Anda di halaman 1dari 15

Psikoterapi Kelompok, Gabungan Psikoterapi Individu dan Kelompok, dan Psikodrama

Salah satu bentuk terapi psikiatrik yang diterima secara luas, psikoterapi kelompok, menggunakan efek terapeutik dalam kelompok, interaksi yang membangun di antara anggota, dan intervensi dari pemimpin yang terlatih untuk mengubah perilaku menyimpang, pikiran, dan perasaan dari individu yang tertekan secara emosi. Pada masa semakin ketatnya kendala keuangan, mengurangi penekanan pada psikoterapi individu, dan memperluas penggunaan pendekatan psikofarmaka, semakin banyak pasien telah diobati dengan psikoterapi kelompok daripada dengan bentuk lain dari terapi verbal. Terapi kelompok ini dapat diterpkan untuk pengaturan rawat inap dan rawat jalan, kelembagaan kerja, unit rawat inap parsial, rumah pemulihan, lingkungan masyarakat, dan praktek pribadi. Psikoterapi kelompok juga banyak digunakan oleh mereka yang bukan professional di bidang kesehatan jiwa sebagai terapi ajuvan pengobatan gangguan fisik. Prinsip-prinsip psikoterapi kelompok juga telah diterapkan dengan sukses dalam bidang bisnis dan pendidikan dalam bentuk pelatihan, sensitivitas, dan role-playing. Psikoterapi kelompok adalah pengobatan yang memilih dengan hati-hati orang-orang yang sakit secara emosional untuk bertemu dalam kelompok yang dipandu oleh terapis yang terlatih dan membantu satu sama lain utuk mengubah kepribadian. Dengan menggunakan berbagai teknik manuver dan teori konstruksi, pemimpin mengarahkan anggota kelompok berinteraksi untuk membawa perubahan. Klasifikasi Terapi kelompok saat ini memiliki banyak pendekatan. Beberapa dokter bekerja dalam kerangka acuan psikoanalitik. Yang lain menggunakan teknik-teknik terapi, seperti terapi kelompok transaksi, yang disusun oleh Eric Berne dan menekankan interaksi di sini dan sekarang di antara anggota kelompok; perilaku terapi kelompok, yang bergantung pada teknik pengkondisian berdasarkan pembelajaran teori; Terapi kelompok Gestalt, yang diciptakan dari teori-teori Frederick Perls, memungkinkan pasien untuk bereaksi dan mengekspresikan diri sepenuhnya; dan psikoterapi kelompok berpusat pada klien, yang dikembangkan oleh Carl Rogers dan didasarkan pada ekspresi tidak menghakimi perasaan di antara anggota grup. Tabel 35,3-1 menjabarkan pendekatan psikoterapi kelompok besar. Seleksi Pasien Untuk menentukan kesesuaian pasien untuk psikoterapi kelompok, terapis membutuhkan banyak informasi, yang dikumpulkan dalam wawancara skrining. Psikiater harus mengambil anamnesis psikiatri dan melakukan pemeriksaan status mental untuk mendapatkan informasi yang dinamis dari perilaku, dan diagnostik. Tabel 35,3-2 menguraikan kriteria pemilihan pasien untuk terapi kelompok.

Kecemasan Otoritas Pasien yang masalah utamanya adalah hubungan mereka kepada otoritas dan sangat cemas dengan figur otoriter mungkin mendapatkan hasil yang baik dalam terapi kelompok karena mereka lebih nyaman berada dalam kelompok dan lebih mungkin akan melakukan lebih baik dalam sebuah kelompok daripada dalam suasana dyadic (satu lawan satu). Pasien dengan otoritas kecemasan yang tinggi mungkin akan diam, cemas, resisten, dan tidak mau mengungkapkan pikiran dan perasaan secara verbal dalam pengaturan individu, biasanya karena takut pada celaan atau penolakan terapis. Dengan demikian, mereka dapat menerima saran psikoterapi kelompok untuk menghindari situasi dyadic. Sebaliknya, jika seorang pasien bereaksi negatif terhadap saran psikoterapi kelompok atau secara terbuka menolak gagasan tersebut, terapis harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa pasien memiliki kadar kecemasan kelompok (peer anxiety) yang tinggi. Kecemasan kelompok (Peer anxiety) Pasien dengan kondisi seperti gangguan kepribadian borderline dan skizoid yang telah merusak hubungan dengan rekan kelompok mereka atau yang sangat terisolasi dari kontak peer grup umumnya bereaksi negatif atau cemas ketika ditempatkan dalam pengaturan kelompok. Ketika pasien tersebut dapat mengatasi kecemasan mereka, terapi kelompok dapat bermanfaat. Robert mengikuti terapi berusaha memahami mengapa ia tidak mampu mempertahankan kedekatan hubungan yang langgeng. Dia seorang yang tampan dan pengusaha sukses, ia telah membuat transisi yang menyakitkan dan berani untuk berpisah dari orang tua egois, dan tudak menjalankan peran dengan baik di masa lalunya. Meskipun ia selalu mendapatkan kesan awal yang baik dalam pekerjaannya, ia selalu bingung dan kecewa ketika atasannya secara bertahap kehilangan minat padanya dan rekan-rekannya menghindarinya. Dalam terapi satu lawan satu, ia tampil menarik dan menghibur, tapi mudah terluka karena perasaan narsisistik dan akan menjadi marah dan menyerang. Psikoterapi kelompok disarankan ketika transferensi perasaannya tetap intens dan terapi mengalami jalan buntu. Pada awalnya, Robert mempesona kelompok dan berusaha keras untuk menjadi pusat perhatian. Ia tampak kesal setiap kali merasa pemimpin kelompok lebih banyak memperhatikan anggota lain. Robert kritis dan memusuhi orang tua dalam kelompok dan menampakkan sedikit empati untuk anggota lain. Setelah konfrontasi berulang dan kuat dari anggota kelompok lain tentang perilaku antagonisnya, ia secara bertahap menyadari bahwa ia mengulangi pola masa kanak-kanak dalam keluarganya yang putus asa mencari perhatian dari orang tua yang tidak mengasihinya dan kemudian menjadi kasar dan mengamuk saat mereka tidak memperhatikannya (Normund Wong, M.D.) Tabel 35.3-1 Perbandingan Jenis Psikoterapi Kelompok

