Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH PROPAGANDA OLEH MEDIA MASSA DI NEGARA DEMOKRASI (AMERIKA SERIKAT)

PENDAHULUAN Seperti Amerika Serikat, Indonesia adalah Negara yang menganut asas demokrasi. Hal itu tertulis dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 yang berbunyi.. Yang membedakan demokrasi Indonesia dan Amerika Serikat hanyalah waktu ddemokrasi itu lahir dan seberapa peran media massa baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kancah kenegaraan, yang juga menjadi salah satu parameter besarnya kekuatan demokrasi di suatu negara. Amerika Serika mulai mengembangkan demokrasi melalui media saat pemilu tahun 1916, yang pada akhirnya dimenangkan oleh Woodrow Wilson. Sedangkan Indonesia baru benar-benar menjalankan demokrasi sejak beralihnya masa orde baru menjadi reformasi, tepatnya setelah runtuhnya pemerintahan otoriter Soeharto. Soeharto pada massa orde baru membatasi ruang gerak media massa. Media massa hanya ada dua pada saat itu, yaitu media massa milik pemerintah, contohnya RRI dan TVRI, yang hanya berisi keberhasilan dan berbagai dukungan yang ditujukan kepada Soeharto, serta media massa swasta yang oleh Soeharto hanya boleh berisikan hiburan-hiburan yang difungsikan untuk mengalihkan perhatian rakyat Indonesia ketika di kubu pemerintah terdapat masalah dan penyimpangan. Hal-hal seperti, propaganda yang dilakukan elit politik dengan menggunakan peran dan fungsi media massa, juga terjadi di negara demokrasi yang besar seperti Amerika Serikat. Oleh karena itu kita perlu mempelajari seperti

apa dan seberapa jauh peran media massa dalam mempengaruhi social psikologis rakyat Amerika Serikat, bahkan untuk menjalankan kepentingan-kepentingan politik yang pada akhirnya berhubungan dengan masalah demokrasi itu sendiri.

TEORI DAN TEKNIK PROPAGANDA Harold Lasswell, salah satu ahli komunikasi, mengatakan Propaganda is in the broadest sense the technique of influencing human action by the manipulation of representations. Menurut Harold Lasswell, propaganda, dalam arti yang luas, adalah teknik untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan memanipulasikan representasinya. Salah satu alat untuk itu adalah media massa. Sedikit berbeda dari Lasswell, Qualter mengatakan Propaganda is the deliberate attempt by some individual or group to form, control or alter the attitudes of other groups by use of the instruments of communication with the intention that in any given situation the reaction of those so influenced will be that desired by the propagandist. Qualter mengungkapkan bahwa propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja oleh beberapa orang atau kelompok untuk membentuk, mengawasi atau mengubah sikap dari kelompok-kelompok lain dengan menggunakan media komunikasi dengan tujuan bahwa pada setiap situasi yang tersedia, reaksi dari mereka yang dipengaruhi akan seperti yang diinginkan si propagandis. Dibanding dengan teori Lasswell, teori Qualter lebih menekankan media massa sebagai alat propaganda, sebagai pengubah sikap kelompokkelompok lain selain kelompok si propagandis. Dan biasanya pemilik media adalah salah satu bagian dari propagandis tersebut, atau seseorang atau kelompok yang ingin masuk ke dalam kelompok propagandis. Kesimpulan dari teori Harold

Lasswell dan Qualter adalah propaganda adalah teknik mempengaruhi manusia, atau mengubah persepsi seseorang atau kelompok sesuai yang diinginkan oleh orang atau kelompok yang melakukan propaganda, bisa dengan cara memanipulasikan representasi kegiatan dan pola pikir masyarakat, dan bisa pula memakai media massa sebagai alatnya (propaganda menjadi lebih efektif). Selain teori tentang definisi propaganda, para ahli juga mengemukakan teknik-teknik dalam propaganda, salah satunya Harwood Childs. Harwood membagi teknik propaganda ke dalam 4 bagian, sebagai berikut: 1. Strategy of publicity Penyebaran propaganda dengan menggunakan media komunikasi seperti surat kabar, majalah, radio, televise, bahkan internet, untuk menyebar luaskan suatu pesan. 2. Strategy of organization Pembentukan suatu jaringan organisasi untuk melaksanakan kegiatan sugesti massa. 3. Strategy of argument Kemampuan seseorang yang melakukan propaganda untuk

mengemukakan suatu pesan secara jelas dan nyata untuk meyakinkan massa dengan cara-cara yang logis, masuk akal, dan dapat diterima. 4. Strategy of persuasion Upaya propaganda untuk yang bersifat persuasif dengan membuat sugesti di kehidupan masyarakat, yang dilandaskan pada emosi dan bukan pada sesuatu yang bersifat rasional.

Dalam teknik-teknik propaganda yang dipaparkan oleh Harwood tersebut, terdapat teknik propaganda yang menggunakan media komunikasi dalam penyampaian pesan. Media massa yang begitu kuat dampaknya pada masa-masa tertentu dipakai oleh segelintir orang atau kelompok yang menginginkan perubahan sikap ataupun pengalihan suatu masalah di dalam kehidupan masyarakat. Isi pesan dalam media dirubah, dikurangi, bahkan ditambah (manipulasi) agar masyarakat yang tergantung pada kekuatan media massa, tanpa dipaksa, bersedia merubah pandangan dan sikapnya sesuai tujuan dan kepentingan propagandis. Praktek-praktek seperti ini sering dipakai oleh negarawan atau elit politik dalam merebut dan mempertahankan kekuasan, termasuk di negara adidaya seperti Amerika Serikat. Sejarah mencatat di Amerika Serikat yang merupakan negara demokrasi, yang sangat demokratif, pemakaian media untuk mengalihkan isu-isu baik yang bersifat dalam negeri maupun luar negeri, sering terjadi. Bermacam-macam tujuan dan kepentingan dibalik propaganda yang dilakukan, mulai dari pencalonan presiden hingga peminggiran kaum-kaum proletar dalam kancah politik Amerika Serikat, yang menurut Noam Chomsky kaum proletar dalam demokrasi memang seharusnya berperan pasif sebagai penonton.

Anda mungkin juga menyukai