Anda di halaman 1dari 9

DISKUSI PROPOSAL PENELITIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Judul : Karakteristik Silase Keong Mas (Pomacea canaliculata) Secara Kimiawi dan Mikrobiologi Menggunakan Kultur Bakteri Asam Laktat (BAL) Pemrasaran : Yovitaro Noviana Nurhayati NIM : 05061010007 Pembimbing : 1. Rinto, S. Pi., M. P 2. Siti Hanggita R.J., S. TP., M. Si Hari/Tanggal : Waktu : Tempat : Ruang Seminar Program Studi Teknologi Hasil Perikanan

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keong mas adalah salah satu spesies dari kelas gastropoda yang mempunyai ciri bercangkang warna kuning keemasan dan hidup di perairan rawa maupun tawar. Keong mas telah telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun pakan (Pitojo, 1996 dalam Firdus, 2004). Pada umumnya keong mas digunakan sebagai makanan itik di beberapa daerah seperti di Banten, Jawa Tengah, Riau, Kalimantan dan Sumatera khususnya di daerah pedesaan. Kandungan gizi yang dimiliki oleh keong mas adalah 55,50% protein, 2,58% lemak, 4,43% serat kasar, 16,78% abu dan 20,71% BETN (Kamaruddin, et al., 2005). Sumber bahan baku utama pakan ikan adalah tepung ikan. Tepung ikan memang dijadikan sebagai bahan baku utama dalam pakan ikan dan udang karena memiliki protein yang cukup tinggi sekitar 53,7% (Anonim, 2005). Selama ini budidaya ikan dan industri lainnya masih sangat bergantung pada pakan dengan bahan baku utama tepung ikan impor asal Cile dan Peru dengan angka impor mencapai 5,4 juta kilogram (Victor, 2010). Namun angka impor yang juga dikeluarkan BPS menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, pada tahun 2006 mencapai angka 88.825 ribu ton sedangkan pada tahun 2008 menjadi 67.597 ribu ton. Penurunan tersebut seiring dengan penurunan produksi tepung ikan dunia. Dengan jumlah pasokan tepung ikan dunia yang mulai menurun dan penggunaannya yang mulai bersaing, berbagai penelitian dilakukan untuk mencari alternatif sumber bahan baku pakan pengganti tepung ikan yang dilakukan dengan menitikberatkan pada bahan baku yang bersifat mudah didapatkan, murah serta tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Sehingga untuk lebih meningkatkan kandungan nilai gizi tersebut maka keong mas dapat dibuat menjadi silase. Silase ikan adalah salah satu produk cair yang berasal dari ikan atau sisa-sisa pengolahan perikanan (Rahayu, et al., 1992). Ikan atau sisa-sisa pengolahan perikanan tersebut dicairkan oleh enzim yang ada pada ikan itu sendiri dalam suasana asam. Suasana asam dapat diperoleh secara kimia dengan menambahkan asam-asam mineral atau asam organik maupun secara biologis dengan fermentasi mikroba penghasil asam (Jatmiko, 2002). Proses pembuatan silase ikan dapat dilakukan secara kimia dan mikrobiologi. Secara kimiawi dengan menambahkan asam-asam mineral atau asam-asam organik maupun campuran keduanya. Secara mikrobiologi dilakukan dengan mempergunakan kemampuan Bakteri Asam Laktat (BAL) serta dengan penambahan sumber karbohidrat yang dapat menyebabkan jalannya proses fermentasi.

