Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH TEKNOLOGI BERSIH PRODUKSI BERSIH PADA INDISTRI SUSU PT.

GRENNFIELD INDONESIA MALANG

Oleh: Destika Anggraeni Fauzia Rohmatul L Johan Ari Sandra Nuri Sulva Widya Sari

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Susu merupakan produk minuman yang cukup berkembang dalam dunia pangan. Sapi perah merupakan sumber utama penghasil susu yang mempunyai nilai gizi tinggi. Nilai gizi susu yang tinggi mempunyai sifat yang baik untuk kesehatan tubuh pengkonsumsinya. Namun, susu juga rentan sekali dengan pertumbuhan bakteri, sehingga dalam pengolahannya harus dapat mempertahankan kualitas susu. Susu sebagai salah satu produk hasil pertanian merupakan bahan pangan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Susu juga disebut sebagai makanan yang hampir sempurna karena kandungan zat gizinya yang lengkap. Selain air, susu mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral dan enzimenzim gas serta vitamin dalam jumlah memadai. Proses pembuatan susu pada setiap industri sangat bervariasi tergantung dari jenis produk yang dihasilkan. Secara garis besar proses produksi pengolahan susu terdiri dari kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, penyiapan bahan baku, proses produksi, pengemasan dan penyimpanan. Untuk menjamin kualitas produk dari pengaruh zat-zat pengotor, proses pengolahan susu dilakukan dengan sistem tertutup (close system) yang dikontrol atau dioperasikan dari ruangan khusus. Mutu pada industri manufaktur, selain menekankan pada produk yang dihasilkan, juga perlu diperhatikan mutu pada proses produksi. Hal yang lebih baik adalah apabila perhatian pada mutu bukan pada produk akhir, namun pada proses produksinya atau produk yang masih ada dalam proses (work in process), sehingga bila ada kesalahan masih dapat diperbaiki. Dengan demikian, produk akhir yang dihasilkan adalah produk bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan karena produk tersebut harus dibuang atau dilakukan pengerjaan ulang (rework). Penerapan Good Housekeeping dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan melalui perbaikan kinerja lingkungan, penyempurnaan operasional

dan penghematan biaya produksi. Good Housekeeping merupakan upaya-upaya produksi bersih berupa tindakan sederhana untuk mengurangi pemakaian air, energi dan bahan-bahan kimia. Upaya-upaya tersebut berkaitan dengan langkah praktis yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan. PT. Greenfields Indonesia merupakan perusahaan yang berarah bisnis sebagai produsen dan pengolah susu yang berlokasi di Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Gunung Kawi, Kabupaten Malang-Jawa Timur. Produk-produk yang dihasilkan saat ini adalah susu ESL (Extended Shelf Life), susu UHT, dan whipping cream yang dikemas dalam kemasan TBA (Tetra Brik Aseptic) dan TFA (Tetra Fino Aseptic). Kunjungan Lapang merupakan salah satu langkah penerapan mata kuliah Teknologi Bersih. Kunjungan Lapang teknologi bersih ini dilaksanakan untuk mengamati secara menyeluruh proses yang ada dilokasi kunjungan yang berkaitan dengan Good Housekeeping. Pelaksanaan Kunjungan Lapang ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memperluas ilmu pengetahuan tentang Good Housekeeping, membandingkan teori yang didapat pada saat perkuliahan dengan praktek di lapangan. Berdasarkan penjelasan tentang produksi susu diatas, penulis akan melaksanakan Kunjungan Lapang bekerjasama dengan PT. Greenfields Indonesia. Hal ini sebagai salah satu langkah awal dalam pembelajaran industri susu secara umum yang dapat memberikan bekal ilmu di bidang industri. Sehingga diharapkan setelah menempuh Kunjungan Lapang ini, mahasiswa akan mendapatkan pemahaman ilmu yang lebih spesifik tentang industri susu, dimulai dari proses produksi, pengendalian mutu, sanitasi, pengolahan limbah, dan lainlain yang semuanya berkaitan erat dengan teori-teori yang didapat mahasiswa di bangku kuliah. 1.2. Perumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah ini adalah; 1. Bagaimana proses produksi susu di PT. Greenfield Indonesia? 2. Apa saja limbah yang dihasilkan dan penanganan limbah di PT. Greenfield Indonesia?

