Anda di halaman 1dari 8

PENGENALAN UMUM ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

PENDAHULULAN

Ilmu kedokteran forensik berkembang sesuai dgn kemajuan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu kedokteran pada khususnya karena kedokteran forensik adalah penerapan kedokteran untuk kepentingan pembuktian perkara peradilan. Ilmu Kedokteran Forensik berasal dari bahasa Romawi lama yaitu : Forum yaitu suatu wadah pada zaman Romawi dimana orang orang bijak / raja pada waktu itu menerima berbagai pengaduan dari masyarakat tentang berbagai masalah yang dialami masyarakat termasuk masalah- masalah kriminal yang memerlukan penetapan siapa salah dan siapa yang benar. Berkembangnya Ilmu Hukum dan kesadaran masyarakat akan hak hak-nya dalam memperoleh keadilan , pembuktian siapa benar dan siapa salah pada kasus apapun tidak selalu bisa ditentukan secara mudah, sehingga diperlukan berbagai sarana pembuktian yang sifatnya ilmiah yaitu Ilmu pengetahuan termasuk Ilmu Pengetahuan Kedokteran. Pemanfaatan pengetahuan untuk kepentingan pembuktian dalam proses peradilan sebetulnya telah berkembang lama , awalnya dimulai dari kepercayaan seperti pada zaman animisme ( kepercayaan terhadap benda benda alam ) proses pembuktian ini diserahkan juga pada alam apabila ada permasalahan dengan menentukan siapa yang salah atau yang benar.

Berkembangnya teknologi dan pengetahuan yang sangat pesat saat ini tidak jarang juga dimanfaatkan untuk kejahatan , kemajuan transportasi dan komunikasi menyebabkan terjadinya kejahatan lintas batas antar negara sehingga kualitas dan kuantitas kejahatan sangat tinggi, sementara disisi lain tuntutan masyarakat akan penghargaan terhadap Hak Azazi Manusia , Kepastian Hukum dan Keadilan menuntut kepolisian bekerja secara professional. Dalam mengungkap kejahatan terhadap tubuh manusia dirasakan peranan Kedokteran Forensik sangat penting, pembunuhan dengan kualitas tinggi seperti penggunaan racun, teror dengan bahan biologis , kimia dan nuklir, pembunuhan dengan perencanaan dan lain lain, memerlukan antara lain keahlian dan pengetahuan Kedokteran Forensik dalam pengungkapan kasusnya. Peranan kedokteran forensik mendukung secara ilmiah dalam proses penegakan hukum dan keadilan tidak dapat disangkal lagi, kerjasama yang bersifat kesetaraan dan kemitraan dalam pengungkapan perkara pidana yang menyangkut tubuh manusia antara kepolisian dan para ahli kedokteran forensik perlu dikembangkan agar masyarakat mendapatkan proses penegakan hukum yang professional, ilmiah dan benar, sehingga masyarakat mendapat keadilan baik masyarakat sebagai korban, pelaku atau pihak pihak lain yang terkait dalam suatu tindak pidana.

