Anda di halaman 1dari 40

UNSUR PERENCANAAN KOTA

D I S U S U N

OLEH :

ANKA AYUDHIA 100406069 Anka.ayudhia@yahoo.com

BAB I PENDAHULUAN 1. KOTA a. Pengertian Kota Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri.

Kota di India, New Delhi Pengertian "kota" sebagaimana yang diterapkan di Indonesia mencakup pengertian "town" dan "city" dalam bahasa Inggris. Selain itu, terdapat pula kapitonim "Kota" yang merupakan satuan administrasi negara di bawah provinsi. Artikel ini membahas "kota" dalam pengertian umum (nama jenis, common name). Kota dibedakan secara kontras dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya,kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum. [rujukan?] Desa atau kampung didominasi oleh lahan terbuka bukan pemukiman.

b. Fungsi Kota Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan dan fungsi yang lebih luas lagi antara lain sebagai berikut :
Sebagai pusat produksi (production centre). Contoh: Surabaya, Gresik, Bontang Sebagai pusat perdagangan (centre of trade and commerce). Contoh: Jakarta, Bandung, Hong

Kong, Singapura
Sebagai pusat pemerintahan (political capital). Contoh: Jakarta (ibukota Indonesia), Washington

DC (ibukota Amerika Serikat), Canberra (ibukota Australia)


Sebagai pusat kebudayaan (culture centre). Contoh: Yogyakarta dan Surakarta

c. Ciri fisik kota meliputi hal sebagai berikut: Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan Tersedianya tempat-tempat untuk parkir

Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga Ciri kehidupan kota adalah sebagai berikut: Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi sosial di antara warganya. Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalah dengan pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan. Warga kota umumnya sangat menghargai waktu. Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi. Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar. Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi.

d. Teori Struktur ruang kota . Teori-teori yang melandasi struktur ruang kota yang paling dikenal yaitu:
Teori Konsentris (Burgess, 1925)

Teori Konsentris Teori ini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central Business District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota. DPK atau CBD tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama, bagian paling inti atau RBD (Retail Business District) dengan kegiatan dominan pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan dengan peruntukan kegiatan ekonomi skala besar, seperti pasar, pergudangan (warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama (storage buildings). 1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business District), yang merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran yang bertingkat, bank, museum, hotel, restoran dan sebagainya. 2. Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosial ekonomi. Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman kumuh yang disebut slum karena zona ini dihuni penduduk miskin. Namun demikian sebenarnya zona ini merupakan zona pengembangan industri sekaligus menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya. 3. Zona permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini yaitu working men's homes. 4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan kelas proletar. 5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi.

6. Zona penglaju (commuters), merupakan daerah yang yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.
Teori Sektoral (Hoyt, 1939)

Teori Sektoral Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki pengertian yang sama dengan yang diungkapkan oleh Teori Konsentris. 1. Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kontor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan. 2. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan. 3. Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh. 4. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma. 5. Sektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat.
Teori Inti Berganda (Harris dan Ullman, 1945)

Teori Inti Berganda Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD adalah pusat kota yang letaknya relatif di tengahtengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu growing points. Zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota, berupa pusat fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat distrik spesialisasi pelayanan, seperti retailing, distrik khusus perbankan, teater dan lain-lain. Namun, ada perbedaan dengan dua teori yang disebutkan di atas, yaitu bahwa pada Teori Pusat Berganda terdapat banyak DPK atau CBD dan letaknya tidak persis di tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar. 1. Pusat kota atau Central Business District (CBD). 2. Kawasan niaga dan industri ringan. 3. Kawasan murbawisma atau permukiman kaum buruh. 4. Kawasan madyawisma atau permukiman kaum pekerja menengah. 5. Kawasan adiwisma atau permukiman kaum kaya. 6. Pusat industri berat. 7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran. 8. Upakota, untuk kawasan mudyawisma dan adiwisma. 9. Upakota (sub-urban) kawasan industri
Teori Ketinggian Bangunan (Bergel, 1955).

Teori ini menyatakan bahwa perkembangan struktur kota dapat dilihat dari variabel ketinggian bangunan. DPK atau CBD secara garis besar merupakan daerah dengan harga lahan yang tinggi, aksesibilitas sangat tinggi dan ada kecenderungan membangun struktur perkotaan secara vertikal. Dalam hal ini, maka di DPK atau CBD paling sesuai dengan kegiatan perdagangan (retail activities), karena semakin tinggi aksesibilitas suatu ruang maka ruang tersebut akan ditempati oleh fungsi yang paling kuat ekonominya.
Teori Konsektoral (Griffin dan Ford, 1980)

Teori Konsektoral dilandasi oleh struktur ruang kota di Amerika Latin. Dalam teori ini disebutkan bahwa DPK atau CBD merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan dan lapangan pekerjaan. Di daerah ini terjadi proses perubahan yang cepat sehingga mengancam nilai historis dari daerah tersebut. Pada daerah daerah yang berbatasan dengan DPK atau CBD di kota-kota Amerika Latin masih banyak tempat yang digunakan untuk kegiatan ekonomi, antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi lemah dan sebagian lain dipergunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran.
Teori Historis (Alonso, 1964)

DPK atau CBD dalam teori ini merupakan pusat segala fasilitas kota dan merupakan daerah dengan daya tarik tersendiri dan aksesibilitas yang tinggi.
Teori Poros (Babcock, 1960)

Menitikberatkan pada peranan transportasi dalam mempengaruhi struktur keruangan kota. Asumsinya adalah mobilitas fungsi-fungsi dan penduduk mempunyai intensitas yang sama dan topografi kota seragam. Faktor utama yang mempengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang menghubungkan CBD dengan daerah bagian luarnya.Aksesibilitas memperhatikan biaya waktu dalam sistem transportasi yang ada. Sepanjang poros transportasi akan mengalami perkembangan lebih besar dibanding zona di antaranya. Zona yang tidak terlayani dengan fasilitas transportasi yang cepat.

Secara garis besar ada tiga macarn proses perluasan areal kekotaan (urbansprawl) menurut Hadi Sabari Yunus, yaitu:

1. Perembetan konsentris Tipe pertama ini dikemukakan oleh Haevey Clark dengan. Jenis perembetan iniberlangsung paling lambat karena perembetan berjalan perlahan-lahan terbatas pada semua bagian luar

kenampakan fisik kota. Proses perembetan ini menghasilkan bentuk kota yang relatif kompak dan peran transportasi tidak begitu besar.

2. Perembetan memanjang Tipe ini dikenal dengan ribbon development linear yang menunjukkan, ketidak merataan perembetan areal perkotaan di semua bagian sisi luar dari kota utarna. Perernbetan paling cepal terlillat disepapJang jalur transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari dari pusat kota.

3. Perembetan yang meloncat Tipe ini dikenal sebagai leaf ftog development dan dianggap paling merugikan. Hal ini karena perembetan ini tidak efisien dalam arti ekonorni, tidak mempunyai estetika dan tidak. menarik. Perkernbangan lahan terjadi berpencaran secara sporadis dan menyulitkan pernerintah kota untuk membangun prasarana fasilitas kebutuhan hidup penduduknya. Tipe ini sangat cepat menimbulkan darnpak negatif terhadap kegiatan pertanian, memunculkan kegiatan spekulasi lahan, dan menyulitkan upaya penataan ruang kota.

