Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI PENGERTIAN Obstruksi usus (ileus) terjadi ketika terdapat rintangan terhadap aliran normal dari usus, bisa juga karena hambatan terhadap rangsangan saraf untuk terjadinya peristaltik (ileus paralitik) atau karena adanya blockage (ileus mekanik /organik). (Keperawatan Medikal Bedah ; 2001) Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. (patofisiologi ; 2005) Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina ; 2001). 2. EPIDEMIOLOGI Sekitar 50% dari semua obstruksi terjadi pada usia pertengahan dan orang tua, dan timbul akibat perlengketan yang terjadi karena pembedahan sebelumnya. Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis. Ileus lebih sering terjadi di usus halus dari pada usus besar. Sekitar 85 % terjadi di usus halus. Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen. Keadaan ini biasanya hanya berlangsung antara 24 27 jam pasca operasi abdomen. (Patofisiologi ; 2005) 3. ETIOLOGI 1. Obstruksi non mekanis Manipulasi terhadap organ-organ dalam abdomen selama pembedahan abdomen Iritasi peritoneum (peritonitis) Sepsis Hypokalemia yang menyebabkan menurunnya tekanan otot usus Iskemia usus 2. Obstruksi usus mekanik Perlengketan : Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen
Intusepsi : Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anaka-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus. Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya. Hernia : Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen. Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus. 4. PATOFISIOLOGI Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen, peritonitis, sepsis dll, sedang ileus mekanis disebabkan oleh perlengketan neoplasma, benda asing, striktur dll. Adanya penyebab tersebut dapat mengakibatkan passage usus terganggu sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan dlm lumen usus. Adanya akumulasi isi usus dapat menyebabkan gangguan absorbsi H20 dan elektrolit pada lumen usus yang mengakibatkan kehilangan H20 dan natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan volume cairan ekstraseluler sehingga terjadi syok hipovolemik, penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan hipotensi. Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding usus sehingga timbul nyeri, kram dan kolik. Selain itu juga distensi dapat menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Selanjutnya terjadi iskemik dinding usus, kemudian terjadi nekrosis, ruptur dan perforasi sehingga terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan toksin ke peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia. Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat menyebabkan terjadinya obstruksi komplet sehingga gelombang peristaltik dapat berbalik arah dan
menyebabkan isi usus terdorong ke mulut, keadaan ini akan menimbulkan muntahmuntah yang akan mengakibatkan dehidrasi. Muntah-muntah yang berlebihan dapat menyebabkan kehilangan ion hidrogen & kalium dari lambung serta penurunan klorida dan kalium dalam darah, hal ini merupakan tanda dan gejala alkalosis metabolik. 5. KLASIFIKASI Terdapat 2 jenis obstruksi usus, yaitu : 1. Non mekanis (ileus paralitik / ileus dinamik) Ileus Paralitik artinya gangguan pasase isi usus yang disebabkan oleh peritonitis. Peristaltik usus dihambat akibat pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak efektif, suplai darah tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara spontan setelah 2 sampai 3 hari. Ileus Paralitik artinya gangguan pasase isi usus yang disebabkan oleh peritonitis. 2. Mekanis (ileus obstruktif) Terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan ekstrinsik. Obstruksi mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu tempat obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup ( paling sedikit 2 obstruksi). Karena lengkung tertutup tidak dapat didekompresi, tekanan intralumen meningkat dengan cepat, mengakibatkan penekanan pebuluh darah, iskemia dan infark(strangulasi). Sehingga menimbulkan obstruksi strangulata yang disebabkan obstruksi mekanik yang berkepanjangan. Obstruksi ini tidak mengganggu suplai darah, menyebabkan gangren dinding usus. (patofisiologi ;2005) 6. GEJALA KLINIS Adapun gejala klinis dari obstruksi usus yaitu : Peregangan abdomen. Nyeri (biasanya menyerupai kejang dan di pertengahan abdomen, Muntah (bila obstruksi terjadi pada usus halus bagian atas, maka
terutama daerah paraumbilikalis). muntah akan lebih sering terjadi dibandingkan dengan obstruksi yang terjadi pada ileum atau usus besar).
muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. 7. PEMERIKSAAN FISIK 1. Inspeksi 1) 2) 3) 2. Auskultasi 1) 2) Pada ileus paralitik : Suara peristaltik berkurang. Pada obstruksi ileus : Borborigmi (Suara peristaltik meningkat, Rongga mulut, lidah, mukosa mulut, gigi gusi : normal Bentuk abdomen : ada pembesaran Turgor kulit : menurun.
kemudian interminten, dan kemudian berkurang) 3. Perkusi Terdapat timbunan cairan( suaranya redup) atau gas( timpani) 4. Palpasi Terdapat nyeri tekan pada abdomen
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium. Peningkatan kadar Haemoglobin (indikasi dari dehidrasi), leukositosis.
