FAKTOR RISIKO DIABETES MELLITUS PADA PENDUDUK PULAU GILI
KETAPANG, DESA GILI KETAPANG, KECAMATAN SUMBERASIH, KABUPATEN PROBOLINGGO (ANALISIS DATA DETEKSI DINI PENYAKIT TIDAK MENULAR KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2012) Andika Fisma Prayoga Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Biostatistika Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember ABSTRACT Diabetes Mellitus is a noninfectious disease characterized by high level of blood glucose. This disease become a public health problem because the increasing number of the prevalence all of the world. This was a cross sectional study using the secondary data of noninfectious disease early detection of Probolinggo Port Health Office to the find the associations between body mass index, waist circumference, physical activity, blood cholesterol level, systolic blood pressure, diastolic blood pressure, and family history of diabetes mellitus with diabetes mellitus among Gili Ketapang Island people. The result shown that body mass index (OR = 24,7), waist circumference (OR = 18,9), systolic blood pressure (OR = 8,3), and family history of diabetes mellitus (OR = 17,8) were significants with the presence of diabetes mellitus. In the other hand this study shown there were no significant associations between diastolic blood pressure, physical activity, and blood cholesterol level, with the presence of diabetes mellitus. Based on this research, its needed some actions to control this disease such as increasing number of health facilities and health workers in this island, giving information about diabetes mellitus and habituating health live style to the Gili Island people such as making physical exercise continuously, decreasing sugar consumption, decreasing body weight and making medical check up continuously to Gili Island people.
Key Words: Diabetes Mellitus, Risk Factors, Body Mass Index, Waist Circumference, Systolic Blood Pressure
2
PENDAHULUAN Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu gangguan kesehatan berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). Seseorang dikatakan menderita DM apabila ditemukan adanya glukosa pada urin orang tersebut atau konsentrasi glukosa darah dalam keadaan puasa 126 mg/dL atau 200 mg/dL sewaktu diperiksa (Prasetyo, 2009). Terdapat empat jenis DM yakni DM tipe 1, DM tipe 2, diabetes gestasional, dan diabetes tipe khusus. Berdasarkan keempat tipe tersebut, DM tipe 2 yang paling tinggi prevalensinya hingga mencapai lebih dari 90% (Tapan, 2009), bahkan menjadi penyebab kematian kedelapan di negara maju dan salah satu tiga titik segitiga raja penyakit bersama penyakit kardiovaskuler dan stroke (Bustan, 2007). Diabetes Mellitus (DM) menjadi masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya diperkirakan semakin meningkat. Oleh karena itu DM tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, dan geriatrik (Siagian dan Rimbawan, 2004). Menurut International Diabetes Federation (2006), penderita DM pada tahun 2004 adalah 240 juta orang di seluruh dunia dan diperkirakan meningkat menjadi 380 juta penderita pada tahun 2025 dengan 80% beban kesehatan di negara berkembang dan negara miskin. Lebih dari 60% penderita DM berada di Asia dengan jumlah penderita mencapai 110 juta di tahun 2007 dan prevalensinya diperkirakan akan meningkat pesat sebagai akibat adanya globalisasi (Chan et al., 2009). Prevalensi DM di Indonesia besarnya 1,2%-2,3% dari penduduk usia lebih dari 15 tahun dengan jumlah mencapai 8.426.000 dan diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun 2030. Artinya terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun. Bahkan pada tahun 2000 Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita DM terbesar kedua di Asia setelah India (Bustan, 2007). 3