SEJARAH PERKEMBANGAN MODERN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


Sejarah perkembangan dukungan Ilmu Kedokteran mencatat keterpaduan antara Ilmu Dasar dan Ilmu Kedokteran sejak kebudayaan manusia masih ber-azas-kan aninisme telah di formulakan bahwa penyakit ditimbulkan oleh adanya kejahatan atau kesalahan pada orang tersebut, entah itu berupa kejahatan terdapat lingkungan maupun terhadap sesama manusia yang ditentukan oleh benda benda yang ada di alam ini maupun oleh ke hendak dewa dewa ( azas hukum karma ) sehingga orang tersebut harus dihukum dengan membayar atau melakukan suatu ritual tertentu. Berkembangan Ilmu Kedokteran kemudian lebih ilmiah dalam mendukung salah atau tidaknya seseorang , Hippocrates ( 460 335 bc ) mencatat bahwa kematian mendadak lebih sering terjadi pada orang yang gemuk dibandingkan orang yang kurus selain itu beliau menetapakn dasar dasar dari sumpah dokter. Aristoteles ( 348 322 bc ) sudah menyatakan bahwa kehidupan bayi mulai ada pada 40 hari setelah pembuahan, pernyataan ini menentukan berat ringan hukuman oleh hakim pada kasus abortus provokatus, kemudian seorang dokter dari Roma Antitius telah meletakan dasar dasar otopsi pada pemeriksaan jenazah Kaisar Julius Caesar ( 100 - 44 bc ) yang mati dengan 23 tusukan, dinyatakan oleh Antitius pada Forum ( mimbar ) peradilan bahwa kematian kaisar sesuangguhnya hanya oleh satu tusukan pada sela iga satu dan dua yang mengenai jantung, sehingga kemudian berkembanglah istilah Forensik yang berasal dari kata forum. Peranan Ilmu Kedokteran Forensik kemudian lebih berkembang lagi dengan munculnya publikasi kedokteran forensik seperti di Cina

terdapat transkripsi Hsi Yuan Lu ( The washing away of wrongs ) berisi mengenai petunjuk pemeriksaan mayat. Dokter dokter German menemukan tes hidrostatik paru yang masih sering dipakai hingga saat ini untuk menentukan apakah bayi telah bernafas atau belum pada kasus pembunuhan bayi sendiri ( infantisida ), Ambroise Pare (thn 1575 ) dokter tentara Perancis yang menulis buku mengenai perlukaan, aborsi, infantisid, pengantungan, dan lain lain pengetahuan forensik dari pakar terdahulu di dunia, sehingga saat ini tidak ada satu kasus yang menyangkut tubuh manusia tidak mengikut sertakan hasil pemeriksaan dokter atau dokter forensik. Kemudian dengan berkembangnya ilmu pengetahuan telah berkembang pula Ilmu Kriminalistik atau Forensic Sciences yaitu ilmu - ilmu yang dimanfaatkan untuk mengungkap kejahatan dari barang bukti yang ditemukan seperti : Sidik jari, darah, senjata dan benda benda lain diluar tubuh mansia yang digunakan atau terkait dengan tindak pidana yang terjadi. Disisi lain perkembangan Ilmu Kedokteran Forensik juga membawa manfaat yang besar dalam pembuktian suatu perkara pidana khususnya yang menyangkut tubuh manusia, sehingga peranan dokter dalam membantu penyelesaian kasus pidana dan keadilan semakin tegas dan bersifat ilimiah dan sulit terbantah sebagai contoh tentang hasil otopsi pada korban yang mati, pemeriksaan laboratorium DNA, dll. Saat ini perkembangan Ilmu Kedokteran Forensik tidak saja dibutuhkan dalam penanganan korban mati , tapi juga pemeriksaan pada kasus kasus korban hidup, pemeriksaan pada tersangka pelaku kejahatan atau pada kasus dugaan Malpraktek. Pembuktian proses kejadian kejahatan seksual seperti perkosaan, percabulan misalnya sangat sulit dibuktikan tanpa pemeriksaan oleh Dokter Forensik. Pada pemeriksaan tersangka pelaku juga sangat membutuhkan pemeriksaan dokter dalam hal penentuan apakah pelaku

dapat menpertanggung jawabkan tindakan secara mental, apakah pelaku layak atau tidak layak untuk diperiksa oleh penyidik atau pengadilan terkait dengan kesehatan badannya. Salah satu kecabangan baru dari kedokteran forensik adalah Criminal Profiling yaitu kemampuan dalam memperkirakan pelaku kejahatan berdasarkan pola Tempat Kejadian Perkara , Pola perlukaan pada tubuh korban, tanda tanda lain yang ditinggalkan korban secara sadar atau tidak sadar ( meludah, puntung rokok yg banyak atau tulisan tulisan tertentu ) yang banyak diperlukan pada kasus pembunuhan sadis, pembunuhan beruntun ( Serial Murder ) dan kasus yang sulit dipecahkan. Keahlian dalam profiling pelaku ini dikembangkan tidak hanya berdasarkan Kedokteran Forensik tapi juga memanfaatkan ilmu pengetahuan lain seperti : Psikologi , kriminologi , kriminalistik maupun sosiologis serta pengalaman dalam penanganan berbagai kasus sehingga analisa profiling ini menjadi lebih tajam dan komprehensif dalam menganalisa suatu kasus.