Bakteri Asam Laktat (BAL) adalah salah satu bakteri yang menguntungkan dalam proses pengawetan bahan pangan. Bakteri Asam Laktat (BAL) dapat dimanfaatkan sebagai starter dalam proses fermentasi. Bakteri Asam Laktat (BAL) juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan bakteri patogen pada produk pangan serta produk fermentasi (Oktiviani et al., 2008 dalam Arisanto, 2010). Maka dari itu dilakukan penelitian pembuatan silase keong mas (Pomacea canaliculata) secara kimiawi dan mikrobiologi dengan menggunakan kultur Bakteri Asam Laktat (BAL). B. Tujuan 1. Mengetahui pengaruh penambahan asam format terhadap karakteristik silase keong mas (Pomacea canaliculata) yang dihasilkan. 2. Mengetahui pengaruh penambahan kultur Bakteri Asam Laktat (BAL) terhadap karakteristik silase keong mas (Pomacea canaliculata) yang dihasilkan. 3. Mengetahui karakteristik silase keong mas (Pomacea canaliculata) yang dibuat secara kimiawi dan mikrobiologi menggunakan kultur Bakteri Asam Laktat (BAL). C. Hipotesis 1. Penambahan asam format berpengaruh terhadap karakteristik silase keong mas (Pomacea canaliculata) yang dihasilkan. 2. Penambahan kultur Bakteri Asam Laktat (BAL) berpengaruh karakteristik silase keong mas (Pomacea canaliculata) yang dihasilkan. 3. Diduga penambahan asam format dan kultur Bakteri Asam Laktat (BAL) berpengaruh nyata terhadap karakteristik silase keong mas (Pomacea canaliculata) yang dihasilkan.

II. PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Laboratorium Budidaya Perairan, Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak, Laboratorium Bioproses Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang pada bulan Maret sampai dengan selesai. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat titrasi, autoclave, beaker glass, bunsen, cawan petri, cawan porselen, corong Buncher, desikator, erlenmeyer, gelas ukur, hot plate, inkubator, jarum ose, labu destilat, magnetic stirer, mixer vortex, muffle furnace, neraca analitik, oven, pH meter, penangas air, pengaduk, pipet mikro, pipet tetes, pipet volume, pisau, rak tabung reaksi, tabung Durham, tabung Kjehdal, tabung reaksi, Soxlet, stomacher, dan stoples kaca. Bahan-bahan yang digunakan antara lain alkohol 70%, air kelapa, aquades, asam format 85%, 2T1104 sebagai isolat untuk kultur BAL, H2BO3, HCl, HgO, H2SO4, indikator metil biru, indikator metil merah, kapas, keong mas (Pomacea canaliculata), K2SO4, Larutan Buffer, Mac Conkey, MRS (de Mann Rogosa Sharpe), NA (Nutrient agar), NaOH, pelarut heksana, Selenite Broth, soda abu (Na2CO3) dan yeast extract.

C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan faktor pertama terdiri dari tiga taraf perlakuan perbedaan persentasi asam format. Faktor kedua terdiri dari dua taraf perlakuan tanpa penambahan kultur BAL dan penambahan kultur BAL. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali. 1. Faktor Pertama (A) A1 = asam format 85% (3,5%) A2 = asam format 85% (3%) A3 = asam format 85% (2,5%) 2. Faktor Kedua (B) B0 = tanpa penambahan kultur BAL B1 = penambahan kultur BAL (108 CFU/ml) D. Cara Kerja

