Anda di halaman 1dari 26

PDK

NASKAH PUBLIKASI

KONSEP PENATAAN DAN PENGELOLAAN RUANG PUBLIK PADA WILAYAH PERKOTAAN (Studi di Wilayah Kota Malang)

Peneliti: Drs. Oman Sukmana, M.Si. Nip.: 132001833

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


MEI, 2007

HALAMAN PENGESAHAN 1.a. Judul Penelitian : KONSEP PENATAAN DAN PENGELOLAAN RUANG PUBLIK PADA WILAYAH PERKOTAAN (Studi di Wilayah Kota Malang) b. Bidang Ilmu c. Kategori Penelitian 2. Ketua Peneliti : a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. Gol./Pangkat/Nip d. Jabatan Fungsional e. Fakultas/Jurusan f. Alamat Kantor : Sosial : Kategori II

g. Alamat Rumah

3. Perguruan Tinggi 4. Jangka Waktu 5. Biaya Penelitian a. Sumber dari UMM b. Sumber lain Mengetahui: Dekan FISIP UMM,

: Drs. Oman Sukmana, M.Si. : Laki-Laki : IV-a/Pembina/ 132.001.833. : Lektor Kepala : FISIP/Ilmu Kesejahteraan Sosial : Lembaga Penelitian UMM Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang, Jawa Timur Tlp. (0341) 463513, 464318, 464319 Fax (0341) 460435 : Pondok Bestari Indah, Blok C-5/268, RT 02/XI, Klandungan, Landungsari, Malang. Tlp. (0341) 463128, Hp. 08123200709 : Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) : 5 Bulan (Januari-Mei 2007) : : Rp 3.000.000,:Malang, Mei 2007 Ketua Peneliti

Drs. Budi Suprapto, M.Si, Nip.UMM : 10387090041

Drs. Oman Sukmana, M.Si. Nip. : 132.001.833.

Menyetujui : Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang

DR. Wahyu Widodo, Ir., MS. Nip.UMM : 110.8909.0128.

Konsep Penataan dan Pengelolaan Ruang Publik pada Wilayah Perkotaan (Studi di Wilayah Kota Malang)
Oman Sukmana1 FISIP UMM

Abstrak
Salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan adalah tersedianya areal ruang publik (public space). Proporsi untuk kawasan ruang public paling sedikit 10% dari luas wilayah untuk ruang terbuka hijau suatu kota. Setiap kota diharapkan melakukan penataan terhadap kawasan ruang public, dan disusun dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Kota. Kota Malang adalah merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur yang diarahkan sebagai kota pendidikan, pariwisata dan industri, yang sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Penataan dan pengolaan kawasan ruang public di kota Malang dapat dijadikan contoh (model) bagi kota lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji tentang bagaimana konsep penataan dan pengelolaan kawasan ruang public di kota Malang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik analisa data menggunakan teknik deskriptifkualitatif. Teknik pengumpulan data utama yang dilakukan adalah wawancara mendalam (indeepth interview), observasi, dokumentasi, dan teknik skala. Lokasi penelitian ditentukan di kota Malang. Subjek penelitian ditentukan secara purvosive, yaitu: (1) pejabat pemerintah terkait; dan (2) warga masyarakat. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Bappeda Kota Malang; (2) pemerhati lingkungan, baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3) Kalangan LSM. Kesimpulan hasil penelitian meliputi: (a) Dalam konsep perencanaan penggunaan kawasan kota, pemerintah kota Malang belum secara jelas merinci antara kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan kawasan Ruang Terbuka Publik; (b) Secara konseptual alokasi luas wilayah untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Malang sudah mencukupi kebutuhan, namun seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan kota Malang, telah terjadi penggunaan areal Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk kepentingan publik menjadi kepentingan privat. Sehingga kawasan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Publik di Kota Malang tinggal kurang dari 30%; dan (c) Konsep dan disain penataan kawasan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Publik di Kota Malang, meliputi: (1) prototipe taman jalur jalan; (2) Prototipe Taman Kota; dan (3) Prototipe Taman Lingkungan.

Kata kunci: Pengelolaan Ruang Publik

Oman Sukmana, Drs., M.Si. adalah Staff Pengajar pada Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP Universitas Muhammadiyah Malang.

Abstract
One of the urban communitie`s need is public space availability. At least, 10% from the total of green citie`s area is for public space area allocation. Every city must carry out to manage public space area seriously. The city of Malang is the 2d big city in the East Java province. The developmental of the Malang city is education, industry, and tourist city orientation. So, the concepth of public space management in Malang city can use as a model for another city. The purpose of this research is a studi about how the concepth of the public spce management at Malang city. The research methods is use qualitative approach. Data analysis technique is use descriptive qualitative. Data collecting technique is use by indeepth interview, observation, documentation, and scale technique. Subject research are: (1) the local government; (2) urban community. The conclusion of research study is: (a) in the concepth of urban area management, the government of Malang city is not specific clearly separated beetwen public space area management and urban green area; (b) by conseptualizaztion, the allocation of Malang city area for green and public space area is proportional enough. More than 30% from the total of Malang city area is allocation for green and public space area. But, in the realization the green and public space area is declaining process; and (c) the design of the Malang city green area and public space area is use by three type, there are: (1) road prototype, (2) city garden prototype, dan (3) environmental garden prototype. Key word: Public space management

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


Salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan adalah tersedianya areal ruang publik (public space). Setiap kota diharapkan melakukan penataan terhadap kawasan ruang public, dan disusun dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Kota. Dalam menyususn perencanaan tata ruang wilayah kota, maka suatu kota harus menyediakan dan memanfaatkan areal untuk ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik. Penyediaan areal untuk ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik dalam suatu wilayah kota, paling sedikit 40% dari luas wilayah kota, dengan proporsi seluas 30% untuk areal ruang terbuka hijau dan seluas 10% untuk areal ruang terbuka publik. Pengembangan kawasan kepentingan umum dilakukan dengan memperhatikan struktur maupun fungsi dan bentuk kota. Struktur kota sebagai kerangka kota yang mempunyai hirarki dapat berwujud terpusat, linear, maupun multiple nuclei, dengan hirarki mulai pusat