Terapi Kelompok Parameter Suportif Frekuensi Sekali seminggu Durasi Indikasi Utama

Skrining Wawancara Individu Isi Factor komunikasi lingkungan primer

Terapi Kelompok Berorientasi Analitik 1-3 kali seminggu Sampai 6 bulan 1-3+ tahun Gangguan Gangguan psikotik kecemasan, Dan borderline, kecemasan gangguan kepribadian biasanya Selalu

Kelompok Psikoanalisis 1-5 kali seminggu 1-3+ tahun Gangguan kecemasan, gangguan kepribadian Selalu

Terapi kelompok Transaksi 1-3 kali seminggu 1-3 tahun Kecemasan dan gangguan psikotik Biasanya Relasi intragroup; anamnesis stressor saat ini Relasi positif dipupuk. Perasaan negatif dianalisis

Terapi Perilaku Kelompok 1-3 kali seminggu Sampai 6 bulan Fobia, pasivitas, masalah seksual

Biasanya Gejala spesifik tanpa focus pada penyebab Relasi positif dipupuk, transferensi tidak diperiksa

Kondisi kehidupan Pengalaman sekarang dan masa masa lalu, lalu, relasi intragroup relasi intragrup dan ekstragrup Transferensi Transferensi Transferensi Transferensi positif didorong positif and negative neurosis Sehingga dipacu dan dipacu dan terjadi dianalisa dianalisa peningkatan fungsi Mimpi Tidak dianalisis Sering dianalisis Selalu dianalisis Dependensi Bergantung pada kelompok, anggota mengandalkan pemimpin Aktivitas terapis Memperkuat pertahanan. Member saran Bergantung pada kelompok; ketergantungan pada pemimpin bervariasi Menantang pertahanan, aktif, memberi saran atau respon personal Konflik tidak disadari dianalisis Kohesi, transferensi, Uji realita Umumnya dicegah Rekonstruksi kepribadian dinamis moderat Tidak bergantung pada kelompok; ketergantungan pada pemimpin bervariasi Menantang pertahanan, pasif, tidak memberi saran atau respon personal Konflik tidak disadari dianalisis Transferensi, ventilasi, catharsis, uji realita Dicegah Rekonstruksi kepribadian dinamis secara

Kadang Tidak digunakan dianalisis Bergantung Tidak bergantung pada kelompok; pada kelompok; tidak bergantung sangat bergantung pada pemimpin pada pemimpin Menantang Menciptakan pertahanan, pertahanan baru, aktif, memberi aktif, direktif respon personal Interpretasi pola Tidak dilakukan perilaku saat ini Abreaction, uji Kohesi, realita reinforcement, conditioning Bervariasi Dicegah

Interpretasi Konflik tidak disadari tidak dianalisis Proses Universalisasi, utama uji realita kelompok Sosialisasi Di luar kelompok Tujuan Didorong Meningkatkan adaptasi terhadap

Perubahan Pemulihan dari perilaku melalui gejala psikiatrik mekanisme Spesifik

lingkungan

luas

control yang disadari

Diagnosis Diagnosis gangguan pasien penting dalam menentukan pendekatan terapeutik terbaik dan mengevaluasi motivasi pasien untuk pengobatan, kapasitas untuk berubah, dan analisis struktur kekuatan dan kelemahan kepribadian pasien. Ada beberapa kontraindikasi untuk terapi kelompok. Pasien antisosial umumnya mendapat hasil buruk dalam kelompok heterogen karena mereka tidak mematuhi standar kelompok; tetapi jika grup terdiri dari pasien antisosial lain, mereka dapat merespon lebih baik dibandingkan jika mendapat rekan yang dirasakan sebagai figur otoriter. Pasien depresi mendapat keuntungan dari terapi kelompok jika mereka telah membentuk hubungan saling percaya dengan terapis. Pasien yang aktif bunuh diri atau depresi parah tidak boleh dirawat dalam hanya pengaturan kelompok. Pasien yang manic dapat mengganggu kelompok, tapi jika terkendali oleh obat, mereka mendapat hasil yang baik dalam pengaturan kelompok. Pasien yang delusi dan yang dapat memasukkan kelompok ke sistem delusi mereka tidak boleh dimasukkan dalam kelompok, sama seperti pasien yang menimbulkan ancaman fisik pada anggota lain karena perilaku agresif yang tak terkontrol