2.Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pcrkembangan Kota

Aspek perkernbangan dan pengernbangan wilayah tidak dapat lepas dari adanya ikatanikatan ruang perkernbangan wilayah secara geograris. Menurut Yunus (1981) proses perkembang,ini dalam arti luas tercermin. Chapin (dalam Soekonjono, 1998) mengemukakan ada 2 hal yang mempengaruhi tuntutan kebutuhan ruang yang selanjutnva menyebabkan perubahan penggunaan lahan yaitu :

1. Adanya perkembangan penduduk dan perekonomian, 2. Pengaruh sisterm aktivitas, sistem pengembangan, dan sistem lingkungan. Variabel yang berpengaruh dalarn proses perkembangan kota menurut Raharjo (dalam Wdyaningsih, 2001), adalah:

Penduduk, keadaan penduduk, proses penduduk, lingkungan sosial penduduk

Lokasi yang strategis, sehingga aksesibilitasnya tinggi Fungsi kawasan perkotaan, merupakan fungsi dorminan yang mampu menimbulkan 4. Kelengkapan fasilitas sosial ekonomi yang merupakan faktor utama timbulnya perkembangan dan pertumbuhan pusat kota 5. Kelengkapan sarana dan prasarana transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas penduduk ke segala arah 6. Faktor kesesuaian lahan 7. Faktor kemajuan dan peningkatan bidang teknologi yang mempercepat proses pusat kota mendapatkan perubahan yang lebih maju.

3 Struktur Tata Ruang Kota

Struktur tata ruang kota dapat membantu dalam memberi pernahaman tentang perkernbangan suatu kota. Ada 3 (tiga) teori struktur tata ruang kota yang berhubungan erat dengan perk embangain guna lahan kota dan perkembangan kota, yaitu (Chapin, 1979).

A. Teori Konsentrik (concentriczone concept) yang dikemukakan EW.Burkss. Dalam teori konsentrik ini, Burgess mengemukakan bahwa bentuk guna lahan kota membentuk suatu zona konsentris. Dia mengemukakan wilayah kota dibagi dalam 5(lima) zona penggunaan lahan yaitu:

Lingkaran dalam terletak pusat kota (central business distric atau CBD) yang terdiri bangunanbangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar dan pusat perbelanjaan Lingkaran kedua terdapat jalur peralihari yang terdiri dari: rumah-rumah sewaan, kawasan industri, dan perumahan buruh Lingkaran ketiga terdapat jalur wisma buruh, yaitu kawasan perumahan untuk tenaga kerja pabrik

4.Lingkaran keempat terdapat kawasan perumahan yang luas untuk tenaga kerja kelas menengah 5.Lingkaran kelima merupakan zona penglaju yang merupakan tempat kelas menengah dan kaum berpenghasilan tinggi.

B. Teori sektor (sector concept) yang dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Dalam teori ini Hoyt mengemukakan beberapa masukan tambahan dari bentuk guna lahan kota yang berupa suatu penjelasan dengan penggunaan lahan permukiman yang lebih memfokusan pada pusat kota dan sepanjang jalan transportasi. Dalam teorinya ini, Hoyt membagi wilayah kota dalam beberapa zona, yaitu:

o o o o o

Lingkaran pusat, terdapat pusat kota atau CBD Sektor kedua terdapat kawasan perdagangan dan industri Sektor ketiga terdapat kawasan tempat tinggal kelas rendah 4. Sektor keempat terdapat kawasan tempat tinggal kelas menengah 5. Sektor kelima terdapat kawasan ternpat tinggal kelas atas.

C. Teori banyak pusat (multiple-nuclei concept) yang dikernukakan oleh R.D.McKenzie. Menurut McKenzie teori banyak pusat ini didasarkan pada pengamatan lingkungan sekitar yang sering terdapat suatu kesamaan pusat dalam bentuk pola guna lahan kota daripada satu titik pusat yang dikemukakan pada teori sebelumnya. Dalarn teori ini pula McKenzie menerangkan bahwa kota meliputi pusat kota, kawasan kegiatan ekonomi, kawasan hunian dan pusat lainnya. Teori banyak pusat ini selanjutnya dikembangkan oleh Chancy Harris dan Edward Ullman yang kemudian membagi kawasan kota menjadi beberapa penggunaan lahan, yaitu:

1. Pusat kota atau CBD 2 Kawasan perdagangan dan industri 3 Kawasan ternpat tinggal kelas rendah

4. Kawasan ternpat tinggal kelas menengah 5. Kawasan tempat tinggal kelas atas 6. Pusat industri berat 7. Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran 8. Kawasan tempat tinggal sub-urban 9. Kawasan industri suburban

Menurut Yunus, tipe-tipe struktur tata ruang kota diatas merupakan tipe struktur ruang yang berdasarkan pendekatan ekologikal. Pendekatan ekologikal memandang manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai hubungan interrelasi dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk penggunahn lahan yaitu merupakan proses bertempat tinggal, mengembangkan keturunan, dan tempat mencari makan (Yunus, 1999). Struktur tata ruang kota juga dapat dijelaskan berdasarkan pendekatan morfologikal, Beberapa sumber mengernukakan bahwa tinjauan terhadap morfologi kota. ditekankan pada bentuk-bentukfisikal dari lingkungan kekotaan dan hal ini dapat diamati dari kenampakan kota secara fisikal yang antara lain tercermin pada sistern jalan - jalan yang ada, blok-blok bangunan baik daerah hunian ataupun bukan (perdagangan/ industri) dan juga bangunan bangunan individual (Herbert, 1973 dalam Yunus,1999 J07). Ada tujuh pola struktur tata ruang kota. yang didasarkan pada pendekatan morfologikal ini (Hudson dalam Yunus, 2003) yaltu:

1. Bentuk satelit dan pusat-pusat baru. 2. Bentuk stelar atau radial 3. Bentuk cincin 4. Bentuk linier bermanik 5. Bwentuk inti/kompak 6. Bentuk memencar 7. Bentuk kota. bawah tanah

Apabila pola jalan sebagai indikator morfologi kota, maka ada tiga sistem pola jalan yang dikenal. (yunus, 2000: 142), yaitu: o o o Sistern pola jalan tidak teratur Sistim pola jalan radial koilswitris Sistem pola jalan bersudut siku/grid

4. Sejarah Perkotaan. Kota adalah wadah dan wajah masyarakat yang akan terus bertahan atau dipertahankan. Rumusan tersebut perlu adanya penegasan bahwa: - setiap kota pasti mempunyai sejarah; di mana, mengapa dan kapan didirikan, dibangun dan dipertahankan; - bagaimana kota itu mesti dibangun dan dikembangkan; - kegiatan perencanaan teknis dan non-teknis (simbolis dan nilai budaya). Dengan demikian perkembangan dan perubahan yang terjadi akan memberikan makna atau arti bagi kota itu sendiri. Perkembangan kota-kota telah terjadi dan pada akhirnya, memunculkan adanya dua teori: 1. Pertama, teori pemencaran (diffusionist theory) yang berpendapat bahwa gagasan pengembangan kota dipencarkan dari suatu wilayah peradaban atau kebudayaan ke wilayah lain di muka bumi ini. 2. Kedua, teori penemuan (inventionist theory) yang mengatakan bahwa gagasan pengembangan kota dapat saja timbul di suatu wilayah tertentu di muka bumiini. Menurut Giedeon Syoberg (1965), pola ruang sirkular, telah lama ada, mencerminkan adanya pemusatan kekuasaan dalam masyarakat pra-industri sebagai panutan dan pengendali, yang secara spasial maupun secara sosial, merupakan pola pusat dan pinggiran (center dan periphery). Ini berarti bahwa puncak kekuasaan berada di tengah ruang kota, dan semakin jauh dari tengah kota semakin rendah, sedangkan tentang pola ruang kota berbentuk papan catur atau grid (grid-pattern). Oleh Stanislawski (1946) ditegaskan, bahwa pola ruang grid telah dikembangkan berikut landasan konsepnya dan dipakai pada kota Mohenjo Daro, bukan pada kota-kota pertama atau lebih tua, seperti di wilayah Mesopotamia dan di lembah Nil. Menurut Spiro Kostof (1992), ciri-ciri kota adalah suatu tempat, berkembang dalam kelompok, mempunyai batas keliling, mempunyai berbagai jenis lapangan kerja, membutuhkan sumber daya, tergantung pada tata tulis, membutuhkan wilayah pendukung, memerlukan identitas monumental, terdiri atas manusia dan bangunan. Namun menurut cara pandang sistem ruang kota atau permukiman terdapat empat unsurunsur ruang yang saling berkaitan dan mendukung (Doxiadis 1968), yaitu 1. unsur ruang pusat (central part); 2. unsur ruang homogin (homogeneous part);

