Anda di halaman 1dari 5

http://laksmi-asih.blogspot.com/2011/11/gizi-buruk-pada-anak-usia-sekolah-dasar.

html Senin, 21 November 2011 Gizi Buruk pada Anak Usia Sekolah Dasar Dalam pembangunan nasional diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas . Kualitas Sumber Daya Manusia tersebut ditingkatkan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan tersebut dimulai dari tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai de wasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti sandang, pangan, dan papan. Selain itu, peningkatan kesehatan juga penting untuk dilakukan. Salah satu masalah peningkatan kesehatan adalah masalah gizi. Masalah ini adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan denga n pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi muncul akibat masa lah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga (kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya), masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan ke rja. Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapa n hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pemba ngunan nasional. Hal ini menjadi menarik sehingga penulis mengambil tema tentang masalah gizi buruk yang mempengaruhi tingkat kesehatan. Masalah-masalah gizi buruk bisa menyerang siapa saja khususnya anak-anak usia s ekolah. Di sini penulis mengambil topik gizi buruk berupa faktor-faktor yang mem pengaruhi gizi buruk dan dampak pada anak-anak yang mengalami gizi buruk. Status gizi dan kesehatan yang baik dapat menekan kematian anak seminimum mungki n. Di samping itu, membaiknya status gizi akan berpengaruh terhadap kesehatannya kelak pada umur remaja dan dewasa. Selanjutnya, gizi buruk adalah suatu kondisi seseorang dinyatakan kekurangan nut risi, atau status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata (http://www.lusa. web.id/gizi-buruk/). Kasus gizi buruk umumnya menimpa anak-anak karena berbagai faktor. Selain itu, gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. An ak-anak yang menderita gizi buruk akan mudah untuk terkena penyakit atau bahkan meninggal dunia akibat efek sampingnya. seperti seharusnya (kerdil) dengan berat badan di bawah normal. Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza, yang berarti makanan . Ilmu gizi bisa berk aitan dengan makanan dan tubuh manusia. Dalam bahasa Inggris, food menyatakan makanan, pangan dan bahan makanan. (http: //www.lusa.web.id/konsep-dasar-ilmu-gizi/). Pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu secara klasik gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi, membangun, memeli hara jaringan tubuh, mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh). Pengertian s ekarang, selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, produktivita s kerja. (http://www.lusa.web.id/konsep-dasar-ilmu-gizi/). Sedangkan, pengertian menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), gizi adalah z at makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan. Dari berb agai pengertian tersebut, gizi mencakup dua komponen yaitu makanan dan kesehatan . Dalam pembangunan nasional, gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kuali tas sumber daya manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel -sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Padahal gizi diperlu kan untuk tumbuh kembang anak dari balita sampai dewasa sehingga bisa menjadi ge nerasi muda yang sehat. Dalam pencapaian kesehatan yang optimal memerlukan makanan yang mengandung gizi. Zat-zat yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompok an menjadi lima macam, yakni protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Fungsi-fungsi zat makanan itu antara lain sebagai berikut: A. Protein, diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewa n yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani biasanya mempunyai nil ai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein nabati. Sedangkan fungsi p