kota metropolitan, kota atau kota satelit, kawasan sampai dengn skala lingkungan. Penataan ruang terbuka hijau sebagai bagian kawasan kepentingan umum yang terstruktur diarahkan untuk estetika perkotaan maupun sebagai ruang kesehatan lingkungan perkotaan, fasilitas olah raga maupun rekreasi. Wujud fisik kawasan kepentingan umum dapat berupa jalur hijau seperti pedestrian, danau dan pantai maupun buffer zone yang bisa berfungsi sebagai jogging track atau bicycle track, jalur biru yang berfungsi untuk kegiatan olahraga, ruang terbuka seperti taman-taman atau ruang terbuka hijau, area bermain anak-anak plaza, alun-alun, dan hutan kota. Kota Malang adalah merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur yang diarahkan sebagai kota pendidikan, pariwisata dan industri, yang sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Penataan dan pengolaan kawasan ruang public di kota Malang dapat dijadikan contoh (model) bagi kota lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji tentang bagaimana konsep penataan dan pengelolaan kawasan ruang public di kota Malang. Penelitian dilakukan dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik analisa data menggunakan teknik deskriptifkualitatif. Teknik pengumpulan data utama yang dilakukan adalah wawancara mendalam (indeepth interview), observasi, dokumentasi, dan teknik skala. Lokasi penelitian

ditentukan di kota Malang. Subjek penelitian ditentukan secara purvosive, yaitu: (1) pejabat pemerintah terkait; dan (2) warga masyarakat. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Kepala Bappeda Kota Malang; (2) pemerhati lingkungan, baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3) Kalangan LSM. 1.2. Rumusan Masalah Penataan dan Pengelolaan kawasan ruang public di kota Malang dapat dijadikan suatu model konsep penataan dan pengelolaan kawasan raung public yang baik, yang dapat memberikan dampak positif timbal-balik bagi masyarakat dan lingkungan setempat. Pertanyaan dasar yang muncul adalah bagaimana konsep dan proses penataan dan pengelolaan kawasan publik tersebut dilakukan? Bagaimana manfaat positifnya baik bagi masyarakat maupun lingkungan?, dan sebagainya.

Untuk membatasi lingkup penelitian, maka masalah penelitian ini difokuskan pada aspek-aspek berikut: (1) Berapakah jumlah, jenis dan peruntukkan kawasan ruang public yang ada di kota malang? (2) Bagaimana kebutuhan masyarakat akan ruang publik di kota Malang? (3) Bagaimanakah gambaran pemanfaatan ruang publik di kota Malang oleh masyarakat? (4) Bagaimanakah konsep kebijakan pemerintah dalam menyusun Rencana Tata Ruang (RTR) ruang public di kota Malang? (5) Bagaimanakan konsep penataan dan pengelolaan kawasan ruang public di kota Malang?

1.3 Tujuan Penelitian Karakteristik dan konsep penataan dan pengelolaan ruang terbuka publik, merupakan suatu kajian yang baru, terutama dalam disiplin psikologi lingkungan, sehingga hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi kajian disiplin Psikologi Lingkungan terutama dalam mengembangkan konsep dan strategi rekayasa lingkungan fisik dan sosial (social and phisical environmental engineering) dan dampaknya terhadap manusia. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) mengetahui jumlah, jenis dan peruntukkan kawasan ruang public yang ada di kota malang. (2) mengetahu tentang kebutuhan masyarakat akan ruang publik di kota Malang. (3) mengetahui gambaran pemanfaatan ruang publik di kota Malang oleh masyarakat.

(4) mengetahui konsep kebijakan pemerintah dalam menyusun Rencana Tata Ruang (RTR) ruang public di kota Malang, (5) mengetahui konsep penataan dan pengelolaan kawasan ruang public di kota Malang.

2.

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Budihardjo dan Sujarto (2005) ruang terbuka merupakan ruang yang

a. Pengertian Ruang Terbuka

direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di

udara terbuka. Dengan adanya pertemuan bersama dan relasi antara orang banyak, kemungkinan akan timbul bermacam-macam kegiatan di ruang umum terbuka tersebut. Sebetulnya ruang terbuka merupakan salah satu jenis saja dari ruang umum. Ruang umum pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitass/kegiatan tertentu dari masyarakatnya, baik secara individu maupun kelompok (Hakim, 1987). Bentuk ruang umum sangat bergantung kepada pola dan susunan massa bangunan. Menurut sifatnya ruang umum dapat dibagi menjadi 2, yaitu: (a) Ruang Umum Tertutup, yaitu ruang umum yang terdapat di dalam suatu bangunan; dan (b) Ruang Umum Terbuka, yaitu ruang umum di luar bangunan. Pengertian ruang terbuka tidak terlepas dari pengertian tentang ruang. Walaupun banyak definisi yang telah disebutkan oleh para intelektual, ada dua rumusan yang dianggap cukup baik, yaitu menurut filosof Immanuel Kant dan menurut Plato. Menurut Kant, ruang bukanlah sesuatu yang objektif sebagai hasil pikiran dan perasaan manusia. Sedangkan menurut Plato, ruang adalah suatu kerangka atau wadah dimana objek dan kejadian tertentu berada. Sedangkan kata terbuka sendiri berarti tidak mempunyai penutup, sehingga bisa terjadi intervensi sesuatu dari luar terhadapnya, seperti air hujan dan terik matahari. Dengan demikian, ruang terbuka merupakan suatu wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik (Budihardjo dan Sujarto, 2005). Ruang tidak dapat dipisahkan dari manusia baik secara psikologis, emosional ataupun dimensional. Manusia berada dalam ruang, bergerak, menghayati dan berpikir, juga membuat ruang untuk menciptakan dunianya. Ruang terbuka sebenarnya merupakan wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakat di wilayah tersebut. Karena itu, ruang terbuka mempunyai kontribusi yang akan diberikan kepada manusia berupa dampak yang positif. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Fungsi umum: (1)tempat bermain dan berolah raga, (2) tempat bersantai, (3) tempat komunikasi sosial, (4) tempat peralihan, termasuk menunggu, (5) sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan lingkungan, (6) sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat yang lain, dan

(7) sebagai pembatas atau jarak di antara massa dengan bangunan.

2. Fungsi ekologis:
(1) penyegaran udara, (2) menyerap air hujan, (3) pengendalian banjir, (4) memelihara ekosistem tertentu, (5) pelembut arsitektur bangunan.

