Anda di halaman 1dari 7

Danau Kelimutu, Keajaiban dari Flores

Danau Kelimutu terletak di Flores. Jika kamu membaca berbagai literatur dan pemberitan media massa mengenai kondisi Kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT), image yang melekat adalah daerah ini dikenal kering dan gersang. Namun, image tersebut tidak sepenuhnya benar. Daerah ini sebenarnya juga memiliki objek wisata alam yang memesona. Salah satunya terdapat di Pulau Flores. Sebanyak delapan Kabupaten di Flores memiliki objek wisata dan bahari yang dikenal hingga mancanegara. Di Kabupaten Ende misalnya, objek wisata yang sering dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara adalah danau tiga warna Kelimutu yang terletak sekitar 51 kilometer (km) dari Kota Ende. Kampung terdekat menuju Kelimutu adalah Kampung Moni, Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru, berjarak 13 kilometer. Objek wisata ini dapat dicapai dari Ende menggunakan bus antarkota. Para wisatawan bisa turun di Moni dan meneruskan perjalanan menggunakan jasa ojek atau menggunakan kendaraan pribadi dan carteran. Danau Kelimutu sendiri termasuk wilayah tiga kecamatan, yaitu Detusoko, Wolowaru, dan Ndona, Kahupaten Ende. Pemandangan di danau ini sungguh mempesona. Dari kejauhan, kabut putih tebal tampak bergerak perlahan menutupi puncak Kelimutu. Seperti gunung lainnya di Flores, Nusa Tenggara Timur, bila kabut turun, maka pendakian dan pemotretan terpaksa dibatalkan. Dalam waktu tak sampai satu jam, hampir seluruh kawasan Kelimutu sudah memutih. Kabut pecah silih berganti, menipis kemudian

bergerak dan kembali berkumpul di atas kawasan Kelimutu. Sebuah pemandangan yang menakjubkan. Itulah Gunung Kelimutu. Gunung yang memiliki tinggi 1.640 meter di atas permukaan laut (dapl) itu memiliki tiga buah kepundan di puncaknya yang disebut Danau Kelimutu. Ketiga Danau Kelimutu ini memiliki warna air yang berbeda-beda dan berubah tiap saat. Dari warna merah menjadi hijau tua kemudian merah hati. Kadang menjadi warna cokelat kehitaman dan biru. Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antardanau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter. Gunung Kelimutu meletus terakhir pada 1886 dan meninggalkan tiga kawah berbentuk danau yang airnya berwarna merah (tiwu ata polo), biru (tiwu ko'o fai nuwa muri), dan putih (tiwu ata bupu). Ketiga warna ini mulai berubah sejak 1969 saat meletusnya Gunung Iya di Ende dan perubahan warna itu pernah serupa. Kawasan Kelimutu telah ditetapkan sebagai taman nasional sejak 26 Februari 1992. Kawasan ini memiliki luas 5.365,5 hektare yang meliputi wilayah tiga kecamatan, yaitu Detusoko, Wolowaru, dan Ndona, Kabupaten Ende. Namun, sejak zaman penjajahan Belanda, danau ini sudah sering dikunjungi orang. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, danau dengan air warna merah merupakan tempat berkumpulnya para arwah dari berbagai belahan bumi. Danau dengan air merah adalah tempat berkumpulnya arwah orang jahat, danau biru untuk para pemuda-pemudi, dan danau putih untuk orang tua.

Danau Kelimutu dapat dicapai dan Kabupaten Sikka dan Ende. Jarak dari Ende ke Kelimutu sekitar 51 kilometer (km), sebaliknya dari Maumere ke Kelimutu sekitar 116 km. Karena puncak Kelimutu baru cerah mulai pukul 04.00 pagi, maka wisatawan dari arah dua kabupaten ini dapat bermalam di Kampung Moni, Desa Koanara, Kecamatan Wo1oaru yang terletak di kaki Gunung Kelimutu yang berhawa sejuk sekitar 21 derajat Celcius. Di kampung yang berjarak 13 kilometer dari Danau Kelimutu ini dibangun 20 unit homestay dan kafe milik Pemerintah Kabupaten Ende dan masyarakat sekitar. Daya tampung bisa mencapai sekitar 100 tempat tidur. Kawasan Moni sebenarnya berada di areal pinggir persawahan dengan suasana pedesaan yang sangat kental. Seluruh masyarakat hidup sebagai petani sawah dan pengusaha kafe dan restoran. Sekitar pukul 03.00 dini hari adalah waktu yang tepat untuk bergerak ke Danau Kelimutu dengan menggunakan mobil. Kendaraan di parkir di pos masuk sekitar 1 kilometer sebelum danau. Kemudian pengunjung berjalan kaki menyusuri jalanan sempit sehingga bisa menikmati sunrise dari puncak. Dalam perjalanan menuju Kelimutu, pengunjung bisa menikmati pemandangan flora dan fauna yang jarang dijumpai di tempat lain seperti cemara gunung, kayu merah, edelweis, landak, babi hutan, tikus besar, dan burung gerugiwa. Pemandangan menakjubkan juga dapat dilihat. Pemandangan tersebut adalah kegiatan solfatara yang terus mengepulkan uap dan dinding kawah yang berwarna kuning. Bila melemparkan pandangan ke bagian timur saat mencapai

puncak danau berwarna merah, sebuah bukit terlihat menjulang berbentuk bundar. Itulah Buu Ria, lokasi paling tinggi di Gunung Kelimutu. Sumber: www.google.com

