2005, p. 7 USAID, Indonesia, Bahan Acuan Desa Siap Antar Jaga (SiAGa) p. 4-11; 16-32 WHO. Making Pragnancy Safer. 2005, diakses tanggal 6 Juni 2007

40

41

42

Anda mungkin juga menyukai