3. unsur ruang khusus (special part); 4. unsur jaringan sirkulasi (circulatory part). Hasil penelitian Sjoberg dan Stanislawski di atas, bisa mendasari asumsi berikut ini: Pada dasarnya kota-kota pra-industri di manapun mempunyai struktur dasar perkotaan yang sama, maka pengetahuan pembangunan kota dan patokan penataannya dapat dipinjam dapat dipinjam untuk pembangunan kota lain. Secara hipotetis kemudian dapat dikatakan bahwa segenap bentuk pengetahuan, konsep, dan patokan tata ruang kota yang dipinjam dari orang lain, dalam penerapannya bagi masyarakat sendiri akan memerlukan penyesuaian-penyesuaian. Ada atau tidaknya pengaruh luar terhadap pertumbuhan kota: 1.Pertama, penganut teori difusi (diffusion) atau penyebaran gagasan dan temuan teknologi (dispersionist atau diffusionist) dalam perkembangan kota. 2.Kedua, penganut keyakinan akan adanya simpul-simpul komunitas di muka bumi ini yang secara mandiri memiliki akal unggul (inventionist) pendorong lahirnya kotakota dapat dilihat melalui dua golongan, yaitu : golongan pertama, terjadinya kota merupakan regional. Namun lahir dan terjadinya sebuah gejala berantai, antar budaya dimuka bumi, berupa penyebaran. Pengembangan kota dipandang sebagai suatu cara untuk untuk mengatasi persoalan demografis dan geografis setempat. Golongan kedua, lahirnya suatu kota berdasarkan pemikiran atau penemuan masyarakat setempat, tanpa dipengaruhi faktor luar. Kelahiran kota disuatu wilayah dipandang sebagai peristiwa independen terhadap pengaruh luar.

Syarat Utama Kota Praindustri Dalam pemikiran Syoberg (1960), ada tiga prasyarat utama untuk dapat lahir dan berkembangnya kota praindustri, yaitu : 1, adalah lingkungan ekologis yang mendukung 2, adalah teknologi, dan 3, adalah organisasi yang memiliki struktur kekuasaan (power structure) nyata. Ketiga persyaratan di atas harus dipenuhi untuk melahirkan entitas komunitas yang disebut kota dapat dilihat melalui kerangka konsepsional kota praindustri: - lingkungan ekologis berupa lahan yang sesuai serta kondisi iklim yang cocok sangat diperlukan bagi kehidupan penduduk; dan - teknologi pertanian mendukung budidaya pertanian, mengatasi kebutuhan pergerakan manusia. Apa yang oleh Gordon Childe (1957), disebutkan sebagai pekerjaan umum (public works) meliputi prasarana perkotaan, seperti jalan, persediaan air (water supply) dan pematusan (drainage), kompleks permukiman dan bangunan-bangunan umum

peribadatan, candi dan monumen-monumen. Organisasi sosial yang cukup maju sebagai wahana ekonomi dan politik. Definisi kota praindustri menurut Spiro Kostof (1992) berkaitan dengan persoalan ruang, adalah: suatu tempat berkembang dalam kelompok, mempunyai batas keliling, mempunyai berbagai jenis lapangan kerja, membutuhkan sumberdaya, tergantung kepada tata tulis, membutuhkan wilayah pendukung, memerlukan identitas monumental, terdiri atas manusia dan bangunan. Batasan kota di atas lebih luas, dibanding rumusan sebelumnya yang diketengahkan oleh: Louis Wirth (1938); Gordon Childe (1957); Paul Wheatly (1975); Lewis Mumford (161); dan Giedeon Sjoberg (1965). Penelitian Giedeon Sjoberg (1965) dan Spiro Kostof (1992), memberikan rangkuman kesimpulan hipotetis yang lebih luas, di antaranya, yaitu bahwa kota-kota praindustri di mana saja, di Eropa, di India atau di Cina, mempunyai pola dasar keruangan yang sama, baik berkaitan dengan struktur sosial maupun struktur ekonomi, kecuali bagi unsur kota yang memiliki kandungan nilai budaya khusus. Adanya nilai budaya yang bersifat khas dalam masyarakat kota praindustri akan lahir pola kota yang khas pula. Pola Kota Papan Catur Pola kota papan catur yang populer disebut grid-iron pattern atau grid-pattern. Pola kota ini ditemukan, pertama kali digunakan sebagai pola kota Mohenjo Daro, wilayah sebelah barat India kuno (Stanislawski, 1946). Secara teoritis pemakaian pola ini didasari atas dua macam pertimbangan (Stanislawski, 1946): Pertama, adalah alasan efisiensi penggunaan ruang, berkaitan dengan anggapan bahwa bangunan pada umumnya berbentuk persegi (rectangular). Kedua, adalah alasan berkaitan dengan penyiapan jalan untuk keperluan barisan prosesi memanjang dan lurus (straight processional street). Dari Mohenjo Daro, pola kota ini menyebar ke berbagai wilayah, ke arah barat ke negara-negara Timur Tengah, seperti Yunani dan Romawi serta kemudian, ke negara Eropa lainnya, danke arah timur, meliputi bagian India lainnya, dan Cina. Penyebaran tersebut juga disertai segenap konsepsi, nilai manfaat strategis beserta persyaratannya. Selanjutnya, Stanislawski (1946) merumuskan beberapa butir pokok pola kota papan catur berikut ini: I. pola kota papan catur dikembangkan sebagai bagian dari pemusatan kekuasaan yang mengendalikan segi-segi kehidupan masyarakat (centralized control), terutama kontrol pemanfaatan tanah. pola kotakota yang baru dibangun sekaligus, dan tidak pernah untuk diterapkan dalam kasus pembangunan kembali (redevelopment) kota lama. pola papan catur dapat diterapkan dalam pembangunan kota-kota satelit atau kota berstatus koloni, seperti layaknya kotakota.

II.

III.

IV.

pola ini cocok untuk menyiapkan gubahan ruang kota yang menghendaki bagian-bagian ruang yang seragam bentuk dan ukurannya, terutama untuk bangunan gedung berbentuk rektangular. Agar pemanfaatan pola kota ini dapat memenuhi harapan, maka penguasaan konsepsi dan pengetahuan dibalik wujud fisik dan spasial pola kota papan catur dipergunakan hanya pada entitas induk dan anak permukiman adalah sangat penting. Sejarah Perkotaan Berupa Pembelajaran Kota besar seperti Roma dan London telah ada ribuan tahun, di era modern semenjak tahun 1800, telah menjadi bagian yang signifikan dari populasi total masyarakat yang berdiam di perkotaan. Pada tahun 1800, sekitar 3% dari populasi dunia tinggal di perkotaan, dari sekitar 5000 atau lebih; Di tahun 1900 proporsi tersebut meningkat menjadi 13,6%. Great Britain, membawa perhatian dunia, dengan urban proportion mencapai 80% di tahun 1921. Apakah dimaksudkan kota lebih menarik dalam masyarakat kita, dibanding pada periode awal sejarah. Apakah naiknya konsentrasi dari penduduk dimaksudkan bagaimana mereka berpikir dan bertindak? Di era modern, mengapa beberapa kota tumbuh dan menjadi makmur dan lainnya mandekatau menurun? Bagaimana kehidupan di metropolis, city, atau town berbeda dari kehidupan di village atau country? Membangun kota di abad ke-20-an Kota dan modernisme a. Proses dari urbanisasi Perkembangan perkotaan di abad ke-20 ditandai dengan munculnya giant urban agglomeration, housing millions of residents, dan spread out an immense amount of space. Jumlah terbesar adalah di Asia (lima kota) dan Amerika Latin (empat kota), dipimpin oleh Tokyo-Yokohama dengn 27 juta, dan Mexico City dengan 21 juta. b. Bentuk urban Aglomerasi besar selalu berhubungan pada city-regions, sebuah istilah yang dipopulerkan oleh Jane Jacobs. Aglomerasi ini termasuk keduanya, pusat kotakota. Bentuk dari city-region mempunyai karakter; - pada pusat kota lama; - konsentrasi yang sangat besar dari corporate towers; - dalam suburban; - kepadatan tempat tinggal rendah dan commercial sprawl; dan - pusat perbelanjaan sering kali di tengah. Sekarang dinamakan Edges Cities, technoburbs, yaitu merupakan:- kombinasi high-tech business, - dan beberapa fungsi-fungsi tempat tinggal serta komersial, - serta jauh dari pusat kota yang asli. City-regions umumnya bukan karena political, tetapi dibuat oleh lusinan pemerintah lokal yang berjuang dengan penuh semangat untuk mempertahankan independen dari pemerintah pusat,dan mereka bukan keseluruhan dari bagian unit sosial dan ekonomi yang