Ruang terbuka mempunyai nilai yang sangat, yaitu: (a) ruang terbuka merupakan pelengkap dan pengontras bentuk kota (urban); (b) bentuk dan ukuran ruang terbuka merupakan suatu determinan utama bentuk kota, artinya 30%-50% luas seluruh kota diperuntukkan untuk ruang terbuka; (c) ruang terbuka merupakan salah sat elemen fisik kota yang dapat mendiptakan kenikmatan kota; dan (d) ruang terbuka mengangkat nilai kemanusiaan, karena di dalam ruang terbuka ini berbagai manusia dengan berbagai aktivitas bertemu (Budihardjo dan Sujarto, 2005). Berkaitan dengan pengelompokkan ruang terbuka, menurut Lurie (dalam Budihardjo dan Sujarto, 2005), ruang terbuka dalam lingkungan hidup adalah lingkungan alam dan manusia. Ruang terbuka ini dapat dikelompokkan sebagai berikut: (a) ruang terbuka sebagai sumber produksi, yaitu antara lain perhutanan, produksi mineral, peternakan, pengairan, dan lain-lain; (b) ruang terbuka sebagai perlindungan, misalnya cagar alam, daerah budaya dan sejarah; dan (c) ruang terbuka untuk kesehatan, kenyamanan, antara lain: untuk melindungi kualitas air, pengaturan pembuangan air dan sampah, memperbaiki dan mempertahankan kualitas udara, rekreasi, taman lingkungan, taman kota, dsb. Apabila ruang terbuka ditinjau dari kegiatannya, maka dibagi menjadi dua jenis ruang terbuka, yaitu ruang terbuka aktif dan ruang terbuka pasif. Ruang terbuka aktif adalah ruang terbuka yang mengandung unsur-unsur kegiatan di dalamnya, antara lain bermain, olah raga, upacara dan berjalan-jalan. Ruang ini dapat berupa plaza, lapangan olah raga, tempat rekreasi. Sedangkan ruang terbuka pasif adalah ruang terbuka yang di dalamnya tidak mengandung kegiatan manusia. Misalnya, adalah ruang sebagai jarak terhadap rel kereta api. Selanjutnya, ruang terbuka ditinjau dari bentuknya secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, yaitu berbentuk memanjang dan berbentuk mencuat. Ruang terbuka

berbentuk memanjang mempunyai batas-batas pada sisi-sisinya, misalnya jalan, sungai, dan lain-lain. Ruang teerbuka berbentuk mencuat mempunyai batas-batas disekelilingnya, misalnya lapangan, bundaran, dan lain-lain. Sementara apabila ditinjau dari sifatnya, maka ruang terbuka dibagi menjadi ruang terbuka lingkungan dan ruang terbuka bangunan. Ruang terbuka lingkungan adalah ruang terbuka yang terdapat pada suatu lingkungan dan sifatnya umum. Adapun tata letak penyusunan ruang-ruang terbuka dan ruang-ruang tertutupnya akan mempengaruhi keserasian lingkungan. Ruang terbuka bangunan adalah ruang terbuka yang dibatasi oleh dinding bangunan dan lantai halaman bangunan. Ruang terbuka ini bersifat umum atau pribadi sesuai dengan fungsi bangunannya.

b. Ruang Terbuka Publik Untuk mengetahui pemahaman tentang ruang terbuka publik antara lain sebagai civic centre, kita tidak terlepas dari pengertian mengenai civic space. Civic space adalah merupakan suatu pengertian yang tidak dapat dispisahkan, yang artinya ruang terbuka sebagai wadah yang dapat digunakan untuk aktivitas penduduk sehari-hari. Sedangkan pengertian civic centre jika ditinjau secara harafiahnya adalah; civic, yaitu masyarakat yang berhubungan dengan masyarakat atau budaya masyarakat; centre, yaitu pusat; jadi civic centre, yaitu pusat kegiatan dimana masyarakat melakukan aktivitasnya. Jadi pengertian ruang terbuka publik sebagai civic centre adalah suatu ruang luar yang terjadi dengan membatasi alam dan komponen-komponennya (bangunan) menggunakan elemen keras seperti pedestrian, jalan, plasa, pagar beton dan sebagainya; maupun elemen lunak seperti tanaman dan air sebagai unsur pelembut dan lansekap dan merupakan wadah aktivitas masyarakat yang berbudaya dalam kehidupan kota. Budaya atau tradisi adalah merupakan keseluruhan sistem nilai, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang selalu berubah-ubah dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Adapun aktivitas yang dilakukan pada ruang terbuka publik ini bisa untuk rekreasi dan hiburan, bisa juga sebagai kegiatan industri wisata misalnya pameran pembangunan, kegiatan promosi wisata dan kebudayaan yang dapat menarik pengunjung sebanyak mungkin seperti pemilihan ratu bunga atau kontes-kontes lain yang mengandung nuansa kepariwisataan dan pembangunan serta berbagai kegiatan lainnya. Akan tetapi, pada

prinsipnya ruang terbuka publik merupakan tempat dimana masyarakat dapat melakaukaan aktivitas sehubungan dengan kegiatan rekreasi dan hiburan. Bahkan, dapat pula mengarah kepada jenis kegiatan hubungan sosia lainnya seperti untuk berjalan-jalan, untuk melepas lelah, duduk-duduk dengan santai, bisa jug untuk pertemuan akbar pada saat-saat tertentu atau juga digunakan untuk upacara-upacara resmi, dapat pula dipadukan dengan tempattempat perdagangan. Dari bahasan di atas terlihat jelas bahwa ruang terbuka publik bukan saja berupa ruang luar yang bersifat sebagai perancangan lansekap untuk taman kota saja atau daerah hijau dalam kota, tetapi lebih condong pada keterlibatan manusia di dalamnya sebagai pemakai fasilitas tersebut. Arsitektur pada dasarnya terjadi oleh adanya hubungan antara sebuah objek dan manusia yang melihatnya. Hubungan tersebut mula-mula ditentukan oleh adanya penglihatan, tetapi bila ditinjau dari pengertian ruang secara arsitektur, hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh penciuman, pendengaran dan perabaan. Sehingga dapat terjadi bahw ruang yang sama mempunyai kesan atau susunan yang berbeda sama sekali.

c. Konsep Penataan Ruang Publik Menurut Carr (dalam Salim & Pratiwi, 2006), yang dimaksudkan dengan ruang publik adalah ruang umum tempat masyarakat dapat melakukan aktivitas publik fungsional maupun kegiatan sampingan lainnya, yang dapat mengikat suatu komunitas, baik dalam kegiatan sehari-hari ataupun berkala. Ruang publik kota bersifat multiguna, untuk semua kelompok sosial, tetapi dapat ditata secara fleksibel dengan karakter kegiatan tertentu. Namun dalam hal penggunaan ruang kota, terjadi banyak permasalahn. Permasalahan itu dapat berupa ketidakadilan dalam penggunaannya, ketidaksediaan hunian layak bagi warga miskin, kelangkaan ruang publik, anarki ruang kota, serta masih terjadinya privatisasi ruang publik. Menurut Rudy (2007), ruang publik ditandai oleh tiga hal, yaitu responsif, demokratis dan bermakna. Responsif dalam arti ruang publik harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Sementara demokratis berarti ruang publik seharusnya dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia. Bermakna berarti bahwa ruang