Adapun cara kerja yang akan dilakukan dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :
1. Proses Perbanyakan Kultur Sel Proses perbanyakan kultur Bakteri Asam Laktat (BAL) adalah sebagai berikut : a. Sebanyak 1 mL bakteri diambil dengan menggunakan mikro pipet. b. Lima mL MRS disiapkan didalam tabung reaksi, kemudian 1 mL bakteri yang sudah diambil, dimasukkan kedalam 5 mL MRS yang sudah disiapkan, dihomogenkan menggunakan mixer vortex dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35 0C untuk memperbanyak biakan bakteri, kemudian diambil sebanyak 1 mL. c. Dari 1 mL larutan yang sudah diambil, dimasukkan kedalam 9 mL MRS dan dihomogenkan lalu diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 35 0C. d. Lalu campuran media dan bakteri dimasukkan kedalam 90 mL air kelapa yang telah ditambahkan yeast ekstrak sebanyak 0,5 gram, dihomogenkan dan diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 35 0C. e. Dibuat 900 mL air kelapa yang telah ditambahkan yeast ekstrak sebanyak 0,5 gram dan campuran media dengan bakteri yang sudah ada diinkubasi pada tahap ke-4, dimasukkan kedalam 900 mL air kelapa yang telah ditambahkan yeast ekstrak tersebut. Lalu diinkubasi selama 20 22 jam dengan suhu suhu 35 0C. 2. Proses Pembuatan Silase Menurut Hermana et al., (2006) yang dimodifikasi, cara pembuatan silase ikan adalah sebagai berikut : a. Keong mas yang diperoleh dicuci dan direbus terlebih dahulu. Kemudian daging dan jeroannya dikeluarkan dari cangkang, dicuci bersih, ditiriskan lalu dicincang. b. Daging dan jeroan yang sudah dicincang selanjutnya direndam dengan air garam selama 30 menit. Kemudian ditimbang seberat 150 gram. c. Daging dan jeroan dimasukkan kedalam toples kaca kemudian ditambahkan bahan kimia dan kultur BAL sesuai perlakuan. d. Campuran keong mas dan larutan asam diaduk hingga merata, kemudian difermentasi selama 7 hari. e. Silase cair keong mas yang telah dihasilkan selanjutnya dinetralkan dengan soda abu (Na2CO3) sebanyak 1% dari bahan baku.

E. Parameter Pengamatan Parameter yang dianalisis pada penelitian ini meliputi rendemen, analisis kimia, dan analisis mikrobiologi. Analisis kimia meliputi kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat dan serat kasar. Analisis mikrobiologi berupa perhitungan total mikroba, uji Salmonella dan Escherichia coli. 1. Analisa Kimia Analisa kimia yang akan dilakukan meliputi pH, kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat dan serat kasar. a. pH Pengukuran pH pada penelitian ini dilakukan sebelum fermentasi dan setelah menjadi silase ikan cair. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH-meter (Apriyantono, et al., 1989). Prosedur pengukuran pH adalah sebagai berikut: 1. Elektroda pH-meter sebelum digunakan, distandarisasi dengan larutan buffer (pH 4 dan pH 7). Kemudian dibersihkan dengan akuades dan dikeringkan. 2. Bahan yang akan diukur pH-nya ditimbang sebanyak 2,5 gram dan dilarutkan dengan akuades sebanyak 5 ml. 3. Larutan diaduk hingga homogen dan diletakkan pH-meter kemudian dicelupkan elektroda dalam larutan sampel. 4. Elektroda dibiarkan sampai diperoleh pembacaan yang stabil. 5. Nilai pH dapat langsung dibaca pada skala pH-meter. b. Kadar Air (AOAC, 1995) Prinsip analisa kadar air adalah proses penguapan air dari suatu bahan dengan cara pemanasan. Penentuan kadar air didasarkan pada perbedaan berat sampel sebelum dan sesudah dikeringkan. Prosedur analisa kadar air adalah sebagai berikut: 1. Cawan kosong yang akan digunakan dikeringkan dalam oven selama 15 menit, kemudian didinginkan selama 30 menit dalam desikator, setelah dingin beratnya ditimbang. 2. Sampel ditimbang sebanyak 5 g lalu dimasukkan dalam cawan kemudian dikeringkan dalam oven selama 6 jam pada suhu 1050C. 3. Cawan kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan setelah dingin ditimbang kembali. 4. Kemudian setelah ditimbang, cawan tersebut dikeringkan dalam oven kembali sehingga di dapat berat konstan. 5. Persentase kadar air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kadar air (%) =