Secara umum faktor risiko DM ada dua macam yakni faktor risiko yang dapat dikendalikan dan faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan. Faktor risiko DM yang tidak dapat dikendalikan adalah usia, genetik, dan ras (Zhou et al., 2009; Maskarinec et al., 2009). Sedangkan faktor risiko DM yang dapat dikendalikan adalah indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, aktivitas fisik, kolesterol total dalam darah, hipertensi sistolik, dan hipertensi diastolik (Al-Osaimi dan Al-Gelban, 2007; Longo- Mbenza et al., 2010). Berdasarkan penjelasan tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengkaji karakteristik geografis dan sosiodemografis Pulau Gili Ketapang, 2) mengidentifikasi indeks massa tubuh, lingkar pinggang, aktivitas fisik, kadar kolesterol total dalam darah, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan kejadian Diabetes Mellitus di Pulau Gili Ketapang, 3) menganalisis hubungan antara indeks massa tubuh, lingkar pinggang, aktivitas fisik, kadar kolesterol total dalam darah, tekanan darah sistolik, dan tekanan darah diastolik dengan kejadian Diabetes Mellitus di Pulau Gili Ketapang, 4) menganalisis faktor risiko yang paling berpengaruh dengan kejadian Diabetes Mellitus di Pulau Gili Ketapang.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Pulau Gili Ketapang pada bulan Maret September 2012 yang mencakup persiapan penelitian, penyusunan proposal, pengambilan data, analisis data, dan penyusunan hasil penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah semua penduduk pulau Gili Ketapang berusia > 20 tahun sebanyak 9450 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara accidental sampling yaitu mengambil sampel yang kebetulan ada pada saat dilakukan kegiatan Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular. Pengambilan sampel secara accidental sampling dilakukan karena pada saat melakukan tersebut, mayoritas penduduk Pulau Gili Ketapang yang berjenis kelamin laki-laki sedang bekerja. Sampel penelitian ini adalah penduduk pulau Gili Ketapang berusia > 20 tahun yang mengikuti kegiatan Deteksi Dini 4
Penyakit Tidak Menular Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo pada 20 Maret 2012 sebanyak 201orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Sosial, Demografis dan Geografis Pulau Gili Ketapang Pulau Gili Ketapang adalah sebuah pulau kecil yang hanya terdiri atas satu desa yaitu desa Gili Ketapang. Pulau ini terletak di Selat Madura, tepatnya 8 km di lepas pantai utara Probolinggo dengan posisi geografis 113 14' Bujur Timur dan 5 55' Lintang Selatan. Secara administratif, pulau seluas 68 hektar ini termasuk wilayah Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Berdasarkan data rekapitulasi penduduk bulan Mei 2012, jumlah penduduk Pulau ini sebanyak 9450 dengan 2306 kepala keluarga yang tersebar di delapan dusun (Data Rekapitulasi Penduduk Desa Gili Ketapang Bulan Mei 2012). Fasilitas kesehatan dan pendidikan di Pulau ini masih sangat terbatas. Di pulau ini hanya terdapat sebuah puskesmas pembantu dengan tenaga kesehatan satu orang perawat dan satu orang bidan. Sedangkan untuk fasilitas pendidikan, di pulau ini hanya terdapat satu TK, satu SD, dan satu SMP sehingga masyarakat yang ingin melanjutkan studi ke jenjang SMA harus mencari SMA di luar pulau. Selain itu listrik di pulau ini hanya menyala dari pukul 17.00 hingga pukul 05.00 WIB sehingga akses informasi di Pulau ini sangat terbatas. Kondisi ini diperparah dengan lemahnya sinyal handphone di pulau ini. Pulau ini dihubungkan dengan Pulau Jawa dengan perahu motor melalui Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo, dengan waktu tempuh sekitar 30-45 menit tergantung kondisi ombak. Kondisi tanah di pulau ini sangat tandus sehingga tidak memungkinkan untuk dijadikan lahan pertanian. Dengan kondisi seperti ini masyarakat Pulau Gili Ketapang harus mendatangkan sayuran dan buah-buahan dari luar pulau yang diangkut ke Pulau Gili Ketapang dengan perahu motor. Selain itu kondisi pulau ini yang sangat padat dengan pemukiman warga membuat hanya ada sedikit lahan hijau yang kebanyakan ditumbuhi tumbuhan-tumbuhan yang tidak 5