10

publik harus memiliki tautan antara manusia, ruang, dunia luas, dan konteks sosial. Dengan karakteristik ruang publik sebagai tempat interaksi warga masyarakat, tidak

diragukan lagi arti pentingnya dalam menjaga dan meningkatkan kualitas kapital sosial. Namun sayangnya arti penting keberadaan ruang-ruang publik tersebut di Indonesia lama kelamaan semakin berkurang. Ruang publik tersebut yang selama ini menjadi tempat warga melakukan interaksi, baik sosial, politik maupun kebudayaan tanpa dipungut biaya, seperti lapangan olah raga, taman kota, area wisata, arena kesenian, dan lain sebagainya, lama kelamaan menghilang digantikan oleh mall, pusat-pusat perbelanjaan, ruko-ruko dan ruang-ruang bersifat privat lainnya. Mall atau pusat-pusat perbelanjaan tidak akan pernah dapat benar-benar menjadi ruang publik meski dewasa ini tempat-tempat tersebut sering dijadikan sebagai lokasi bertemu, bertukar informasi, atau sekedar tempat rekreasi

melepas kepenatan seusai menghadapi berbagai rutinitas pekerjaan. Karena meskpun terbuka untuk umum, mall tetap menampilkan wajah yang privat dimana di dalamnya orang yang ada disana cenderung berasal dari kalangan ekonomi tertentu. Tidak adanya kontak dan interaksi sosial sebagai prasarat bagi penguatan kapital sosial merupakan alasan utama mengapa ruang publik tidak dapat tergantikan oleh mall atau pusat perbelanjaan. Sebagai wahana interaksi sosial, ruang publik diharapkan dapat mempertautkan seluruh anggota masyarakat tanpa membedakan latar belakang ekonomi, dan budaya. Aktivitas di ruang publik dapat bercerita secara gamblang seberapa pesat dinamika kehidupan sosial suatu masyarakat. Menurut Krier (dalam Kurniantoro, 2007) ruang publik hanya dapat terbentuk dari street (jalan-jalan) dan square (ruang terbuka, plaza, atau alunalun/lapangan). Tetapi plaza yang dimaksud disini tentu bukanlah gedung serupa mal-mal megah. Plaza dimaksud adalah sebuah ruang terbuka yang memungkinkan masyarakat beraktivitas, berolahraga dan berekreasi, serta berinteraksi secara sosial yang lain. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang dilaksanakan secara sekuensial. Penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas keterpaduan; keberdayagunaan dan keberhasilan; keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; keberlanjutan; keterbukaan; kebersamaan; serta keadilan dan perlindungan hukum. Penataan ruang publik dimaksudkan untuk

mewujudkan terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan (Sridanayasa, 2007). Penataan ruang diharapkan dapat mendorong pengembangan wilayah

11

dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang berkeaadilan sosial dalam lingkungan hidup yang lestari dan berkesinambungan (Rico, 2007). Dalam menyususn perencanaan tata ruang wilayah kota, maka suatu kota harus menyediakan dan memanfaatkan areal untuk ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik. Penyediaan areal untuk ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik dalam suatu wilayah kota, paling sedikit 40% dari luas wilayah kota, dengan proporsi seluas 30% untuk areal ruang terbuka hijau dan seluas 10% untuk areal ruang terbuka publik. Pengembangan kawasan kepentingan umum dilakukan dengan memperhatikan struktur maupun fungsi dan bentuk kota. Struktur kota sebagai kerangka kota yang mempunyai hirarki dapat berwujud terpusat, linear, maupun multiple nuclei, dengan hirarki mulai pusat kota metropolitan, kota atau kota satelit, kawasan sampai dengn skala lingkungan. Penataan ruang terbuka hijau sebagai bagian kawasan kepentingan umum yang terstruktur diarahkan untuk estetika perkotaan maupun sebagai ruang kesehatan lingkungan perkotaan, fasilitas olah raga maupun rekreasi. Wujud fisik kawasan kepentingan umum dapat berupa jalur hijau seperti pedestrian, danau dan pantai maupun buffer zone yang bisa berfungsi sebagai jogging track atau bicycle track, jalur biru yang berfungsi untuk kegiatan olahraga, ruang terbuka seperti taman-taman atau ruang terbuka hijau, area bermain anak-anak plaza, alun-alun, dan hutan kota.

3. METODOLOGI PENELITIAN
a. Disain Penelitian: Penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu model penelitian yang berusaha untuk membuat gambaran/paparan dan menggali secara cermat serta mendalam tentang fenomena sosial tertentu tanpa melakukan intervensi dan hipotesis. Pendekatan penelitian utama yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, sehingga data yang utama adalah bersifat kualitatif. Akan tetapi untuk melengkapi analisis data kualitatif, maka akan ditampilkan dan diperkuat pula dengan data-data yang bersifat kuantitatif, dengan pemahaman bahwa penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif yang dilengkapi dan diperkuat dengan data kuantitatif. Analisa kualitatif yang

12

digunakan adalah deskriptif-induktif, sedangkan data kuantitatif yang digunakan adalah prosentase dalam bentuk tabulasi. b. Penentuan Lokasi : Lokasi penelitian ditentukan secara purposive atau dipilih secara sengaja. Karakteristik wilayah penelitian yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu kota Malang. Kota Malang sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur, merupakan kota yang perkembangannya cukup pesat. Selain itu kota Malang diarahkan sebagai kota pendidikan, pariwisata, dan kota industri. c. Penentuan Subjek Penelitian: Subjek penelitian ditentukan dan dipilih secara sengaja sesuai dengan karakteristik penelitian, yaitu: (1) pejabat pemerintah terkait; dan (2) warga masyarakat. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Bappeda Kota Malang; (2) pemerhati lingkungan, baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3) Kalangan LSM. d. Teknik Pengumpulan Data : Dalam penelitian ini, secara garis besar proses pengumpulan data menggunakan 3 (empat) metode pokok yang saling berkaitan dan melengkapi, yaitu : (1) Indeept Interview Teknik wawancara mendalam akan dilakukan baik terhadap subjek maupun informan, yaitu: (1) pejabat pemerintah terkait; dan (2) warga masyarakat. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Kepala Bappeda Kota Malang; (2) pemerhati lingkungan, baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3) Kalangan LSM. Hasil wawancara akan direkam dengan menggunakan alat rekam Walkman. (2) Observasi Teknik obeservasi dilakukan terhadap berbagai area ruang public yang ada di kota Malang. Observasi akan difokuskan pada kondisi dan karakteristik ruang public, penataan dan system pengelolan ruang publics, dsb. (3) Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untuk mengkaji dan menganalisis berbagai data, dokumen, arsip, dsb., yang berkaitan dengan ruang public di kota Malang.

