Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ANALISI JURNAL pre-service teachers' exposure to using the history of mathematics to enhance their teaching of high school

mathematics Oleh : Pusti Lestari 108017000015

PENDAHULUAN Jurnal penelitian ini berjudul pre-service teachers' exposure to using the history of mathematics to enhance their teaching of high school mathematics. Tujuan secara umumnya untuk mengetahui persepsi calon guru matematika mengenai pentingnya sejarah matematika dalam pengajaran siswa SMA dan apakah pemaparan sejarah matematika tersebut bisa digunakan sebagai salah satu metode guru mengajar. Pembelajaran matematika bukan hanya sekedar memberikan pemahaman mengenai konsep kepada peserta didik. Tetapi juga menerapkan matematika bermakna, yaitu di mana siswa merasa akrab dengan matematika sehingga mereka menghargai matematika dan merasa bahwa matematika adalah pelajaran yang memberikan manfaat. Oleh karena itu pengajaran matematika membutuhkan guru yang lebih dari sekedar memiliki kompetensi matematika tetapi juga memiliki pengetahuan luas tentang matematika, apa dan bagaimana matematika, serta sikap positif guru terhadap matematika. Penelitian dalam jurnal ini menjelaskan bahwa salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan pengajaran guru terhadap matematika yang bermakna adalah dengan pemaparan sejarah matematika, mengenal apa konstribusi matematika dalam kehidupan manusia sehingga para calon guru memiliki pengetahuan matematika yang lebih luas. Dengan demikian akan timbul sikap positif terhadap matematika dan rasa lebih percaya diri dalam mengajarkan matematika.

PEMBAHASAN A. Masalah Masalah dalam penelitian ini tidak ditulis secara eksplisit. Walaupun demikian kita masih dapat melihat jelas bahwa masalah dari penelitian dari penelitian ini adalah persepsi

calon guru tentang pentingnya sejarah matematika dalam pengajaran matematika bermakna mereka bagi siswa. Adapun rumusan masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian adalah: Bagaimana calon guru memandang topik mengenai sejarah matematika Apakah para calon guru berpendapat bahwa sejarah matematika seharusnya dimasukan dalam kurikulum sekunder matimatika. Bagaimana kesiapan calon guru memasukan sejarah matematika dalam kelas mereka. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru untuk lebih memperluas cakrawala matematika khususnya sejarah matematika, membuat para peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang dimasukanya sejarah matematika ke dalam pendidikan formal, dan sebagai salah satu contoh metode yang dapat digunakan fakultasfakultas pendidikan dalam memaparkan sejarah matematika dalam kursus calon guru. B. Pembahasan Teori Pembahasan teori dalam jurnal penelitian ini dijelasakan dalam introduction. beberapa teori yang dijelaskan diantaranya : Standar profesional NCTM menjelaskan bahwa tugas matematika "harus mendorong rasa siswa bahwa matematika adalah domain yang berubah dan berkembang, di mana ideide tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu dan kelompok-kelompok budaya yang banyak memberikan kontribusi. Menggambar tentang sejarah matematika dapat membantu para guru untuk menggambarkan ide ini "(NCTM, 1991). "Matematika dikenal sebagai suatu disiplin yang sangat sulit untuk mengajarkan bahwa itu telah mengembangkan khusus pendidikan sub-disiplin dengan paradigma

sendiri dan karakter (matematika pendidikan) "(Furinghetti, 2000, hal 44).. Kesulitan ini dapat menjadi dasar pengamatan bahwa banyak guru matematika sangat kurang dalam kemampuan mereka untuk menyediakan penjelasan konten bermakna untuk masa depan siswa mereka, dan sebagai gantinya mempromosikan aturan-aturan dasar matematika (Ball, 1990; Quinn, 2001). Pengajaran yang efektif melibatkan lebih dari seorang guru yang memiliki kompeten matematis (Begle, 1968; Eisenberg, 1977); pengetahuan matematika saja tidak mengajar. Menurut Thompson (1992), cara yang