Tabel 35.3-2 Tugas dasar Terapis dalam Kelompok untuk membentuk kelompok terapi: Menentukan seting dan ukuran kelompok Memilih frekuensi dan lamanya sesi kelompok Menentukan kelompok terbuka atau tertutup Memilih seorang co-terapis menentukan kebijakan kelompok dengan modalitas terapi lain 2. Tindakan untuk menciptakan kelompok: Menentukan tujuan yang sesuai Memilih pasien yang dapat melakukan tugas kelompok Mempersiapkan pasien untuk terapi kelompok 3. Membangun dan mempertahankan suasana terapi: membangun budaya kelompok, menyelesaikan masalah yang timbul (perubahan anggota, pembentukan subgroup, konflik) (Dari Vinogradov S, Yalom ID. Group therapy. In: Talbott JA, Hales RE, Yudofsky SC, eds. The American Psychiatric Press Textbook of Psychiatry. Washington, DC: American Psychiatric Press; 1988:964.) Persiapan
1. Memutuskan

Pasien yang dipersiapkan oleh terapis untuk pengalaman kelompok cenderung mengikuti terapi lebih lama, dan merasakan lebih sedikit kecemasan awal dibandingkan mereka yang tidak dipersiapkan. Saat persiapan, terapis menjelaskan prosedur sedetail mungkin, dan menjawab pertanyaan pasien sebelum sesi pertama.

Struktur Organisasi Tabel 35.3-2 meringkas beberapa tugas kritis yang harus dihadapi terapis kelompok ketika mengorganisir grup

Ukuran Kelompok Terapi kelompok dapat berjalan sukses dengan sedikitnya 3 anggota dan paling banyak 15, tapi kebanyakan terapis menganggap 8 -10 anggota sebagai ukuran optimal. Interaksi mungkin tidak cukup dengan anggota lebih sedikit kecuali mereka sangat aktif secara verbal, dan dengan lebih dari 10 anggota, interaksi mungkin terlalu besar untuk diikuti anggota lain atau terapis.

Frekuensi dan panjang sesi kelompok Kebanyakan kelompok psikoterapis melakukan sesi grup sekali seminggu. Menjaga kesinambungan dalam sesi sangat penting. Ketika ada sesi alternatif, kelompok bertemu dua kali seminggu, sekali dengan dan sekali tanpa terapis. Sesi grup biasanya antara 1 sampai 2 jam, tetapi batas waktu harus konstan. Kelompok maraton populer di tahun 1970-an, namun kurang umum saat ini. Dalam waktu yang terapi yang panjang (terapi kelompok maraton), kelompok bertemu selama 12 hingga 72 jam. Interaksi dan kedekatan ditingkatkan selama waktu sesi yang panjang, kekurangan tidur memecahkan pertahanan ego, melepaskan proses afektif, dan secara teoritis meningkatkan komunikasi terbuka. Namun, sesi yang panjang, dapat berbahaya bagi pasien dengan struktur ego yang lemah, seperti orang dengan skizofrenia atau gangguan kepribadian borderline.

Kelompok Homogen Versus Heterogen Kebanyakan terapis percaya bahwa kelompok harus dibuat seheterogen mungkin untuk memastikan interaksi berjalan maksimal. Anggota dengan berbagai kategori diagnostik

dan pola perilaku yang bervariasi; dari semua ras, tingkat sosial, dan latar belakang pendidikan; dan dari berbagai usia dan jenis kelamin harus dibawa bersama-sama. Pasien antara usia 20 dan 65 tahun dapat dimasukkan secara efektif dalam kelompok yang sama. Perbedaan usia membantu dalam mengembangkan model orangtua-anak dan kakak-adik, dan pasien memiliki kesempatan untuk menghidupkan kembali dan memperbaiki kesulitan interpersonal. Anak-anak dan remaja sebaiknya ditempatkan dalam kelompok yang sebagian besar terdiri dari teman seusianya. Beberapa pasien remaja mampu berasimilasi dengan materi dewasa Tetapi mereka sebaiknya tidak kehilangan pengalaman peer konstruktif yang seharusnya didapatkan.

Kelompok Terbuka versus Tertutup Kelompok tertutup telah mengatur jumlah dan komposisi dari pasien. Jika ada anggotanya keluar, tidak ada anggota baru diterima. Dalam kelompok terbuka, keanggotaannya lebih bebas, dan anggota baru akan diterima setiap kali old anggota lama keluar Mekanisme Formasi Kelompok Setiap pasien memiliki pendekatan terapi kelompok yang berbeda. Pasien menggunakan kemampuan adaptif yang khas, mekanisme pertahanan, dan cara-cara berhubungan yang berbeda, dan ketika taktik ini akhirnya tercermin kembali kepada mereka oleh kelompok, mereka belajar untuk menjadi introspektif tentang kepribadian mereka. Proses yang melekat dalam pembentukan kelompok memerlukan pasien untuk menangguhkan cara mereka mengatasi masalah sebelumnya. Dalam memasuki grup, mereka memungkinkan ego eksekutif mereka ber fungsi, pengujian realita, adaptasi, penguasaan lingkungan, dan persepsi. Untuk beberapa derajat, penilaian kolektif dilakukan oleh sejumlah anggota, termasuk pemimpin. Faktor Terapeutik Tabel 35.3-3 menjabarkan 20 faktor terapeutik yang berperan dalam perubahan kelompok psikoterapi. Tabel 35.3-4 merangkum kekuatan yang membentuk pembelajaran dan menimbulkan perubahan sekunder dengan sifat kelompok sebagai mikrokosmos social. Peran Terapis Meskipun ada pendapat yang berbeda tentang bagaimana seharusnya seorang terapis aktif atau pasif, konsensus menetapkan bahwa terapis berperan fasilitatif. Idealnya, anggota grup sendirilah sumber utama kesembuhan dan perubahan. Iklim yang diproduksi oleh kepribadian terapismerupakan agen pembawa perubahan. Terapis lebih dari seorang ahli yang menerapkan teknik; Dia harus mempunyai pengaruh pribadi yang penuh empati,