13

(4) Teknik Angket (Skala) Adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa skala. Angket (skala) akan disusun dengan menggunakan pedoman skala Likert. Teknik ini digunakan untuk mengukur tentang sikap dan (persepsi), dan perilaku subjek terhadap kawasan ruang public.

e. Jadwal Penelitian:
Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan selama 5 bulan pada semester genap tahun akademik 2006/ 2007.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara spesifik, pemerintah kota Malang tidak memisahkan antara konsep penataan dan pengelolaan Ruang Terbuka Plubik dari Ruang Terbuka Hijau (RTH). Sehingga pembahasan tentang Ruang Terbuka Publik tercakup di dalam pembahasan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Secara umum hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Jenis dan peruntukkan kawasan ruang public di kota Malang Pengelompokkan ruang terbuka hijau, yang didalamnya tercakup pula ruang terbuka publik di kota Malang, di dasarkan atas bentuk, skala layanan dan pemanfaatannya. Berdasarkan bentuk, skala layanan dan pemanfaatannya, maka dikelompokkan sebagai berikut: (1) Ruang terbuka hijau dengan skala kota; bersifat pasif (tidak dipakai untuk kegiatan) maupun aktif (untuk kegiatan wisata/rekreasi); bentuk memanjang (jalur) maupun mengelompok; dimanfaatkan untuk taman kota; kebun bibit; hutan kota; rekreasi; pasar bunga; jalur jalan; bantaran sungai; jalur sepanjang rel KA. (2) Ruang terbuka hijau dengan skala kota: bersifat pasif berfungsi khusus sebagai monumen; gerbang kota; penanda/identitas kawasan (landmark). (3) Ruang terbuka hijau dengan skala lingkungan: lingkungan perumahan (perumahan kampung maupun pengembang); dimanfaatkan untuk interaksi sosial antar warga; keindahan lingkungan.

14

(4)

Ruang terbuka hijau dengan skala bangunan/tapak; halaman bangunan umum (perkantoran, hotel, restauran, pertokoan, dsb.) dan halaman rumah dengn tapak besar/sedang/kecil.

(5)

Lapangan/ruang terbuka sebagai pendukung/penyangga fungsi ruang terbuka hijau; seperti lapangan olahraga, lapangan parkir, makam, pekarangan, pertanian. Dari seluruh RTH yang ada di Kota Malang dapat dikelompokkan menjadi beberapa

kelompok RTH, yaitu antara lain: (1). RTH pada Jalur Jalan Kota: Kelompok RTH jalur jalan ini memiliki fungsi sebagai pengaman, pelindung, fungsi ekologi dan memiliki fungsi estetika kota. RTH jakur jalan ini terdiri dari antara lain: jalur utama (arteri) Kota, jalur jalan lingkar, jalur jalan penghuaung utara-selatan, jalur jalan penghubung timur-barat, jalur jalan khusus yang memiliki nilai-nilai historis misalnya jalur jalan kawasan perumahan kolonial, jalur-jalur jalan identitas kota yaitu jalur jalan Ijen dan jalur-jalur jalan sesuai dengan fungsnya yait jalur jalan arteri sekunder, jalur jalan kolektor sekunder dan jalurjalur jalan lokal sekunder. (2). RTH Taman Persimpangan Jalan, Monumen dan Gerbang Kota: Kelompok yang kedua adalah kelompok RTH Taman pada persimpangan jalur jalan, kelompok RTH ini memiliki fungsi estetika, maupun sebagai penanda bak tingkat kota maupun tingkat kawasan. Kelompok RTH ini memiliki beberapa tingkat layanan, yaitu dengan tingkat layanan kota, contoh yang sudah ada antara lain: Taman Gerbang Kota di Arjosari, Taman Tugu, Alun-alun, yang memiliki fungsi sebagai vokal point dan penanda kota, sedangkan taman persimpangan yang memiliki skope layanan wilayah atau sebagai identitas kawasan, misalkan taman persimpangan Tugu jam jalan Bandung, dll., dan Taman persimpangan jalan di perumahan yang memiliki fungsi sebagai penanda lingkungan, dan lain-lain. (3). RTH Taman: RTH Taman lebih banyak memiliki fungsi sosial dan estetika, dan ekologi. RTH taman ini dapat bersifat aktif, maupun pasif, RTH taman yang bersifat aktif ini dapat berskala kota mupun dapat berskala lingkungan.

15

Contoh taman kota yang sudah ada dan berskala kota antara lain taman wisata rakyat berada di belakang balai kota, taman Senaputa, pasar burung dan tanaman hias, dan lain-lain, sedangkan taman yang berskala lingkungan yang sudah ada antara lain: taman-taman yang berada di lingkungan pemukiman atau perumahan yang sering dipakai untuk kegiatan sosial maupun olah raga, misalkan RTH taman di perumahan Blimbing Indah, dan lain-lain. (4) Lapangan Olahraga dan Makam: RTH lapangan olah raga dan makam lebih banyak memiliki fungsi sosial dan ekologi dari pada fungsi yang lain. RTH yang berupa lapangan olah raga maupun makam dapat diklasifikasikan sebagai RTH dengan skope layanan kota maupun dapat dikelompokkan sebagai RTH dengan skope layanan kawasan atau lingkungan. Lapangan olah raga atau makam yang sudah ada dan memiliki skope layanan kota antara lain: Velodrome, stadion Gajayana, GOR Ken Arok, Lapangan Rampal, Makam Samaan, dan lain-ain, sedangkan lapangan olah raga dan makam yang sudah ada dan memiliki skope layanan lingkungan antara lain makam-makam desa banyak tersebar di wilayah kota Malang, lapangan olah raga di lingkungan pemukiman yang di kelola oleh masyarakat setempat. (5) Hutan Kota dan Kebun Bibit: Kelompok yang ke lima ini memiliki fungsi sebagai penyangga kawasan dan resapan air, dan memiliki skope layanan kota, kelompok ini adalah Hutan kota dan kebun bibit, contoh yang sudah ada adalah hutan kota malabar, hutan kota di jalan Jakarta, jalan Kediri, jalan Indragiri dan hutan kota yang ada di jalan Hamid Rusdi, serta Kebun Bibit yang ada di kecamatan Sukun. (6) RTH Pengaman Jakur KA, SUTT, Sungai, dan Buffer Zone: Kelompok RTH ini memiliki fungsi sebagai pengaman kawasan, penyaring polusi dan lain-lain. RTH ini akan di tempatkan pada seluruh jalur KA, SUTT dan sungai-sungai yang ada di kawasan kota Malang. Sedangkan buffer zone akan ditempatkan pada kawasan industri, dan batas kota.