B1 B2 100 % B

Keterangan : B = Berat sampel (g) B1 = Berat (sampel + cawan) sebelum dikeringkan (g) B2 = Berat (sampel + cawan) sesudah dikeringkan (g) c. Kadar Abu (AOAC, 1995) Prinsip analisa kadar abu adalah proses pembakaran senyawa organik sehingga didapatkan residu anorganik yang disebut abu. Prosedur analisa kadar abu adalah sebagai berikut :

1. Krus porselin kosong dipanaskan dalam oven kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang beratnya. 2. Sampel ditimbang sebanyak 5 g dan diletakkan dalam krus, kemudian dibakar pada kompor listrik sampai tidak berasap. 3. Krus kemudian dimasukkan dalam muffle furnace. Pengabuan dilakukan pada suhu 5500C selama 2 - 3 jam hingga terbentuk abu berwarna abu keputihan. 4. Krus kemudian didinginkan dalam desikator, setelah dingin krus kemudian ditimbang. 5. Persentase dari kadar abu dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kadar abu =

Berat Abu (g) x 100% Berat Sampel (g)

d. Kadar Protein dan Total Nitrogen (AOAC, 1995)


Prinsip analisa kadar protein adalah proses pembebasan nitogen dari protein dalam bahan menggunakan asam sulfat dengan pemanasan. Penentuan total nitrogen dan kadar protein menggunakan metode Mikro-Kjeldhal. Prosedur analisa kadar protein adalah sebagai berikut: 1. Sampel 2 g dimasukkan dalam tabung Kjedhal 30 ml, ditambahkan 1,9 g K 2SO4, 0,3 g HgO dan 2,5 ml H2SO4. 2. Sampel dididihkan selama 1 jam sampai cairan menjadi jernih kemudian didinginkan. Isi dalam labu dituangkan ke dalam alat destilat, labu dibilas dengan aquades (20 ml). Air bilasan juga dimasukkan ke dalam labu destilat dan ditambahkan larutan NaOH 40% sebanyak 20 ml. 3. Cairan dalam ujung tabung kondensor ditampung dengan Erlenmeyer 250 ml berisi larutan 5 ml H2BO3 dan 2 4 tetes indikator (campuran metil merah 0,2 % dalam alkohol dan metil biru 0,2% dalam alkohol 2:1) yang ada dibawah kondensor. 4. Destilasi dilakukan sampai diperoleh kira-kira 200 ml destilat yang bercampur dengan H2BO3 dan indikator dalam Labu Erlenmeyer. Destilat dititrasi dengan HCl 0,02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah. 5. Kadar protein dihitung berdasarkan kadar N dalam bahan dengan dikalikan faktor konversi. %N=

(mL HCl) x (N HCl) x (14,008) 100 % mg Sampel

% Protein = % N x Faktor konversi (6,25)

e. Kadar Lemak (AOAC, 1995)


Prinsip analisa kadar lemak adalah ekstraksi yaitu pemisahan lemak dari contoh dengan cara mensirkulasikan pelarut lemak ke dalam contoh, sehingga senyawa-senyawa lain tidak dapat larut dalam pelarut tersebut. Prosedur analisa kadar lemak adalah sebagai berikut : 1. Sampel sebanyak 5 g ditimbang dan dibungkus dengan kertas saring dan diletakkan pada alat ekstraksi Soxhlet yang dipasang diatas kondensor serta labu lemak dibawahnya. 2. Pelarut heksana digunakan dan dilakukan refluks sampai pelarut turun kembali kedalam labu lemak. Pelarut didalam labu lemak didestilasi dan ditampung. 3. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC. 4. Labu lemak kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. 5. Persentase kadar lemak dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Kadar Lemak (%) = f. Kadar Karbohidrat

Berat akhir - Berat labu x 100% Berat Bahan

Perhitungan kadar karbohidrat menggunakan metode by different yaitu sebagai berikut : Kadar Karbohidrat (%) = 100% - (K.air + K. Abu + K. Protein + K. Lemak)

g. Serat Kasar (Soedarmadji et al., 1997)


1. Sampel ditimbang kira-kira 0,5-1 gram kemudian dimasukkan dalam gelas beaker. 2. Ditambahkan 50 ml H2SO4 dan dipanaskan di atas pemanas listrik selama 30 menit. 3. Cairan disaring melalui kertas saring yang sudah diketahui beratnya serta telah dikeringkan dalam alat pengering pada suhu 105-110oC selama 1 jam kemudian dimasukkan ke dalam corong Bunchner. 4. Penyaringan dilakukan dengan labu penghisap yang dihubungkan dengan pompa vakum. 5. Selama penyaringan endapan dicuci berturut-turut dengan aquadest panas secukupnya, 50 mL H2SO4 0,3 N, aquadest panas secukupnya dan terakhir aseton. 6. Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam cawan porselen dan dikeringkan pada oven dengan suhu 105oC, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. 7. Cawan porselen serta isinya dibakar dan diabukan pada tanur listrik pada suhu 400-600oC sampai abunya menjadi putih seluruhnya, kemudian angkat, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. 8. Persentase kadar serat kasar dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar serat kasar =

(b - c - a) 100 % x

Keterangan: x = berat sampel a = berat kertas saring b = berat kertas saring + sampel setelah diovenkan c = berat kertas saring + sampel setelah ditanur 2. Analisa Mikrobiologi

Analisa mikrobiologi yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah perhitungan total mikroba, penentuan Salmonella dan Escherichia coli. a. Perhitungan Total Mikroba Menurut SNI 01-2332.3-2006, prosedur perhitungan mikroba dengan metode pour plate adalah sebagai berikut : 1. Sampel ditimbang sebanyak 25 gram dan dimasukkan kedalam wadah. Kemudian sampel ditambahkan 225 ml larutan butterfields phospate buffered dan dihomogenkan. Homogenat ini merupakan larutan pengenceran 10-1. 2. Dengan menggunakan pipet yang sudah steril diambil sebanyak 1 ml contoh homogenat dan dimasukkan kedalam tabung yang berisi 9 ml larutan butterfields phospate buffered untuk mendapatkan pengenceran 10-2. 3. Siapkan pengenceran selanjutnya (10-3) dengan mengambil 1 ml dari pengenceran 10-2 kedalam larutan butterfields phospate buffered, hingga mendapatkan pengenceran 10-4 kemudian dimasukkan pada cawan petri steril. Setiap pengenceran dilakukan secara duplo.

4. Kedalam tiap cawan petri dimasukkan media PCA yang telah diencerkan 12 15 ml dengan suhu 45 0C. Supaya contoh dan media PCA tercampur sempurna lakukan pemutaran cawan ke depan ke belakang dan kekiri ke-kanan. 5. Setelah agar menjadi padat, untuk penentuan mikroorganisme cawan tersebut diinkubasi dalam inkubator selama 48 jam dengan suhu 37 0C. 6. Catat pengenceran yang digunakan dan hitung jumlah total koloni. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus : N = C [ ( 1 x n1 ) ] + [ ( 0,1 x n2) ] x (d)