* *

Thanatology ( Ilmu yang mempelajari tentang perubahan yang terjadi pada kematian ). Traumatology ( Ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat perlukaan ).

Pemeriksaan Kedokteran Forensik dapat dilakukan pada korban / tersangka yang hidup atau pada korban / tersangka yang telah meninggal. Ada perbedaan prinsip dari pemanfaatan Ilmu Kedokteran Forensik dengan Ilmu Kriminalistik dalam hal obyek yang diperiksa, apabila pada Ilmu kedokteran Forensik obyek pemeriksaan adalah benda / barang bukti berupa tubuh manusia atau diduga bagian bagian tubuh manusia sedangkan Ilmu Kriminalistik adalah benda / barang bukti yang terkait dengan tindak pidana yang bukan tubuh manusia atau bagian bagian tubuh manusia seperti pisau, senjata api, peluru, surat surat, uang palsu , dll. Perkembangan Ilmu Kedokteran Forensik saat ini telah demikian meluas dan terkait dengan berbagai ilmu - ilmu dasar lain seperti Antropologi ragawi, Biomolukuler, Radiologi fotografi dan Psikologi dalam proses Profiling analis ( deteksi pelaku melalui gambaran TKP )
dll.

PEMERIKSAAN KEDOKTERAN FORENSIK


Untuk dapat melakukan pemeriksaan kedokteran forensik diperlukan beberapa pengetahuan dasar Ilmu Kedokteran Forensik yaitu : * Anatomi dan Fisiology ( Ilmu yang mempelajari tentang fungsi dan metabolisme organ tubuh )

1. PEMERIKSAAN KORBAN/TERSANGKA MATI. Dilaksanakan dalam 2 tahap. a. Pemeriksaan luar untuk menentukan : 1) Identifikasi korban. 2) Tanda-tanda kematian dini ( Relaksasi otot, flattening ) 3) Tanda tanda kematian lanjut (Lebam mayat, kaku mayat , pembusukan, dll) 3) Tanda-tanda kekerasan.

Dari Pemeriksaan kematian.

Luar

ini

diperkirakan saat kematian dan cara

b. Pemeriksaan dalam untuk menentukan : Efek dari perlukaan ( bermakna atau tidak bermakna ) Sebab Kematian dan Mekanisme kematian ( Cause of Death dan Mechanism of Death ). Identifikasi lanjutan pada kasus-kasus khusus (ekhumasi, mutiliasi dan terbakar ). Dari pemeriksaan dalam ini dapat ditentukan sebab kematian dan mekanisme kematian, sehingga dengan pemeriksaan dokter forensik ini dapat ditentukan hal yang penting dalam proses penyidikan yaitu : 1. Identitas korban. 2. Perkiraan Saat Kematian. 3. Jenis luka dan alat yang digunakan. 4. Perkiraan cara kematian. 5. Sebab kematian dan mekanisme kematian. Hasil pemeriksaan kedokteran forensik ini akan dituangkan dalam bentuk Visum Et Repertum , bobot dari VeR yang dibuat dokter tergantung luas pengetahuan, wawasan dan pengalamanan dari dokter tentang Kedokteran Forensik dan otopsi. Catatan : Tanda kekerasan yang bermakna adalah kekerasan yang diduga bersangkutan dengan sebab kematian atau luka-luka yang mempunyai andil dalam rekontruksi. PEMERIKSAAN LUKA: Bersifat diskriptif ( apa yang dilihat dan ditemukan ). a. Secara Konvensional / Klasik, meliputi : 1) Regio ( lokasi ) , tentukan sesuai posisi anatomi dan pasanganpasangannya misal luka pada kepala, apakah di daerah dahi, puncak kepala, pelipis atau dibelakang kepala. 2) Koordinat