rotein bagi tubuh adalah membangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pengatu r seperti enzim dan hormon, dan membenruk zat inti energi (1 gram energi kira-ki ra akan menghasilkan 4,1 kalori) (Notoatmojo, 2003:196). B. Lemak, berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan sebagainya. Fung si pokok lemak adalah menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia, sebagai pelarut vitamin A, D, E, K, dan pelindung tubuh tertentu (Notoatmojo, 2003:196). C. Karbohidrat, berasal dari kentang, ubi jalar, talas, jagung, padi, dan ga ndum. Fungsinya sebagai sumber energi, mempertahankan kadar air dan garam natriu m, komponen jaringan tubuh, merangsang pertumbuhan bakteri usus, dan menurunkan kolesterol tubuh (Nursayonto dkk via Sumardi dkk, 2008:69). D. Vitamin, terdiri dari vitamin yang larut dalam air (vitamin A dan B) dan v itamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K). Secara umum fungsi vitamin a dalah untuk mengatur pertumbuhan dan mengatur fungsi organ tubuh (Prawirohartono dkk, 1993:44). E. Mineral, terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat fluor (F), natri um (Na), Chlor (Cl), Kalium (K), dan Iodium (I). Secara umum mineral mempunyai f ungsi sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian d ari struktur sel dan jaringan (Notoatmojo, 2003:197). Selanjutnya, masa anak sekolah adalah masa usia 6 12 tahun. Masa itu adalah masa p ertumbuhan dan perkembangan tubuh awal. Anak-anak yang tidak terpenuhi gizi di m asa tersebut, maka perkembangan dan pertumbuhan dalam diri seorang anak tidak da pat dikembangkan secara optimal, misalnya sering terserang penyakit. Selain itu, apabila makanan yang dikonsumsi tidak mengandung zat-zat makanan seperti protei n, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral, juga akan bermasalah dalam tumbuh k embang anak. Hal ini akan berpengaruh pada masa dewasa dan generasi muda, dan me nghambat keberhasilan pembangunan nasional. Selain itu, ada berbagai faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada anak. Secara g aris besar dikelompokkan ke dalam tiga lingkungan faktor yang besar, yaitu lingk ungan biologi, lingkungan fisik dan lingkungan psikososial. (Restiti, 1999:8). A. Lingkungan biologi Lingkungan biologi terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut: 1. Tingkat konsumsi gizi Zat gizi merupakan unsur penting untuk membentuk dan mengganti sel-sel yang rusa k termasuk otak, mengatur proses kerja fisiologis dan sebagai sumber tenaga. Ole h karena itu, asupan zat gizi dalam jumlah yang seimbang mutlak diperlukan pada berbagai tahap tumbuh kembang manusia termasuk pada anak-anak. Kualitas konsumsi makanan bisa dilihat dari kemampuan rata-rata individu untuk m encapai konsumsi nilai gizi makanan sesuai dengan kecukupan yang dianjurkan. Dal am Repelita VI telah ditetapkan bahwa kecukupan konsumsi rata-rata per orang per hari untuk energi adalah 2150 kilokalori. Selain angka kecukupan yang perlu dip erhatikan dalam menilai kualitas konsumsi makanan adalah komposisi jenis pangan. Jenis pangan yang beraneka ragam merupakan persyaratan penting untuk menghasilk an pola pangan yang bermutu gizi seimbang. 2. Infeksi Penyakit Mekanisme kerja antara status gizi dan penyakit cukup kompleks. Penyakit infeksi melalui penurunan selera makan dan peningkatan kebutuhan waktu sakit dapat diik uti oleh penurunan keadaan gizi. Sebaliknya penderita taraf gizi kurang memiliki daya tahan rendah, sehingga lebih peka terhadap penularan penyakit infeksi. Pen yakit yang dideritanya akan berlangsung parah dan lama sehingga berakibat terhad ap pertumbuhan fisiknya. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan anak di Indonesia. Sebagian dar i penyakit infeksi tersebut disebabkan oleh penyakit menular. Menurut data yang dikumpulkan Setiady (1978) menunjukkan bahwa dari lima juta bayi yang lahir tiap tahun, kira-kira 600.000 akan meninggal sebelum mereka mencapai umur satu tahun dan dari jumlah kematian tersebut lebih dari 100.000 akan meninggal karena peny akit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (Setiady via Restiti, 1999:10). B. Lingkungan Fisik Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan fisik antara lain sebagai berikut: 1. Ketersediaan pangan Ketersediaan pangan yang cukup bagi masyarakat merupakan sarana potensial untuk