16

b. Kebutuhan masyarakat akan ruang publik di kota Malang Data luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) hasil pengamatan lapangan, meliputi: RTH pada jalur tengah jalan, RTH lapangan olahraga, RTH pada monumen kota, RTH taman lingkungan, kebun bibit dan hutan kota yang dikelompokkan di tiap kecamatan.

Tabel: Rekapitulasi Luas Ruang Terbuka Hijau Di Kota Malang

No.

Kecamatan

Luas (Ha) Kawasan Jalur Hijau

Luas RTH (m2) Taman Kota 259.715 4.075 77.858 7.718 16.670 366.036 Taman Lingkungan 63.180 16.306 14.272 9.942 27.773 131.433 Lainlain 98.455 165.463 276.940 107.871 77.925

Total (m2)

1. 2. 3. 4. 5.

Klojen Blimbing Sukun Lowokwaru Kedungkandang Jumlah

883,00 1.776,65 2.096,57 2.260,00 3.989,44 11.005,66

20.635 10.588 12.467 26.479 8.900 79.069

441.985 196.432 381.537 152.010 131.228

726.654 1.303.192

Sumber: Data Hasil Penelitian

Perhitungan kebutuhan ruang terbuka dilakukan dengan pendekatan sesuai ketentuan dalam pedoman teknis pembangunan perumahan dan sarana lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, dimana perhitungan dilakukan berdasakan jumlah penduduk yang dilayani. Besarnya jumlah penduduk yang dilayani pada program pengembangan RTH Masterplan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota Malang ini diperhitungkan dengan perkiraan proyeksi jumlah penduduk 10 (sepuluh) tahun ke depan, sampai dengan tahun 2016. Dari hasil analisa dapat dirumuskan hasil perhitungan luasan ruang terbuka hijau di kota Malang, melalui pendekatan jumlah penduduk yang diproyeksikan tahun 2016 dan pendekatan persentase luasan wilayah (data RTRW kota Malang) adalah sebagai berikut:

17

Tabel 2: Perbandingan Kebutuhan RTH Kota Malang Berdasarkan Jumlah Penduduk dan Luasan Kawasan di Tiap Kecamatan Perhitungan Luas RTH (m2) Cadangan RTH Kota Berdasarkan Jumlah Luas kawasan Penduduk 1.805.821 763.050 30% dari luas total kota Malang 2.847.931 1.463.800 termasuk untuk konservasi pertanian; 2.944.065 1.922.788 dsb. 3.349.550 2.418.920 3.070.639 14.018.006 3.779.462 10.348.020 33.000.000

No.

Kecamatan

1. 2. 3. 4. 5.

Klojen Blimbing Sukun Lowokwaru Kedungkandang

Jumlah Sumber: Data hasil Penelitian

Dari data tersebut, tidak diketahui secara rinci berapa luas wilayah yang secara khusus diperuntukkan bagi areal ruang terbuka publik. Menurut sumber lain, luas areal untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Malang pada saat ini hanya tinggal 2,8% saja dari luas wilayah Kota Malang.

c.

Konsep kebijakan pemerintah dalam menyusun Rencana Tata Ruang (RTR) ruang public di kota Malang Sebagai daerah urban, pada umumnya didominasi oleh kawasan terbangun terdiri dari

perumahan, fasilitas umum, dan industri. Dari beberapa fasilitas yang ada, perumahan memiliki luasan yang relatif mendominasi dari pada komponen guna lahan lainnya. Fasilitas ini tersebar pada kawasan pusat kota yag meliputi Kecamatan Klojen, Sukun, dan Blimbing. Sedangkan komponen guna lahan sawah dan tegalan terletak di pinggiran kota, yang meliput Kecamatan Kedungkandang dan Lowokwaru. Pola penggunaan lahan di Kota Malang, sesuai dengan jenis kegiatannya dan kebijakan pengaturan kepadatan penduduk, adalah sebagai berikut: (1) Kantor pemerintah, cenderung berlokasi di pusat pertumbuhan kota.

18

(2) Perumahan, secara linier berada di sepanjang jalur transportasi, sedangkan untuk pemukiman baru, titik tolak penyediaan lahan kawasan perumahan didasarkan pada pola pengembangan yang diinginkan, menempati kawasan pinggiran kota. (3) Perdagangan dan jasa, sifat polanya menyebar di lokasi permukiman maupun berkelompok pada kawasan strategis (pusat kegiatan kota). (4) Industri/pergudangan, penyediaan lahan didasarkan pada keuntungan yang diperoleh, dampak lingkungan yang ditimbulkan, serta kaitannya dengan kegiatan pendukung lainnya. (5) Fasilitas sosial, sebagai elemen pelayanan masyarakat, jenis dan lokasinya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani serta jarak pencapaiannya.

Khusus untuk arahan lokasi pengembangan permukiman dan perumahan, dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Pada bagian Utara Kota Malang lokasi pengembangan permukiman diarahkan pada sekitar kelurahan Balearjosari, Tasikmadu, Tunjungsekar, Tunggulwulung, dan Purwantoro. (2) Pada bagian Barat Kota Malang, lokasi pengembangan permukiman diarahkan pada sekitar Kelurahan Merjosari, Karangbesuki, Pisangcandi, Bandungrejosari, dan Mulyorejo. (3) Pada bagian Selatan Kota Malang, lokasi pengembangan permukiman diarahkan pada sekitar Kelurahan Gadang, Bumiayu, Tlogowaru, dan Wonokoyo. (4) Pada bagian Timur Kota Malang, lokasi pengembangan permukiman diarahkan pada sekitar Kelurahan Sawojajar, Madyopuro, Cemorokandang, Lesanpuro, Kedungkandang, dan Buring.

d. Konsep penataan dan pengelolaan kawasan ruang public di kota Malang Konsep penataan dan pengelolaan kawasan Ruang terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Public di kota Malang, adalah sebagai berikut: a. Pusat kota sebagai pusat pertumbuhan, banyak taman/ruang terbuka hijau yang memiliki nilai historis. Pemeliharaan dan pengembangan lokasi ini penting untuk mendukung RTH sebagai ikon kota.

