Anda di halaman 1dari 21

STROKE NON HEMORAGIK

A. Definisi Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67) Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah diakibatkan kehilangan fungsi otak yang

oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi

penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131) Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75 85 tahun. (Long. C, Barbara;1996, hal 176).

B. Epidemiologi Stroke Non Hemoragik adalah masalah neurologik primer di AS dan di dunia. Meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden beberapa tahun terakhir, stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju mortalitas 18 % sampai 37 % untuk stroke pertama dan sebesr 62 % untuk stroke selanjutnya. Terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke yang mempunyai beberapa kecacatan; dari angka ini, 40% memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.( Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131). Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75 85 tahun. (Long. C, Barbara;1996, hal 176).

C. Etiologi (Faktor Predisposisi) Penyebab-penyebabnya antara lain: 1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak ) 2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain ) 3. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak) (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

D. Patofisiologi Stroke iskemik sebagian besar terjadi karena akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas, atau mungkin terbentuk di dalam suatu organ jantung dan kemudian dibawa melaui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus. Terdapat beragam penyebab stroke trombolitik dan embolik primer, termasuk arterosklerosis, arteritis, keadaan hiperkoagulasi, dan penyakit jantung struktural. Namun, trombosis yang menjadi penyulit aterosklerosis merupakan penyebab pada sebagian besar kasus stroke trombolitik, dan embolus dari pembuluh besar atau jantung merupakan penyebab tersering stroke embolitik.(Smith et al.,2001) Sumbatan aliran di arteria karotis interna sering merupakan penyebab stroke pada orang berusia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan atau stenosis. Pangkal arteria karotis interna, merupakan tempat tersering terbentuknya aterosklerosis. Darah terdorong melalui sistem vaskular oleh gradien tekanan, tetapi pada pembuluh yang menyempit aliran darah yang lebih cepat melalui lumen yang lebih kecil akan menurunkan gradien tekanan di tempat konstriksi tersebut. Apabila stenosis mencapai suatu tingkat kritis tertentu, maka meningkatnya turbulensi di sekitar penyumbatan akan menyebabkan penurunan tajam kecepatan aliran. Penyebab lai stroke iskemik adalah vasopasme, yang sering merupakan respon vaskular reaktif terhadap perdarahan ke dalam ruang antara lapisan araknoid dan pia mater meningen. Sebagian besar stroke iskemik tidak menimbulkan nyeri, karen jaringan otak tidak peka terhadap nyeri. Namun pembuluh besar di leher dan batang itak memiliki banyak reseptor nyeri, dan cedera pada pembuluh pembuluh ini saat serangan iskemik menimbulkan nyeri kepala.

E. Klasifikasi (Tidak ada) Karena stroke sudah diklasifikasikan menjadi stroke hemoragik dan non hemoragik.

F. Manifestasi klinis a. b. c. Hemiparesis kontralateral. Hemisensorik. Bicara pelo ( disartri).

d. e. f. g.

Gangguan berbahasa (afasia). Amourosis fugaks ( kebutaan). Gangguan konjugat pergerakan bola mata ( deviasi conjugate). Kelainan fungsi luhur seperti agnosia dan apraksia.

Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain bersifat:  Sementara Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.  Sementara,namun lebih dari 24 jam Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)  Gejala makin lama makin berat (progresif) Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution  Sudah menetap/permanen (Harsono,1996, hal 67)

G. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi. b. Pemeriksaan integument Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke non hemoragik harus bed rest 2-3 minggu Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis Rambut: umumnya tidak ada kelainan. c. Pemeriksaan kepala dan leher

Kepala: bentuk normocephalik Muka: umumnya tidak simetris yaitu miring ke salah satu sisi Leher: kaku kuduk jarang terjadi. d. Pemeriksaan dada Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan. e. Pemeriksaan abdomen Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung. f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine. g. Pemeriksaan ekstremitas Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. h. Pemeriksaan neurologi: Pemeriksaan nervus cranialis Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central. Pemeriksaan motorik Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh. Pemeriksaan sensorik Dapat terjadi hemihipestesi. Pemeriksaan reflex Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.

H. Pemeriksaan Penunjang a. CT Scan Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark b. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri c. Pungsi Lumbal menunjukan adanya tekanan normal

tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan

d. e. f. g.

MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal (DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

I. Diagnosis/Kriteria diagnosis Tiga criteria diagnosis:


y

Onset akute artinya serangan ini terjadi secara tiba - tiba, artinya dalam beberapa menit sampai jam sebelum seseorang mengalami kelumpuhan ia masih dalam keadaan normal dan masih bisa beraktifitas.