memerlukan perawatan khusus seperti pohon sono dan rumput liar. Bahkan di pulau ini sering ditemukan adanya tanah yang seperti batu karang. Menurut legenda setempat, pulau ini dulunya menyatu dengan daratan Desa Ketapang (Pulau Jawa), yang kemudian bergerak lamban ke tengah laut karena gempa dahsyat akibat letusan Gunung Semeru. Nama Gili Ketapang berasal dari bahasa Madura, gili yang artinya mengalir, dan Ketapang merupakan nama asal desa tersebut. Hingga kini Pulau Gili Ketapang merupakan salah satu tujuan wisata alam di Kabupaten Probolinggo dengan Goa Kucing sebagai objek wisata andalan (www.probolinggokab.go.id, 2012). Masyarakat pulau ini mayoritas suku Madura dan menggantungkan hidupnya pada laut dengan berprofesi sebagai nelayan, dan pengemudi kapal penyeberangan. Selain itu tingkat masyarakat yang buta huruf di pulau ini juga masih besar. Dari 201 responden penelitian, hanya 12 orang diantaranya yang tidak buta huruf dan dibuktikan dengan tanda tangan yang mereka bubuhkan pada daftar hadir. Sedangkan sisanya hanya membubuhkan cap jempol. Berdasarkan pengamatan peneliti, masyarakat yang mampu berbahasa Indonesia juga hanya kalangan tertentu saja seperti kepala desa, sekretaris desa dan perangkatnya. Sisanya hanya mampu berbahasa Madura. Minimnya sarana hiburan membuat masyarakat pulau ini memiliki semangat kebersamaan yang tinggi. Pada malam hari, banyak warga kumpul-kumpul di balai desa sambil menonton televisi. Bahkan, mereka juga mengadakan acara nonton bareng Euro 2012 di balai desa. Masyarakat pulau ini juga sangat ramah dan terbuka dengan pengunjung dari luar pulau yang datang ke tempat mereka. 2. Analisis Univariabel Karakteristik responden penelitian berdasarkan Indeks Massa Tubuh, lingkar pinggang, aktivitas fisik, kadar kolesterol darah, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, riwayat keluarga, dan kejadian DM disajikan pada tabel berikut ini: 6
Tabel 1 Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Indeks Massa Tubuh, Lingkar Pinggang, Aktivitas Fisik, Kadar Kolesterol Darah, Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, Riwayat Keluarga dan Kejadian DM Karakteristik Responden Jumlah Persentase Indeks Massa Tubuh Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat 14 6,9% Kekurangan Berat Badan Tingkat Ringan 18 8,9% Normal 109 54,3% Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan 14 6,9% Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat 46 22,9% Lingkar Pinggang Normal 114 56,7% Lebih 87 43,3% Aktivitas Fisik Ya 3 1,5% Tidak 198 98,5% Kadar Kolesterol Darah Normal 150 74,6% Agak Tinggi 46 22,9% Tinggi 5 2,5% Tekanan Darah Sistolik Hipertensi Sistolik 153 76,1% Normal 48 23,9% Tekanan Darah Diastolik Hipertensi Diastolik 125 62,2% Normal 76 37,8% Riwayat Keluarga Ada Keluarga yang Menderita DM 11 5,5% Tidak Ada Keluarga yang Menderita DM 190 94,5% Kejadian DM Ya 24 11,9% Tidak 177 88,1% Sumber: KKP Kelas II Probolinggo, 2012 Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa lebih dari separuh responden memiliki indeks massa tubuh normal, dan memiliki lingkar pinggang normal. Mayoritas responden tidak beraktivitas fisik. Sebagian besar responden memiliki kadar kolesterol normal, menderita hipertensi sistolik, dan hipertensi diastolik. Mayoritas responden tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM. Berdasarkan Data Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular, 11,9% responden menderita DM. 3. Analisis Bivariabel Berikut ini adalah hasil analisis bivariabel Indeks Massa Tubuh, lingkar pinggang, aktivitas fisik, kadar kolesterol darah, tekanan darah sistolik, tekanan darah 7
diastolik, dan riwayat keluarga dengan kejadian Diabetes Mellitus. Analisis bivariabel ini dilakukan dengan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Penarikan kesimpulan adalah dengan melihat p value. Jika p value (0,05) maka H 0 diterima, namun jika p value < (0,05) maka H 0 ditolak. Tabel 2 Analisis Bivariabel Indeks Massa Tubuh, Lingkar Pinggang, Aktivitas Fisik, Kadar Kolesterol Darah, Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik, dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa IMT, lingkar pinggang, tekanan darah sistolik, dan riwayat keluarga berhubungan dengan kejadian DM karena memiliki nilai p value < 0,05. Keempat variabel tersebut dapat diikutkan dalam analisis multivariabel karena memiliki p value < 0,025. Pada tabel 2 juga dilakukan penggabungan kategori untuk variabel Indeks Massa Tubuh dan Kolesterol Darah.