19

b. Jalur jalan utama arah Utara-elatan, Timur, dan arah Barat, diposisikan sebagai jalur utama kota dengan RTH mediaan (lebar) jalan. c. Rencana jalan lingkar (luar) maupun lingkar dalam menjadi jalur pembagi Wilayah Kota Malang, RTH pada ruang jalan ini diposisikan di median jalan, atau berm jalan dengan pohon khusus sesuai yang sudah ada pada lokasi jalur jalan. d. RTH di sebarkan merata mengelilingi kawasan kota, dengan pertimbangan menyebarkan kebutuhan oksigen merata ke seluruh kawasan kota Malang. e. Buffer Zone kawasan, ditempatkan mengelilingi kawasan industri, dan kawasan TPA. Dengan tujuan sebagai pelidnung terhadap polusi lingkungan baik polusi udara, suara juga berfungsi sebagai penyangga kawasan industri dan penetralisir polusi lingkungan. f. Buffer Zone Kota, ditempatkan mengelilingi batas kota dengan kawasan lain di luar kota, dengan tujuan sebagai pelindung kota dan sebagai batas fisik kota.

e. Konsep disain (rancangan) penataan dan pengelolaan ruang publik kota Malang Prototipe desain Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Publik sesuai jenis jenis dan lokasinya disajikan sebagai gambaran visual: a. Prototipe Taman Jalur Jalan Taman Jalur Jalan meliputi: penghijauan pada berm jalan, dan median jalan, seperti : taman median lebar, taman median sempit, taman berm dengan trotoar, dan taman berm tanpa trotoar. b. Prototipe Taman Kota Taman kota meliputi: hutan kota, kebun bibit, taman pengisi ruang persimpangan jalan, taman pengisi ruang monumen/sculpture. c. Prototipe Taman Lingkungan Taman lingkungan meliputi: taman pengisi ruang persimpangan jalan lingkungan, sudut jalan lingkungan, taman pengisi ruang lokasi monumen/sculpture/papan pengumuman.

Selanjutnya, berkaitan dengan strategi pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Publik di Kota Malang, meliputi: (1) penataan RTH sesuai fugsinya: estetika, ekologis, rekreatif, dan edukatif; (2) Penanaman pohon sesuai jenis dan fungsi

20

RTH;

(3)

Penempatan

RTH

sebagai

pendukung

identitas

kawasan;

dan

(4)

Pengelompokkan RTH sesuai fungsi, hirarki, dan skala ruang lingkungannya.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan: Dari analisis terhadap data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Dalam konsep perencanaan penggunaan kawasan kota, pemerintah kota Malang belum secara jelas merinci antara kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan kawasan Ruang Terbuka Publik. (2) Secara konseptual alokasi luas wilayah untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Malang sudah mencukupi kebutuhan, namun seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan kota Malang, telah terjadi penggunaan areal Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk kepentingan publik menjadi kepentingan privat. Sehingga kawasan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Publik di Kota Malang tinggal kurang dari 30%. (3) Konsep dan disain penataan kawasan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Publik di Kota Malang, meliputi: (1) prototipe taman jalur jalan; (2) Prototipe Taman Kota; dan (3) Prototipe Taman Lingkungan.

b. Saran: Saran-saran yang dapat diberikan meliputi: (1) Pemerintah kota Malang perlu memperhatikan penataan dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Publik, sehingga tidak terjadi peruntukkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Publik menjadi kepentingan ruang privat. (2) Dalam hal penataan Ruang Terbuka Publik, agar pemerintah memperhatikan secara sungguh-sungguh sehingga masyarakat (warga kota) dapat memanfaatkanya baik untuk kepentingan rekreasi (santai), olah raga, menjalin relasi sosial, dsb.

21

6. DAFTAR PUSTAKA
Gerungan, WA. 1996. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco. Habib, A., & Sukmana, Oman. 2002. Model Interaksi Sosial dalam Lingkungan Bauran Etnis Arab-Jawa: Studi di Kampung Embong Arab, Kota Malang). Malang: Lemlit UMM. Kurnianto, Y.C. 2007. Tragis, Ruang Terbuka Hijau Hanya Dianggap Pelengkap (Online),(http://air.bappenas.go.id/openPDF.php?fn=doc/pdf/klipping/Tragis% 20Ruang%20Terbuka%20Hijau%20Hanya%20Dianggap%20Pelengkap.pdf, Diakses tanggal 4 Desember 2007). Irwanto. 1998. Focus Group Discussion :Suatu Pengantar Praktis. Jakarta : Pusat kajian pembangunan masyarakat - Unika Atmajaya. Lawang, Robert M.Z. 2004. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik: Suatu Pengantar. Jakarta: FISIP UI Press. Moleong, Lexy J. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mardalis. 1998. Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara. Purba, Jonny. 2002. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Rudy. 2007. Hilangnya Ruang Publik: Ancaman Bagi Kapital Sosial di Indonesia (Online), (http://1o.ppi.-jepang.otg/article.php?id=177, diakses tanggal 4 Desember 2007). Salim, Agus (Peny.). 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana. Salim, S.A. & Pratiwi, W.D. 2007. Bangunan Komersial, Olahraga, dan Pendidikan serta Ruang Terbuka Perkotaan sebagai Ruang Remaja Kota: Needs Assesmsnet, Studi kasus Kota Bandung. Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan (Online), Volume 1, (http://www.fts.itb.ac.id/wpcontent/uploads/2006/08/Bangunan%20komersial.pdf, diakses tanggal 4 Desember 2007). Sanapiah Faisal. 2001. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sarwono, Sarlito, W. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia. Singarimbun, Masri, & Sofian Effendi (ed.). 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. *****

22

LAMPIRAN I: BIODATA LENGKAP

I. Ketua Peneliti: a. Identitas : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Nama Nip. Tempat/Tgl. Lahir Jenis Kelamin Pangkat/Gol. Jabatan Fungsional Jabatan Struktural Bidang Keahlian Oman Sukmana, Drs., M.Si. 132.001.833. Sumedang/ 09 Pebruari 1966 Laki-Laki Pembina/ IV-a Lektor Kepala Pembantu Dekan III FISIP UMM - Ilmu Kesejahteraan Sosial - Psikologi Sosial & Psikologi Lingkungan 9. Alamat Kantor Bidang Kemahasiswaan UMM Jl. Raya Tlogomas No. 246, Malang. Tlp./Fax.: (0341) 464320 10. Alamat Rumah Pondok Bestari Indah, Blok C-5 No. 268, Rt 02/Rw XI, Klandungan, Landungsari, DAU, Malang, Jawa Timur. Tlp.: (0341) 463128; Hp. : 08123200709 11. Alamat e-mail oman@umm.ac.id

b. Riwayat Pekerjaan: No. Pekerjaan 1. 2. 3. Dosen PNS Dpk. di FISIP UMM Pembantu Dekan III FISIP UMM Sekretaris Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP UMM.