3. Bagaimana penerapan produksi bersih di PT. Greenfield Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum


1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah wajib Teknologi Bersih

Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian.


2. Mampu memahami dan mengkorelasikan ilmu pengetahuan yang

diterima selama perkuliahan dengan realitas yang ada di lapangan. 3. Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa mengenai kondisi yang sebenarnya dalam suatu pabrik, serta mengalami pengalaman praktis dan alternatif penyelesaian. 4. Mempersiapkan mental mahasiswa yang profesional dan berkompeten dalam menghadapi dunia kerja. 1.3.2 Tujuan khusus 1.Mengetahui gambaran umum kondisi perusahaan di PT. Greenfields Indonesia. 2.Memahami lebih jauh aspek penerapan Good Housekeeping pada industri, yang meliputi bahan baku, mesin dan peralatan yang digunakan, proses produksi, pengawasan mutu di PT. Greenfields Indonesia. 3.Mempelajari sistem produksi susu sehingga dihasilkan produk dengan spesifikasi tertentu. 4.Mendapatkan pengetahuan dan pemahaman spesifik dalam hal Industri pengolahan susu di Indonesia yang dapat menjadi bekal yang baik bagi mahasiswa nantinya pada dunia kerja. 1.3. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. 2. 3. Menambah informasi dan ilmu dari mahasiswa Dapat mengetahui produksi bersih yang diterapkan di pabrik Sebagai bahan evaluasi di pabrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teknologi Proses Industri Susu dan Limbahnya 2.1.1. Tinjauan teknologi proses Proses pembuatan susu pada setiap industri sangat bervariasi tergantung dari jenis produk yang dihasilkan. Secara garis besar proses produksi pengolahan susu terdiri dari kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, penyiapan bahan baku, proses produksi, pengemasan dan penyimpanan. Untuk menjamin kualitas produk dari pengaruhzat-zat pengotor, proses pengolahan susu dilakukan dengan sistem tertutup (close system) yang dikontrol/dioperasikan dari ruangan khusus. Tahapan produksi susu sebagai berikut: a. Pengujian mutu Uji mutu adalah kegiatan pertama yang dilakukan sebelum susu diproses. Pengujian bertujuan untuk memeriksa kualitas bahan baku meliputi rasa,kandungan bakteri dan komposisi protein dan lemak. Setelah susu dinyatakan memenuhi kualitas yang disyaratkan, proses selanjutnya adalah penyaringan. b. Penyaringan (penjernihan) Proses penyaringan susu bertujuan memisahkan benda-benda pengotor susu yang terbawa saat proses pemerahan. Penyaringan juga bertujuan untuk menghilangkan sebagian leukosit dan bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan susu selama penyimpanan. Limbah yang dihasilkan berasal dari tumpahan bahan baku. c. Pasteurisasi Dari tangki penampungan, susu dipasteurisasi dengan cara dipanaskan untuk membunuh bakteri pathogen. Teknis pasteurisasi dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu : High Temperature Short Time (HTST) adalah pasteurisasi yang dilakukan pada suhu tinggi dengan waktu yang sangat

pendek dan pasteurisasi yang dilakukan pada suhu rendah dengan waktu yang cukup lama. d. Evaporasi Evaporasi dilakukan untuk mengurangi kandungan air dengan failing film yangterdapat pada alat evaporasi, sehingga penguapan dapat dilakukan dengan tepatdan waktu kontak dengan media pemanas singkat. Alat pemanas yang digunakan adalah steam yang bekerja pada tekanan vakum, agar penguapan air dalam susu dapat berlangsung pada temperatur yang tidak terlalu tinggi sehingga tidak merusak susu. Hasil yang diperoleh dari evaporasi adalah susu kental yangmengandung TS 47 50% merupakan produk intermediate dalam prosespembuatan susu bubuk. e. Pencampuran Dari tangki penyimpanan susu dipanaskan sebelum dialirkan ke tangki pencampur yang berisi bahan-bahan tambahan seperti protein, mineral, vitamin dan lain-lain. Tujuan pemanasan adalah menurunkan viskositas susu sehingga mempermudah proses pencampuran. Limbah yang dihasilkan berasal dari tumpahan bahan bakudan bahan pendukung seperti protein, mineral, vitamin, dsb. f. Homogenisasi Homogenisasi adalah perlakuan mekanik (mechanical treatment) pada butiran lemak dalam susu dengan tekanan tinggi melalui sebuah lubang kecil. Homogenisasi bertujuan untuk menyeragamkan ukuran globula-globula lemak susu menjadi rata-rata 2 mikron, menggunakan sistem High Presure Pump (HPP) yang melewati sebuah lubang kecil dengan alat homogenizer. g. Pengeringan Susu yang telah dihomogenisasi dipanaskan dalam preheater pada suhu 70oC -80oC. Setelah itu, dialirkan kedalam pompa bertekanan tinggi dan disemprotkan kedalam dryer melalui nozzle. Hasil dari proses ini adalah susu bubuk siap kemas. h. Finishing dan Pengemasan Pada proses ini inti bubuk susu yang dihasilkan kemudian dicampurkan dengan bahan lain sesuai dengan formula yang diinginkan.