DM p value
OR
Confidence Interval 95 % Pearson Chi- Square ya Tidak n % n % IMT <0,001
1 24,7
7,02 87,39
43,256 Normal dan Kurus 3 1,5 138 68,7 Obesitas 21 10,4 39 19,4 Lingkar Pinggang 25,989 Normal 2 1 112 55,7 <0,001 1 4,31 83,21 Lebih 22 11 65 32,3 18,9 Aktivitas Fisik 0,413 Ya 0 0 3 1,5 1,000 1 1,1 1,2 Tidak 24 11,9 174 86,6 1,1 Kolesterol Darah 0,207 Normal 17 8,5 133 66,2 0,837 1 0,48 3,19 Agak Tinggi dan Tinggi 7 3,5 44 21,9 1,2 Tekanan Darah Sistolik 5,827 Normal 1 0,5 47 23,4 0,013 1 1,1 63,296 Hipertensi Sistolik 23 11,4 130 64,7 8,3 Tekanan Darah Diastolik 0,001 Normal 9 4,5 67 33,3 1,000 1 0,42 2,45 Hipertensi Diastolik 15 7,5 110 54,7 1,1 Riwayat Keluarga Menderita DM 29,577 Tidak 17 8,5 173 86 <0,001 1 4,73 67,04 Ya 7 3,4 4 1,9 17,8 8
Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Diabetes Mellitus Variabel Indeks Massa Tubuh sebelumnya dikategorikan menjadi 5 kategori yakni kekurangan berat badan tingkat berat, kekurangan berat badan tingkat ringan, normal, kelebihan berat badan tingkat ringan, dan kelebihan berat badan tingkat berat. Namun, pengkategorian IMT menjadi 5 ini tidak memenuhi syarat uji chi square karena adanya cell yang memiliki nilai expected count kurang dari 5. Agar memenuhi syarat uji chi square, dilakukanlah penggabungan kategori IMT menjadi 2 macam yakni < 25 kg/m 2 (IMT kurus dan normal) dan 25 kg/m 2 (obesitas). Pada tabel 4.3 diketahui bahwa dari 24 orang penderita DM, 21 orang diantaranya menderita obesitas general. Sedangkan 177 orang yang tidak menderita DM, 39 orang menderita obesitas general dengan 138 orang sisanya memiliki IMT normal. Berdasarkan analisis bivariabel antara IMT dengan DM diperoleh hasil adanya hubungan signifikan antara IMT dengan DM dengan p value sebesar < 0,001 dan odds ratio (OR) sebesar 24,7. Ini menunjukkan bahwa seseorang yang menderita obesitas general memiliki risiko 24,7 kali lebih besar untuk menderita DM daripada orang IMT normal. Variabel IMT ini dapat diikutkan dalam analisis multivariabel karena memiliki nilai p value < 0,25. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Okada et al. (2010) yang menyebutkan adanya hubungan antara IMT dan DM. Giday et al. (2010) juga menyebutkan bahwa orang dengan IMT lebih dari 25 kg/m 2 berisiko 2,8 kali lebih besar daripada orang dengan IMT kurang dari 25 kg/m 2 . Limbu et al. (2008) yang membagi IMT menjadi lima yakni severe underweight mild underweight, normal, mild overweight, dan severe overweight juga memperoleh hasil serupa. Berdasarkan penelitian tersebut juga diperoleh hasil bahwa penderita severe overweight dan mild underweight masing-masing berisiko 5,2 dan 3,1 kali lebih besar daripada orang dengan IMT normal. Sedangkan penderita severe underweight, penderita mild underweight orang dengan IMT normal memiliki risiko yang sama besar untuk menderita DM. 9
Pada penderita obesitas general (memiliki IMT di atas normal) maupun obesitas sentral (memiliki lingkar pinggang di atas normal), jaringan adiposa melepaskan sejumlah besar asam lemak non ester, gliserol, hormon, dan pro inflamatori sitokinin yang dapat meningkatkan resistensi insulin. Resistensi insulin ini dapat berkembang menjadi pra diabetes yang apabila tidak segera ditangani juga dapat berkembang menjadi DM (Khan et al., 2006). Peningkatan IMT juga berhubungan dengan penyakit metabolik dan kardiovaskuler termasuk DM, hipertensi, dan dislipidemia (Succuro et al., 2008). Hubungan Lingkar Pinggang dengan Diabetes Mellitus Pada tabel 2 diketahui bahwa dari 24 orang penderita DM, 22 orang diantaranya juga menderita obesitas sentral. Berdasarkan analisis bivariabel diketahui adanya hubungan signifikan antara lingkar pinggang dan DM. Pada analisis tersebut juga ditemukan nilai odds ratio sebesar 18,9 dan p value sebesar < 0,001. Artinya seseorang dengan lingkar pinggang lebih berisiko 18,9 kali lebih besar daripada orang dengan lingkar pinggang normal untuk menderita DM. Variabel lingkar pinggang ini dapat dimasukkan dalam analisis multivariabel karena memiliki nilai signifikansi < 0,25. Hasil penelitian ini searah dengan hasil penelitian Zhou et al. (2009) yang menyebutkan adanya hubungan antara lingkar pinggang dan DM. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa penderita obesitas sentral berisiko 1,3 kali lebih besar untuk menderita DM daripada bukan penderita obesitas sentral. Hasil penelitian ini juga searah dengan penelitian Chhetri dan Chapman (2009) yang dilakukan di Nepal. Lingkar pinggang dan IMT sebenarnya merupakan faktor risiko DM yang berdiri sendiri-sendiri. Namun, lingkar pinggang merupakan indikator terbaik jika dibandingkan dengan indikator obesitas lainnya seperti IMT maupun rasio lingkar pinggang dan perut (Shah et al., 2009). Pada penderita obesitas sentral dan obesitas general, jaringan adiposa melepaskan sejumlah besar asam lemak non ester, gliserol, 10
hormon, dan pro inflamatori sitokinin yang dapat meningkatkan resistensi insulin. Resistensi insulin ini dapat berkembang menjadi pra diabetes yang apabila tidak segera ditangani juga dapat berkembang menjadi DM (Khan et al., 2006). Penderita obesitas sentral memiliki timbunan lemak di perut. Timbunan lemak ini dapat menyebabkan profil aterogenik dan resistensi insulin (Wiklund et al., 2007). Pada penderita obesitas sentral juga terjadi penurunan adiponektin. Adiponektin merupakan protein yang dapat meningkatkan kepekaan sel-sel tubuh terhadap aktivitas insulin sebagai pengatur keseimbangan kadar gula darah dalam tubuh. Penurunan adiponektin ini juga menurunkan kepekaan sel-sel tubuh terhadap aktivitas insulin sehingga meningkatkan resistensi insulin (Gotera dkk., 2006). Hubungan Tekanan Darah Sistolik dengan Diabetes Mellitus Analisis bivariabel menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tekanan darah sistolik dengan DM dengan p value = 0,013. Variabel ini dapat diikutkan dalam analisis multivariabel karena memiliki p value < 0,25. Pada analisis bivariabel tersebut juga diperoleh nilai odds ratio sebesar 8,3. Nilai odds ratio tersebut menunjukkan bahwa penderita hipertensi sistolik berisiko 8,3 kali lebih besar untuk menderita DM daripada bukan penderita hipertensi sistolik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Okada et al. (2010) yang menyebutkan hanya hipertensi sistolik yang merupakan faktor risiko DM. Hipertensi sistolik berhubungan dengan kejadian DM karena tekanan darah sistolik adalah tekanan darah saat darah yang kaya oksigen meninggalkan jantung untuk dialirkan ke seluruh organ dalam tubuh sehingga berpengaruh lebih besar terhadap organ-organ tubuh daripada tekanan darah diastolik (Okada et al., 2010). Resistensi insulin dapat mengakibatkan menurunnya elastisitas pembuluh arteri yang mengangkut darah dari jantung ke seluruh tubuh. Menurunnya elastisitas arteri ini juga menyebabkan menurunnya kemampuan arteri untuk berkontraksi guna menyesuaikan diameternya agar darah yang mengalir di dalamnya dapat mengalir dengan lancar. Pada akhirnya 11
penurunan kemampuan berkontraksi pada arteri ini menyebabkan peningkatan tekanan darah yang mengalir di dalamnya yang dapat berkembang menjadi hipertensi apabila tidak segera ditangani. Hipertensi jenis ini disebut hipertensi sistolik karena terjadi pada tekanan darah sistolik (tekanan darah saat darah meninggalkan jantung) yang mengalir di dalam arteri (Govindarajan et al., 2006). Hubungan antara hipertensi dengan DM sebenarnya sangat rumit dan berhubungan dengan faktor-faktor lain seperti genetik, lingkungan, maupun gaya hidup. Secara sederhana patofisiologi antara hipertensi dan DM melibatkan resistensi insulin, peningkatan radang pada jaringan, dan produksi Reaktif Oksigen Spesies (ROS) sebagai akibat disfungsi endothelial, peningkatan jaringan Renin Angiostensin Aldosterone Sistem (RAAS) dan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik. (Govindarajan et al., 2006). Adanya kandungan glukosa pada darah dapat mengakibatkan penyumbatan aliran darah yang pada akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah (Grossman dan Messerli, 2008). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi dan DM saling mempengaruhi.