2. 3. 4. 5.
9. DIAGNOSIS / KRITERIA DIAGNOSIS a. Pemeriksaan Radiologik Secara klinik obstruksi ileus umumnya mudah ditegakkan. 90% obstruksi ileus ditegakkan secara tepat hanya dengan berdasarkan gambaran klinisnya saja. Pada foto polos abdomen, 60--70% dapat dilihat adanya peleharan usus dan hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid level. Walaupun pemeriksaan radiologi hanya sebagai pelengkap saja, pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus yang sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya pada masa pra-bedah. Beberapa tanda radiologik yang khas untuk obstruksi ileus adalah : a) Pengumpulan gas dalam lumen usus yang melebar, penebalan valvulae coniventes yang memberi gambaran fish bone appearance. b) Pengumpulan cairan. dengan gambaran khas air-fluid level. Pada obstruksi yang cukup lama, beberapa air fluid level memberikan gambaran huruf U terbalik. b. Konservatif Penderita dirawat di rumah sakit. Penderita dipuasakanKontrol status airway, breathing and circulation.Dekompresi dengan nasogastric tube.Intravenous fluids and electrolyte. Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan. Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik. c. Medications Antibiotics broad-spectrum untuk bacterial anaerobe dan aerobe. Analgesic apabila nyeri. d. Surgery Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu di perhatikan : a) Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung. b) Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit. c) Apakah ada risiko strangulasi. Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%. Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus.
a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan. b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya. c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut. d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahan kankontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,invaginasi strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis. 10. THERAPHY Pengobatan obstruksi usus adalah dasar pengobatan koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan melakukan instubasi dan dekompresi, memperbaiki peritonitis dan syok (bila ada) dan menghilangkan obstruksi untuk memulihkan komunitas dan fungsi usus kembali normal. Banyak kasus ileus adinamik yang dapat sembuh hanya dengan kompresi intubasi saja. Obstruksi usus halus juga jauh lebih berbahaya dan jauh lebih cepat berkembang dibandingkan dengan obstruksi kolon. Mortalitas obstruksi 8% asalkan dapat segera dilakukan oprerasi. Keterlambatan pembedahan atau timbulnya stragulasi atau penyulit lain akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%. (Sylvia A. Price, 2006) 1. Pengobatan dan Terapi Medis a. Pemberian anti obat antibiotik, analgetika,anti inflamasi b. Obat-obatan narkose diperlukan setelah fase akut c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot d. Bedrest 2. Konservatif
Laparatomi adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis sepertitakikardia, pireksia (demam), lokal tenderness dan guarding, rebound tenderness. Nyeri lokal, hilangnya suara usus lokal, untuk mengetahui secara pasti hanya dengan tindakan laparatomi. 11. KOMPLIKASI Peritonitis septikemia Syok hipovolemia Perforasi usus B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian
Adapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada klien Ileus adalah sebagai berikut : 1. Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, status perkawinan, suku bangsa. 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Meliputi apa yang dirasakan klien saat pengkajian b. Riwayat kesehatan masa lalu Meliputi penyakit yang diderita, apakah sebelumnya pernah sakit sama. c. Riwayat kesehatan keluarga Meliputi apakah dari keluarga ada yang menderita penyakit yang sama. 3. Riwayat psikososial dan spiritual Meliputi pola interaksi, pola pertahanan diri, pola kognitif, pola emosi dan nilai kepercayaan klien. 4. Kondisi lingkungan Meliputi bagaimana kondisi lingkungan yang mendukung kesehatan klien 5. Pola aktivitas sebelum dan di rumah sakit Meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, personal hygiene, pola aktivitas sehari hari dan pola aktivitas tidur. 6. Pengkajian fisik Dilakukan secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
2. Diagnosa Keperawatan Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan kelemahan, kulit kering, membran mukosa kering Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan gelisah, melaporkan nyeri secara verbal PK Syok Hipovolemik
Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai dengan gelisah, mengepresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup PK Alkalosis Metabolik PK Infeksi Konstipasi berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit ditandai dengan feses keras dan berbentuk, peningkatan tekanan abdomen. Keletihan berhubungan dengan status penyakit ditandai dengan lelah, peningkatan keluhan fisik Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi ditandai dengan pengungkapan masalah 3. Rencana Asuhan Keperawatan TERLAMPIR 4. Evaluasi TERLAMPIR
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume
Kedua. Edisi Kedelapan. Jakarta : EGC. Nettina, Sandra M. (2001) Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. (2005) Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Volume Pertama. Edisi Keenam. Jakarta : EGC.
Joanne&Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA :
Mosby Elsevier
Kowalak, Welsh, Mayer. 2011. Buku Ajar PATOFISIOLOGI, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification Fourth