Defisit Neurologis dijumpai, yang termasuk dalam defisit neurologis itu adalah: a) Hemiparesis, yaitu lumpuh ringan sesisi badan, lemah sesisi badan b) Hemiplegi, yaitu lumpuh total sesisi badan c) Disartria, yaitu berbicara celat d) Vertigo, yaitu oyong atau bahasa bataxnya mirdong, atau gampangnya pasien mengeluhkan ia merasakan segala sesuatu yang dilihatnya berputar putar atau ia merasakan seperti gempa e) Kebas pada tangan dan kaki

Stress Factor (+) Stress factor ini dapat berupa fisik maupun psikis. Dalam hal fisik seseorang itu sebelumnya melakukan aktivitas yang berlebihan dari kebiasaan yang

dilakukannya.. Stress psikis ini berupa adanya masalah yang dihadapi orang tersebut, masalah itu tentunya masalah yang membuat seorang itu terlalu sedih atau bahkan terlalu senang juga malah bisa menjadi stress factor terjadinya stroke.

J. Penatalaksanaan   Diuretika : untuk menurunkan edema serebral . Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.

 Medikasi antitrombosit dapat diserepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.

Menurunkan kerusakan iskemik cerebral Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.

 Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.  Pengobatan
y

Anti koagulan : Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase akut.

Obat anti trombotik : Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik / emobolik.

y y

Bloker calsium : Hemipidin digunakan untuk mengobati vaso spasme cerebral. Fentral : Digunakan untuk meningkatkan aliran darah kapiler mikrosirkulasi sehingga meningkatkan perfusi dan oksigen otak.

 Penatalaksanaan Pembedahan Indaterektomi dan pembedahan by pass cranial yaitu membuat anastomisis arteri ekstra cranial yang memperdarahi kulit kepala arteri intrakranial ketempat yang tersumbat. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

K. KOMPLIKASI    Hipoksia Serebral Penurunan darah serebral Luasnya area cedera

(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian  Aktivitas dan istirahat Data Subyektif:

Klien mengatkan kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.

Klien mengatakan mudah lelah, kesulitan istirahat/nyeri atau kejang otot.

Data obyektif: Perubahan tingkat kesadaran Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum. gangguan penglihatan

 Sirkulasi Data Subyektif: Klien mengatkan, mempunyai riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia. Data obyektif: Disritmia, perubahan EKG Pulsasi : kemungkinan bervariasi Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal

 Integritas ego Data Subyektif: Klien mengatakan perasaanya tidak berdaya, hilang harapan

Data obyektif: Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan kesulitan berekspresi diri

 Eliminasi Data Subyektif: Inkontinensia, anuria distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus( ileus paralitik )  Makan/ minum Data Subyektif: Klien mengatakan tidak nafsu makan. Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK Klien merasakan kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia Klien mengatkan mempunyai riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah

Data obyektif: Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring ) Obesitas ( factor resiko )

 Sensori neural Data Subyektif: Klien merasakan pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA ) Klien mengatakan nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid. Klien mengatakan lemah, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati Klien mengatakan penglihatannya berkurang Klien mengatakan ada gangguan rasa pengecapan dan penciuman

Data obyektif: Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam kontralateral ) Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral ) Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ (

kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya. Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral

 Nyeri / kenyamanan Data Subyektif: Klien mengatakan Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya

Data obyektif: Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial

 Respirasi Data Subyektif: Klien mengatakan kalau dirinya perokok ( factor resiko )

Data obyektif Gusi klien terlihat hitam

 Keamanan Data Subyektif Klien mengatakan, merasakan perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit Data obyektif: Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri  Interaksi social Data Subyektif Klien mengatakan enggan berkomunikasi dengan orang lain.

Data obyektif: Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi (Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah: gangguan oklusif, hemoragik, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral. 2) Gangguan Pola Eliminasi berhubungan dengan kehilangan kontrol /koordinasi otot, kerusakan neuro muskuler 3) Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral, gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial umum / letih. 4) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik atau konfusi, penurunan kekuatan dan ketahanan. 5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah akibat peningkatan tekanan intracranial / mulut, kelemahan

6) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi akibat kelemahan / kelumpuhan. 7) PK: penurunan kesadaran berhubungan dengan nekrosis jaringan otak

3. PERENCANAAN

No 1.

Diagnose keperawaratan

Tujuan/criteria hasil diberikan askep

Intervensi Mandiri faktor dengan yang situasi koma /

rasional

Perubahan perfusi jaringan Setelah

serebral b/d interupsi aliran selama..x24 darah: gangguan

jam, 1) Tentukan berhubungan individu/

1) Mempengaruhi Memerlukan

intervensi.

oklusif, diharapkan perfusi jaringan kembali efektif

hemoragik, spasme

perdarahan, serebrak 

penyebab

pembedahan/dipindahkan ruang kritis (ICU).

ke

pembuluh

darah dengan criteria hasil: terpelihara meningkatnya dan

penurunan perfusi serebral dan potensial TIK

serebral, edema serebral.

tingkat 2) Pantau dan catat status neurologis secara teratur

2) Mengetahui kecenderung tingkat kesadaran dan potensial

kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor  menampakan stabilisasi

peningkatan TIK.