Hubungan Riwayat Keluarga dengan Diabetes Mellitus Pada tabel 2 diketahui bahwa 7 dari 24 orang responden yang menderita DM memiliki riwayat keluarga yang juga menderita DM. Pada tabel tersebut terdapat 11 responden yang memiliki riwayat keluarga menderita DM, namun 4 orang diantaranya tidak menderita DM. Hasil analisis bivariabel memperoleh p value < 0,001 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara riwayat keluarga dan DM. Berdasarkan analisis bivariabel tersebut juga diketahui bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM berisiko 17,8 kali lebih besar untuk menderita DM daripada orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM. Hasil penelitian ini searah dengan hasil penelitian Das (2006), OnKin et al. (2010), dan Sujaya (2009) yang sama-sama mendapatkan hasil bahwa orang dengan 12
riwayat keluarga DM berisiko lebih besar untuk terkena DM daripada orang tanpa riwayat DM pada keluarga. Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang dapat diturunkan secara genetik dengan melibatkan gen pembawa resistensi insulin. Gen pembawa resistensi insulin akan terus berkembang seiring dengan peningkatan usia dan dapat diperparah dengan pola makan tinggi glukosa, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, dan faktor-faktor lain (Das, 2006). Adanya riwayat keluarga penderita DM juga dapat dilihat dengan adanya Poly Cystic Ovary Syndrome (PCOS) pada sel telur. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga DM memiliki PCOS yang lebih tinggi daripada orang tanpa riwayat keluarga menderita DM. Perempuan yang memiliki PCOS juga diketahui memiliki prevalensi obesitas, dan resistensi insulin lebih tinggi daripada perempuan tanpa PCOS. PCOS dapat mengakibatkan rusaknya sel pankreas pada calon janin jika kelak janin tersebut lahir. Rusaknya sel pankreas ini merupakan awal terjadinya DM pada seseorang (Vrbikova et al., 2008). 4. Analisis Multivariabel Berdasarkan analisis bivariabel, ada 4 variabel bebas yang dapat diikutkan dalam analisis multivariabel karena memiliki p value < 0,25. Keempat variabel tersebut adalah IMT, lingkar pinggang, tekanan darah sistolik, dan riwayat keluarga. Keempat variabel tersebut kemudian dianalisis dengan regresi logistik metode backward LR. Berdasarkan hasil analisis multivariabel diketahui bahwa terdapat dua variabel yang signifikan terhadap kejadian DM yaitu IMT dan riwayat keluarga. Hal ini didasarkan pada nilai p value kedua variabel tersebut yang < 0,05. Variabel yang paling kuat pengaruhnya terhadap kejadian DM adalah obesitas general dan riwayat keluarga. Alternatif model yang dihasilkan dari analisis multivariabel adalah sebagai berikut: g( x) = 1 n _ n ( x) 1 n _ = 1 1 + c -( 1,451+3,016 ( IMT) + 2,178 ( rIwayat kcIuarga) )
13
Pada regresi logistik, nilai E(Y/X) akan selalu berada antara nol dan satu. Nilai konstanta sebesar (1,451) menunjukkan jika tidak menderita obesitas general dan tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM, maka kejadian DM sebesar 75,7%. Hal ini dapat dilihat dari hasil penghitungan berikut: P = E( = 1X1 = x1) = 1 1 + c -( 1,451-2,223 ( 0) + 2,757 ( 0) ) = 0 ,7 573 Alternatif model regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan responden untuk menderita DM dengan cara memasukkan ke dalam model regresi logistik berikut: P = E( = 1 X1 = x1) = 1 1 + c -( 1,451+3,016 ( IMT) + 2,178 ( rIwayat kcIuarga) )
Beberapa kemungkinan responden menderita DM: a. Kemungkinan apabila responden menderita DM apabila menderita obesitas general (memiliki IMT lebih dari 25 kg/m 2 ) tetapi tidak memiliki riwayat keluarga DM. IMT = 1, riwayat keluarga = 0. P = E( = 1X1 = x1 ) = 1 1 + c -( 1,451+3,016 ( 1) + 2,178 ( 0) ) = 0,988 6 Kemungkinan apabila responden menderita DM apabila menderita obesitas general (memiliki IMT lebih dari 25 kg/m 2 ) tetapi tidak memiliki riwayat keluarga DM adalah sebesar 98,9%. b. Kemungkinan apabila responden menderita DM apabila tidak menderita obesitas general (memiliki IMT lebih dari 25 kg/m 2 ) tetapi memiliki riwayat keluarga DM. IMT = 0, riwayat keluarga = 1. P = E( = 1X1 = x1 ) = 1 1 + c -( 1,451+3,016 ( 0) + 2,178 ( 1) ) = 0,984 7 14
Kemungkinan apabila responden menderita DM apabila tidak menderita obesitas general (memiliki IMT lebih dari 25 kg/m 2 ) tetapi memiliki riwayat keluarga DM adalah sebesar 98,5%. c. Kemungkinan apabila responden menderita DM apabila menderita obesitas general (memiliki IMT lebih dari 25 kg/m 2 ) dan memiliki riwayat keluarga DM. IMT = 1, riwayat keluarga = 1. P = E( = 1X1 = x1 ) = 1 1 + c -( 1,451+3,016 ( 1) + 2,178 ( 1) ) = 0,999 8 Kemungkinan apabila responden menderita DM apabila menderita obesitas general (memiliki IMT lebih dari 25 kg/m 2 ) dan memiliki riwayat keluarga DM adalah sebesar 99,9% KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis data deteksi dini penyakit tidak menular Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Karakteristik Sosial Pulau Gili Ketapang adalah berpenduduk mayoritas suku Madura. Karakteristik Demografi Pulau Gili Ketapang adalah kebanyakan penduduk berprofesi sebagai nelayan, dan kebanyakan penduduk yang berusia lanjut buta huruf. Karakteristik Demografis Pulau Gili Ketapang adalah sebuah Pulau kecil yang berada di tengah Selat Madura dengan kondisi tanah yang tandus. b. Lebih dari separuh responden memiliki IMT normal dan lingkar pinggang normal. Mayoritas responden tidak melakukan aktivitas fisik. Kebanyakan responden memiliki kadar kolesterol darah normal. Sebagian besar responden menderita hipertensi baik hipertensi sistolik maupun hipertensi diastolik. Sebagian besar responden yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM. Persentase DM pada responden sebesar 11,9%. 15
c. Secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas general, obesitas sentral, tekanan darah sistolik, dan riwayat keluarga terhadap kejadian DM. Akan tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik, dan kadar kolesterol darah d. Secara statistik faktor risiko yang paling berhubungan terhadap kejadian DM adalah obesitas general dan riwayat keluarga. Saran a. Bagi Masyarakat Pulau Gili Ketapang 1) Masyarakat Pulau Gili Ketapang hendaknya berolahraga secara teratur dan mengurangi berat badan bagi yang menderita obesitas serta mengurangi konsumsi makanan berkadar gula tinggi untuk mencegah timbulnya DM. 2) Masyarakat Pulau Gili Ketapang hendaknya memeriksa kondisi gula darah secara rutin untuk mendeteksi DM sedini mungkin. 3) Masyarakat Pulau Gili Ketapang yang menderita DM hendaknya menghindari konsumsi makanan berkadar gula tinggi, melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur, dan melakukan upaya pengobatan agar terjadi penurunan kadar gula darah dan tidak timbul komplikasi. b. Bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo 1) KKP Kelas II Probolinggo hendaknya memberikan informasi secara lengkap mengenai DM beserta faktor risikonya kepada masyarakat Pulau Gili Ketapang melalui penyuluhan kesehatan, pembagian leaflet, poster, maupun media-media penyuluhan lainnya agar masyarakat pulau Gili Ketapang dapat melakukan tindakan pencegahan DM sedini mungkin dan mencegah timbulnya komplikasi DM. 16
2) KKP Kelas II Probolinggo hendaknya bekerja sama dengan instansi kesehatan terkait, misalnya Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, untuk mencegah dan menanggulangi DM di Pulau Gili Ketapang. c. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo 1) Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo hendaknya memperbanyak tenaga kesehatan khususnya tenaga penyuluh untuk ditugaskan di Pulau Gili Ketapang. 2) Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo hendaknya bekerja sama dengan instansi kesehatan terkait, misalnya KKP Kelas II Probolinggo, untuk mencegah dan menanggulangi DM di Pulau Gili Ketapang. d. Bagi Peneliti Selanjutnya 1) Melakukan penelitian Diabetes Mellitus di Pulau Gili Ketapang yang dikaitkan dengan faktor gizi dan pola konsumsi masyarakat pulau tersebut. 2) Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian sebelum melakukan penelitian.
17
DAFTAR PUSTAKA Bustan, M. N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Chan, J. C. N., Malik, V., Jia, W., Kadowaki, T., Yajnik, C. S., Yoon, K. H., and Hu, F. B. 2009. Diabetes in Asia; Epidemiology, Risk Factors, and Pathophysiology. Journal of American Medical Association. Vol. 301 (20).
Chhetri, M. R and Chapman, R. S. 2009. Prevalence and Determinants of Diabetes Among the Elderly Population in the Kathmandu Valley of Nepal. Nepal Medical College Journal. Vol. 11 (1): 34-38.
Das, S. K. 2006. Genetic Epidemiology of Adult Onset Type 2 Diabetes in Asian Indian Population: Past, Present and Future. International Journal of Human Genetics. Vol 6 (1): 1-13.
