Anda di halaman 1dari 4

LAKIP:

Penyusunan LAKIP LATAR BELAKANG


LAKIP merupakan wujud pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam mencapai misi dan tujuan organisasi. Inti dari LAKIP adalah memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan tentang visi, misi organisasi, serangkaian tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, dan tingkat pencapaian sasaran-sasaran tersebut melalui program dan kegiatan yang telah ditetapkan.

LANDASAN HUKUM
1. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor : 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 4. SE MenPAN Nomor : 99/M.PAN/3/2003 tanggal 27 Maret 2003.

TUJUAN
Yang akan dicapai pada kegiatan ini adalah : Keluaran berupa dokumen LAKIP Sekretariat Daerah dan LAKIP Pemerintah Kota Probolinggo Tahun 2011. Hasil yang diharapkan adalah tersusunnya Laporan Capaian Kinerja Sekretariat Daerah dan Laporan Kinerja Capaian Kinerja Kota Proolinggo Manfaat yang ingin dicapai adalah tersedianya media pertanggungjawaban instansi pemerintah dalam pencapaian misi dan tujuan organisasi Dampak yang diharapkan adalah terwujudnya clean government dan good governance pada Pemerintah Kota Probolinggo.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah bentuk pertanggungjawaban atas anggaran yang digunakan serta untuk mengetahui tingkat capain sasaran rencana kerja. LAKIP juga merupakan salah satu cara untuk menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik, menunjukkan ekonomis, efektif, dan efisien uang publik dibelanjakan. Lebih jauh LAKIP dapat memberi informasi yang valid mengenai kinerja kebijakan, program kegiatan, pencapaian kegiatan, serta perumusan masalah dan rekomendasinya. Tujuan penyusunan LAKIP Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu adalah : 1. Merumuskan Capaian Sasaran Strategis Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu berdasarkan Rencana strategis tahun 2010-2015. 2. Merumuskan permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pencapaian sasaran Strategis. 3. Memberikan pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran secara ekonomis, efektif, dan efisien atas uang publik yang dibelanjakan. Secara umum sasaran tahun 2011 telah tercapai dengan baik Sasaran 1 menunjukkan capaian cukup baik, dengan capaian dua indikator 100 persen dan satu Indikator belum tercapai yaitu Meningkatnya Jumlah alat mesin pertanian yang dimiliki kelompok tani karena Peraturan Gubernur tentang panyaluran hantraktor dan Powerthresher belum terbit. Sasaran 2 tercapai 100 persen dengan indikator Produksi benih/bibit di balai benih Induk Padi Palawija. Sasaran 3 semuanya indikator tercapai 100 persen. Ketiga indikator tersebut yaitu Pelatihan budidaya tanaman aneka Kacang dan umbi, Pelatihan budidaya tanaman serelia dan Perbanyakan benih sumber tanaman pangan. Sasaran 4 menunjukkan capaian cukup baik, dengan capaian indikator 100 dan 60 persen. Indikator Pengembangan kawasan tanaman hias meunjukkan capaian rendah karena petani dan lokasi belum siap. Indikator Pengembangan kawasan tanaman sayuran dan tanaman biofarmaka tercapai 60 persen karena terjadi kesalahan target pada DIPA. Pada DIPA tercantum target 5 ha, sedangkan dalam POK target hanya 3 ha, sehingga sesunggunya target tercapai 100 persen. Sasaran 8 menunjukkan capaian cukup baik, yaitu sebesar 66 persen. Capaian tidak mencapai 100% karena paket penyediaan modal usaha direvisi menjadi pagar keliling, tetapi revisi tidak disetujui DPRD. Sasaran 9 tercapai dengan cukup baik, yaitu Penerapan Jaminan Mutu Hasil dan Unit usaha pengolahan hasil tanaman pangan mempunyai nilai tambah, masing-masing tercapai 100 persen.

LAKIP merupakan singkatan dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Lakip adalah sebuah laporan yang berisikan akuntabilitas dan kinerja dari suatu instansi pemerintah. Untuk Pemerintah Daerah tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, instansi pemerintah adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah suatu unit kerja pemerintah yang diberikan hak dan tanggung jawab untuk mengelola sendiri administrasi dan keuangan. Penyusunan LAKIP berdasarkan siklus anggaran yang berjalan yaitu 1 tahun. Secara lengkap memuat laporan yang membandingkan perencanaan dan hasil. Dalam penyusunan suatu kegiatan belanja, dibuat suatu masukan yaitu besaran dana yang dibutuhkan, hasil yaitu sesuatu hasil atau bentuk nyata yang didapat dari dana yang dikeluarkan. Manfaat yaitu manfaat yang didapat karena kegiatan belanja