tanda vital dan tidak 3) Evaluasi pupil 9 ukuran bentuk ada PTIK  peran menampakan pasien kesamaan dan reaksi terhadap cahaya 0 frekuensi ; dan irama adanya

3) Gangguan

penglihatan

yang

spesifik mencerminkan daerah otak yang terkena. 4) Perubahan terutama adanya

tidak 4) Pantau jantung murmur.

adanya kemunduran

auskultasi

bradikardia dapat terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak. Disritmia dan murmur mungkin mencerminkan adanya penyakit

jantung yang mungkin telah menjadi pencetus CSV ( seperti stroke setelah IM / penyakit 5) Kaji rigiditas yang katup) 5) Merupakan indikasi adanya

nukal,kedutan,kegelisahan

meningkat, peka rangsang dan serangan kejang.

iritasi meningeal. Kejang dapat mencerminkan peningkatan serebral memerlukanperhatian TIK/ adanya trauma yang dan

Kolaborasi 6) Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi

intervensi selanjutnya.

6) Menurunkan

hipoksia

yang

dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan meningka/ 7) Berikan medikasi sesuai indikasi   Antifibrolitik, missal terbentuknya edema. 7) Digunakan untuk memperbaiki sirkulasi kolateral/menurunkan

aminocaproic acid ( amicar ) Vasodilator perifer, missal cyclandelate, Manitol isoxsuprine.

vasospasme.

2.

PK:

penurunan

kesadaran Setelah

diberikan

askep jam

Mandiri 1) Kaji GCS klien

berhubungan dengan nekrosis selamax24 jaringan otak

diharapkan kesadaran kliem meningkat dengan kriteria hasil:      GCS=15 Kesadaran klien,kompos mentis Pupil tidak melebar Refleks pupil terhadap cahaya normal TTV dalam rentang normal 2) Kaji tingkat kesadaran klien

3) Kaji

status

neurologi

klien

seperti reflek pupil

4) Monitor TTV setiap 30 menit

Independent 1) Monitor kejang pada tangan kaki, mulut, dan otot-otot muka linnya

2) Persiapkan

lingkungan

yang

aman seperti batasan ranjang, papan suction pasien. 3) Pertahankan bedrest total selama fase akut.Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman pengaman, selalu dan alat dekat

berada

(memasang tidur, dll)

pinggiran sesuai

tempat hasil

pengkajian bahaya jatuh pada poin 1 Kolaborasi 4) Berikan dokter terapi seperti; sesuai advis

diazepam,

phenobarbital, dll

2.

A.

PERENCANAAN

B.

EVALUASI 1) PK: pendarahan intracranial berhubungan dengan pecahnya pembuluh darah otak Hal-hal yang perlu dievaluasi:
y y

Kadar trombosit dalam darah TTV

2) PK: peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah Hal-hal yang perlu dievaluasi:
y y y y

Derajat pelebaran pupil TTV Tingkat kesadaran Refleks pupil terhadap cahaya

3) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah: gangguan oklusif, hemoragik, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral. Hal-hal yang perlu dievaluasi:
y y y

Tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor TTV peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran / kekambuhan

4) PK: penurunan kesadaran berhubungan dengan nekrosis jaringan otak Hal-hal yang perlu dievaluasi:
y y y y y

GCS Tingkat kesadaran klien Pelebaran pupil Refleks pupil terhadap cahaya TTV

5) Risiko cedera berhubungan dengan kejang akibat peningkatan tekanan intracranial Hal-hal yang perlu dievaluasi:
y

Kemampuan klien dalam mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera

Kemampuan klien dalam mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,

Kemampuan dalam melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

Kejang klien

6) Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik atau konfusi, penurunan kekuatan dan ketahanan. Hal-hal yang perlu dievaluasi:
y

Kemampuan klien dalam mendemonstrasikan teknik/perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebuthan perawatan diri

Kemampuan klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri

Kemampuan klien mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas memberikan bantuan sesuai kebutuhan

7) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral, gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut, kelemahan umum / letih. Hal-hal yang perlu dievaluasi:
y y y

Pemahaman klien tentang problem komunikasi Kemampuan klien dalam menentukan metode komunikasi untuk berekspresi Kemampuan klien dalam menggunakan sumber bantuan dengan tepat

DAFTAR PUSTAKA

1. Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996 2. Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993 4. Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Bedah, Jakarta, EGC ,2002 5. Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000 Buku Ajar Keperawatan Medikal

3. Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996 4. Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993 5. Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996 4. Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Bedah, Jakarta, EGC ,2002 5. Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000 6. Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996 Buku Ajar Keperawatan Medikal

Stroke Iskemik / Stroke Non Hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Gejalanya biasanya muncul pada pagi hari setelah baru bangun. Penderita SNH biasanya kesadaran umumnya baik. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema skunder.

Anda mungkin juga menyukai