kehangatan, dan rasa hormat. Tabel 35.3-3 Dua Puluh Faktor Terapeutik dalam Psikoterapi Kelompok. Faktor Definisi Abreaction Proses yang ditekan, terutama pengalaman menyakitkan atau konflik, dibawa kembali ke alam sadar. Dalam proses ini, orang tidak hanya diingatkan tetapi diminta menghidupkan kembali materi, disertai dengan respons emosional sesuai; wawasan ini biasanya hasil dari pengalaman. Acceptance Perasaan diterima oleh anggota kelompok lain, perbedaan pendapat ditoleransi, dan tidak ada celaan Altruism Tindakan menolong anggota kelompok lain, menempatkan kebutuhan orang lain sebelum kebutuhan pribadi dan belajar adanya nilai dalam berbagi. Proses ini diperkenalkan oleh Auguste Comte (1798-1857), dan Sigmund Freud percaya bahwa ini merupakan factor utama yang membentuk kesatuan kelompok dan perasaan kebersamaan. Catharsis Ekspresi dari ide, pikiran, dan materi yang ditekan kea lam bawah sadar, disertai dengan respons emosional yang menghasilkan keadaan pemuliha pada pasien. Kohesi Perasaan bahwa kelompok bekerja bersama untuk tujuan yang sama. Dipercaya sebagai factor utama yang berhubungan dengan efek terapeutik positif Validasi Konfirmasi realitas dengan membandingkan konsep pribadi dengan anggota Konsensual kelompok lainnya; sehingga distorsi intrapersonal dapat diperbaiki. Istilah ini diperkenalkan oleh Harry Stack Sullivan; Trigant Liang menggunakan istilah consensual observation untuk merujuk pada fenomena yang sama. Contagion Proses di mana ekspresi emosi dalah seorang anggota memacu kesadaran adanya emosi yang sama pada anggota kelompok lain. Koreksi Kelompok menciptakan ulang pengalaman keluarga bagi beberapa anggota yang Pengalaman pernah mengalami konflik melalui interaksi dalam kelompok (contoh, persaingan keluarga antar saudara, kemarahan terhadap orang tua). Empati Kemampuan anggota kelompok untuk menempatkan dirinya dalam kerangka psikologi dari anggota kelompok lain sehingga dapat memahami pola piker, perasaan, dan perilakunya. Identifikasi Proses pertahanan yang tidak disadari di mana orang menggabungkan karakteristik dan sifat-sifat orang atau objek lain ke dalam sistem ego nya. Imitasi Proses disadari di mana seseorang meniru perilaku anggota lain (role modeling); juga dikenal sebagai efek penonton, di mana seorang pasien belajar dari pasien lainnya Insight Kesadaran dan pemahaman kondisi psikodinamik pribadi dan gejala perilaku maladaptif. Kebanyakan terapis membedakan menjadi dua jenis: (1) wawasan intelektual: pemahaman dan kesadaran tanpa perubahan apapun dalam perilaku menyimpang; (2) wawasan emosional: kesadaran dan pemahaman yang mengarah ke perubahan positif dalam kepribadian dan perilaku. Inspirasi Proses menanamkan rasa optimisme untuk anggota kelompok; kemampuan

untuk mengenali bahwa seseorang memiliki kapasitas untuk mengatasi masalah; juga dikenal sebagai instalasi harapan. Interaction Pertukaran ide dan perasaan yang bebas dan terbuka antar anggota kelompok. Interaksi efektif secara emosional. Interpretasi Proses dimana pemimpin kelompok merumuskan maksud dari perlawanan, pertahanan dan simbol-simbol pasien; Hasilnya adalah bahwa pasien memiliki kerangka kognitif dalam memahami perilakunya. Pembelajaran Pasien memperoleh pengetahuan yang baru, seperti keterampilan sosial dan perilaku seksual; mereka menerima nasihat, mendapatkan bimbingan, dan mencoba untuk mempengaruhi dan dipengaruhi oleh anggota kelompok lainnya. Uji realita Kemampuan seseorang untuk secara objektif mengevaluasi dunia luar dirinya; termasuk kemampuan untuk memahami diri sendiri dan anggota-anggota kelompok lain secara akurat. Lihat juga validasi konsensual. Transferensi Proyeksi perasaan, pikiran, dan keinginan kepada terapis, yang bertindak mewakili objek dari masa lalu pasien. Reaksi yang mungkin sesuai untuk kondisi pasien di masa lalu, mungkin tidak pantas bila diterapkan kepada terapis di masa kini. Pasien dalam kelompok juga dapat langsung membagi perasaan seperti itu satu sama lain, yang disebut transferensi multiple. Universalisasi Kesadaran pasien bahwa dia tidak hanya dia sendiri yang memiliki masalah. Anggota lain pun membagi keluhan dan kesulitan yang sama dalam belajar. Ventilasi Ekspresi perasaan yang ditekan, ide, atau peristiwa kepada anggota grup lain; berbagi rahasia pribadi yang memperbaiki rasa dosa atau bersalah (juga disebut sebagai self-disclosure)

Psikoterapi Kelompok Pasien Rawat Inap Terapi kelompok merupakan pengalaman penting bagi pasien yang dirawat di rumah sakit. Kelompok dapat diatur dalam berbagai cara di bangsal. Pada pertemuan komunitas, seluruh unit rawat inap bertemu dengan semua anggota staf (misalnya, psikiater, psikolog dan perawat). Dalam rapat tim, 15 sampai 20 pasien dan anggota staf bertemu; kelompok terdiri dari 8 sampai 10 pasien bertemu dengan 1 atau 2 terapis, seperti terapi kelompok tradisional. Meskipun tujuan masing-masing kelompok bervariasi, mereka semua memiliki tujuan umum: untuk meningkatkan kesadaran dari diri mereka sendiri melalui interaksi mereka dengan kelompok anggota lain, yang memberikan umpan balik mengenai perilaku mereka; untuk meningkatkan keterampilan interpersonal dan sosial pasien; untuk membantu anggota beradaptasi dengan suasana rawat inap; dan untuk meningkatkan komunikasi antara pasien dan staf. Selain itu, salah satu jenis pertemuan kelompok dihadiri hanya oleh staf rawat inap rumah sakit dan dimaksudkan untuk meningkatkan komunikasi antara anggota staf dan untuk menyediakan dukungan dan dorongan dalam pekerjaan sehari-hari mereka dengan pasien. Pertemuan masyarakat dan Rapat tim lebih bermanfaat untuk urusan masalah perawatan pasien daripada untuk memberikan wawasan berorientasi terapi, yang merupakan pertemuan terapi kelompok

kecil. Tabel 35.3-4 Belajar dari Pola Perilaku pada Mikrosom Sosial dalam Kelompok Terapi Menunjukkan patologi intrapersonal; Unpan balik dan pengamatan pribadi Reaksi sharing Pemeriksaan hasil reaksi sharing Memahami pendapat seseorang tentang dirinya sendiri Menumbuhkan perasaan tanggung jawab menyadari kekuatan seseorang untuk berubah Pengaruh yang besar terhadap perubahan _______________________________________________________________________ _______(Dari Vinogradov S, Yalom ID. Group therapy. In: Talbott JA, Hales RE, Yudofsky SC, eds. The American Psychiatric Press Textbook of Psychiatry. Washington, DC: American Psychiatric Press; 1988:982, with permission.) Komposisi kelompok Dua faktor kunci kelompok-kelompok rawat inap yang umum untuk semua terapi jangka pendek adalah heterogenitas anggota dan pergantian pasien yang cepat. Di luar rumah sakit, terapis memiliki pilihan kasus yang beragam untuk memilih pasien untuk terapi kelompok. Di bangsal, terapis memiliki pasien yang terbatas untuk dipilih dan lebih jauh dibatasi jumlah pasien yang bersedia untuk berpartisipasi dan cocok untuk kelompok kecil. Dalam pengaturan tertentu, kelompok partisipasi mungkin wajib hadir (misalnya, di unit ketergantungan narkoba dan alkohol), tetapi kewajiban hadir biasanya tidak berlaku dalam unit psikiatri umum. Pada kenyataannya, sebagian besar pengalaman kelompok lebih produktif ketika pasien memiliki kesadaran sendiri untuk hadir. Sesi yang lebih sering lebih baik dibandingkan hanya sedikit sesi. Selama pasien rumah sakit tetap, kelompok mungkin bertemu setiap hari untuk memungkinkan interaksi kesinambungan dan perubahan tema dari yang satu sesi ke sesi berikutnya. Seorang anggota baru dari kelompok dapat dibawa mengikuti alur dengan cepat, baik oleh terapis dalam orientasi pertemuan atau oleh salah satu anggota lain. Pasien baru biasanya mempelajari informasi detail mengenai program kelompok kecil dari pasien lain sebelum menghadiri sesi pertama. Semakin jarang pertemuan group diadakan, dan makin besar kebutuhan akan terapis untuk menyusun struktur kelompok dan aktif di dalamnya.