tersebut dilaksanakan serta Dampak yaitu dampak yang dihasilkan karena pelaksanaan suatu kegiatan belanja. Dalam pembuatan LAKIP suatu instansi pemerintah harus dapat menentukan besaran kinerja yang diasilkan secara kuantitatif yaitu besaran dalam satuan jumlah atau persentase. Misalkan dalam satu kegiatan target yang akan dihasilkan adalah 100 orang yang akan terlatih, kemudian setelah kegiatan tersebut dilaksanakan berapa jumlah yang terlatih, apakah masih tetap 100 orang, kurang dari 100 orang atau mungkin lebih dari 100 orang. Manfaat yang didapat dari penyusunan suatu LAKIP yaitu evaluasi yang dilakukan oleh instansi pemerintah terhadap instansinya sendiri sehingga pimpinan instansi tersebut dapat mengevaluasi kinerja dari instansi yang dipimpinnya selama 1 tahun anggaraN

APBDES

Peranan Kelembagaan Desa Dalam Menyusun dan Menyetujui APBDes

A. Tinjauan tentang Peranan Kelembagaan Desa dalam Menyusun dan Melaksanakan APBDes1. Tinjaun Tentang APBDesAnggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) adalah peraturan desa yang memuat sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun. APB Desaterdiri atas bagian pendapatan Desa, belanja Desa dan pembiayaan. Rancangan APB Desadibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPDmenetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.Menurut UU 32/2004 dan PP 72/2005 disebutkan sumber-sumber pendapatan desa meliputi:a. pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya danpartisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sahb. bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 1.0% (sepuluh per seratus) untuk desadan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desac. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima olehKabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desad. bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kotadalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahane. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.Sedangkan kekayaan desa meliputi tanah kas desa, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu,bangunan desa, pelelangan ikan yang dikelola oleh desa, dll. Sumber pendapatan daerah yangberada di desa baik pajak maupun retribusi yang sudah dipungut oleh Provinsi atauKabupaten/Kota tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Desa. Pungutanretribusi dan pajak lainnya yang telah dipungut oleh Desa tidak dibenarkan dipungut ataudiambil alih oleh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemberian hibah dansumbangan tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang kepada desa.Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak dicatatsebagai barang inventaris kekayaan milik desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APBDesa.Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa. Dalam melaksanakankekuasaannya Kepala Desa dapat melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupaperencanaan,. pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan kepada perangkat desa. Dalammeningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa, Pemerintah Desa dapat mendirikan BadanUsaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa. Pernbentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman pada peraturan perundang-undangan.Alokasi pengeluaran

dalam APBDes meliputi belanja pembangunan dan pos pengeluaran rutin.Belanja pembangunan meliputi pos sarana pemerintahan desa, pos prasarana perhubungan, posprasarana pemasaran, dan pos prasarana sosial. Sedangkan belanja rutin meliputi pos belanjapegawai, pos belanja barang, pos biaya pemeliharaan, pos biaya perjalanan dinas, pos belanjalain-lain, dan pos pengeluaran tak terduga.2. Penyusunan dan Pelaksanaan APBD

pa dan Mengapa Musrenbang Desa?


Musrenbang Desa adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholder) desa untuk menyepakati Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP) tahun anggaran yang direncanakan. Musrenbang Desa dilaksanakan setiap bulan Januari dengan mengacu pada RPJM desa. Setiap desa diamanatkan untuk menyusun dokumen rencana 5 tahunan yaitu RPJM Desa dan dokumen rencana tahunan yaitu RKP Desa. Musrenbang adalah forum perencanaan (program) yang dilaksanakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa, bekerja sama dengan warga dan para pemangku kepentingan lainnya. Musrenbang yang bermakna akan mampu membangun kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan desa, dengan cara memotret potensi dan sumber-sumber pembangunan yang tidak tersedia baik dari dalam maupun luar desa.

RAPBDES

Pihaknya, kata Sjafrudin, dalam waktu dekat akan menyusun rencana tindak lanjut agar hal yang sama juga bisa direalisasikan di desa-desa di Kabupaten Pekalongan. Sehingga pembangunan dan penyusunan anggaran di desa sudah bisa dilaksanakan dengan transparan, partisipatif dan akuntabel.
Salah satu yang bagus dan patut ditiru adalah ketika penyusunan RPJMDes dan RAPBDes dilakukan partisipatif dan transparan, kelompok masyarakat yang sudah bisa mandiri secara ekonomi secara antusias memberikan sumbangan bagi pemasukan desa.

Anda mungkin juga menyukai