mengatasi permasalahan gizi. Sebagai upaya agar setiap individu mampu mengkonsum si gizi yang berkualitas dan berkuantitas harus didukung pula dengan adanya kete rsediaan pangan sampai pada tingkat keluarga. Ketersediaan pangan ini juga perlu didukung daya akseptabilitas rumah tangga terutama dari faktor daya beli keluar ga. Keadaan gizi penduduk erat kaitannya dengan kemampuan penyediaan pangan baik di tingkat keluarga, maupun wilayah. Apabila bahan makanan yang tersedia cukup dan beragam serta didukung dengan pengetahuan gizi yang baik di kalangan masyarakat, maka dapat diharapkan konsumsi pangan dan zat gizi dapat mencapai tingkat kecuk upannya. Keadaan ini akan mampu menciptakan status gizi yang baik apabila tidak terdapat gangguan infeksi di dalam tubuh. 2. Faktor Sanitasi Lingkungan Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam menciptakan lingkung an yang mendukung kesehatan anak dan masa pertumbuhannya. Kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit. Akibat dari kebersihan yang kurang maka anak-anak akan mudah terinfeksi oleh berbagai penya kit misalnya diare, kecacingan, tifus abdominalis, hepatitis, malaria dan lain-l ain. Selain itu, faktor pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat merupakan hal yan g sangat penting dan dalam banyak hal merupakan faktor penentu kondisi lingkunga n yang mempengaruhi kesehatan. Selain itu, polusi yang berasal dari pabrik, asap kendaraan, atau asap rokok dapat berpengaruh terhadap tinggnya angka kejadian I SPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Pada anak yang sering mengalami gangguan penyakit ini maka proses pertumbuhan juga akan mengalami gangguan. C. Lingkungan Psikososial Lingkungan psikososial terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut: 1. Keadaan sosial ekonomi Timbulnya masalah gizi sangat erat kaitannya dengan masalah kemiskinan. Oleh seb ab itu, upaya terbaik untuk mengatasi masalah gizi dengan memberdayakan masyarak at miskin melalui peningkatan pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi ini ak an meningkatkan pendapatan yang akan berpengaruh terhadap konsumsi makanan dalam keluarga. Di beberapa negara berkembang masyarakat miskin hampir membelanjakan pendapatannya khusus untuk makanan (di India Selatan keluarga miskin menghabiska n 80% anggaran belanjanya untuk makanan), sedangkan di negara maju hanya 45%. Ha sil survey yang dilakukan Hertanto (1993) pada keluarga miskin di Kelurahan Band arharjo menyatakan bahwa lebih dari separuh responden membelanjakan 60% dari tot al pengeluaran untuk pangan (Hertanto via Restiti, 1999:14). Pendapatan yang rendah menyebabkan orang tidak mampu membeli bahan pangan dan no n pangan dalam jumlah yang diperlukan. Badan Pusat Statistik (1993) menyebutkan bahwa garis kemiskinan dinyatakan sebagai bersarnya pengeluaran untuk memenuhi 2 100 kalori per hari dan kebutuhan minimal makanan ditambah dengan kebutuhan mini mal bukan makanan seperti perumahan, bahan bakar, sandang, pendidikan, kesehatan , dan transportasi (Badan Pusat Statistik via Restiti, 1999:15). Dengan demikia n keadaan sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap perbaikan gizi. Jika keadaa n sosial ekonomi rendah, orang menjadi tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Hal in i menyebabkan gizi buruk meningkat. 2. Faktor pendidikan Keadaan gizi seorang anak dipengaruhi oleh perilaku orang tuanya. Jika orang tua nya memiliki pengetahuan yang tinggi tentang kesehatan dan gizi, akan semakin ti nggi pula tingkat kesehatan dan gizi keluarganya. Ini akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarga khususnya anak. Tersedianya fasilitas dan sarana pendidikan yang memadai juga merupakan salah sa tu faktor penunjang keberhasilan pendidikan masyarakat sehingga pengatahuan masy arakat akan meningkat. Fasilitas dan sarana pendidikan yang cukup akan memberika n kesempatan belajar kepada anggota masyarakat. Selanjutnya, di usia sekolah, anak-anak bergizi buruk dan gizi kurang tidak akan dapat berfikir cerdas, karena sel-sel otaknya tidak tumbuh maksimal. Anak yang otaknya mengecil ini tidak bisa diperbaiki karena periode pertumbuhan otaknya su dah terlewati (Suryati, 2010:14). Selain itu, ada berbagai dampak penyakit yang ditimbulkan karena gizi buruk yaitu penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP), an