Pasien Rawat Inap versus Pasien Rawat Jalan Meskipun faktor-faktor terapeutik untuk perubahan dalam kelompok kecil rawat inap mirip dengan dalam pengaturan rawat jalan, ada perbedaan kualitatif. Sebagai contoh, arus keluar masuk pasien rawat inap yang besar merumitkan proses kohesi kelompok. Tapi fakta bahwa semua anggota grup yang bersama-sama berada di rumah sakit meningkatkan kohesi. Berbagi informasi, universalisasi dan katarsis adalah faktor utama yang terapeutik bekerja dalam kelompok rawat inap. Meskipun wawasan lebih mungkin terjadi dalam kelompok rawat jalan karena sifat mereka yang mengikuti terapi jangka panjang, beberapa pasien dapat memperoleh pemahaman baru yang menata ulang psikologis mereka dalam batas-batas sesi grup tunggal. Kualitas yang unik dari kelompok rawat inap adalah kontak di luar kelompok pasien yang luas, karena mereka hidup bersama di bangsal. Verbalisasi pikiran dan perasaan tentang kontak dalam sesi terapi mendorong pembelajaran interpersonal. Selain itu, konflik antara pasien atau antara pasien dengan anggota staf dapat diantisipasi dan diselesaikan. Dua belas amnatan pasien rawat inap psikiatri yang menghadiri klinik pengobatan bulanan akan bertemu selama 1 jam sebelum mereka membuat janji secara individu dengan psikiater untuk meninjau situasi sosial mereka dan pengobatan yag dilakukan. Semua telah ditangani oleh dokter jaga bangsal yang sama dan telah mengenal satu sama lain saat berada dalam layanan rawat inap. Psikiater melakukan pengobatan juga bertindak sebagai pemimpin kelompok. Secara berkala, ia dibantu oleh seorang anggota staf yang juga akrab dengan pasien. Kopi disediakan, dan pasien sering membawa kue-kue dari rumah. Pasien disosialisasikan dengan satu sama lain selama jam tersebut dan sering bertukar ide-ide yang berguna dan tips tentang peluang kerja. Mereka yang tidak naik mobil ikut bersama dengan anggota lain. Kelompok ini terbuka dan juga bebas dihadiri. Sebagian besar pasien melajang dan memiliki sejarah panjang penyakit psikotik. Untuk sebagian besar anggota, pertemuan ini adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk bersosialisasi dan berada dalam kelompok. Sering terjadi, jika mereka mengetahui bahwa salah satu anggota dirawat lagi di rumah sakit, anggota kelompok lain akan mengunjungi rekan tersebut di bangsal (Normund Wong, M.D.) Self-Help Groups Kelompok ini terdiri dari orang-orang yang mencoba untuk mengatasi krisis kehidupan atau masalah spesifik dan biasanya memiliki tugas tertentu yang dipikirkan. Kelompokkelompok seperti ini tidak mencoba untuk mengeksplorasi psikodinamik individu secara mendalam atau mengubah kepribadian secara signifikan, tapi kelompok self-help telah meningkatkan kesehatan emosi dan kesejahteraan banyak orang. Yang membedakan karakteristik kelompok self-help adalah keseragaman mereka. Anggota memiliki gangguan yang sama dan berbagi pengalaman baik dan buruk, sukses dan berhasil satu sama lain. Dengan demikian, mereka mendidik satu sama lain, memberikan dukungan, dan mengurangi rasa keterasingan, yang biasanya dirasakan oleh orang-orang yang

tertarik pada kelompok semacam ini. Kelompok self-help menekankan kohesi, yang biasanya sangat kuat dalam kelompok ini. Karena anggota grup memiliki masalah dan gejala serupa, mereka mengembangkan ikatan emosional yang kuat. Setiap kelompok dapat memiliki karakteristik yang unik, yang mendukung kualitas penyembuhan anggotanya. Contoh kelompok self-help adalah Alcoholics Anonim (AA), Gambler anonim (GA), dan Overeaters anonim (OA). Kelompok-kelompok ini memenuhi kebutuhan anggota mereka dengan memberikan rasa penerimaan, saling mendukung, dan membantu dalam mengatasi pola perilaku meyimpang atau kondisi perasaan yang tidak dapat diatasi dengan sukses oleh kesehatan mental tradisional dan profesional medis. Kelompok self-help memungkinkan anggotaanggota mereka untuk menyerah pola perilaku yang tidak diinginkan; kelompok membantu memahami mengapa dan bagaimana mereka harus menjadi dirinya sendiri. Gabungan Psikoterapi Individu dan Kelompok Dalam terapi ini, pasien bertemu terapis secara individual dan juga mengambil bagian dalam sesi kelompok. Terapis untuk kelompok dan sesi individu biasanya adalah orang yang sama. Kelompok dapat bervariasi dalam ukuran 3 -15 anggota, tapi ukuran paling optimal adalah 8-10 orang. Pasien harus menghadiri semua sesi grup. Kehadiran di sesi individu juga penting, dan kegagalan untuk menghadiri sesi individu atau kelompok harus dianalisis sebagai bagian dari proses terapeutik. Gabungan terapi merupakan suatu modalitas terapi, bukan sistem terapi individu yang diperluas dengan sesi grup sesekali, ataupun terapi kelompok di mana pesertanya bertemu sendirian dengan terapis dari waktu ke waktu. Sebaliknya, terapi ini merupakan rencana berkelanjutan yang menyatukan pengalaman grup dengan sesi individu sehingga menghasilkan timbal balik untuk membantu membentuk pengalaman terapeutik yang terintegrasi. Meskipun relasi satu lawan satu antara dokter dan pasien membuat pemeriksaan secara mendalam, reaksi transferensi mungkin timbul untuk beberapa pasien, dapat memberikan pasien lain pengalaman perbaikan emosional yang diperlukan untuk perubahan terapeutik. Pengalaman kelompok memberikan variasi bagi pasien, dengan siapa mereka dapat memiliki reaksi transferential. Dalam kelompok mikrokosmos, pasien dapat menghidupkan kembali pengalaman keluarga dan lain-lain. Teknik Terdapat teknik-teknik yang berbeda, berdasarkan berbagai kerangka teori yang digunakan dalam bentuk gabungan terapi. Beberapa dokter meningkatkan frekuensi sesi individu untuk mendorong timbulnya transferensi neurosis. Dalam model perilaku, sesi individu dijadwalkan secara teratur, tapi frekeunsinya lebih jarang dibandingkan dalam pendekatan lain. Apakah pasien menggunakan sofa atau kursi selama sesi individu tergantung pada orientasi therapis.Teknik seperti pertemuan aternatif atau after-sesion tanpa terapis dapat digunakan. Pendekatan gabungan terapi yang disebut psikoterapi kelompok interaksional terstruktur memiliki anggota kelompok berbeda karena fokus