Data Rekapitulasi Penduduk Desa Gili Ketapang Bulan Mei 2012. Probolinggo.
Giday, A., Wolde, M., and Yihdego, D. 2010. Hypertension, Obesity and Central Obesity in Diabetics and Non Diabetics in Southern Ethiopia. Ethiop. J. Health Dev. Vol 24 (2).
Gotera, W., Aryana, S., Suastika, K., Santoso A., dan Kuswardhani, T. 2006. Hubungan Antara Obesitas Sentral Dengan Adiponektin Pada Pasien Geriatri Dengan Penyakit Jantung Koroner. Ejournal Unud. Vol. 3 (2).
Grossman, E and Messerli, F. H. 2008. Hypertension and Diabetes. Cardiovascular Diabetology: Clinical, Metabolic, and Inflammatory Facets. Vol. 45: 82-106.
Govindarajan, G., Sowers, J., and Stump, C. S. 2006. Hypertension and Diabetes Mellitus. European Cardiovascular Disease.Vol 10 (1): 1-7.
International Diabetes Federation. 2006. Diabetes Atlas 3rd Edition. Brussels, Belgium: International Diabetes Federation.
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Probolinggo. 2012. Data Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular. Kantor Kesehatan Kelas II Probolinggo.
Khan, S., Hull, R., and Utzschneider, K. 2006. Review Article Mechanism Linking Obesity to Insulin Resistance and Type 2 Diabetes Mellitus. Nature. Vol 444: 840-846.
18
Limbu, Y. R., Ramesh, V. K., and Ono, L. 2008. Risk Factors of Diabetes Mellitus in Kashmir. Nepal Medical College Journal. Vol 10 (2): 163-170.
Okada, K., Furuyso, N., Sawayama, Y., Kanamoto, Y., Murata, M., and Hayashi, J. 2010. Prevalence and Risk Factors for Diabetes: A Ten Year Follow-up Study of the Yaeyama District of Okinawa. Fukuoka Acta Med. Vol. 101 (10): 215- 224.
OnKin, J. B. K. L., Longo-Mbenza, B., Okwe, N., Kabangu, N. K., Mpandamadi, S. D., Wemankoy, O., and He, J. 2008. Prevalence and Risk Factors of Diabetes Mellitus in Kinshasa Hinterland. Int J Diabetes & Metabolism. Vol. 16: 97- 106
Pemkab Probolinggo. 2012. Profil Pulau Gili Ketapang. [serial online] http://www.probolinggokab.go.id/site/index.php?option=com_content&task=v iew&id=919&Itemid=92. [diakses 9 Juli 2012].
Prasetyo, R. 2009. Diktat Penatalaksanaan Kencing Manis di Puskesmas. Jember: Laboratorium Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Shah, A., Bhandary, S., Malik, S. L., and Koju, R. 2009. Waist Circumference and Waist-Hip Ratio as Predictors of Type 2 Diabetes Mellitus in the Nepalese Population of Kavre District. Nepal Medical College Journal. Vol 11 (4): 261-267.
Siagian, A dan Rimbawan. 2004. Indeks Glikemik Pangan Cara Mudah Memilih Pangan yang Menyehatkan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Succuro, E., Marini, M. A., Frontoni, S., Hribal, M. L., Andreozzi, F., Lauro, R., Pertlcone, F., and Sesti, G. 2008. Insulin Secretion in Metabolically Obese, but Normal Weight, and in Metabolically Healthy but Obese Individuals. Obesity Silver Spring. Vol. 16: 1881-1886.
Sujaya, I. N. 2009. Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali Sebagai Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada. Vol. 6 (1): 75-81.
Tapan, E. 2005. Penyakit Degeneratif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
19
Vrbikova, J., Grimmichova, K., Dvorakova, K., Hill, M., Stanicka, S., and Vondra, K. 2008. Family History of Diabetes Mellitus Determines Insulin Sensitivity and Cell Function in Poly Cystic Ovary Syndrome. Physiol Res. Vol 57: 547- 553
Wiklund, P., Toss, F., Weinehall, L., Halimans, G., Franks, P., Nordstorm, A., and Nordstorm, P. 2008. Abdominal and Gynoid Fat Mass are Associated with Cardiovascular Risk Factors in Men and Women. Jcem Endojournal. Vol 93 (11): 43-60.
Zhou, X., Ji, L., Luo, Y., Han, X., Zhang, X., Sun, X., Ren, Q., and Qiao, Q. 2009. Risk Factors Associated with the Presence of Diabetes in Chinese Communities in Beijing. Diabetes Research and Clinical Practice. Vol. 86: 233-238.