Anda di halaman 1dari 3

SIARAN PERS

Untuk disiarkan segera, 19 Mei 2011

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Indonesia Terapkan Voluntary Partnership Agreement (VPA) dan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK)
Jakarta Indonesia telah menerapkan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) sejak tahun 2009, adalah sistem yang memastikan bahwa semua produk kayu yang diperdagangkan dan beredar di pasar dunia telah memiliki status legalitas dan bisa dipertanggung jawabkan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga kredibilitas dan meningkatkan kualitas produk kayu Indonesia di mata konsumen dunia sehingga menambah posisi tawar perusahaan, produsen kayu, maupun petani hutan rakyat. Pada tanggal 4 Mei 2011, Pemerintah Republik Indonesia dan Uni Eropa berhasil mencapai kesepakatan untuk memberantas perdagangan kayu illegal yang dinamai Voluntary Partnership Agreement (VPA) atau Kesepakatan Kemitraan Sukarela. Dengan kesepakatan tersebut, Indonesia didorong melakukan percepatan terhadap Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) dan penerapan SVLK agar Indonesia yang saat ini menjadi salah satu eksportir produk kayu ke Eropa mampu meraih kepercayaan lebih tinggi di negara negara konsumen. Bagi Indonesia, kesepakatan VPA ini mengubah perubahan paradigma bisnis sektor Kehutanan dari Business as Usual menuju Best Management Practice. Perusahaan di Indonesia yang berniat mengekspor produk kayu ke Eropa wajib memberikan jaminan bahwa produk mereka bisa dilacak dari hutan hingga ke pelabuhan ekspor. WWF-Indonesia selaku organisasi yang bergerak di bidang lingkungan, yang mendukung percepatan Pengelolaan Hutan Lestari tersebut, sepakat menjalin kerjasama dengan PT Sucofindo (Persero), lembaga independen yang selama ini telah menjalankan verifikasi legalitas kayu yang terakreditasi. Legalitas kayu merupakan satu elemen strategis penjamin pengelolaan hutan lestari dijalankan dengan baik. Kami berharap kemitraan dengan Sucofindo mampu mendorong nilai nilai lingkungan seperti kesejahteraan masyarakat lokal dan keberadaan satwa yang dilindungi di dalam hutan bisa berjalan harmonis dengan produksi produk kayu perusahaan., kata Dr. Efransjah, Direktur Eksekutif WWF-Indonesia. Lebih lanjut ia mengatakan, pengelolaan hutan lestari pada akhirnya akan mewujudkan perdagangan bertanggungjawab di Indonesia. Ini merupakan wujud komitmen semua pihak menuju perubahan dengan kesadaran bersama. Kerjasama dengan WWF sebagai bagian dukungan nyata terhadap kebijakan Pemerintah dalam penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) sebagai instrumen pengelolaan hutan dan perdagangan kayu yang bertanggung jawab, kepercayaan ini akan kami laksanakan dengan sebaik-baiknya agar kelestarian alam Indonesia sebagai salah satu paru-paru hutan alam dunia tetap terjaga, kata Hidayat Hardiyan, Direktur Komersial II PT Sucofindo. Masih di tempat yang sama, perusahaan ritel terbesar di Indonesia, PT Carrefour Indonesia (Carrefour) hadir sebagai pembicara pada pertemuan antar sektor bisnis kehutanan ini. Faisal Firdaus, Sustainable Development Manager PT Carrefour Indonesia menambahkan bahwa sebagai perusahaan ritel kami menyadari tanggung jawab ini dan berkomitmen untuk