emia (penyakit kurang darah), Zerophthalmia (Defisiensi vitamin A), dan Kwashior kor (defisiensi protein). Dampak penyakit tersebut sebagai berikut: A. Penyakit Kurang Kalori Protein (KKP) Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karboh idrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau terjadi defisiensi atau defisit energi dan protein (Notoatmodjo, 2003:199). Pada anak-anak, KKP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingk at kecerdasan (Almatsier, 2009:307). Selain itu, apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori, maka akan terjadi defisiensi kalori dan protei n. B. Anemia (Penyakit kurang darah) Anemia adalah defisiensi hemoglobin dalam darah yang disebabkan oleh kekurangan sel darah merah dan/atau kandungan hemoglobinnya (Hinchliff, 1999:20). Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh (Notoatmodjo, 2003:200). Padahal zat besi merupakan mikroel emen yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah, y akni dalam hemoglobin (Hb). Jika anak-anak kurang mengkonsumsi makanan yang meng andung zat besi (Fe), bisa menyebabkan kurang gizi besi yaitu Anemia. C. Zerophthalmia (Defisiensi vitamin A) Penyakit ini disebabkan kekurangan konsumsi vitamin A di dalam tubuh. Ini mempun yai peranan penting dalam sebagai penyebab kebutaan anak. Gejala-gejala yang dit imbulkan adalah kekeringan epithel biji mata dan kornea, karena glandula lakrima ris menurun, bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak. Fungsi vitamin A mencakup, fungsi dalam proses melihat, metabolisme, dan reproduksi. Kekuranga n vitamin A dapat dicegah dengan cara penyuluhan gizi tentang makanan-makanan ya ng bergizi, khususnya makanan-makanan sebagai sumber vitamin (Notoatmojo, 2003:2 01). D. Kwashiorkor (Defisiensi protein) dan marasmus Kwashiorkor disebabkan oleh defisiensi protein. Pada umumnya, penyakit ini diseb ut busung lapar. Makanan yang dimakan biasanya kurang mengandung nutrien. Penamp ilan anak-anak yang menderita penyakit ini umumnya khas, terutama pada bagian pe rut yang menonjol. Berat badannya jauh di bawah berat normal. Tanda-tanda kwashi orkor meliputi wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, perubahan status mental (cengeng, rewel, kadang apatis), rambut kusam, dan bercak merah coklat pa da kulit (Alatas dan Rusepno, 1985:362). Sedangkan marasmus karena kurang karboh idrat. Pada keadaan ini ialah pertumbuhan yang kurang atau terhenti. Gejala-geja la yang ditimbulkan yaitu tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut rontok d an patah, gangguan kulit. Pada umumnya penderita tampak lemah sering digendong, rewel, dan banyak menangis (Alatas dan Rusepno, 1985:365). Jadi, gizi buruk pada anak usia 6 12 tahun disebabkan oleh berbagai faktor lingkun gan. Faktor tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu lingkungan biologi, lingk ungan fisik, dan lingkungan psikososial. Lingkungan biologi berupa tingkat konsu msi gizi dan infeksi penyakit, lingkungan fisik berupa kesediaan pangan dan sani tasi lingkungan, sedangkan lingkungan psikososial berupa keadaan sosial dan ting kat pendidikan. Berbagai faktor tersebut menimbulkan berbagai dampak penyakit ka rena sel-sel otaknya tidak tumbuh maksimal. Dampak penyakit yang ditimbulkan yai tu penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP), anemia (penyakit kurang darah), Zer ophthalmia (Defisiensi vitamin A), dan Kwashiorkor (defisiensi protein). Jika an ak usia sekolah (6 12 tahun) tidak terpenuhi gizi, perkembangan dan pertumbuhan da lam diri seorang anak tidak dapat dikembangkan secara optimal. Selain itu, anak tersebut bisa terserang berbagai dampak penyakit. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi harus mengandung zat-zat makanan seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Hal ini akan berpengaruh pada masa dewasa dan generasi mu da yaitu untuk melancarkan keberhasilan pembangunan nasional. Sumber: Asih, Laksmi. 2010. Gizi Buruk pada Anak Usia Sekolah Dasar . Makalah Bahasa Indone sia Semester 1. Tidak Diterbitkan. Restiti, Niluh Putu Ratih. 1999. Faktor-Faktor yang Behubungan dengan Prevalensi Anak Batita Bawah Garis Merah di Propinsi Jawa Tengah . Skripsi Sarjana Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai