No
Tgl
Rasional
mencederai diri Klien berhubungan dengan depresi mencederai diri TUK 1: Setelah 2
1.1 kali
dapat
1.1. Perkenalkan diri dengan klien 1.2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati 1.3. Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan. 1.4. Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons
keadaan
saling percaya
dengan perawat b. mau nama c. memanggil nama perawat d. bercerita dengan perawat tentang menyebug
pekerjaannnya
sesuai dengan keinginannya 1.5. Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana dan mudah dimengerti 1.6. Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang lain.
TUK 2: Klien
2.1. Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien. 2.2. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa
kooperatif
dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan 2.3. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan 2.4. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping. 2.5. Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima 2.6. Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih 2.7. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan
masalah.
TUK 3:
3.1
3.1. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri. 3.2. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan oleh pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci. 3.3. Jauhkan bahan alat yang membahayakan pasien. 3.4. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh
Klien terlindung dari Klien dapat menjaga dirinya perilaku diri mencederai sendiri dari tindakan yang membahayakan
peramat/petugas.
4.1 dapat Klien dapat mengungkapkan harga penyebab depresi dan harga diri rendah
4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya. 4.2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu. 4.3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
dukungan sosial
dan keluarga
terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut). 5.2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama). 5.3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
6.1 dapat Klien dapat mengenal obat obat dan fungsinya dan 6.1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat). 6.2. Bantu menggunakan
obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu). 6.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan. 6.4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.