V.

sama. Ada empat karater dari American suburbanization: 1. low residential density; 2. high home ownership rate; 2. jarak yang tajam antara pusat kota yang relatif miskin dan wealthy suburbs; dan 3. the long length of daily journey to work. c. Arsitektur modern Arsitek dan perencana berpengaruh terutama sekali dalam menetapkan bentuk kota di abad ke-20. Para modernis menolak penggunaan historical allusion dalam arsitektur, dalam prinsip desain yang berhubungan pada bentuk-bentuk industri machine aesthetic. Pengaruh dari Le Corbusier (1887~1968), yang menekankan purity of form dalam desain. d. Lansekap sosial Percampuran etnik dan ras di kota-kota besar Kanada secara dramatis telah berubah dalam lima tahun terakhir (British dan Franch di Montreal). Corak multikultural dari kota-kota besar tidak seperti kota-kota kecil, towns, dan countryside, yang membuat sangat kontras antara mereka dan metropolis. lama dan komunitas suburban yang baru, yang telah tumbuh jauh melewati batas Persepsi budaya dalam urbanisme Persepsi kebudayaan dari kota-kota dapat digunakan pertama, untuk antropologi seperti ditegaskan oleh Clifford Geertz, The Interpretation of Culture (1973), seikat dari aktivitas dan nilai yang membentuk karakter dari masyarakat, dalam kasus ini adalah, masyarakat di perkotaan. Kedua, digunakan secara terbatas di mana budaya disamakan dengan seni dan kebiasaan, dan terutama dengan bidang melukis dan musik. a. Urbaniti sebagai sebuah budaya Lewis Mumford dalam The Culture of Cities (1938) melakukan pendekatan interdisipliner antara lain ahli filosofi, sejarah, kritik sastra, sosial, kritik arsitektur, dan perencana: 1. Dalam pandangannya, kota mempunyai creative focal points bagi masyarakat. Kotaadalah titik maksimum konsentrasi untuk power and culture dari komuniti; 2 . Kota dibentuk oleh budaya, tetapi sebaliknya kota dipengaruhi wujud dari budaya itu; 3. Kota dibentuk bersama-sama dengan langgam, menurut Mumford sangat manusiawi, dan merupakan greatest work of art. Di dalam kota, waktu menjadi visibel, dengan lapisanlapisan dari masa lalu yang masih bertahan pada buildings, monuments, dan public ways; 4. Max Weber, dengan peran budaya terhadap kota dalam The City (1905), mengatakan bahwa konsep kota menekankan kesopanan (urbanity) wujud kosmopolitan dari urban experience. Melalui wujudnya, sebuah kota dimungkinkan menjadi puncak dari individual dan inovasi, dan hal ini menjadi instrumen dari perubahan sejarah; 5. Dalam Community Design and the Culture of Cities (1990), Eduardo Lozanourbanity sama seperti city dengan civilization. Argumentasinya, bahwa urbane community (komunitas yang berbudi) adalah

salah satu yang menawarkan wargakota berbagai lifestyles kesempatan untuk memilih, bertukar dan interaksi. Lozano percaya bahwa, bentuk ideal era sebelumnya dari sejarah perkotaan, seperti order (aturan) dan diversity (perbedaan), harus diintroduksi kembali ke dalam kota-kota yang berkharakter membosankan dan membingungkan. William Sharpe dan Leonard Wallock dalam Visions of the Modern City (1983), dalam pengantarnya menjelaskan bahwa, kota telah terlihat sedikitnya sebagai pemandangan sosial dan psikologi, keduanya memproduksi dan merefleksikan kesadaran modern; 6. Contoh lain adalah issue spesial dalam Journal of Urban History berjudul Cities as Cultural Arenas. Beberapa tingkat dari urban self-perception menjelajah dari kota pencerahan (enlightenment) abad ke-18 ke idea kota decomposition di abad ke-20; 7. Konsep provokatif dari urbanity yang menekankan perbedaan-perbedaan daripada komunitas (Thomas Bender). Bender percaya bahwa, notion dari komunitas bukan salah satu yang efektif dapat diterapkan pada pusat-pusat perkotaan yang besar, bila oleh komunitas dimaksudkan ikatan dari penduduk dari kesamaan ketertarikan dan nilai-nilai. Argumentasinya, bahwa notion of the city secara kolektif didasari oleh perbedaan daripada kesamaan. melihat b. Seni sebagai budaya Hubungan antara kota-kota dan budaya dikembalikan pada asal dari kota itu sendiri. Penataan perkotaan memberikan kekayaan, kesenangan, dan konsentrasi dari penduduk yang kreatif memproduksi seni seperti di Renaissance Florence. 1.Witold Rybezynski mengatakan budaya telah menjadi industri besar di beberapa kota tua. Kota-kota tetap pada lokasi dari budaya yang paling utama museum, teater, auditorium, dan universitas, juga pabrik-pabrik dan beberapa kantor ada pada suburbans. Mereka menjadi tujuan wisata karena daya tarik budayanya; 2. Menurut Jon Caufield, beberapa lukisan terlihat menangkap atau melambangkan aspek krusial dari pengertian kota baru; 3. Public art secara tradisional memberikan rasa pada kota sebagai dunia kolektif dan tempat berbagi. Selalu terdapat patung yang menyimbolkan figur-figur mitologi sebagai even yang penting bagi negara atau kota pada masa lalu. Modernisme cenderung untuk menghancurkan peran budaya dari public art dengan merusak gagasan dari ruang publik sebagai lahan bersama. Ahli perkotaan c. Warisan sebagai budaya Bagian yang paling menonjol dari budaya kota-kota di Eropa adalah lingkungan binaan bersejarah. Di Amerika Utara, permukiman perkotaan selalu diberikan prioritas untuk tumbuh daripada mempertahankan masa lalu. Gertrude Stein menaksir kota-kota di wilayahnya merupakan tipikal dari perilaku modernis: New York, San Fransisco, dan Cleveland. Puncak pelanggaran terjadi di tahun 1960-an ketika beberapa bangunan di seluruh wilayah dihancurkan dengan alasan bahwa sudah lama bertahan dalam perjalanannya dan tidak dapat diselamatkan nilainya. Apa yang disebut dengan paradigm

shift, yang juga terjadi di tahun 1960-an, yaitu wargakota dan para professional untuk melihat kota-kota dengan cara pandang baru. Sebagai contoh, Jane Jacobs dalam The Death and Life of Great America Cities (1961) mengatakan, praktek perencanaan konvensional dengan memberikan saran/usulan/anjuran bahwa resep atau ketentuan perencana untuk merevitalisasi kota-kota pada kenyataannya akan membunuh mereka sendiri. Sebagai contoh: - Di New York, lahan/tanah menjadi pertempuran hebat melawan real estate, yang memandang preservasi bangunan bersejarah sebagai pelanggaran dari properti (milik) mereka. - Penghancuran stasiun Pensylvania di tahun 1963, walaupun secara luas dikampanyekan untuk dilindungi, surat kabar New York Times mengutuk hal itu sebagai monumental act of vandalism