diterjemahkan ke dalam lebih baik

diinginkan pengajaran dan pembelajaran matematika dipengaruhi oleh konsepsi seseorang

tentang matematika. Konsepsi matematika menggabungkan

tidak hanya pengetahuan konten dasar

konten matematika (aturan dan algoritma) tapi matematika bermakna

(mengetahui mengapa dan bagaimana matematika) dan sikap guru terhadap matematika . Jika reformasi dalam pendidikan matematika adalah untuk menjadi sukses, guru matematika harus memiliki pengetahuan yang memadai pengetahuan konten matematika bermakna serta positif sikap terhadap subjek "(Quinn, 2001, hal 113).. Menurut Clark & Peterson (1986) dan Romberg & Carpenter (1986), bagaimana guru menafsirkan dan melaksanakan kurikulum dipengaruhi secara signifikan oleh pengetahuan dan keyakinan mereka. Phillippou & Chistou, (1998) mencatat bukti bahwa calon guru dapat membawa kesalahpahaman dan sikap negatif terhadap matematika, namun, tampaknya seakanuntuk memberikan kesempatan untuk mempengaruhi

program pelatihan guru mampu

sikap positif. Ball (1990) berpendapat bahwa metode kursus matematika dapat mengubah pengetahuan calon guru, asumsi, dan perasaan mereka tentang matematika, serta keyakinan mereka mengenai peran mereka sebagai guru di kelas. C. Hipotesis Di dalam jurnal ini, pemaparan hipotesis dimulai dari paragraf yang menjelaskan: Menggabungkan sejarah matematika dalam kurikulum matematika dapat membantu siswa untuk belajar bahwa matematika, pada kenyataannya, "sebuah disiplin yang telah mengalami evolusi dan bukan sesuatu yang muncul dari udara tipis "(Jankvist, 2009, hal 239). Menggunakan sejarah matematika di kurikulum sekolah menunjukkan sisi humanistik subjek dan dapat meningkatkan motivasi pembelajar (Charalambous, Panaoura, & Philippou, 2009; Jankvist, 2010, NCTM, 1991). Ini adalah bijaksana cara untuk

mengajar matematika dan memiliki banyak keuntungan seperti memungkinan siswa untuk membuat koneksi, mengasah kemampuan memecahkan masalah dengan menawarkan teknik, meletakkan dasar bagi

berbagai pendekatan dan berbagai algoritma dan

pemahaman yang lebih baik, dan menyoroti interaksi antara matematika dan masyarakat (Wilson & Chauvot, 2000). " Menggunakan sejarah matematika oleh calon guru membantu mereka menjadi sadar akan proses dan perjuangan melalui matematika, mengembangkan, meningkatkan

pemahaman mereka terhadap konten yang mereka harapkan untuk mengajar, membekali mereka dengan metode dan teknik untuk menggabungkan bahan sejarah dalam pengajaran

mereka sendiri, dan menawarkan wawasan tentang evolusi dari kurikulum matematika (Charalambous, Panaoura, & Philippou, 2009). D. Metodologi Penelitian Penelitian yang dijelaskan dalam jurnal ini menurut metodenya merupakan penelitian survey. Dimana tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi tentang variabel dari sekolompok obyek (populasi). Survei dapat dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel seperti pendapat, persepsi, sikap, prestasi, motivasi, dan lain-lain. Peneliti dapat mengukur variabel-variabel tersebut secara jelas dan pasti. Dalam jurnal ini, variabel yang ingin dipelajari adalah pendapat guru mengenai peningkatan pengajaran matematika mereka di Sekolah Menengah Atas dengan sejarah matematika. Objek Penelitian:

