Anda di halaman 1dari 9

detikSurabaya Society Selasa, 02/10/2012 10:42 WIB

H Slamet Bangkit di Bisnis Ternak Itik Petelur


Rois Jajeli - detikSurabaya <p>Your browser does not support iframes.</p>

Blitar - Saat krisis ekonomi menghantam Indonesia tahun 1997/1998, semua lini merasakan dampaknya. Justru H Slamet Daroini warga Ponggok Blitar menjadikan titik awal bangkit dari keterpurukan. Ia nekat keluar dari pekerjaannya sebagai pekerja lepas di PTPN XXI dan membeli itik petelur yang dijual oleh peternak di kampung halamannya. "Sebelumnya saya bekerja di perkebunan tebu PTPN XXI-XXII Ngadirejo, statusnya musiman. Kalau musim giling saya kerja, kalau nggak musim giling saya tidak kerja. Akhirnya saya tahun 1999/2000 mengundurkan diri dan merintis usaha ini," tuturnya kepada detiksurabaya.com, Selasa (2/10/2012). Pada 1997/1998, banyak peternak di kampung halamannya di Kebonduren, Ponggo, Blitar yang tak mampu meneruskan usahanya, hingga ternak itik maupun ayam dijual. Melihat kondisi tersebut, Slamet memikir otaknya untuk membeli ternak tetangga dan dikembangkan. Dengan semangat dan keberaniannya, dirinya membelinya dengan cara hutang. "Pada saat krisis 97/98 itu kan banyak bebek yang dijual, ayam yang dijual murah-murahan oleh warga. Akhirnya saya tampung tidak saya beli dengan uang tunai. Saya hutang jangkanya pun nggak 1-2 minggu, tapi 4-5 bulan," terangnya.

Hasilnya, Slamet mampu membeli sebanyak 186 ekor itik. Itik tersebut dikelola di lahan kosong belakang rumahnya. Kondisi krisis membuat harga pangan itik (bebek) sangat mahal. Namun, dengan sekuat tenaga dan pikiran supaya bisnis yang digelutinya dapat bertahan, Slamet memberinya makan gambyong (ampas ketela). "Lah waktu itu, saya berikan makanannya bukan dari kaspe atau dedak, karena nggak kuat biayanya. Saya berikan gambyong," tuturnya. Pemberian ampas ketela itu memang tidak ada gizinya. Bahkan, Slamet sempat khawatir karena banyak itiknya yang tak kuat menahan 'hidupnya'. "Memang nggak ada gizinya. Bebek pun seperti akan jatuh," ujarnya. Nasib baik memayungi Slamet. Selang 2 bulan kemudian, harga telur itik menanjak baik. Akhirnya, dia bisa memutar uang hasil dari penjualan telur dan bisa digunakan membeli pakan itik yang bergizi. Selama 2 bulan, itik petelur yang dikelola menghasilkan sekitar 600-700 telur. Pada 1997, harga telur itik mentah mencapai Rp 155 per butir. Sedangkan harga pakan itik yang awalnya mencapai Rp 187 turun ke harga normal Rp 48,5. "Alhamdulillah saya bisa bayar hutang sekitar 2 bulannya. Nggak sampai 4-5 bulan, saya bisa membayar hutang pembelian itik ke tetangga," terangnya.

Semakin Merajalela Banting stir Slamet Daroini dari pekerja musiman di PTPN XXI dan XXII menjadi peternak itik petelur mendapat dukungan dari keluarganya. Keputusan menjadi peternak itik itu membuahkan hasil yang membanggakan. Kini, dia bisa menghidupi istri dan ketiga anaknya. "Alhamdulillah keluarga saya mendukung saya terjun mejadi peternak itik petelur. Saya menikah tahun 1999 dan saya merintis ternak ketika masih bujangan," katanya. Meski sudah berhasil mengembalikan hutang pembelian ke peternak lain, Slamet pun tak jumawa. Ia masih terus belajar belajar dan bekerja menseriusi 'dunia ternak itik petelur'. "Saya belajar dari teman-teman. Alhamadulillah saya punya link yang konsukwen. Maksudnya, ketika harga telur naik, ya diambil segini. Kalau harga turun, ya harganya ikut turun," tuturnya. Kepercayaan adalah mahal harganya. Saat dirinya mendapat kepercayaan dari teman dan konsumennya, ia memanfaatkan betul nilai kepercayaan itu. Hingga akhirnya, dia semakin mengembangkan bisnis ternak itiknya dan mendapatkan penyuluhan dari Dinas Peternakan Kabupaten Blitar. Dari awal itik petelur 186 ekor dan menghasilkan sekitar 600-700 telur. Kini itiknya terus bertambah menjadi ribuan ekor dan menghasilkan ribuan telur. Bahkan, penjualan telur itu tidak menggunakan lagi sepeda angin atau sepeda motor. Seminggu bisa mengirimkan telur sebanyak

4 truk ke Jakarta dan Banjarmasin. "Alhamdulillah sekarang per minggu bisa kirim 4 kali sampai ke Jakarta dan Banjarmasin. 1 truk isinya 90.720 butir telur," tuturnya. Keberhasilanya H Slamet juga membuka lapangan pekerjaan bagi warga di sekitarnya. Dari dikerjakan sendiri, kini sudah membuka lapangan pekerjaan 12 orang. Selain itu, dirinya juga sudah memiliki alat mixer pembuat pakan ternak. Sehingga menekan biaya pembelian pakan ternak dari pakan ternak pabrikan. "Dulu saya kerja sendiri. Sekarang ada 12 pegawai. Setiap hari Minggu libur nggak ada pekerjaan," jelasnya. Sementara Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Blitar menerangkan, dari jumlah penduduk Blitar sekitar 1.122.000 jiwa, awalnya bergelut sebagai petani. Namun, kini yang menggeluti bisnis ternak berskala kecil maupun besar sekitar 3.000 jiwa. "Peternakan ini kita tekuni dan bermitra dengan masyarakat. Kita terus melakukan penyuluhanpenyuluhan ke peternak hingga berkembang seperti ini," kata Mashudi. "Hampi semua peternakan di Kabupate Blitar ada. Mulai dari ayam petelur, sapi, kambing, ayam hingga peternakan itik atau bebek," tuturnya. Untuk unggas petelur, Kabupaten Blitar memenuhi kebutuhan nasional sekitar 20 persen. Sedangkan untuk kebutuhan telur di tingkat provinsi sekitar 60-70 persen. "Kami ingin mewujudkan kemajuan dan kemandirian bidang peternakan menuju masyarakat yang sejahtera, religius dan berkeadilan," ujarnya. Untuk mendukung peningkatan populasi serta produksi peternakan, menjadikan usaha peternakan menjadi pola usaha agribisnis, meningkatkan kesehatan ternak dan meningkatkan kualitas hasil peternakan yang aman sehat utuh dan halal (ASUH), pihaknya menyediakan berbagai fasilitas pelayanan. Seperti, pelayanan kesehatan hewan di klinik hewan, pemeriksaan kebuntingan dan asistensi tekni reporduksi hingga rekomendasi untuk akses permodalan.

(roi/fat)
http://surabaya.detik.com/read/2012/10/02/104252/2052295/1071/h-slamet-bangkit-di-bisnis-ternakitik-petelur

detikSurabaya Bisnis Minggu, 21/10/2012 12:08 WIB

Kesejahteraan Petani Pisang Agung Terjamin


Rois Jajeli - detikSurabaya <p>Your browser does not support iframes.</p>

Ida Widiastuti menjadi Ratu Pisang Trenggalek - Ratusan petani pisang Agung di Trenggalek dan Tulungagung, Jawa Timur, tak lagi cemas menghadapi panen raya. Sebelumnya, hasil panen mereka bergantung pada tengkulak yang fluktuasi harga dan permintaan pasarnya tak dapat diprediksi. Namun, sejak berdirinya Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mekar Sari di Trenggalek, para petani merasa aman dengan hasil panennya. Karena KUB membeli seluruh hasil panen pisang untuk diolah menjadi camilan (snack). Ribuan pohon pisang Agung yang menjadi bahan baku camilan itu ditanam di lahan perbukitan seluas lebih 200 hektare. Lahan tersebut dikerjakan oleh 10 kelompok petani dengan jumlah petani per kelompok rata-rata 30 orang. Tiap kelompok petani lahan garapannya satu hektare yang di atas lahannya ditanami 2.000 pohon pisang Agung. Hasil panennya dibeli KUB Mekar Sari untuk diproduksi menjadi aneka camilan (snack) yang memiliki sembilan varian rasa. "Camilan berbahan baku pisang untuk memenuhi pasar dalam negeri dan ekspor ke Singapura, Malaysia, Philipina, China, dan Turki. Camilannya berupa opak pisang dan keripik pisang, dengan aneka rasa seperti balado, barbeque, pisang gurih, ayam bakar, dan schrimpt," ujar Ketua KUB Mekar Sari, Agus Sujarwo, di Trenggalek. Sukses bisnis keripik pisang dan opak pisang itu membuat para petani bangga atas hasil tanaman mereka. Karenanya, para petani pisang Agung Trenggalek menobatkan anugerah kepada Ida

Widiastuti, pengusaha rumah snack Mekar Sari, sebagai Ratu Pisang (Queen of Banana), di Trenggalek, belum lama ini. "Petani pisang di sini puas dan tidak cemas lagi dengan hasil panennya. Karena, panen kami dibeli langsung dan diproduksi menjadi camilan," ujar Sukari, petani asal Desa Dongko, Kecamatan Dongko, Trenggalek, Minggu (21/10/2012). Sukari mengaku telah tiga tahun ini menanam pisang Agung di lahan garapannya. Dia memiliki sekitar 200 tanaman pisang. Menurutnya, harga pisang Agung dibeli koperasi Mekar Sari Rp 2.500 per kg. Harga tersebut sesuai dengan harga yang berlaku di masyarakat. Tiap tandon, rata-rata berbobot 10 kg, sehingga hasil akhirnya mencapai Rp 25 ribu untuk tiap tandon per pohon. Bila Sukari memiliki 200 pohon, maka panen yang didapat sebesar Rp 5 juta. Pohon pisang memiliki masa panen tiap empat bulan sekali. "Sebelum ada koperasi, penjualan pisang berhubungan langsung dengan tengkulak. Kondisi harga tidak menentu, dan permintaan pasar tidak jelas, sehingga terkadang banyak pisang yang terbuang sia-sia," jelas Sukari yang mengaku hidupnya kini lebih terjamin dengan menanam pisang Agung. Ida Widiastuti terharu atas penghargaan sebagai Ratu Pisang (Queen Banana) dari petani Trenggalek dan Tulungagung yang menjadi mitra kerjanya. Tanpa disadari, Ida ikut menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di kedua kabupaten itu. Selain bermitra dengan 300 petani, Ida juga membangun rumah produksi untuk mengolah kripik pisang dan opak pisang yang mempekerjakan 80 tenaga kerja setempat. Tiap hari, kebutuhan bahan baku pisang agung sebanyak 10 ton dipasok oleh petani setempat. Kedua jenis camilan tersebut, 75 persennya untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Sisanya untuk ekspor ke Singapore, Malaysia, Philipina, Cina dan Turki. Tanaman pisang Agung tersebar di Trenggalek dan Tulungagung. Di Trenggalek menempati lahan tidak produktif , masing-masing Kecamatan Watulimo (Desa Karanggoso, Desa Gemak Harjo, Desa Karang Gondo), Kecamatan Dongko (Desa Pringapus, Desa Dongko), sert Desa Prigi Kecamatan Prigi. Sedangkan di Tulungagung terletak di Kecamatan Popoh (Desa Besuki, Desa Popoh, dan Desa Tumpuk).

(gik/gik)
http://surabaya.detik.com/read/2012/10/21/120827/2068281/1066/kesejahteraan-petani-pisangagung-terjamin

detikSurabaya Bisnis Minggu, 15/04/2012 13:34 WIB

Opak Pisang Sidoarjo Tembus Pasar Sejumlah Negara


Rois Jajeli - detikSurabaya <p>Your browser does not support iframes.</p>

Sidoarjo - Setelah keripik pisang, giliran opak pisang asal Sidoarjo yang siap ekspor ke China, Philipina, Eropa, dan Uni Soviet. Bukti, penganan tradisional Indonesia berbahan baku pisang mampu menyedot perhatian pasar dunia. Opak pisang bermerk Bananos (Banana Opaque), dijual seharga 1 dolar akan diekspor seminggu sekali sebanyak 1 kontainer berukuran 20 feet. Berbobot 110 gram, menggunakan bar code, sertifikasi Halal, dan bernilai gizi tinggi, Bananos hanya diproduksi dengan satu cita rasa pisang asli, yakni rasa pisang Ambon. "Indonesia kaya dengan tanaman pisang, dan pasar penganan dunia terbuka untuk bahan baku pisang. Selama ini, belum ada penganan berbahan baku pisang yang memasok pasar dunia," kata Ida Widyastuti, pemilik rumah snack Mekar Sari, di kawasan Pondok Jati, Sidoarjo, Minggu (15/4/2012). Sedangkan untuk memenuhi pasar China, Singapore, dan Malaysia, khusus Keripik Pisang diproduksi dengan lima rasa, yakni rasa ayam bakar (roasted chicken), barbeque, balado, pisang gurih, dan schrimpt. Dijual dengan harga 1 dolar, berbahan pisang Agung, diolah tanpa bahan pengawet, berlabel Go

Banano (Banana Chip). Menurut Ida, ekspor perdana 1 kontainer itu dilakukan berdasar kontrak dengan importir setempat dalam waktu tiga bulan ke depan. Bila dalam waktu tiga bulan terjadi lonjakan pasar, maka kuantiti ekspornya ditingkatkan menjadi 5 kontainer untuk negara-negara tersebut. Sedangkan permintaan untuk pasar Eropa dan Uni Soviet, menyesuaikan kebutuhan masyarakat setempat. Sedangkan cita rasa lidah orang Philipina, Singapore, dan Malaysia tak jauh beda dengan lidah masyarakat Indonesia. Karenanya, lanjut Ida, pasar untuk Asia merespon tinggi camilan berbahan baku pisang saat Rumah Snack Mekar Sari melakukan penjajakan pasar pada November 2011. Bahan baku pisang Ambon di Jawa Timur pasarnya melimpah. Tiap hari, Mekar Sari menghabiskan 2 ton pisang Ambon untuk memproduksi penganan Opak Pisang. Kapasitas produksi itu dilakukan dengan mempekerjakan 50 orang. Pihaknya sedang memesan mesin produksi untuk meningkatkan kapasitas produksi untuk rencana ekspor 5 kontainer. Khusus untuk bahan baku pisang agung, rumah snack Mekar Sari melakukan budi daya tanaman pisang agung di Trenggalek, di atas tanah seluas 200 hektare. Rumah snack Mekarsari tak hanya memproduksi makanan ringan berbahan pisang. Namun, juga memproduksi camilan dengan ragam jenis produk, rasa, kualitas dan harga yang terjangkau masyarakat. Sukses awal yang dirintis Mekar Sari adalah memproduksi camilan emping pada tahun 2001. Di masa itu, wanita kelahiran Demak, Jawa Tengah, tahun 1974 ini menawarkan camilannya ke pasar-pasar tradisional di Sidoarjo. Dalam waktu 2 tahun, Ida bersama suaminya, Haris Setiawan, berhasil meraup keuntungan besar dari usahanya itu. Dari emping, akhirnya dikembangkan menggarap jajan tradisional dan berhasil menghimpun sedikitnya 50 UKM. Di tahun 2005 Ida membangun bisnisnya Rumah Snack Mekarsari dengan UKM binaanya, dan berkembang hingga kini meluaskan usahanya dengan membuka cabang di Denpasar, Bali, untuk memasok camilan di kawasan Indonesia Timur. (gik/gik)
http://surabaya.detik.com/read/2012/04/15/133443/1892763/1066/opak-pisang-sidoarjo-tembuspasar-sejumlah-negara

detikSurabaya Bisnis Sabtu, 28/07/2012 12:51 WIB

Wamentan: Petani Harusnya Bahagia Harga Kedelai Tinggi


Zainal Effendi - detikSurabaya <p>Your browser does not support iframes.</p>

Sidoarjo - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Hariawan mengatakan petani harusnya bahagia dengan kenaikan harga kedelai. Naiknya harga bahan pokok tempe dan tahu akhir-akhir ini dianggap dapat membuka peluang petani kedelai memperoleh keuntungan. "Kalau harga kedelai tinggi buat petani harusnya berbahagia karena buat petani dengan harga tinggi peluang memperoleh keuntungan semakin besar. Karena selama ini petani itukan silent majority, ketika kedelainya dihargai Rp 5 ribu saja saat ini," katanya kepada wartawan di selasela acara panen kedelai bersama di Desa Pager Ngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo, Sabtu (28/7/2012). Menurutnya, selama ini para petani kedelai selama ini kurang mendapat perhatian serta menjadikan tanaman kedelai sebagai pilihan ketiga setelah padi dan jagung. "Tentu menanam kedelai tidak jadi pilihan utama dan tidak menarik, tidak menguntungkan, selalu di Indonesia pilihan utama menanam padi, karena harga pembelian pemerintah (HPP)-nya dijamin, kedua jagung. Kedelai jadi pilihan ketiga, itupun kalau lahan yang tidak dipakai padi dan jagung," tuturnya. Rusmawan juga mengungkapkan harga kedelai murah dari petani disebabkan imbas dari impor kedelai serta hasil panen kedelai petani, hasil tidak memadai secara harga serta dari sisi keekonomiannya.

Sebenarnya, kata Rusmawan, pengrajin tahu dan tempe selama ini sudah menikmati harga kedelai yang rendah saat ini yang tidak menguntungkam petani. "Dengan harga yang tinggi ini bagus saja," ujarnya. (bdh/bdh)
http://surabaya.detik.com/read/2012/07/28/125120/1977259/1066/wamentan-petani-harusnyabahagia-harga-kedelai-tinggi

Anda mungkin juga menyukai