BAB II TEORI A. Pengertian Perencanaan Kota Pengertian Perencanaan adalah cara berpikir mengenai persoalan-persoalan sosial dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa datang, berkembang dengan hubungan antara tujuan dan keputusan keputusan kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program. Beberapa ahli lain merumuskan perencanaan sebagai mengatur sumber-sumber yang langka secara bijaksana dan merupakan pengaturan dan penyesuaian hubungan manusia dengan lingkungan dan dengan waktu yang akan datang. Definisi lain dari perencanaanadalah pemikiran hari depan, perencanaan berarti pengelolaan, pembuat keputusan, suatu prosedur yang formal untuk memperoleh hasil nyata, dalam berbagai bentuk keputusan menurut sistem yang terintegrasi. Menurut Wilson, Pengertian Perencanaan merupakan salah satu proses lain, atau merubah suatu keadaan untuk mencapai maksud yang dituju oleh perencanaan atau oleh orang/badan yang di wakili oleh perencanaan itu. Perencanaan itu meliputi : Analisis, kebijakan dan rancangan. Ciri-ciri pokok dari perencanaan umum mencakup serangkaian tindakan berurutan yang ditujukan pada pemecahan persoalan-persoalan di masa datang dan semua perencanaan mencakup suatu proses yang berurutan yang dapat di wujudkan sebagai konsep dalam sejumlah tahapan. Karena tindakannya berurutan, berarti ada tahapan yang dilalui dalam perencanaan, antara lain :

1. Identifikasi Persoalan; 2. Perumusan tujuan umum dan sasaran khusus hingga target-target yang kuantitatif; 3. Proyeksi keadaan di masa akan datang; 4. pencarian dan penilaian berbagai alternative; 5. penyusunan rencana terpilih.

Syarat-Syarat perencanaan yang baik :


Logis, masuk akal; Realistik, nyata; Sederhana; Sistematik dan ilmiah; Obyektif; Fleksibel; Manfaat; Optimasi dan efisiensi.

Syarat-syarat perencanaan tersebut ada karena :


Limitasi dan kendala; Motivasi dan dinamika; Kepentingan bersama; Norma-norma tertentu.

Faktor-faktor dasar perencanaan :


Sumber daya (alam, manusia, modal, teknologi); Idiologi dan falsafah; Sasaran dari tujuan pembangunan; Dasar Kebijakan; Data dan metode; Kondisi lingkungan, sosial, politik dan budaya.

Perencanaan merupakan hal yang harus kita pahami ketika belajar mengenaiPerencanaan Wilayah dan Kota (PWK). Tanpa memahami makna dari perencanaan itu sendiri, perencanaan suatu wilayah atau kota tidak akan berjalan dengan lancar. Itulah catatan kuliah penulis tentang Pengertian atau definisi Perencanaan disertai dengan ciri - ciri, syarat, tahapan dan faktor perencanaan. Catatan berikutnya adalah tentang Paradigma Perencanaan dan Model - Model Perencanaan, Jenis Perencanaanserta landasan rasional perlunya perencanaan.

BAB III STUDI KASUS 1. PERECANAAN KOTA JAKARTA DEFINISI PANDUAN RANCANG KOTA (URBAN DESIGN GUIDELINES) (Menurut RTRW 2010 Pasal 1 Tentang Ketentuan Umum) Panduan Rancang Kota Adalah Panduan Bagi Perencanaan Kawasan Yang Memuat Uraian Teknis Secara Terinci Tentang Kriteria, Ketentuan-Ketentuan, PersyaratanPersyaratan, Standar Dimensi, Standar Kualitas Yang Memberikan Arahan Bagi Pembangunan Suatu Kawasan Yang Ditetapkan Mengenai Fungsi, Fisik Bangunan Prasarana dan Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial, Utilitas Maupun Sarana Lingkungan. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG YANG BERPEDOMAN PADA PANDUAN RANCANG KOTA (Menurut RTRW 2010 Pasal 44) Pemanfaatan Ruang Pada Sistem Pusat Kegiatan Perkantoran, Perdagangan dan Jasa Khususnya Pada Pusat Bisnis dan Pusat Perbelanjaan Dilaksanakan Berdasarkan Panduan Rancang Kota dan Panduan Pembangunan Kawasan PEMBAGIAN SISTEM PUSAT KEGIATAN (Menurut RTRW 2010 Pasal 44) Sistem Pusat Kegiatan Dapat Dibedakan Menjadi :

Sistem Pusat Kegiatan Utama


Sistem Pusat Kegiatan Utama menurut fungsi kawasan sebagai pembentuk struktur

ruang, yang terdiri dari :


Sentra Primer Baru Timur sebagai pusat pemerintahan kotamadya, perkantoran,

perdagangan dan jasa.


Sentra Primer Baru Barat sebagai pusat pemerintahan kotamadya, perkantoran,

perdagangan dan jasa.


Pusat Niaga Terpadu Pantura sebagai pusat niaga baru di bidang perdagangan,

jasa dan lembaga keuangan.


Sentra Primer Glodok sebagai pusat perdagangan elektronik.

Sentra Primer Tanah Abang sebagai pusat perdagangan tekstil. Pusat Niaga Terpadu Kuningan, Sudirman, dan Casablanca sebagai pusat perkantoran dan jasa keuangan. Pusat Niaga Terpadu Mangga Dua sebagai pusat perdagangan pakaian jadi. Pusat Niaga Terpadu Bandar Baru Kemayoran sebagai pusat eksibisi dan informasi bisnis.

Sistem Pusat Kegiatan Utama menurut fungsi khusus ditetapkan sebagai berikut :
Pusat Pemerintahan Nasional dan Propinsi di kawasan Medan Merdeka. Pusat Perwakilan Negara Asing di Kawasan Kuningan dan Jl. MH. Thamrin. Pusat Rekreasi : Taman Mini Indonesia Indah, Taman Impian Jaya Ancol,

Kepulauan Seribu, Taman Margasatwa Ragunan, dan Bumi Perkemahan Cibubur.


Pusat Olahraga di Senayan. Pusat Kesehatan di RS. Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Pusat

Angkatan Darat Gatot Subroto.


Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki. Pusat Distribusi barang di Tanjung Priok, Distribusi Bahan Bakar Minyak di

Plumpang, Pasar Induk Bahan Pangan di Kramat Jati, Cipinang, dan Rawa Buaya.

Sistem Pusat Kegiatan Penunjang menurut fungsi kawasan sebagai pembentuk struktur ruang dan menurut fungsi khusus ditetapkan pada Rencana Pengembangan Sistem Pusat Kegiatan Kotamadya.

PETA KOTA JAKARTA

(Vibiznews - Property) Pemerintah diharapkan dapat menciptakan suatu kota yang nyaman bagi setiap individu untuk dapat tinggal dan beraktifitas. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan kota yang terintegrasi dengan baik antara satu kawasan dengan kawasan yang lainnya, mengingat setiap kawasan memiliki fungsinya masing-masing dan saling melengkapi. Adapun menurut National Urban development Strategy (NUDS, 1985) terdapat 4 dasar fungsi kota; 1. Hinterland Services 2. Interregional communication 3. Goods processing (manufacturing) 4. Residential subcenters

Penggolongan Kota Berdasarkan Fungsi dan Skala Setiap kota di dunia selalu memiliki 4 dasar kegiatan fungsional tersebut, namun yang membedakannya adalah skala pelayanannya. Berdasarkan keragaman fungsi dan skala pelayanannya, kota-kota dapat digolongkan menjadi;

National Development Centers (NDC) Interregional Development Centers (IDC) Regional Development Centers (RDC) Local Service Centers (LSC)

Jakarta, salah satu kota National Development Centre (NDC)

