Anda di halaman 1dari 3

Komplikasi Masalah dermatologi Masalah dermatologi ditemukan pada pasien bulimia nervosa, walaupun kurang dipedulikan, termasuk Russells

sign : terdapat penebalan atau scar pada punggung tangan yang disebabkan oleh penekanan jari terhadap gigi saat menginduksi muntah, lesi tersebut bisa menjadi permanen. Tanda ini biasanya terlihat pada stadium awal penyakit ini. Pada pasien kronis, cara menginduksi muntah biasanya dilakukan dengan menekan abdomen. Perbuatan melukai diri sendiri terkadang terlihat pada pasien dengan BN, contohnya menusuk diri dengan jarum, membakar kulit dengan api rokok. Masalah gastrointestinal Dental enamel erosi dan gigi yang sensitif terhadap suhu panas dan dingin pada makanan maupun minuman merupakan hal yang biasa ditemukan pada BN. Asam lambung menyebabkan enamel menjadi lebih lembut secara bertahap. Pasien harus diajarkan cara untuk mengurangi kerusakan enamel dengan cara membersihkan mulut setelah muntah, yaitu dengan alkalinisasi mulut dengan berkumur menggunakan soda kue yang dilarutkan dalam air dan menunggu selama 30 menit terlebih dahulu baru dibersihkan. Cairan panas dan dingin harus dihindari apabila menyebabkan nyeri pada gigi. Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter gigi, penyakit gusi juga sering didapatkan pada pasien ini. Kelenjar parotis dan submandibular seringkali membesar secara simetris dan juga terasa sedikit nyeri. Hipertropi parotid dan submandibular bisa terjadi akibat kebiasaan muntah, malnutrisi, dan disfungsi autonom. Cara utama untuk mencegah terjadinya pembesaran kelenjar tersebut adalah tidak menginduksi muntah, dengan demikian ukuran kelenjar parotis dan submandibular akan berkurang secara perlahan dalam beberapa bulan. Terapi lain yang bisa dilakukan adalah kompres hangat pada kelenjar tersebut, mencoba menggunakan pilocarpin oral untuk menstimulasi pengeluaran air liur.

Sebagai catatan, eritema pada konjungtiva, yang seringkali disertai dengan perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi akibat dari muntah. Hal ini terjadi karena terjadinya elevasi pada penekanan vena saat muntah. Batu empedu juga harus dipertimbangkan sebagai diagnosis diferensial pada AN dan BN yang datang dengan keluhan muntah atau nyeri perut kuadran kanan atas. Nyeri tersebut disebabkan oleh batu empedu, yang angka kejadiannya meningkat pada pasien yang mengalami penurunan berat badan. USG merupakan cara untuk menyingkirkan keberadaaan dari batu empedu tersebut. Konstipasi tidak jarang terdapat pada pasien BN. Pasien mengeluhkan perut kembung dan susah buang air besar, sering kali pasien mengatasinya dengan mengkonsumsi laksative. Hal tersebut justru dapat memperbukruk konstipasinya. Tidak jarang pasien justru mengkonsumsi laksative dengan pertimbangan bahwa dengan mengkonsumsi laksative maka berat badan akan semakin berkurang, sedangkan laksative memiliki efek samping terhadap motilitas kolon. Secara umum, dengan usaha pengembalian berat badan dan memperbanyak makan secara bertahap maka usus akan mengalammi perbaikan dalam waktu 3 minggu. Penatalaksanaan untuk konstipasi itu sendiri adalah dengan edukasi terhadap pasien agar minum air yang banyak 6-8 gelas perhari, serat dalam jumlah yang rendah yaitu 10 gram perhari, laktulosa jenis sintetik nonabsorbsi disakarida, 30-60 ml satu sampai dua kali perhari, kita juga perlu mempberi tahu bahwa walaupun pemberian laktulosa tersebut berasa sangat manis, pasien tidak perlu cemas akan penambahan kalori yang mungkin terjadi, karena obat tersebut tidak diabsobsi. Muntah yang dipaksakan dapat merusak permukaan esofagus, biasanya paling banyak terjadi pada sambungan antara esofagus dan lambung. Kadang terdapat muntah darah berwarna merah segar, yang dibarengi dengan isi lambung. Hal ini disebut Boerhaaves sindrom yaitu ruptur pada dinding esofagus yang merupakan dampak dari muntah yang dipaksakan, kondisi seperti ini jarang ditemukan, namun sangat berbahaya.

Ruminative behavior merupakan regurgitasi isi lambung yang dilakukan secara sadar, yaitu pengunyahan dan penelanan makanan, kemudian dikunyah lagi, dan ditelan lagi, hal ini akan menyebabkan terjadinya erosi gigi, aspirasi, dan Barretts esofagus. Masalah pada jantung Komplikasi jantung lebih sering terjadi pada AN dibandingkan dengan BN, manifestasi klinis yang didapatkan berupa palpitasi yang disebabkan oleh sinus takikardia yang merupakan efek dari hipokalemia, hipomagnesaemia, dan dehidrasi yang terjadi. Wildes JE, Marcus MD, et all. The Treatment of Eating Disorders A clinical Handbook.editor Grilo MC, Mitchell JE. The Guilford Press New York : 2010;2: 66-71

Anda mungkin juga menyukai