Raja Derik

Pada suatu tempat di sisi barat Pegunungan Sierra Madre Oriental, 65 kilometer sebelah selatan dari Orizaba, Meksiko, sinar surya terik masih menyengat, tembus ke bawah kulit. Padahal matahari sejak tiga jam lalu bergeser dari titik kulminasi atasnya. Hari menjelang sore. Tiga pasang sepatu boot setinggi lutut beradu dengan bebatuan dan tanah berdebu Dua orang zoologist berjalan membungkuk sambil mengaiskan tongkat di tangan. Ujung tongkatnya menyungkil sejumlah kerikil hingga debunya berhamburan tertiup angin. Topi koboi berdaun 1ebar memberikan keteduhan yang cukup. Namun, peluh sebutir jagung masih jatuh satu per satu dari pelipis Sejak tadi badan mereka basah kuyup oleh keringat Sementara itu, satu orang zoologist lagi sibuk dengan handycamnya. Sang zoologist ini tidak ingin membuang momen-momen penting yang ada di hadapannya. Badannya ditutupi pakaian khas Meksiko yang lebar dan berjumbai. Demikian pula kepalanya, terlindung di bawah sombrero, topi berdaun sangat lebar. "Wah, kayaknya lubang ini baru saja dimasuki," ucap sosok yang berbadan agak kurus. la mengarahkan tongkat ke lubang di balik batu yang ditemukannya Hampir dua tahun mempelajarinya, ia sudah mulai kenal betul apa yang diamatinya "Coba kulihat, Dint" jawab rekannya sambil merendahkan lagi badannya

"Awaaas" seru rekannya Lelaki yang dipanggil Wan itu pun berjingkrak mundur, menjauh. Dengan sigap tongkatnya dijadikan tameng untuk menangkal serangan si ular derik yang baru saja keluar dari sarangnya. Tongkat penangkap ularnya beraksi. Ia menjepit bagian leher ular itu. Sang ular berontak menggeliat. Terbuka lebar rahangnya yang dihiasi taring panjang. la menyerang tongkat besi yang menjepitnya. Gemerincing sengau dari ujung ekornya yang bergetar dengar jelas. Ular itu merasa terancam. Sesekali ia mengarahkan patuknya ke pemiik tongkat. Untunglah ia terjepit kuat hanya berapa sentimeter di belakang kepalanya. Pak Iswan, yang kerap disapa Wan, memeriksa bagian bawah ekor yang melilit di tongkat. la memutar-mutar tongkatnya mencari posisi yang tepat. Sementara itu, kamera terus mengambil gambar. "Cocok, ini jantan," Pak Iswan memastikan. "Sudah cukup. Dua pasang, 'kan?" ujar rekannya yang disapa Pak Adin itu tanpa meminta jawaban. la menyodorkan karung putih yang di dalamnya sudah berisi tiga ekor rattler, ular derik. Ular yang baru saja ditangkap itu pun bergabung dengan teman-temannya. Terjadi berontak sejenak. Kemudian, kedua orang itu beranjak pulang. Mereka melalui kembali jalan setapak berbatu yang dilewatinya beberapa jam lalu. Mobil GM Sequel warna hijau tua mereka telah menunggu di kaki bukit, di balik serumpun semak kering. Ular hasil tangkapan, mereka masukkan ke dalam sebuah kotak plastik yang khusus dirancang sebagai tempat penampungan

Tak berapa lama berselang, akhirnya mobil mereka telah menginjak bibir aspal, meninggalkan jalan kampung yang berdebu. Mobil mereka menderu melaju melintasi jalan aspal yang memotong dataran tinggi Meksiko bagian selatan. Tertinggal jauh di belakang bola bulat matahari yang mulai menjingga. Petang menjelang. Indahnya matahari terbenam di ufuk Samudra Pasifik tidak mampu menggoda mereka. Jalan panjang di depan meliuk mulai menghitam kelam. Satu dua mobil yang berpapasan dengan mereka telah menyalakan lampu senja. Rekan mereka, Pak Guerico, duduk di belakang setir dengan santainya, Pak Guerico adalah penduduk asli Meksiko yang nenek moyangnya orang mestis. Orang mestis merupakan keturunan hasil perkawinan campuran antara orang Spanyol dengan penduduk pribumi, Indian. .
Dikutip: Dengan perubahan seperlunya Raja Derik, Mujahidin Agus, Pakar Raya, 2006

Anda mungkin juga menyukai