Perkembangan suatu kota kini tidak dibatasi oleh satu golongan saja. Hal ini tidak memungkiri bahwa kota pada golongan Local Service Centers dapat berkembang menjadi Regional Development Centers dalam waktu beberapa tahun, tergantung perencanaan yang telah ditetapkan pemerintah. Namun pada dasarnya, kegiatan perencanaan suatu kota selalu bertujuan untuk mendukung aktivitas di dalamnya, yaitu:

Penyedian fasilitas umum yang memadai Penyedian fasilitas utilitas Penyedian perumahan (lokasi, distribusi, estetika) Penyedian sistem transpotasi

Perencanaan Kota dalam Tata Ruang Wilayah Di Indonesia, suatu rencana kota tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, yang tentunya dimiliki oleh setiap kawasan dari tingkat kecamatan sampai nasional. Berikut prosedur perencanaan kota di Indonesia berdasarkan UU No. 24 tahun 1992 :

Rencana tata ruang biasanya diperbaharui setiap 5 tahun sekali untuk kawasan setingkat kecamatan. Semakin luas kawasan yang ditangani, semakin panjang jangka waktu yang diperlukan untuk menyusun rencana baru, namun tetap diadakan evaluasi dalam jangka waktu yang ditentukan. Adapun penggolongan rencana menurut RTRW membagi skala kota menjadi 2 jenis, yaitu Perencananan Kota Nasional (PKN) dan Perencananan Kota Wilayah (PKW). Perencanaan Kota Nasional berlaku bagi kota yang memiliki ciri sebagai berikut:

Pusat yg mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional dan mempunyai potensi untuk mendorong daerah sekitarnya Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani nasional atau beberapa propinsi Pusat pengolahan/pengumpul barang secara nasional atau meliputi beberapa propinsi Simpul transportasi secara nasional atau meliputi beberapa propinsi Pusat jasa pemerintahan untuk nasional atau meliputi beberapa propinsi Pusat jasa-jasa kemasyarakatan yang lain untuk nasional atau meliputi beberapa propinsi

Perencananan PKW berlaku bagi kota yang memiliki ciri sebagai berikut:

Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yg melayani propinsi atau beberapa kabupaten Pusat pengolahan/pengumpul barang untuk satu propinsi atau meliputi beberapa kabupaten Simpul transportasi untuk satu propinsi atau meliputi beberapa kabupaten Pusat jasa pemerintahan untuk satu propinsi atau meliputi beberapa kabupaten Pusat jasa-jasa kemasyarakatan yang lain untuk untuk satu propinsi atau meliputi beberapa kabupaten

Sebagai contoh perencanaan kota di Jakarta, rencana struktur ruang sendiri terdiri atas, sistem pusat kegiatan, sistem dan jaringan transportasi, sistem prasarana sumber daya air dan sistem serta jaringan utilitas perkotaan. Rencana struktur ruang Provinsi DKI Jakarta merupakan perwujudan dan penjabaran dari rencana struktur ruang kawasan perkotaan.

Perencanaan kota-kota di Indonesia perlu dilakukan secara matang dan terpola. Maka dari itu diperlukan perencanaan yang memperhatikan kondisi fisik dan kondisi masyarakat yang ada. Kondisi fisik seperti fasilitas dan utilitas yang memadai, hunian yang sehat, dan sistem transportasi yang efisien dapat mendukung aktifitas masyarakat sehingga dapat menciptakan kota yang produktif. Selain itu, pembangunan kota-kota di Indonesia harus sesuai prosedur yang diatur dalam RTRW. Diharapkan dengan adanya kejelasan hukum dan tata guna lahan yang ada pada RTRW dapat diterapkan pelaksanaannya di berbagai daerah di Indonesia sehingga mendukung pertumbuhan kota-kota yang ada menjadi lebih cepat, tepat, dan optimal.

Transportasi Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia. Sebagai ibukota negara, Jakarta memegang posisi sangat penting dalam hal; politik, ekonomi, dan perdagangan. Kemacetan di Indonesia khususnya ibukota DKI Jakarta tidak dapat dihindari, terutama pada titik-titik persimpangan baik di jalan-jalan protokol hingga di jalan lingkungan. Sumber gambar : www.duniacyber.com Semakin hari, kemacetan di Jakarta semakin parah. Sistem transportasi yang buruk di sebagian besar wilayah Jakarta telah menimbulkan kemacetan sangat parah. Kerugian akibat macet dari perhitungan kemacetan menyebabkan waktu yang terbuang percuma (nilai waktu). Biaya bahan bakar, dan biaya kesehatan.

Berdasarkan data Yayasan Pelangi, kemacetan lalu lintas berkepanjangan di Jakarta menyebabkan pemborosan senilai Rp 8,3 triliun per tahun. Data yang sama diungkapkan Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Bambang Susantono, mengacu pada kajian Study on Integrated Transportation Master Plan for Jabodetabek (SITRAMP 2004). Perhitungan itu mencakup tiga aspek sebagai konsekuensi kemacetan, yakni pemborosan BBM akibat biaya operasional kendaraan senilai Rp 3 triliun, kerugian akibat waktu yang terbuang Rp 2,5 tri- liun, dan dampak kesehatan akibat polusi udara sebesar Rp 2,8 triliun.

kartun macet Angka kerugian akan terus meningkat secara gradual seiring kemacetan lalu-lintas yang semakin parah di Jakarta. Tingginya penggunaan kendaraan bermotor menjadi pemicu utama problem kemacetan di Jakarta. Bahkan, hingga saat ini tercatat jumlah kendaraan bermotor sudah mencapai 6,5 juta unit, di mana 6,4 juta unit atau 98,6 persen merupakan kendaraan pribadi dan 88.477 unit atau sekitar 1,4 persen adalah angkutan umum, dengan pertumbuhan kendaraan mencapai 11 persen setiap tahunnya. Sedangkan panjang jalan yang ada 7.650 Km dengan luas 40,1 Km2 atau 6,2% dari luas wilayah DKI, dengan pertumbuhan jalan hanya sekitar 0.01 % per tahun. Bandingkan dengan pertumbuhan kendaraan jalan, dari angka itu jelas pertumbuhan jalan tidak mampu mengejar pertumbuhan kendaraan, sehingga wajar saja terjadi kemacetan hampir di setiap ruas jalan. Dan tentunya kemacetan itu semakin lama akan semakin parah. (sumber gambar: Kokkangkampungkartun.blogspot.com) Jika prediksi awal disesuaikan dengan fakta lima tahun terakhir penambahan jumlah kendaraan di DKI Jakarta, dimana rata-rata pertumbuhan kendaraan bermotor tetap 11 % per tahun dan pertumbuhan rata-rata luas jalan tetap 0,01 % per tahun. Maka prediksi perbandingan antara luas jalan kendaraan di DKI Jakarta, pada tahun 2011 jumlah kendaraan berdasarkan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) terdaftar sebanyak 8.506.782 unit. Dari jumlah itu diasumsikan sebanyak 5.954.474 unit berada di jalan, maka luas kendaraan di jalan mencapai 40.105.222 m2. Padahal luas jalan pada