3)

Patokan absis yaitu garis tengah depan dan belakang (Garis Pertengahan Depan /Garis Pertengah belakang, disingkat GPD dan GPB) Patokan ordinat titik-titik anatomis yang telah dikenal pada regio yang sama (alis mata, lubang telinga, pusat ). GPD dan GPB hanya dipakai untuk luka di badan, pada anggota gerak cukup satu patokan (mis. Lipat siku). Khusus luka-luka (tusuk, bacok, iris, tembak) ditambah patokan dari tumit untuk membantu pada rekonstruksi bila diperlukan. Jenis Luka Luka tumpul ( memar, lecet, robek ) Luka terbuka ( tajam, tembak ) Luka bakar Luka zat kimia - Luka terbuka ditentukan pula tepinya ( rata/ tidak ), sudut luka ( tajam / tumpul ), dasar luka ( Otot, tulang rongga perut dll),

bentuk luka bila dirapatkan ( Lurus atau lengkung ), jalan luka (serong/mendatar)
- Luka lecet geser perlu ditentukan arahnya. - Untuk luka bakar sebutkan luas/lokasi/gambaran luka (kemerahan, vesikel, mengarang) Penentuan luas dan derajat luka bakar harus dicantumkan pada kesimpulan Visum et Repertum. 4) Ukuran Luka-luka karena kekerasan tumpul , Panjang X Luas Luka-luka karena kekerasan dirapatkan, ukur panjangnya Luka tembak ditentukan diameter lubang, ukuran Klim lecet tiaptiap sektor dan untuk mudahnya dibuat dengan gambar. Luka bacok , panjang dan dalam Contoh diskripsi luka (luka oleh kekerasan tajam) : Pada daerah dada sebelah kanan, 3 cm dari GPD 10 cm dibawah pertengahan tulang selangka kanan, terdapat luka terbuka ,bila dirapatkan bentuk garis yang berjalan serong dari kanan atas ke kiri bawah, tepi rata, sudut atas tajam, sudut bawah tumpul, dasar rongga dada, panjang

luka ukuran 7 cm. Dari lubang luka keluar darah berbusa ; sekitar luka terasa terik udara. ( Dari diskripsi diatas disimpulkan bahwa luka tesebut berupa luka tusuk dengan pisau bemata satu dengan lebar maksimal pisau 3 cm, luka tersebut menusuk paru paru yang menyebabkan bocornya udara kedalam jaringan otot sekita luka). b. Secara Inkonvensional Dengan menggunakan kawasan, cara ini digunakan bila terdapat luka yang banyak dan kecil pada suatu regio tertentu. Contoh : daerah lengan atas kanan bagian luar, pada kawasan seluas 10 x 9 cm berada 3 cm diatas lipat siku terdapat 10 buah luka lecet tekan dengan ukuran yang paling besar 2x1 cm, paling kecil 1x1 mm. 3. PEMERIKSAAN DALAM / OTOPSI Prinsip : - Tubuh harus dibuka sesuai aturan yang ada artinya buka rongga kepala, dada dan perut, tidak dikenal adanya otopsi partial atau sebagian. - Sayat seminimal mungkin organ organ tubuh dan uraikan semaksimal mungkin (artinya tiap sayatan harus menghasilkan data sebanyak mungkin). Dari Pemeriksaan Dalam ditentukan Cause of Death ( COD ) dan Mechanism of Death ( MOD ) Cause of Death : penyebab awal dari suatu peristiwa Sedangkan Mechanism of Death adalah proses sampai terjadinya kematian. Contoh untuk luka terbuka CoD oleh karena kekerasan tajam / tumpul MoD biasanya adalah perdarahan atau rusaknya organ vital dan lain-lain (emboli, infeksi, neurogenik shock) Berbeda dengan klinikus CoD klinik = MoD Forensik sedangkan MoD klinik = CoD Forensik

KESIMPULAN : Berisikan : a. Identitas b. Ada tidaknya tanda-tanda kekerasan. c. Sebab Kematian. d. Mekanisme kematian. f. Dan lain-lain yang dapat menunjang penyidikan. Mengenai cara kematian harus berhati hati bila akan dimasukan dalam kesimpulan oleh karena harus dilihat secara keseluruhan proses yang terjadi pada korban, mulai dari TKP, temuan temuan barang bukti dan saksi2 demikian juga dengan saat kematian oleh karena saat kematian sangat dipengaruhi oleh banyak hal ( lihat Bab Thanatologi ).