Mahasiswa dan sarjana calon guru yang terdaftar dalam program matematika. Partisipan dibagi menjadi tiga kelompok satu di Musim semi 2008, satu pada musim semi 2009, dan satu di Spring 2010. Anggota kelompok di tahun 2008 tadalah 12 guru, 10 mahasiswa dan 2 sarjana. Anggota kelompok tahun 2009 terdiri dari 12 calon guru, 8 mahasiswa dan 4 sarjana. Dan anggota kelompok tahun 2010 terdiri dari 8 calon guru, 7 mahasiswa dan 1 sarjana. Teknik pengumpulan mata Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Digunakannya teknik pengumpulan data melalui kuesioner sejalan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Skala penilaian jawaban angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan skala sikap kategori Likert. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004 : 67) bahwa: Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang/sekelompok orang tentang fenomena sosial. Prosedur penelitian : Sesi pertama, peserta menyelesaikan kuesioner yang dibuat untuk mendapatkan persepsi mereka tentang peran sejarah matematika di kelas sekolah tinggi. Mereka diminta untuk menyediakan empat digit nomor terakhir jaminan sosial mereka sehingga kuesioner bisa disesuaikan dengan kuesioner terakhir sekitar 16 minggu kemudian.

Kuisioner dibuat untuk menunjukan pemaparan guru mengenai sejarah matematika di sekolah menengah, perguruan tinggi, dan bacaan mereka sendiri; pendapat mereka apakah sejarah matematika harus diintegrasikan ke dalam kurikulum matematika di sekolah tinggi dan kesiapan mereka untuk mengajar sejarah matematika di kelas mereka sendiri. Ini diikuti oleh respon pertanyaan bebas untuk menjelajahi apa peran sejarah matematika dalam ruang kelas sekolah menengah, apa yang akan mereka butuhkan untuk meningkatkan persiapan mengintegrasikan sejarah matematika di kelas mereka, dan apa pengalaman mereka dalam mengamati sejarah matematika di SMA. Di bagian akhir nama-nama matematikawan terdaftar dan peserta diminta untuk mengidentifikasi siapa yang mereka kenal dan kagumi serta kontribusi apa yang berkaitan dengannya. Selama satu semester, peserta menyelesaikan kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan sejarah matematika mereka. Mereka mulai dengan membaca buku, Fermat's Enigma oleh Simon Singh. Saat membaca, mereka diminta untuk mencari matematikawan di bidang: teori bilangan, aljabar, geometri, kalkulus, matematika diskrit dan statistik dan probabilitas. Mereka menyimpan daftar para ahli matematika yang

disertai dengan deskripsi bidang matematika yang membuatnya terkenal, peristiwa atau tantangan yang mengarah ke penemuan mbidang tersebut, dan kontribusinya terhadap cabang matematika atau disiplin ilmu lain. Peserta kemudian memilih "matematikawan favorit" mereka dan menyiapkan presentasi singkat tentangnya. Mereka juga mengembangkan daftar pertanyaan yang mereka bisa gunakan untuk Buku Bicara. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan kelompok mendiskusikan buku tersebut. Setiap kelompok berdiskusi dan merekamnya. Rekaman tersebut kemudian ditranskrip dan hasilnya dianalisis untuk tema-tema umum antar kelompok. Selain itu, calon guru juga memilih kursus materi matematika yang sering diajarkan di sekolah. Mereka memilih unit dan menggambarkan sejarah matematika apa yang akan dapat dimasukkan ke dalam unit tersebut. Terakhir, mereka masing-masing menulis sebuah refleksi singkat tentang sejarah matematika berdasarkan buku Singh, Buku Bicara dan tugas-tugas yang diberika dalam penelitian ini. Pertanyaan yang diajukan antara lain, "Apa yang Anda pelajari?" Dan, "Bisakah hal-hal yang telah anda alami dapat memberikan informasi dalam pengajaran Anda kedepannya? " Dalam sesi terakhir, setelah semua tugas diselesaikan, kuesioner kembali diberikan dan diperiksa.

E. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini menggunakan pendekatan analisi campuran, menggabungkan teknik kualitatif dan kuantitatif. Data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan sampel berpasangan t-Tes yang dilakukan dengan SPSS (SPSS, 2008). Sedangkan secara kualitatif dengan membagi hasil kuesioner kepada tiga kelompok. Kelompok yang menganggap matematika tidak memiliki peran apapun, memiliki peran dan terakhir memiliki banyak peran. Data kualitatif yang lain diambil dari kuesioner hasil akhir refleksi peserta yang dimulai dengan pendekatan open-coding dimana beberapa kategori dikembangkan. Data kuantitatif Hasil : Respon untuk skala likert diberikan skor 4= sangat setuju, 3= setuju, 2= tidak setuju, 1= sangat tidak setuju. Untuk menghitunga data tersebut digunakan sampel t-test. Tabel satu menunjukan rata-rata skor total dari dua data yang biberi pertanyaan mengenai: 1. Sejarah matematika sebaiknya diintegrasikan ke dalam kurikulum matematika sekolah menengah atas. (integrasi sejarah) 2. Saya siap memasukan sejarah matematika dalam pengajaran saya di sekolah menengah atas. (kesiapan) 3. Saya telah mengekspos sejarah matematika di sekolah menengah atas saya sendiri. (ekspos di SMA) 4. Saya telah mengekspos sejarah matematika pada program lain di kampus saya (ekspos di perguruan tinggi) 5. Saya telah mengekspos sejarah matematika melalui bacaan saya sendiri / studi (ekspos melaui bacaan). Tabel 1 Rata-rata total untuk pertanyaan-pertanyaan Item integrasi sejarah Kesiapan ekspos di SMA Mean Total (n=32) Sebelum 3.31 2.06 2.38 Mean Std t(2sig .005 .000 Efek size .529 .814 .547 .117

Sesudah diff 3.63 2.88 1.94 3.22 0.312 0.812

deviasi arah) 0.592 0.998 2.985 4.605

-0.438 0.801 0.125 1.070

-3.091 .004 0.661 .514

ekspos di 3.09 perguruan tinggi

ekspos bacaan

melaui

2.48

2.77

0.29

1.006

1.006

.119

.289

Pembahasan hasil: Dengan membuat hipotesis sebagain berikut:

dengan t-Tab (df = 31 dan p=0.05) = 2.04 Setelah t-Test dihitung dan ternyata t-Test dan berarti perbedaanyatidak signifikan.1 Sampel t -Test menunjukkan berbedaan yang signifikan (t = 2,985, df = 31, p<0,05) untuk item pertama "mengintegrasikan sejarah matematika" yang menunjukkan t-Tab, maka ditolak atau berarti diterima

perbedaannya signifikan, begitupun sebaliknya. Jika maka t-Test < t-Tab

bahwa pada saat akhir kuesioner, responden lebih setuju dengan mengintegrasikan sejarah matematika dalam kurikulum matematika sekolah tinggi dari pada mereka pada saat kuesioner awal. Begitu juga untuk item kedua "kesiapan" (t = 4,605, df = 31, p <0,05) ini menunjukkan bahwa calon guru merasa lebih siap dengan kemampuan mereka untuk mengintegrasikan sejarah matematika dalam pengajaran di sekolah tinggi. Untuk item ketiga ekspos di SMA signifikansi (t = -3,091, df = 31, p <0,05) perbedaan menunjukan pada kuesioner pertama para peserta telah cukup mengekspos sejarah matematika di sekolah menengah atas, tetapi di kuisioner akhir mereka merasa belum cukup. Sedangkan untuk item ke empat dan kelima tidak terlihat perbedaan yang signifikan. Efek size untuk item dan kedua adalah sedang, 0.529 dan 0.547 dan yang tinggi ada di item pertanyaan kedua. Data Kualitatif Hasil : Untuk pertanyaan open ended Apa peran sejarah matematika harus ada dalam kurikulum matematika SMA ",? Mayoritas calon guru berpendapat bahwa peran sejarah matematika tidak terlalu penting di kuisioner pertama dan hanya tiga orang yang berpendapat berperan sangat penting. Pendapatnya adalah: "Ketika siswa diperkenalkan dengan topik baru, mereka juga harus diperkenalkan dengan sejarah