setiap sesi grup yang membahas secara mendalam masalah salah satu anggota oleh anggota lainnya Hasil Sebagian besar pekerja di lapangan percaya bahwa terapi gabungan memiliki keuntungan dari bentuk terapi dyadic dan pengaturan kelompok tanpa mengorbankan kualitas terapi yang baik. Umumnya, jumlah pasien yang putus terapi gabungan lebih rendah daripada yang ada dalam terapi kelompok sendiri. Dalam banyak kasus, terapi gabungan membawa masalah muncul ke permukaan dan dapat diselesaikan lebih cepat daripada yang mungkin dilakukan dengan masing-masing metode yang dilakukan sebagai terapi tunggal. Psikodrama Psikodrama adalah metode psikoterapi kelompok yang dikembangkan oleh psikiater kelahiran Wina, Jacob Moreno, di mana perubahan kepribadian, hubungan interpersonal, konflik dan masalah emosi dieksplorasi dengan menggunakan metode drama khusus. Terapi dramatisasi tentang masalah-masalah emosional mencangkup adanya peran sebagai protagonist atau pasien, orang yang keluar dari masalah dengan bantuan dari auxiliary egos, orang yangberperan dalam berbagai dalam aspek dalam diri pasien; dan Direktur, psyocdramatis, atau terapis, orang yang membimbing orang-orang dalam drama menuju akuisisi wawasan. Peran Direktur Direktur merupakan pemimpin atau terapis dan harus menjadi peserta aktif. Dia berfungsi mendorong anggota kelompok agar menjadi spontan. Direktur juga harus tersedia untuk memenuhi kebutuhan kelompok tanpa menanamkan nilai-nilai pribadinya. Dibanding jenis psikoterapi kelompok lain, psikodrama memerlukan partisipasi paling besar dari terapis. Protagonis Protagonis adalah pasien yang berada dalam konflik. Pasien dapat memilih situasi untuk menggambarkan skenario yang dramatis atau sesuai pilihan terapis, jika pasien menginginkan demikian. Auxiliary Ego Auxiliary ego adalah anggota kelompok lain yang mewakili sesuatu atau seseorang dalam pengalaman protagonis. Auxiliary ego membantu pasien untuk mendapatkan berbagai efek terapi dalam psikodrama Kelompok

Anggota kelompok psikodrama dan penonton membuat grup. Beberapa menjadi peserta, dan beberapa bertugas melakukan observasi, tetapi semua mendapatkan keuntungan sejauh mereka dapat mengidentifikasi peristiwa yang berlangsung dalam psikodrama. Konsep spontanitas dalam psikodrama bergantung pada kemampuan masing-masing anggota kelompok, terutama protagonist, untuk berbagi pikiran dan perasaan saat ini, dan untuk mengkomunikasikan emosi seotentik mungkin. Teknik Psikodrama dapat berfokus pada are fungsi khusus (mimpi, keluarga, atau situasi komunitas), peran simbolis, sikap sadar atau situasi masa depan yang dibayangkan. Gejala seperti delusi atau halusinasi juga dapat muncul dalam kelompok, Teknik untuk meningkatkan efek terapeutik dan kreatifitas termasuk soliloquy (menunjukkan pikiran dan perasaan secara tersembunyi atau terang-terangan), role reversal (pasien berganti peran dengan orang tertentu), the double (auxiliary ego berperan sebagai pasien), the multiple double (beberapa peran ego berakting sebagai pasien dalam berbagai kesempatan), dan the mirror technique (seorang peran ego meniru pasien dan berbicara mewakilinya). Teknik lain termasuk penggunaan hypnosis dan obat psikoaktif untuk memodifikasi perilaku akting dalam berbagai cara. Isu Etis dan Legal Kerahasiaan Terapis kelompok secara etis dan legal hanya boleh memberikan informasi tentang anggota kelompok bila mendapat persetujan pasien yang bersangkutan, kecuali bila pengungkapan tersebut diharuskan oleh hokum. Terapis berkewajiban untuk bertanggung jawab terhadap masyarakat, serta terhadap pasien, jika pasien berlaku membahayakan dirinya sendiri atau orang lain. Menurut Pedoman etika dari the American Group Psycotherapy Association terapis harus mendapatkan izin khusus untuk berkonsultasi dengan terapis rujukan atau dengan terapis individual saaat pasien berada dalam terapi gabungan. Meskipun anggota kelompok serta terapis harus melindungi identitas para anggota dan menjaga kerahasiaannya, anggota grup tidak terikat secara hokum untuk melakukan hal tersebut. Selama persiapan psikoterapi kelompok, terapis harus secara rutin menginstruksikan calon anggota untuk menjaga kerahasiaan semua materi yang dibahas dalam kelompok. Secara teoritis, dalam kasus hokum, salah satu anggota kelompok dapat diminta untuk bersaksi terhadap anggota kelompok lain. Tetapi situasi ini belum pernah terjadi. Terapis harus melakukan penilaian klinis dan hati-hati menempatkan pasien dalam kelompok jika dia berpikir bahwa beban menjaga rahasia terlalu berat untuk beberapa anggota, atau jika pasien menempatkan sebuah rahasia besar yang kemungkinan tidak disikapi secara bijak oleh anggota lainnya. Agresi dan Kekerasaan

