Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Teori

Sel peka rangsangan (excitable cell) adalah sel yang dapat menimbulkan dan menjalankan impuls elektro kimia sepanjang permukaan membrane plasmanya bila dirangsang secara adekuat (rangsangan yang telah mencapai nilai ambang). Didalam tubuh terdapat 2 jenis sel yang dapat digolongkan sebagai sel peka rangsang yaitu sel saraf dan sel otot. System saraf manusia merupakan sekelompok bangunan dasar system berkembang dari sel-sel neuron-efektor primitive yang berespon terhadap berbagai rangsangan dengan kontraksi pada binatang bertaraf lebih tinggi. Kontraksi merupakan fungsi khusus dari sel otot, sedangkan penghantaran sel saraf menjadi fungsi khusus dari neuron.

1.1.1

Potensial Aksi Saraf Sinyal saraf dihantarkan melalui potensial aksi yang merupakan perubahan

cepat pada potensial membran. Setiap potensial aksi dimulai dengan perubahan mendadak dari potensial negatif istirahat normal menjadi potensial membran positif dan kemudian berakhir dengan kecepatan yang hampir sama kembali ke potensial negatif. Untuk menghantarkan sinyal saraf, potensial aksi bergerak di sepanjang serat saraf sampai tiba di ujung serat.

Urutan tahap potensial aksi adalah sebagai berikut: 1. Tahap istirahat


1

Ini adalah potensial membran istirahat sebelum terjadinya potensial aksi. Membran dikatakan menjadi terpolarisasi selama tahap ini karena adanya potensial negatif yang besar.

2. Tahap polarisasi Pada saat ini, membran tiba-tiba menjadi permeabel terhadap ion natrium, sehingga banyak sekali ion natrium bermuatan positif mengalir ke dalam akson. Keadaan polarisasi normal sebesar -90 mV akan hilang dan potensial mengikat dengan cepat dalam arah positif. Keadaan ini disebut depolarisasi.

3. Tahap repolarisasi Dalam waktu seperbeberapa puluh ribu detik sesudah membran menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium, saluran natrium mulai menutup dan saluran kalium terbuka lebih daripada normal. Selanjutnya difusi ion kalium yang berlangsung cepat ke bagian luar akan mmbentuk kembali potensial membran istirahat negatif yang normal. Peristiwa ini disebut repolarisasi membran.

1.1.2

Perjalanan Potensial Aksi Potensial aksi adalah suatu perubahan potensial membran dari depolarisasi dan

repolarisasi yang terjadi pada sel eksitabilitas secara spontan akibat rangsangan yang memadai. Potensial aksi yang timbul pada salah satu titik manapun di membrane yang mudah terangsang biasanya akan merangsang bagian membrane yang didekat tersebut, sehingga terjadi perjalanan potensial aksi.
2

1.1.3

Sifat Berkas Saraf Sebuah saraf seperti N. Ischiadicus mengandung banyak sel sabut-sabut yang

masing-masing punya sifat listrik (waktu latent, threshold, potensial aksi, nilai ambang, dan sebagainya) yang berbeda-beda antara sabut satu dengan sabut yang lainnya. Bila kita merangsang saraf dengan intensitas (voltage rangsangan) yang diperbesar bertahap mulai dari rangsangan terendah sampai tertinggi maka akan didapat pembagian intensitas rangsangan menjadi rangsangan sub luminal, luminal, supramaksimal, sub maksimal, maksimal, dan supra maksimal. Pada percobaan kita kali ini intensitas rangsangan dapat dilihat dari besarnya kontraksi M. Gastrocnemius sehingga rangsangan pada N. Ischiadicus menyebabkan kontraksinya M. Gastrocnemius dengan kuat. Kuat kontraksinya sebanding dengan besarnya rangsangan yang diberikan N. Ischiadicus berupa gabungan antara saraf N. Fibularis dan N. Tibialis. Tahap-tahap kontraksi : 1. Pengikatan neuron motorik 2. Pelepasan transmitter (acetylcholin) di endplate motorik
3. Pengikatan acetylcholin oleh reseptor acetylcholin nikotinik 4. Peningkatan konduktor Na dan K di membrane endplate

5. Terbentuknya potensial endplate 6. Terbentuknya potensial aksi di serat-serat otot 7. Penyebaran depolarisasi kedalam T.tubule Otot melakukan kerja bila suatu otot berkontraksi melawan suatu beban. Ini berarti ada energy yang dipindahkan dari otot ke beban eksternal, sebagai contoh, untuk mengangkat suatu obyek yang lebih tinggi atau untuk mengimbangi tahanan pada waktu melakukan gerak. Dalam hitungan matematis, kerja ini didefinisikan oleh persamaan berikut :

Hasil Kerja = beban x pemendekan otot Energy yang dibutuhkan untuk melakukan kerja berasal dari reaksi kimia dalam sel otot selama kontraksi.

1.1.4

Kepekaan Saraf Perifer Satu serat saraf seperti nervus ischiadicus terdiri dari banyak serabut saraf,

dengan masing-masing mempunyai safat listrik yang bebeda. Bila kita merangsang saraf dengan intensitas rangsangan bertahap dari rangsangan yang paling kecil kemudian diperbesar, maka kita akan dapat membagi intensitas menjadi:
1. Subliminal merupakan rangsangan yang intensitasnya lebih kecil dari nilai

ambang yang hanya mengakibatkan terjadinya respon berupa potensial local 2. Luminal merupakan rangsangan terkecil yang sudah dapat menimbulkan potensial aksi kerena rangsangan tersebut sudah merupakan nilai ambang. 3. Supraliminal merupakan rangsangan yang intensitanya melebihi luminal, potensial aksi sama ataulebih rendah daripada luminal. 4. Submaksimal merupakan rangsanagn yang intensitasnya lebih kecil dari maksimal , namun dapat mengaktifkan hamper semua sel saraf. 5. Maksimal merupakan rangsangan terkecil yang dapat mengaktifkan semua serat saraf umtuk menimbulkan potensial aksi yang maksimal. 6. Supramaksimal merupakan rangsanagn dengan intensitas lebih besar daripada rangsangan maksimal namun kekuatan yang dihasilkan sama atau lebih rendah daripada maksimal.

Pada umumnya ini tingkat intensitas rangsangan dapat dilihat dari besarnya kontraksi otot gastrocnemius. Hal ini dikarenakan nervus ischiadicus mengandung serat-serat motorik yang memelihara otot-otot gastrocnemius, sehingga rangsangan

pada nervus ischiadicus akan mengakibatkan kontraksi dari otot gastrocnemius dimana kuat kontraksinya sebanding dengan besarnya rangsangan.

1.1.5

Kontraksi Pre Loaded Dan After Loaded Kontraksi After loaded adalah otot mendapat pembebanan setelah otot

berkontraksi akibat rangsangan. Untuk membuat after loaded pada percobaan ini, sekrup penyangga dikencangkan, sehingga garis dasar penulis tidak berubah. Kontraksi preload adalah otot memberi pembebanan dahulu barulah otot berkontraksi. Pada percobaan ini dilakukuan pelonggaran sekrup penyangga, sehingga saat diberi beban otot secara langsung menahan beban.

1.1.6

Sumasi dan Tetani Sumasi berarti penjumlahan kontraksi kedutan otot untuk meningkatkan

intensitas seluruh kontraksi otot. Sumasi ada 2 yaitu :

1. Sumasi Spatial Diakibatkan oleh peningkatan jumlah unit motorik yang berkontraksi secara terarah. 2. Sumasi Temporal Terjadi karena peningkatan frekuensi rangsangan kontraksi tiap unit motorik Tetani sempurna (lurus) terjadi bila dirangsang terus-menerus dengan frekuensi yang cepat dimana sebelum fase relaksasi selesai atau muncul langsung diteruskan dengan rangsangan berikutnya hingga terlihat grafik seperti garis yang lurus. Dan rangsangan seperti ini dapat menimbulkan kelelahan otot terjadi akibat adanya kontraksi otot yang kuat dan lama, dimana kelelahan otot meningkat hampir berbanding langsung dengan kecepatan penurunan glikogen otot.

1.2

Permasalahan

1.2.1

Apakah bedanya antara rangsangan liminal dan nilai ambang ?

1.2.2 Apakah perbedaan antara rangsangan maksimal dan supramaksimal, kontraksi maksimal dan supramaksimal ? 1.2.3 Bagaimana menerangkan hubungan antara hokum all or none dengan peristiwa-peristiwa pada percobaan ini ? 1.2.4 1.2.5 Apa bedanya antara tetani dan sumasi ? Bilamana didapatkan kontraksi tetani bergerigi dan tetani lurus ?

1.2.6 Apakah yang terjadi bila rangsangan multiple diberikan terus dalam waktu

yang lama?

1.3

Tujuan Praktikum

1.3.1 1.3.2

Mempelajari kepekaan saraf perifer terhadap berbagai intensitas rangsangan. Mempelajari dan mengetahui perbedaan dan pengaruh dari kontraksi After Loaded dan Pre Loaded.

1.3.3

Mengetahui bagaimana terjadinya kontraksi tetani dan sumasi.

Anda mungkin juga menyukai