Anda di halaman 1dari 4

Stop Menggunakan Kata AUTIS Sembarangan! Memang Kenapa?

oleh Yayasan Ayo Main Full pada 22 Mei 2009 pukul 14:07 Oleh: Stanley Bratawira Team Milis Putera Kembara (www.puterakembara.org) Belakangan ini kita sering mendengar, membaca atau melihat, ada sebagian anggota masyarakat yang menggunakan kata Autis dengan demikian mudah dan enaknya, untuk mengambarkan keadaan orang yang asyik dengan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya, bahkan ada pula yang menggunakan kata autis itu dalam konteks untuk mengejek atau mengolok-olok orang lain. Kata autis misalnya sering digunakan untuk menggambarkan orang yang sedang keranjingan menggunakan BlackBerry (BB). Demikian juga terhadap oknum pejabat atau politikus atau orang biasa yang asyik dengan kepentingan dirinya dan tidak peduli dengan kepentingan masyarakat di sekitarnya, acap kali ada yang mengumpamakannya sebagai Autis. Selain itu, kita juga masih sering menjumpai adanya orang yang mengejek atau mengolokolok orang lain dengan kata autis, termasuk juga terkadang kita masih menjumpai adanya pembawa acara yang melakukan hal seperti itu di layar televisi. Penggunaan kata autis seperti itu tentunya tidak dapat dibenarkan atau diterima oleh kalangan yang cukup memahami dan peduli dengan autisme, terlebih lagi oleh penyandang autisme dan keluarganya. Mengapa demikian? Untuk menjelaskannya kiranya ada baiknya kita simak uraian berikut ini. Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yg kompleks, yg ditandai oleh adanya gangguan komunikasi, gangguan interaksi sosial dan adanya tingkah laku tertentu yang khas, yang gejalanya itu sudah timbul pada anak sebelum berusia tiga tahun. Keadaan penyandang autisme memang sering disebutkan seperti hidup di dunianya sendiri, namun sebetulnya tidak sesederhana itu. Autisme lebih komplkes daripada itu. Autisme adalah suatu diagnosa yg ditegakkan berdasarkan sejumlah gejala yg ada pada seseorang, dan berdasarkan kriteria diagnosa tertentu. Jadi pengertian autisme tidak lain dan tidak bukan mengarah kepada adanya ketidakmampuan tertentu atau gangguan yang dialami oleh seseorang. Diagnosa autisme biasanya dan seyogianya juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang seksama, dan label autis itu digunakan dengan maksud untuk memahami keadaan gangguan yang dialami seseorang dan untuk tujuan memperbaiki hambatan atau gangguan yang ada tersebut, bukan dengan maksud untuk melecehkan, mengolok-olok ataupun memojokkan. Autisme bukanlah suatu keadaan yg diinginkan, bukan sesuatu yg secara sengaja dipilih dan bukan sesuatu yang menyenangkan serta diharapkan oleh keluarga. Autisme dapat terjadi karena adanya permasalahan pada susunan syaraf pusat (ketidaksempurnaan secara neorobiologis), dan hal ini dapat dialami oleh individu siapa saja tanpa memandang asal usul suku, latar belakang sosial ekonomi, pendidikan orangtua maupun negara atau tempat asal. Asal mula terjadinya autisme bukan pula disebabkan oleh kesalahan orangtua dalam mengasuh atau mendidik

anaknya. Mengacu pada penjelasan tersebut di atas, maka kiranya dapat dimengerti bahwa, orang yg demikian asyiknya menggunakan BlackBerry sehingga tidak peduli dengan lingkungan sekitar, seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri karena keasyikannya itu, jelas berbeda dengan keadaan yang sebenarnya dari individu autistik. Demikian juga orang yang tidak peduli dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya, yang cuma asyik memikirkan kepentingan dirinya atau kelompoknya, juga jelas tidak tepat kalau diumpamakan seperti individu yang hidup dengan autisme. Apalagi jika diingat bahwa pengguna BB atau orang yang tidak peduli dengan orang lain itu, biasanya mereka melakukannya dengan sengaja atas kesadaran dan pilihannya sendiri, sedangkan pada penyandang autisme, mereka terlihat seperti hidup dalam dunianya sendiri itu karena mengalami gangguan dalam perkembangannya. Dengan demikian mengumpamakan pengguna BB sebagai autis, atau mengatakan bahwa orang yang tidak peduli dengan kepentingan orang lain itu sebagai autis, secara obyektif dan dari segi definisinya juga sudah tidaklah tepat. Dalam hal ini terlihat, meskipun mungkin saja orang yang menggunakan kata autis seperti itu memang semula tidak bermaksud menyinggung atau melecehkan penyandang autisme dan keluarganya, tetapi yang jelas ialah telah terjadi kekeliruan dalam menasfsirkan kata autis itu. Di samping itu, sebagai mahluk sosial yg seyogianya juga peka terhadap perasaan orang lain, kita dapat memahami bahwa autisme bukanlah keadaan atau kata yg boleh dengan seenaknya dipakai untuk bahan gurauan, mengolok-olok atau mengejek orang lain, apalagi jika hal itu disampaikannya secara terbuka kepada publik melalui media massa. Demikian rumit dan banyak permasalahan dalam hal kemampuan berkomunikasi, interaksi sosial dan tingkah laku serta emosi, yang mungkin dialami penyandang autisme. Banyak para orangtua atau keluarga dari penyandang autisme, sehari-hari dan secara terus-menerus berjuang dengan segala daya dan upaya, untuk mengatasi atau memperbaiki kekurangan yang ada pada anaknya. Tak terhitung betapa banyak waktu, tenaga dan perhatian serta biaya bahkan juga air mata, dicurahkan orangtua dalam rangka menanggulangi masalah gangguan autisme pada anaknya. Selama ini, komunitas autisme juga terus-menerus berjuang mengusahakan supaya penyandang autisme dapat lebih diterima dan memperoleh perlakuan secara wajar di dalam masyarakat. Maka, bisa kita bayangkan, betapa sedih dan betapa hati terasa seakan disayat-sayat, bila sementara itu, ada orang lain yang dengan seenaknya menggunakan kata autis sebagai bahan olok-olokan misalnya. Demikian kiranya dapat dipahami, betapa penggunaan kata autis yang tidak pada tempatnya di dalam masyarakat itu memang perlu dihentikan. Sebaliknya, jika kita dapat bersikap lebih bijaksana dan peduli terhadap orang-orang yang hidup dengan kebutuhan khusus termasuk autisme, maka hidup ini akan terasa lebih bermakna. Bukankah demikian?