--0--

VISUM ET REPERTUM 1. PENGERTIAN: Merupakan laporan tertulis yang dibuat oleh Dokter atas pemeriksaan yang dilakukan terhadap barang bukti berupa tubuh manusia (mati / hidup), bagian dari tubuh manusia yang memuat hasil pemeriksaan dan kesimpulan. Berdasarkan permintaan tertulis dari pihak berwajib yang digunakan untuk kepentingan peradilan. 2. LANDASAN HUKUM : a. Lembaran negara No. 350 Thn. 1937 b. KUHAP Pasal 179 kewajiban sebagai saksi ahli. c. KUHAP Pasal 133 penyidik dapat meminta ket. ahli. Istilah Visum Et Repertum tidak tercantum pada KUHAP yang ada adalah Keterangan Ahli. sesuai penjelasan pasal 186 KUHAP. Keterangan Ahli dapat juga diberikan pada waktu pemeriksaan oleh Penyidik atau Penuntut Umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu menerima jabatan atau pekerjaan . Berdasarkan hal tersebut Visum et Repertum merupakan keterangan ahli baik untuk bagian pemberitaan maupun kesimpulan sehingga secara keseluruhan VeR menurut KUHAP merupakan alat bukti sah. Keterangan ahli sendiri dapat tertulis atau lisan. Beda dengan Lembaran Negara No. 350/1937, bagian dari VeR yang merupakan alat bukti sah hanyalah bagian Pemberitaan. (LN. 350/1937 : VeR merupakan alat bukti yang sah sepanjang apa yang dilihat dan ditemukan oleh Dokter). Catatan : 1) Alat Bukti (Pasal 184) adalah : Segala macam formalitas yang digunakan untuk membuktikan suatu

tindak pidana. Terdiri dari keterangan saksi, keterangan ahli, surat-surat, petunjuk, keterangan terdakwa. Sistem peradilan di Indonesia pembuktian Negatif , artinya hakim dapat menjatuhkan pidana sekurang-kurangnya dengan 2 alat bukti yang sah dan keyakinannya. 2) Barang Bukti Segala macam benda yang terlibat langsung dalam suatu peristiwa pidana. 3. SIAPA YANG BERHAK MEMBUAT VeR :

Permasalahannya mengenai siapa yang disebut dengan ahli karena beberapa pasal tidak tegas menyebutkan (lihat Pasal 133 serta penjelasan umum butir 28). Tapi prinsipnya setiap dokter yang lulus dari pendidikan dokter di Indonesia dapat membuat VeR , karena dokter adalah seorang ahli dalam bidang kedokteran, tenaga medis lainnya tidak dapat membuat VeR. 4. TANGGUNG JAWAB GANDA DOKTER Kedatangan Korban ke dokter ; a. Dalam pengurusan penyidik : Merupakan barang bukti, sehingga hak dan kewajiban sebagai pasien berkurang, korban akan periksa secara forensik oleh dokter selain juga di obati, hasil pemeriksaan dan pengobatan akan dituangkan kedalam Visum et Repertum. b. Datang sendiri : Merupakan pasien biasa dengan hak dan kewajiban sebagai pasien Korban akan mendapatkan terapi dari dokter dan hasil pemeriksaan dan pengobatan akan dimasukan dalam Rekam medik. c. Bila korban datang sendiri dan kemudian penyidik memerlukan

Visum Et Repertum : Ada dua kemungkinan : Pertama Penyidik menghubungi Korban untuk menjelaskan kepentingan VER , bila pasien setuju maka dokter dapat membuat Visum berdasarkan Rekam Medis. Model kedua Dokter berdasarkan kepentingan banyak orang dan diminta secara legal oleh penyidik dan sesuai dengan Undang - Undang dapat langsung membuatkan Visum berdasarkan Rekam medik. Tubuh manusia dapat disebut sebagai barang bukti bila ada/ telah diurus oleh penyidik, namun tidak seluruh tubuh tersebut sebagai barang bukti, hanya pada bagian bagian yang tersangkut tidak pidana yang dapat dianggap sebagai barang bukti.

e. Penutup Berisi penegasan bahwa Ver ini dibuat berdasarkan sumpah jabatan dan UU yang berlaku serta dibuat dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya. 6. JENIS VISUM ET REPERTUM 1. Visum Et Repertum Perlukaan a. Ver Seketika / definitif. b. Ver Sementara. c. Ver Lanjutan 2. Visum Et Repertum Psikiatrikum. 3. Visum Et Repertum Jenazah. a. Ver Pemeriksaan luar. b. Ver Luar dan Dalam. 4. Expertise. Adalah keterangan ahli kedokteran tentang barang bukti yang berasal dari tubuh manusia. Visum Et Repertum Psikiatrikum. - Dapat diminta oleh hakim dengan masa obsevasi 5 bulan (L.N. 1966 No : 3 Psl 8). - Diminta oleh penyidik dengan observasi selama 4 minggu (PERMENKES RI), PP MENKES RI tahun 1970 Bab III Pasal 11-23. Visum Et Repertum Sementara. Diterbitkan apabila Polisi meminta segera dalam rangka proses penahanan pelaku, kesimpulan hanya berisi jenis kekerasan dan benda penyebab sedangkan derajat luka dan sebab kematian tidak dicantumkan oleh karena belum dapat ditentukan oleh dokter atau korban masih dalam perawatan. Visum sementara dapat dibuat apabila Penyidik memerlukan untuk

5. BENTUK UMUM VISUM ET REPERTUM :


Tidak tercantum dalam KUHAP namun disepakati bahwa VER adalah sama dengan keterangan ahli/surat keterangan ahli, bentuk VER tetapa mengikuti aturan tertentu yang lazim digunakan : a. Pembukaan Berupa tulisan Projustitia. Bukan hanya untuk bebas meterai, tapi mempunyai arti yang lebih luhur, bahwa Ver dibuat/digunakan untuk kepentingan Keadilan. Dalam UU Perpajakan Tahun 1984 meterai hanya untuk perkara perdata sedangkan perkara pidana bebas meterai. b. Pendahuluan berisi : 1) Waktu tempat pemeriksaan. 2) Identitas Dokter, pemohon, pengantar (label). 3) Identitas barang bukti / korban / pelaku. c. Hasil Pemeriksaan Berisi hal-hal yang ditemukan dan dilihat oleh dokter yang sifatnya diskripsi (obyektif) terhadap barang bukti dan hasil laboratorium /pemeriksaan lain. d. Kesimpulan Memuat pendapat dokter tentang sebab/akibat dari hal-hal yang ditemukan.

menahan pelaku, mencari alat / barang bukti yang digunakan oleh pelaku. VeR Lanjutan adalah VeR yang dibuat apabila korban pindah rawat atau pindah Rumah Sakit.