Pengantar Statistik Pendidikan, Prof Drs Anas Sudijono

dari topik itu. Jadi pada dasarnya saya merasa sejarah matematika harus diberikan di atas pelajaran "; "Sejarah matematika harus digunakan sebagai sebuah pengantar yang menarik sebagai pengetahuan tambahan ", dan". Saya merasa bahwa sejarah matematika harus sedikit terlibat ketika memberikan siswa pengetahuan matematika. Sejarah fakta atau nama matematikawan dapat memberikan siswa kesempatan untuk membuat hubungan dengan konsep. " Pada akhir kuesioner, pendapat calon guru berganti bahwa sejarah matematika peran yang sangat penting. Kali ini, hanya tiga orang yang pendapatnya dalam kategori peran kecil sedangkan mayoritas sisanya berpendapat dalam kategori peran utama. Pembahasan Hasil : Pemeriksaan terakhir tentang dokumen-dokumen refleksi yang dibuat oleh para peserta menunjukan bahwa hal tersebut meningkatkan pengetahuan mereka dan membuat mereka mempunyai alasan untuk memasukkan sejarah matematika dalam pengajaran matematika SMA. manfaat tersebut. Peningkatan pengetahuan sendiri : Peserta mengindikasikan bahwa mereka menikmati tugas yang diberikan. Membaca buku, berpartisipasi dalam Buku Bicara, mengembangkan cara-cara untuk menggabungkan sejarah matematika dalam pengajaran mereka, dan mendorong mereka untuk melakukan beberapa penelitian mereka sendiri tentang matematikawan dan "mengapa" dan "bagaimana" dari beberapa simbol matematika dan teorema yang mereka gunakan. Salah satu peserta menunjukkan bahwa serangkaian tugas "merasa seperti sebuah perjalanan matematika". Lain-lain menunjukkan bagaimana mereka belajar tentang sejarah matematika dan bagaimana " bidang matematika yang berbeda berhubungan satu sama lain "serta mendapatkan" pemahaman matematika yang lebih secara keseluruhan " dan "belajar logika matematika". Pendapat lain menunjukkan bahwa tugas ini "memaksa saya untuk belajar lebih lanjut tentang orang-orang yang bekerja di bidang matematika sekarang "yang bertentangan dengan apa kebanyakan orang berpikir tentang sejarah matematika yang tentang "zaman dahulu". Alasan untuk memasukkan sejarah matematika dalam matematika SMA: Setiap peserta menunjukkan bahwa mereka merasa perlu untuk mengekspos sejarah matematika kepada siswa sekolah menengah atas. Mereka merasa bahwa "lebih Berikut adalah penjelasan dua

banyak siswa akan termotivasi dalam pembelajaran matematika jika mereka belajar tentang sejarahnya ", " siswa akan mendapatkan apresiasi yang lebih mendalam untuk matematika dengan mempelajari asal ". Mereka juga menunjukan alasan pedagogis untuk termasuk sejarah matematika di SMA matematika seperti berikut: "Pengajaran sejarah matematika penting karena memperluas gaya belajar. Beberapa siswa akan belajar melalui penggunaan cerita, dan dengan mengajar sejarah belakang beberapa aturan dan teorema, siswa akan mulai membuat koneksi. "Belajar tentang sejarah matematika, belajar tentang matematika, dan meminta siswa melakukan proyek / tugas akan memungkinkan siswa yang tidak berprestasi dalam matematika untuk bersinar dan menunjukkan kemampuan mereka yang lain. Ini akan menarik perhatian siswa dan mereka akan terlihat maju untuk datang ke kelas matematika; "Pengajaran sejarah matematika juga merupakan cara yang bagus untuk menggabungkan literasi ke dalam kelas. " F. Kesimpulan Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa ternyata pemaparan atau pengetahuan tentang sejarah matematika dapat meningkatkan rasa percaya diri guru dalam mengajar matematika sehingga kualitas pengajaran mereka meningkat. penelitian ini pun bisa dipergunakan untuk para aktivis atau akademisi dalam bidang penjaran matematika. Baik itu fakultas pendidikan, sekolah, guru matematika dan yang lainya.

Anda mungkin juga menyukai