AUTISM SPECTRUM DISORDERS: WHAT WORKS AND WHY?


oleh Yayasan Ayo Main Full pada 16 Januari 2010 pukul 3:26 ICDL 13TH ANNUAL INTERNATIONAL CONFERENCE COMES TO YOU ONLINE> ICDL 1009 Annual online conference sudah mulai bisa diakses. Bila anda benar2 tertarik dengan autism dan special needs issues, ikutilah oncline conference ini - sangat memudahkan daripada kita harus ke USA untuk mengikuti langsung. Panjang video lecture nya kira2 total 11 jam terbagi dalam 12 modul. topik2nya SANGAT BAGUS, PENTING & MENARIK sekali: 1. What Makes an Intervention Work? By Stanley I. Greenspan, M.D. 2. Learning Through Interaction: Results of a Randomized Controlled Study Using DIR/Floortime By Devin Casenhiser, Ph.D. 3. Understanding ASD in the 21st Century By Nancy Minshew, M.D. Developing Language in Children with Autism: Insights from Neuroscience. By Diane Williams, Ph.D., CCC-SLP. 4. Mood and Self Regulation Challenges: Aggression, Tantrums, and Learning By Ira Glovinsky, Ph.D. 5. Getting Ready for Adolescence: Emerging Sexuality and Autism. By Lori Jeanne Peloquin, Ph.D. 6. Visual-Spatial Thinking: The Missing Piece in Education. By Serena Wieder, Ph.D. and Harry Wachs, O.D. 7. Acceptance of Disability: Lower Stress and Higher Quality of Life By Morton Gernsbacher, Ph.D. 8. Overcoming the Big Mistake: Transforming Education for Children with ASD and other Special Needs By Stanley I. Greenspan, M.D. 9.Gastrointestinal and Feeding Issues in Children with ASD By Anil Darbari, M.D. 10. Repetitive Behaviors, Fixated Interests, and Stereotypes in Autism By Susan E. Swedo, M.D. 11. Ask the Doctor, With Ricki Robinson, M.D., Nancy Minshew, M.D., Susan Swedo, M.D., Anil Darbari, M.D. and Diane Williams, Ph.D.

pendaftaran di: https://www.icdl.com/onlineconference09/ Ini adalah acara konferensi tahunan ICDL, lembaga yg didirikan dokter Stanley Greenspan untuk mengembangkan pendekatan DIR/Floortime. Sejak tahun lalu rekaman konferensi tersedia untuk peserta secara online - Puji syukur atas kemajuan teknologi internet! Seperti bisa dilihat di daftar topik di atas, ada pemaparan hasil study penerapan DIR/Floortime dll yg dibawakan oleh berbagai ahli sebagai rekanan ICDL. Untuk info jadual acara, isi, cara daftar dll silakan pelajari langsung di link2 websitenya di bawah ini. Silakan mengikuti sendiri2 atau membentuk grup2 sendiri, ajak dokter & terapis2nya untuk mengikuti konferensi online ini sehingga bisa atur waktu masing2 secara fleksible & punya teman diskusi. Konferensi ini sangat bagus sekali. Yang dibutuhkan adalah akses internet yg konsisten & stabil speednya dan tentunya pemahaman bahasa inggris yg cukup baik. Mohon maaf Yayasan Ayo Main belum mampu untuk menyelenggarakan acara untuk mengikuti conference ini secara bersama untuk umum, mengingat keterbatasan sumberdaya kami. Bagi yang mencari info untuk sertifikasi / kursus dasar DIR/Floortime, biasanya setiap tahun diadakan secara online sekitar bulan Maret/April. evennya judulnya "Basic Course" dari lembaga Dr Greenspan yg satu lagi, jadi tidak sama dengan conference ini. Nanti bila ada pengumumannya akan kami infokan juga.

Kami ucapan selamat mengikuti konferensi, silakan berdiskusi topik2nya dimilis. Salam, YAM!

Anda mungkin juga menyukai