Meskipun jarang ditemukan laporan adanya kekerasan dan agresi, ada potensi seorang anggota kelompok melakukan serangan fisik terhadap pasien lain atau terapis. Penyerangan dapat terjadi di luar ataupun di dalam kelompok. Kemungkinan terjadinya peristiwa itu dapat dikurangi dengan melakukan seleksi anggota kelompok secara hatihati. Pasien yang pernah menunjukkan riwayat agresif secara fisik atau pasien psikotik yang yang cenderung berlaku kasar sebaiknya jangan ditempatkan dalam terapi kelompok. Dalam pengaturan di institusi, di mana terapi kelompok lebih sering dilakukan, harus ditempatkan petugas keamanan yang cukup untuk mencegah adanya bahaya secara fisik pada anggota kelompok yang lain. Petugas keamanan dapat diberi peran sebagai observer. Perilaku Seksual Bagi seorang terapis, hubungan seksual dengan pasien atau mantan pasien adalah tidak etis, di banyak negara, perilaku tersebut bahkan dapat dikelompokan sebagai tindakan kriminal. Ini merupakan isu yang rumit dalam psikoterapi kelompok, karena bagaimanapun seorang anggota kelompok dapat terikat dalam kegiatan seksual dengan anggota kelompok lainnya. Isu-isu seperti kehamilan, perkosaan, dan transmisi acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pada anggota kelompok menimbulkan pertanyaan terbuka. Jika pasien terluka akibat aktivitas seksual dengan anggota kelompok, terapis dapat dituntut bertanggung jawab karena tidak mencegah perilaku tersebut. Terapis harus memberitahu setiap anggota kelompok untuk melaporkan kontak seksual apapun antara anggota, terapis tidak bisa mengantisipasi terjadinya setiap kontak seksual antara anggota atau mencegah berkembangnya hubungan seksual, namun ia berkewajiban untuk memberi tahu pasien pedoman perilaku yang dapat diterima. Terapis harus mengidentifikasi pasien yang rentan atau eksploitatif secara seksual saat pemilihan dan persiapan pasien. Pasien sosiopat yang mengeksploitasi anggota lain secara seksual harus diberi tahu bahwa perilaku tersebut tidak dapat diterima dalam kelompok dan bahwa perilakunya harus dijabarkan dalam bentuk verbal, bukan dalam tindakan. Kelompok harus diberi perlakuan sedemikian rupa sehingga memahami bahwa terapis tidak mendorong atau secara diam-diam mengizinkan adanya aktivitas seksual. Pasien dengan AIDS didorong untuk mengungkapkan kenyataan adanya virus dalam dirinya. Untuk melindungi anggota lain, beberapa terapis tidak menerima pasien dengan AIDS ke dalam kelompok, kecuali mereka setuju untuk mengungkapkan kondisi mereka. Dalam situasi tersebut, terapis membahas masalah AIDS dengan pasien dan kelompok pasien yang akan ditempatkan. Referensi Billow RM. Bonding in group: The therapist's contribution. Int J Group Psychother. 2003;53:83. Burlingame GM, Fuhriman A, Mosier J. The differential effectiveness of group psychotherapy: A meta-analytic perspective. Group Dynamics. 2003;7:3.

Higaki Y, Ueda S, Hatton H, Arikawa J, Kawamoto K, Kamo T, Kawasima M. The effects of group psychotherapy in the quality of life of adult patients with atopic dermatitis. J Psychosom Res. 2003;55:162. Ogrodniczuk JS, Piper WE, Joyce AS. Treatment compliance in different types of group psychotherapy: Exploring the effect of age. J Nerv Ment Dis. 2006;194(4):287293. Paparella LR. Group psychotherapy and Parkinson's disease: When members and therapist share the diagnosis. Int J Group Psychother. 2004;54(3):401409. Segalla R. Selfish and unselfish behavior: Scene stealing and scene sharing in group psychotherapy. Int J Group Psychother. 2006;56(1):3346. Scheidlinger S. Group psychotherapy and related helping groups today: An overview. Am J Psychother. 2004;58(3):265280. Tyminski R. Long-term group psychotherapy for children with pervasive developmental disorders: Evidence for group development. Int J Group Psychother. 2005;55(2):189210. Wong N. Group psychotherapy and combined individual and group psychotherapy. In: Sadock BJ, Sadock VA, eds. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8th ed. Vol. 2. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2005:2568. Zoger S, Suedland J, Holgers K. Benefits from group psychotherapy in treatment of severe refractory tinnitus. J Psychosom Res. 2003;55:134.

Anda mungkin juga menyukai