tahun 2011 itu hanya 40.093.774 m2. Apa yang akan terjadi di jalan, kemacetan total tak terhindarkan akan terjadi tentunya. Bahkan hasil Study on Integrated Transportation Master Plan (SITRAMP) oleh JICA/Bappenas menunjukkan : Jika sampai tahun 2020 tidak ada perbaikan yang dilakukan pada sistem transportasi Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok Tangerang dan Bekasi), maka estimasi kerugian ekonomi yang terjadi sebesar Rp. 28,1 Triliun dan kerugian nilai waktu perjalanan yang mencapai 36,9 Triliun. Melihat kondisi kemacetan di Kota Jakarta yang semakin hari semakin bertambah parah dan faktor kerugian yang tidak sedikit dari akibat kemacetan tersebut, tentunya kita tidak akan bisa tinggal diam. Strategi untuk mengatasi kondisi kemacetan di jalan-jalan Ibukota, harus segera dilakukan, melalui pengembangan system transportasi yang sustainable. Sistem transportasi yang berkelanjutan harus memperhatikan setidaknya tiga komponen penting, yaitu aksesibilitas, kesetaraan danpelestarian lingkungan. Upaya aksesibilitas yaitu perencanaaan jaringan transportasi dan keragaman alat angkutan dengan tingkat integrasi yang tinggi antara satu sama lain. Perbaikan sistem angkutan umum merupakan solusi utama yang harus segera dilakukan oleh Pemda DKI. Perilaku masyarakat yang lebih memilih kendaraan pribadi harus segera dirubah. Angkutan umum yang aman, nyaman dan tepat waktu serta terintegrasi satu sama lainnya merupakan pilihan lain paling logis yang dapat merubah perilaku tersebut. Angkutan umum yang baik juga memberikan peluang bagi semua lapisan masyarakat untuk melakukan perjalanan dengan biaya yang terjangkau dan aksesibilitas yang tinggi. Upaya kesetaraan melalui penyelenggaraan transportasi yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat, menjunjung tinggi persaingan bisnis yang sehat, dan pembagian penggunaan ruang dan pemanfaatan infrastruktur secara adil serta transparansi dalam setiap pengambilan kebijakan. Upaya pelestarian lingkungan dilakukan dengan memasukan unsur lingkungan sebagai pertimbangan utama dalam menentukan sistem manajemen transportasi atau juga moda transportasi yang akan digunakan, upaya ini dapat ditempuh melalui pertimbangan carrying capacitysuatu lingkungan terhadap kebijakan yang akan diambil, serta penggunaan moda transportasi yang ramah dan aman terhadap lingkungan.

Coba kita tengok negara sebelah kita, Singapore, yaitu salah satu negara dengan transportasi publik terbaik di dunia. Tersedia berbagai moda transportasi yang memungkinkan baik penduduk maupun turis menjelajah negara pulau ini secara efisien dan tepat waktu, mulai dari MRT (mass rapid transit), yakni berupa subway (kereta bawah tanah), light rail transit (LRT) dalam bentuk monorel atau kereta layang, serta bus rapid transit yang menggunakan jalur khusus.

Gambar kanan: MRT di Singapore (sumber) Bagaimana dengan kita ? pemborosan terjadi di jalan raya, fuel consumption terbuang percuma karena macet, waktu yang terbuang dengan sia-sia dan biaya kesehatan meningkat karena polusi udara yang tak terhindarkan.

Bandingkan sendainya Indonesia memiliki system transportasi yang baik dengan tersedianya moda transportasi umum seperti MRT (mass rapid transit), yakni berupa subway (kereta ba-wah tanah),light rail transit (LRT) dalam bentuk monorel atau kereta layang, serta bus rapid transit yang menggunakan jalur khusus berikut kebijakan transportasi lainnya menuju pengembangan system transportasi yang sustainable, meliputi pertimbangan aksesibilitas, kesetaraan dan pelestarian lingkungan.

2. PERENCANAAN KOTA BATAM

RENCANA KERJA TAHUN 2012 Rencana Kinerja Tahunan ( RKT ) merupakan dokuman yang berisi informasi tentang tingkat atau target kinerja berupa output dan atau outcome yang ingin diwujudkan oleh suatu organisasi pada satu tahun tertentu Rencana Kerja Kecamatan Nongsa Tahun 2012 mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Batam Tahun 2012. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Batam Tahun 2012 merupakan tahun dasar pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Batam maupun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Tahun 2011-2016. Berdasarkan pertimbangan diatas Pemerintah pusat mengeluarkan berbagai kebijakan/aturan antara lain undang-undang tentang Perencanaan Pembangunan daerah antara lain, Undang-undang Nomor 33 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan daerah, undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan ditetapkannya Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap SKPD harus menyusun Rencana Kerja (RENJA) Tahunan atau RKT secara sistematis, terarah, terpadu yang berpedoman pada RPJM Kota Batam tahun 2011-2016 MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dan tujuan RKT-SKPD Th.2012 di Kecamatan Nongsa adalah : 1. Sebagai pedoman pelaksanaan tugas dan kegiatan di Kecamatan Nongsa ; 2. Sebagai indikator bahwa kinerja yang dilakukan, apakah konsisten dengan proses dan ketentuan dalam rencana kerja Kecamatan ; 3. Untuk meningkatkan Kompetensi profesionalisme dan disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kecamatan Nongsa, agar bertanggung jawab, mampu, jujur, terarah dan terprogram, mengacu pada norma, standar, dan prosedur yang berlaku dengan didukung oleh sistem administrasi yang efektif dan efisien. 4. Terwujudnya Pelayanan Prima dalam melayani masyarakat. SASARAN Sasaran dalam Rencana Kinerja Tahunan ( RKT ) adalah sasaran yang telah ditetapkan pada Renstra, yang dipilih sesuai dengan sasaran untuk tahun yang bersangkutan, dengan disertai indikator dan rencana tingkat capaiannya ( targetnya ). Adapun sasaran Kecamatan Nongsa tahun 2012 adalah :

1. Terlaksananya agenda kegiatan tahunan yang mempertahankan nilai seni budaya lokal dan religius kecamatan Nongsa 2. Tersedianya kualitas aparatur yang memiliki kemampuan teknis sesuai dengan bidang tugasnya sehingga dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. 3. Tersedianya pengawasan pembangunan infrastruktur wilayah kecamatan Nongsa 4. Tersedianya perencanan pembanguan infrastruktur diwilayah kecamatan Nongsa yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat 5. Terwujudnya pelaksanaan pelayanan pegawai yang berkualitas, sehingga dapat meningkatkan kinerja aparatur. INDIKATOR SASARAN Indikator sasaran merupakan ukuran keberhasilan, prestasi (performance) sehingga kalau tercapai dapat menjadi kebanggaan dan kalau belum tercapai dapat dijadikan cambuk memacu prestasi dimasa berikutnya. Indikator kinerja Kecamatan Nongsa tahun 2012 adalah : 1. Terlaksananya kegiatan even tahunan dikelurahan dan kecamatan 2. Terlaksananya peningkatan kualitas aparatur 3. Adanya informasi data laporan perkembangan pembanguan infrastruktur diwilayah kecamatan 4. Adanya partisipasi masyarakat dalam perumusan program dan kebijakan publik 5. Terpenuhinya pelayanan kebutuhan administrasi dan operasional kantor setiap tahun 6. Tersedianya dan terpeliharanya sarana dan prasarana perkantoran PROGRAM Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta untuk memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Program merupakan rencana tindak (action play) yang terdiri dari kegiatan kegiatan spesifik yang harus dilaksanakan untuk mencapai masing masing sasaran. Sesuai dengan Renstra Kecamatan Nongsa Kota Batam program yang dilaksanakan Kecamatan Nongsa tahun 2012 adalah :

Program Peningkatan Pelayanan Keuangan Daerah

Program ini dimaksudkan untuk peningkatan penyediaan sarana administrasi perkantoran guna menunjang pelayanan administrasi perkantoran, kegiatan ini bersifat rutinitas kantor.

Program Pembangunan, Peningkatan dan Pengadaan Fasilitas Sarana dan Prasarana Perkantoran Program ini dimaksudkan untuk pembangunan/peningkatan sarana dan prasarana perkantoran pemerintah dengan kegiatan antara lain Penyediaan sarana dan prasarana pendukung perkantoran berupa pengadaan dan pemeliharaan peralatan kantor.

Program Peningkatan Kualitas dan Disiplin Sumber Daya Aparatur Program ini dimaksudkan untuk peningkatan dan pengembangan aparatur dan disiplin aparatur dalam melaksanakan tugas dilingkungan Pemerintah Kota Batam.

Program Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Program ini dimaksudkan untuk peningkatan kualitas perencanaan pembangunan Kecamatan Nongsa dengan melibatkan partisipasi masyrakat.