Keterangan : N = Jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml/ koloni per gram C = Jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung per gram n1 = Jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung n2 = Jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung d = Pengenceran pertama dihitung b. Penentuan Salmonella 1. Suspensi diinokulasi pada agar Mac Conkey dan Selenith broth. Inkubasi dalam inkubator suhu 350 37 0C selama 24 jam. 2. Amati adanya pertumbuhan koloni kuman, bila belum tumbuh lakukan penanaman ulang dari Selenith broth, bila belum tumbuh juga ulangi sebanyak tiga kali. 3. Bila tumbuh koloni tersangka (tidak berwarna, jernih, diameter 2 3mm), lakukan uji perwarnaan gram dan uji biokimia, inkubasi pada suhu 350 37 0C selama 24 jam. 4. Ambil koloni kuman dari TSIA kemudian lakukan tes antisera Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Salmonella paratyphi B, Salmonella paratyphi C. Kemudian baca hasil biokimia dengan menggunakan tabel. c. Penentuan Escheria coli patogen 1. Suspensi diinokulasi pada agar Mac Conkey dan Selenith broth. Inkubasi dalam inkubator suhu 350 37 0C selama 24 jam. 2. Amati adanya pertumbuhan koloni kuman, bila belum tumbuh lakukan penanaman ulang dari Selenith broth, bila belum tumbuh juga ulangi sebanyak tiga kali. 3. Bila tumbuh koloni tersangka (bulat, halus, cembung, dan berwarna merah muda), lakukan uji perwarnaan gram dan uji biokimia, inkubasi pada suhu 350 37 0C selama 24 jam. 4. Ambil koloni kuman dari TSIA kemudian lakukan tes antisera Escheria coli polyvalent. Kemudian baca hasil biokimia dengan menggunakan tabel. F. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam untuk mengetahui adanya pengaruh dari perlakuan. Pengolahan data menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Bahan Alternatif Pakan dari Hasil Samping Industri Pangan. Ditjen Perikanan Budidaya BBAT Jambi. (Abstr). AOAC. 1995. Official Methods of Analysis. Assosiation of Official Chemist. Inc. Virginia. Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sedarnawati dan S. Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. ITB. Arisanto, B. 2010. Isolasi Bakteri Asam Laktat dari Terasi dan Rusip sebagai Penghambat Escherichia coli, Bacillus subtilis dan Morganella morganii. [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Indralaya. Tidak dipublikasikan. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang, ISO 15819 : 2007. Instruksi Kerja Laboratorium Penguji Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang. Departemen Kesehatan. Palembang. Firdus. Muchlisin, Z. A. 2004. Pemanfaatan Keong Mas (Pomacea canaliculata) sebagai Pakan Alternatif dalam Budidaya Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina). Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Hermana, W., W.G. Piliang, L.A., Sofyan 2006. Pengaruh Penggunaan Tepung Silase dalam Ransum Terhadap Penampilan Ayam Pedanging Strain Aksas. Med Pet 24: 26-29. Jatmiko, B. 2002. Teknologi dan Aplikasi Tepung Silase Ikan (TSI). (online) (http://tumoutou.net/702_05123/budhi_jatmiko.htm.). Kamaruddin. Usman. Makmur. 2005. Pemanfaatan Keong Mas (Pomacea sp.) sebagai Substitusi Tepung Ikan dalam Pakan Ikan. Warta Penelitian Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 6 Tahun 2005. BRPBAP. Maros. Rahayu, W. P., S. Maoen, Suliantari, Fardiaz, S. 1992. Teknologi Fermentasi Produk Perikanan. IPB. Bogor. SNI 01-2332. 3-2006. Cara Uji Uji Mikrobiologi Bagian 3 : Penentuan Angka Lempeng Total (ALT) pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional. ICS 67.050. Soedarmadji, S.B., Haryanto dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Jakarta. Victor, P. H. Nikijuluw. 2010. Penghapusan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi sekitar 20 Produk Perikanan dan Penunjangnya. (Online). (http://jpmi.or.id/2010/07/31/2010indonesia-impor-82-juta-kilo-ikan-segar-dan-beku/.).

Diagram Alir Proses Pembuatan Silase

Keong Mas (Pomacea canaliculata)

Silase Cair

Pencucian dan Perebusan Penetralan silase (ditambahkan soda abu (Na2CO3) sebanyak 1% dari bahan baku

Daging dan Jeroan

Pencucian, penirisan dan pencincangan daging dan jeroan

Perendaman air garam 30 menit

Penimbangan bahan baku sebanyak 150 gram

Pemasukkan bahan baku dalam toples kaca

Penambahan bahan kimia (asam format) dan kultur sesuai perlakuan dan diaduk rata

Fermentasi selama 7 hari

Anda mungkin juga menyukai