mendorong pengunaan bahan baku yang ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan melakukan pembelian dari pemasok yang menggunakan bahan baku kayu yang berasal bukan dari konversi hutan alam, contohnya adalah produk-produk yang berasal dari anggota GFTN. WWF Indonesia melalui program Global Forest & Trade Network yang di Indonesia memiliki 32 anggota bekerja di tingkat tapak untuk mendorong pengelolaan hutan yang lestari, GFTN juga memfasilitasi jaringan perdagangan antara perusahaan-perusahaan yang berkomitmen mencapai dan mendukung sektor kehutanan yang bertanggung jawab. Dalam semangat konservasi dan penerapan Best Management Practice (BMP), GFTN melakukan pendekatan ke banyak perusahaan di bawah fasilitasinya. Pada tanggal 19 Mei 2011, PT Essam Timber, anggota baru GFTN Indonesia, secara resmi menandatangani Participation Agreement. PT. Essam Timber merupakan konsesi hutan terbesar di wilayah Heart of Borneo dengan luas lebih dari 350.000 Ha terletak di perbatasan Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur. Berkaitan dengan kerjasama antara WWF-Indonesia dengan PT. Sucofindo dalam kerangka implementasi SVLK dan GFTN merupakan sinergi yang saling menguntungkan bagi dunia usaha karena akan semakin memperbesar opsi dan promosi bagi bisnis yang mengedepankan kelestarian lingkungan. Tentang PT. Essam Timber, Direktur Eksekutif WWF-Indonesia Dr. Efransjah, mengatakan bahwa kerjasama ini menjadi contoh nyata dukungan WWF terhadap Pengelolaan Hutan Lestari PT. Essam Timber merupakan salah satu perusahaan yang memiliki komitmen tinggi dalam penerapan prinsip-prinsip PHL. Konsesi hutan Essam berada di perbatasan Taman Nasional Kayan Mentarang PT. Essam mempunyai nilai strategis sebagai buffer dalam menjaga keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup. Komitmen dan konsistensi dalam menerapkan prinsip prinsip pengelolaan hutan alam berkelanjutan terus dipertahankan dalam pengelolaan hutan alam. Dengan demikian terjadi keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan bahan baku dari hutan alam untuk jangka panjang dengan kelestarian hutan alam itu sendiri, kata Amir Sunarko, Presiden Direktor PT Essam Timber. Sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) dan SVLK sebagai sebuah langkah awal menuju perdagangan bertanggung jawab merupakan satu elemen strategis untuk praktik Best Management Practice (BMP) di antara perusahaan dan bisnis retail. *** Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi: 1. Aditya Bayunanda, Koordinator GFTN Indonesia, abayunanda@wwf.or.id +62818 265588 2. Dita Ramadhani, Communication Officer GFTN Indonesia, dramadhani@wwf.or.id +62821 100 79992 3. Haris Witjaksono, Vice President/ SBU Kehutanan, Kelautan Perikanan dan Linkungan harisw@sucofindo.co.id +62812 929 6487 Catatan untuk Editor: Tentang WWF-Indonesia WWF-Indonesia merupakan bagian independen dari jaringan WWF dan afiliasinya, organisasi pelestarian global yang bekerja di 100 negara di dunia. Visi WWF-Indonesia adalah pelestarian

keanekaragaman hayati Indonesia untuk kesejahteraan generasi sekarang dan di masa mendatang. Sedangkan misi WWF-Indonesia mencakup: promosi etika pelestarian yang kuat, kesadaran serta aksi di kalangan masyarakat Indonesia; fasilitasi upaya multi pihak untuk melindungi keanekaragaman hayati dan proses ekologis dalam skala ekoregional; melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang mendukung upaya pelestarian; dan promosi pelestarian bagi kesejahteraan masyarakat, melalui pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. (www.wwf.or.id) Tentang Global Forest & Trade Network (GFTN) GFTN-Indonesia adalah salah satu inisiatif WWF untuk mengeliminasi pembalakan liar (illegal logging) dan mendorong peningkatan manajemen hutan. Dengan memfasilitasi jaringan perdagangan antar perusahaan yang berkomitmen dalam mencapai dan mendukung kehutanan bertanggungjawab, GFTN menjunjung tinggi sertifikasi hutan yang independen, berbasis multi pihak sebagai sebuah alat yang penting dalam mendorong manajemen hutan dan perdagangan produk-produk kayu bertanggungjawab sepanjang rantai bahan baku. Melalui skema keanggotaan, GFTN Indonesia saat ini memiliki 38 perusahaan anggota (12 HPH/ HTI dan 26 perusahaan industri) (www.wwf.or.id/gftn) Tentang Sucofindo PT Sucofindo (Persero) dididrikan pada tahun 1956, merupakan parusahaan patungan antara Pemerintah Negara Republik Indonesia dengan Societe Gegenerale de surveillance Holding SA (SGS), salah satu perusahaan inspeksi terbesar didunia yang berpusar di Jenewa, Swis. Sucofindo adalah perusahaan inspeksi yang pertama di Indonesia. Pengalaman dibidang inspeksi, supervisi, pengkajian dan pengujian. Bisnis jasa yang dimiliki oleh Sucofindo adalah cargo Superintendence and inspection, jasa warehousing & forwading, analytical laboratories, industrial & marine engineering, fumigation & industrial hygiene. Sucofindo memberikan solusi kehutanan bagi pemerintah maupun swasta mulai dari tahapan perencanaan sampai dengan monitoring di lapangan diantaranya menyangkut pengkajian kinerja pengelolaan hutan dan industry hutan. Jaringan layanan yang dimiliki oleh Sucofindo didukung oleh 71 titik layanan yang terdiri dari 31 cabang dan sub cabang, serta 17 laboratorium. (www.sucofindo.co.id). Tentang PT Essam Timber IUPHHK hutan alan PT Essam Timber, salah satu anak perusahaan Sumalindo Group sejak tahun 2008 yang bergerak di bidang pengelolaan hutan alam dengan luas 355.800 Ha. PT. Essam Timber merupakan konsesi hutan terbesar di wilayah Heart of Borneo dengan luas lebih dari 350.000 Ha terletak di perbatasan Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur.

Anda mungkin juga menyukai