Tahun 1991 s/d sekarang 1999 s/d 2009 1998 s/d 1999

Ket.

23

c. Pendidikan (S-1 ke atas) : No Tempat Kota/Negara Pendidikan 1. S-1 FISIP UNPAD Bandung/Indonesia S-2 PROGRAM PASCASARJANA UNPAD

Tahun Lulus 1991

Bidang Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial

2.

Bandung/Indonesia

1997

Psikologi Sosial

d. Mata Kuliah yang Dibina: No. Nama Mata Kuliah 1. Psikologi Lingkungan 2. Metode Pekerjaan Sosial 3. Metode Penelitian Sosial 4. Tingkah laku Manusia dan Lingkungan Sosial 5. Etika Profesi 6. Sosiologi dan Politik Ekonomi

Fakultas/Jurusan Psikologi FISIP/Kesejahteraan Sosial FISIP/Ilmu Komunikasi FISIP/Kesejahteraan Sosil FISIP/Kesejahteraan Sosial Ekonomi

Ket.

e. Jumlah Mahasiswa S-1 yang telah dibimbingan Skripsi : 90 mahasiswa f. Pengalaman Riset : No. Judul Riset Pengaruh Modeling dan Reinforcement dari Kyai terhadap Tingkah 1. Laku Prososial Santri (Penelitian DPP UMM) 2. Hubungan Antara Persepsi Mengenai Nilai-Nilai Sosial Kemasyarakatan dalam Islam dengan Prasangka Sosial (Penelitian DPP UMM) Pengaruh Kepadatan Sosial dan Persepsi tentang Lingkungan Sosial Daerah Kumuh Perkotaan terhadap Perilaku Agresivitas Remaja (Penelitian DPP UMM) Proses Asimilasi Sosial dalam Komunitas Masyarakat Bauran Etnis Arab-Jawa (Penelitian Dosen Muda/Dikti)

Tahun 1998

1999

3.

2000

4.

2002

5.

2002 Model Interaksi Sosial dalam Masyarakat Lingkungan Bauran Etnis Arab-Jawa (Studi di kampung Embong Arab Kota Malang) (Penelitian Dasar/Dikti) 2002 Profil dan Proses Pengelolaan Badan Pelayanan Sosial Panti Asuhan Muhammadiyah (Studi pada Panti Asuhan Muhammadiyah di Lingkungan Daerah Muhammadiyah Kota Malang) (Penelitian Bidang Ilmu/DPP UMM)

6.

24

7.

Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Lingkungan Hutan Melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Batu. (Penelitian P2U/DPP UMM) Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pedesaan Melalui Pengembangan Institusi dan Modal Sosial Lokal (Studi pada masyarakat miskin pedesaan di wilayah kecamatan Pujon, Kabupaten Malang) (Penelitian PBI/DPP UMM) Pola Mekanisme Efektif Program Penyaluran Kompensasi Subsidi BBM (PKPS-BBM) bagi Masyarakat Miskin Pedesaan (Studi terhadap pelaksanaan program BLT di wilayah kecamatan Ngajum, kabupaten Malang) (Penelitian P2U/DPP UMM) Efektifitas Program Penyaluran Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM) Bidang Kesehatan bagi Masyarakat Miskin Pedesaan (Studi di Wilayah Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang). Model Pengelolaan Lingkungan Binaan Desa Wisata Bunga pada Kawasan Ekowisata (Studi di Desa Sidomulyo, Kota Batu).

2004

8.

2005

9.

2005

10.

2006

11.

2006

12.

KONSEP PENATAAN DAN PENGELOLAAN RUANG PUBLIK PADA WILAYAH PERKOTAAN (Studi di Wilayah Kota 2007 Malang) (PDK/DPP UMM) KONSEP PENGELOLAAN LINGKUNGAN BINAAN DESA WISATA ADAT DAN DESA WISATA BUNGA PADA 2007 KAWASAN EKOWISATA (Studi di Desa Punten dan Desa (dalam Sidomulyo, Kota Batu-Malang) (DIKTI/ Penelitian proses Fundamental/2007) penelitian)

13.

g. Publikasi : No. Karya Ilmiah Dasar-Dasar Psikologi Lingkungan (Buku, Penerbit Bayu Media, 1998). 1. 2. 3. 4. Etika Profesi Pekerjaan Sosial (Buku, Penerbit Aditya Media, 1999). Psikologi Sosial (Diktat Kuliah, 2001). Perilaku Beragama dalam Perspektif Psikologi Modern (Jurnal Ilmiah Bestari,

25

1997). 5. Pengangguran dan Kesejahteraan Sosial (Jurnal Ilmiah Bestari No. 25 Thn XI, Januari-April, 1998). Reformasi dan Agenda Politik Indonesia (Jurnal Ilmiah Bestari No. 25 Thn XI, September-Desember 1998). Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial (Buku Ajar, tahun 2002). Kekeradan Masa dalam Persfektif Psikologi Kriminal (Jurnal Legality, Jurnal Ilmiah Hukum, Volume 10 nomor 2, September 2002-Januari 2003. Pengaruh Kepadatan Sosial dan Persepsi tentang Lingkungan Sosial daerah kumuh Perkotaan terhadap Perilaku Agresif Remaja (Jurnal Psikodinamik, Volume 7, No. 1, Januari 2005). Sosiologi dan Politik Ekonomi (Buku, edisi pertama Nopember tahun 2005, UMM Press). Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pedesaan melalui Pengembangan Institusi dan Modal Sosial Lokal (Jurnal Humanity, Volume I, Nomor 1, September 2005). Model Interaksi Sosial dalam Masyarakat Lingkungan Bauran Etnis Arab-Jawa (Jurnal Publica, Volume 2 Nomor 1, Januari 2005). Metode Pekerjaan Sosial (Buku Ajar, 2006)

6.

7. 8.. 9.

10.

11.

12.

13.

Malang,

Mei 2007

Oman Sukmana, Drs., M.Si.

*****

26

Anda mungkin juga menyukai