Program Pembangunan, pemeliharaan dan pengembangan Infrastruktur sarana dan Prasarana pemukiman dan Perumahan Program ini dimaksudkan terlaksananya kegiatan Pemberdayaan Masyarakat yang tepat sasaran

Program Pengembangan Wawasan kebangsaan Program ini dimaksudkan mampu meningkatkan rasa kebangsaan dan keagamaan bagi masyarakat Kecamatan Nongsa.

Visi dan Misi Kota Batam Visi Terwujudnya Kota Batam sebagai Bandar Dunia Madani yang Modern dan Menjadi Andalan Pusat Pertumbuhan Perekonomian Nasional

Misi 1. Mensukseskan misi pemerintah untuk mengembangkan Kota Batam sebagai Bandar Modern berskala internasional sebagai kawasan investasi dilengkapi dengan fasilitas

pusat perdagangan, kawasan industri besar, menengah kecil, koperasi, usaha rumah tangga, industri pariwisata, pusat perbelanjaan dan kuliner, hiburan, pengelolaan sumberdaya kelautan melalui kerjasama dengan Pengelola Kawasan dan pemangku kepentingan pembangunan lainnya.

2. Mengembangkan sistem pendukung strategis penataan ruang terpadu meliputi komponen fasilitas sarana dan prasarana sistem transportasi darat laut dan udara yang memadai, sistem telekomunikasi dan teknologi informasi (ICT) modern dan prima, ekosistem hutan kota, penataan lingkungan kota yang bersih, sehat, aman, nyaman dan lestari.

3. Meningkatkan pelayanan prima dalam hal pendidikan, kesehatan, perumahan yang layak dan terjangkau, ketenagakerjaan, sosial budaya, fasilitasi keimanan dan ketaqwaan, kepemudaan dan olahraga agar kualitas hidup manusia dan kecerdasan seluruh lapisan masyarakat meningkat serta pengentasan kemiskinan.

4. Menumbuhsuburkan kehidupan harmonis dan berbudi pekerti atas dasar nilai multi etnis, multi kultur, multi agama dan melestarikan nilai-nilai seni budaya melayu, kearifan lokal dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.

5. Mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa.

Data Geografis Kota Batam 1. Letak Kota Batam terletak antara : 0.25)_ - 1.15__ Lintang Utara 103.345_ - 104.26__ Bujur Timur 2. Batas Kota Batam berbatasan dengan : Sebelah Utara Selat Singapura Sebelah Selatan Kecamatan Senayang Sebelah Timur Kecamatan Bintan Utara Sebelah Barat Kabupaten Karimun dan Moro Kabupaten Karimun

3. Geologi Wilayah kota Batam seperti halnya Kecamatan-Kecamatan di daerah Kabupaten di Kepulauan Riau, juga merupakan bagian dari paparan Kontinental. Pulau-pulau yang tersebar didaerah ini merupakan sisa-sisa erosi atau penyusutan dari daratan pra tersier yang membentang dari semenanjung Malaysia/ pulau Singapore di bagian utara samapi dengan pulau-pulau Moro dan Kundur serta karimun di bagian selatan. Permukaan tanah di kota batam pada umumnya dapat digolongkan datar dengan variasi disana-sini berbukit-bukit dengan ketinggian maksimum 160 m diatas permukaan laut. Sungaisungai kecil banyak mengalir dengan aliran pelan dan dikelilingi hutan-hutan serta semak belukar yang lebat.. 4. Fisiografi Wilayah kota Batam terdiri dari 329 buah pulau besar dan kecil, yang letak satu dengan lainnya dihubungkan dengan perairan. Pulau-pulau yang tersebar pada umumnya merupakan sisa-sisa erosi atau pencetusan dari daratan pratersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia di bagian utara sampai dengan Pulau Moro, Kundur, serta Karimun di bagian selatan. Permukaan tanah di kota batam pada umumnya dapat digolongkan datar namun disana-sini berbukit-bukit, berbatu muda dengan ketinggian maksimum 160 meter di atas permukaan laut. Sungai-sungai kecil banyak mengalir dengan aliran pelan yang dikelilingi hutan-hutan serta semak belukar yang lebat. Dilihat dari perputaran arus yang ada maka perairan di kota Batam yang berada di selat malaka ini merupakan daerah subur bagi kehidupan perikanan dan biota lainnya. Perairan Kota Batam merupakan wilayah ekosistem perikanan Kepulauan Riau yang dipengaruhi oleh gerakan air yang berasal dari Samudera Hindia yang melewati Selat Malaka dan gerakan arus yang berasal dari laut Cina Selatan. Dalam ekosistem di wilayah kota batam ditemukan satwa liar yang terdiri dari 8 (delapan) jenis kelas mamalia, 16 (enam belas) heasevas dan partilia. Tipe habitat yang digunakan satwa liar ini yaitu : pantai, mangrove, rawa/danau, lading/kebun, hutan sekunder dan hutan primer. 5. Iklim Kota Batam mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum pada tahun 2006 berkisar antara 21,2 C 24,0 C dan suhu maksimum berkisar antara 29,6 C-34,1 C, sedangkan suhu rata rata sepanjang tahun 2006 adalah 25,6 C - 27,8 C. Keadaan tekanan udara rata rata untuk tahun 2006, minimum 1.006,14 MBS dan maksimum 1.014,1 MBS. Sementara kelembaban udara di Kota Batam rata rata berkisar antara 79 86 %. Dan kecepatan angin maksimum 15 - 28 knot atau rata rata kecepatan angin maksimal sebesar 4.5 knot. Banyaknya hari hujan selama setahun di Kota Batam pada tahun 2006 adalah 208 hari dan banyaknya curah hujan setahun 2.964,7 mm . a). Pulau Batam

415 Km2 (41.500 Ha) = 67% Luas Singapura. b). Singapura Terletak 20 Km disebelah Barat Laut pulau Batam, luas 620 Km2 (62.000 Ha). c). Pulau Bintan Terletak 10 Km di sebelah Timur pulau Batam, luas 1.100 Km2 (110.000 Ha) = 117% Luas Singapura. d). Pulau Natuna Terletak 550 Km disebelah Timur Laut pulau Batam,luas 1.720 Km2 (172.000 Ha) = 277% Luas Singapura. e). Pulau Bulan Terletak 2.5 Km di sebelah Barat Daya pulau Batam, luas 100 Km2 (10.000 Ha) = 16% Luas Singapura. g). Pulau Rempang Terletak disebelah Tenggara pulau Batam, luas 165.83Km2 (16.583 Ha) = 27% Luas Singapura. h). Pulau Galang Baru Terletak 180 m disebelah Selatan pulau Galang,luas 32 Km2 (3.200 Ha) = 5.2% Luas Singapura. i) Pulau Galang Terletak 350 m disebelah Tenggara pulau Rempang, luas 80 Km2 (8.000 Ha) = 13% Luas Singapura. j). Wilayah Barelang Pulau Batam, pulau Rempang, pulau Galang dan pulau-pulau disekitarnya 715 Km2 (71.500 Ha) = 115% Luas Singapura.

PETA KOTA BATAM

DAFTAR PUSTAKA

http://dokter-kota.blogspot.com/2012/08/pengertian-perencanaan.html http://id.scribd.com/doc/73049767/Jalur-Pedestrian-Sebagai-Pembentuk-KetertarikanKota-Tua-Jakarta www.wikipedia.com http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Peta_Jakarta.gif http://property.vibiznews.com/column/perencanaan-kota-di-indonesia/3536 http://skpd.batamkota.go.id/nongsa/rencana-kerja-tahun-2012/ http://www.google.co.id/imgres?q=peta+kota+batam&num=10&hl=id&biw=1280&bih=6 66&tbm=isch&tbnid=BQyMhbY5y731DM:&imgrefurl=http://www.indonesiatourism.com/riau-archipelago/map/batam-island.html&docid=CvKhg_DjIo2PM&imgurl=http://www.indonesia-tourism.com/riau-archipelago/map/batamisland-map.png&w=2340&h=2639&ei=EvCRUK6zBIfxrQf_goE4&zoom=1

Anda mungkin juga menyukai