Pengertian V. E. R sesuai Keterangan Ahli berdasarkan KUHAP : Surat keterangan yang dibuat oleh Dokter/dokter ahli Forensik atas barang bukti berupa pemeriksaan medis dari tubuh manusia/bag2 tubuh manusia. Atas permintaan tertulis penyidik dan digunakan untuk peradilan. 7. YANG BERHAK MINTA VISUM : a. Penyidik, Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. POM TNI / Provost Angkatan, Khusus menyangkut tindak pidana menyangkut personel TNI. c. Hakim, Khusunya untuk VER Psikiatrikum d. Hakim Pengadilaan Agama

-- 0 --

Anda mungkin juga menyukai

  • Menguak Misteri Kamar Bius
    Menguak Misteri Kamar Bius
    Dokumen77 halaman
    Menguak Misteri Kamar Bius
    wahyu Pur
    0% (1)
  • Aldrete Score
    Aldrete Score
    Dokumen11 halaman
    Aldrete Score
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • REFERAT Anestesi
    REFERAT Anestesi
    Dokumen25 halaman
    REFERAT Anestesi
    ario_tejo
    Belum ada peringkat
  • Analisis Gas Darah
    Analisis Gas Darah
    Dokumen12 halaman
    Analisis Gas Darah
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • Drowning
    Drowning
    Dokumen23 halaman
    Drowning
    Karma Setiyawan
    Belum ada peringkat
  • Oklusi Arteri Vena Retina
    Oklusi Arteri Vena Retina
    Dokumen31 halaman
    Oklusi Arteri Vena Retina
    qyura
    100% (1)
  • Buku Dewa Obstetri
    Buku Dewa Obstetri
    Dokumen13 halaman
    Buku Dewa Obstetri
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • Buku Dewa Obstetri
    Buku Dewa Obstetri
    Dokumen13 halaman
    Buku Dewa Obstetri
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • Oklusi Vena Retina
    Oklusi Vena Retina
    Dokumen17 halaman
    Oklusi Vena Retina
    Rikardo Tobing
    100% (10)
  • Skdi 2013
    Skdi 2013
    Dokumen102 halaman
    Skdi 2013
    Faradila Hakim
    67% (3)
  • Asuhan Persalinan Normal
    Asuhan Persalinan Normal
    Dokumen4 halaman
    Asuhan Persalinan Normal
    Anonymous fH2CdpS6
    Belum ada peringkat
  • Oklusi Arteri Vena Retina
    Oklusi Arteri Vena Retina
    Dokumen31 halaman
    Oklusi Arteri Vena Retina
    qyura
    100% (1)
  • Oklusi Vena Retina
    Oklusi Vena Retina
    Dokumen17 halaman
    Oklusi Vena Retina
    Rikardo Tobing
    100% (10)
  • Buku I Prinout
    Buku I Prinout
    Dokumen8 halaman
    Buku I Prinout
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • Buku II Print Out
    Buku II Print Out
    Dokumen15 halaman
    Buku II Print Out
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • Buku I Prinout
    Buku I Prinout
    Dokumen8 halaman
    Buku I Prinout
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • BGM
    BGM
    Dokumen71 halaman
    BGM
    maulculas_rangers2
    100% (1)
  • Buku II Print Out
    Buku II Print Out
    Dokumen15 halaman
    Buku II Print Out
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • Buku I Prinout
    Buku I Prinout
    Dokumen8 halaman
    Buku I Prinout
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • Buku I Prinout
    Buku I Prinout
    Dokumen8 halaman
    Buku I Prinout
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • Buku II Print Out
    Buku II Print Out
    Dokumen15 halaman
    Buku II Print Out
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • BGM
    BGM
    Dokumen71 halaman
    BGM
    maulculas_rangers2
    100% (1)
  • Materi Senam Kebugaran
    Materi Senam Kebugaran
    Dokumen15 halaman
    Materi Senam Kebugaran
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • Buku I Prinout
    Buku I Prinout
    Dokumen8 halaman
    Buku I Prinout
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • Kadarzi
    Kadarzi
    Dokumen32 halaman
    Kadarzi
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • Materi Senam Kebugaran
    Materi Senam Kebugaran
    Dokumen15 halaman
    Materi Senam Kebugaran
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • Kadarzi
    Kadarzi
    Dokumen32 halaman
    Kadarzi
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • PNPM-Gizi
    PNPM-Gizi
    Dokumen13 halaman
    PNPM-Gizi
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat
  • Kadarzi
    Kadarzi
    Dokumen32 halaman
    Kadarzi
    maulculas_rangers2
    Belum ada peringkat