Selanjutnya susu tersebut masuk dalam tahap pengemasan (dalam kaleng atau aluminium foil) menggunakan mesin filling hooper.

Gb. 1 Diagram Proses Produksi Susu

2.1.2. Tinjauan limbah cair industri susu 2.1.2.1. Sumber dan karakteristik limbah Cair serta pengaruhnya terhadap lingkungan Sumber utama air limbah pada proses pembuatan susu sebagian besar berasal dari produk yang hilang yang ikut selama proses pencucian dan dihasilkan dari tumpahan atau kebocoran selama proses produksi. Produk yang hilang selama proses produksi diperkirakan mencapai 0.1%3%. Kehilangan produk juga disebabkan oleh manajemen house keeping dan sistem operasional yang kurang baik terjadi saat pemindahan pipa saluran produksi, mesin evaporasi, proses pengisian dan sisa bahan baku yang rusak. Pada proses klarifikasi atau penyaringan dihasilkan limbah padatan yang mengandung zat tersuspensi dan bahan organik yang tinggi. Air limbah yang cukup besar juga dihasilkan dari air pendingin dan kondensat. Namun penanganan air buangan pendingin tersebut biasanya

dapat diatasi dengan melakukan recycle melalui sistem tertutup sehingga dapat digunakan kembali. Berikut tabel yang memperlihatkan limbah yang dihasilkan dari proses produksi susu

Tabel 1. Limbah Hasil Produksi Karakteristik limbah cair industri susu tidak jauh berbeda dengan limbah cair industri pangan lainnya. Tetapi limbah cair yang berasal dari industri susu mempunyai karakteristik khas yaitu kerentanannya terhadap bakteri pengurai sehingga mudah terjadi pembusukan Air limbah industri susu mengandung kadar organik yang cukup tinggi tetapi mudah terurai. Kadar BOD pada air limbah susu (400-9.440 mg/l) dan COD (360-15.300 mg/l). Perbandingan BOD dan COD setiap pabrik bervariasi namun secara umum adalah 1.75:1. Karaktersitik limbah cair industri susu a. Fisik Total padatan (1.210-11.990 mg/l) Padatan tersuspensi volatil (TSV) = 200-1.840 mg/l

Padatan tersuspensi (TSS) = 270-1.980 mg/l.b.

b. Kimia pH = 4,2 9,5 Amonia (1-76 mg/l) Nitrogen organik (9-250 mg/l) Alkalinitas (0-1.080 mg/l)c. c. Biologis Kandungan kadar organik seperti vitamin dan mineral yang tinggi. Limbah industri dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam mineral dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya, limbah cair susu yang menimbulkan bau tidak diinginkan dan polusi berat pada perairan bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat. Air buangan (effluent) atau limbah buangan dari pengolahan susu dengan Biological Oxygen Demand ( BOD). Apabila effluent dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. Kandungan bahan organik yang tinggi dalam limbah cair susu dapat bertindak sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan mikroba. Dengan pasokan makanan yang berlimpah, mikroorganisme akan berkembangbiak dengan cepat dan mereduksi oksigen terlarut yang terdapat dalam air. Secara normal, air mengandung kira-kira 8 ppm oksigen terlarut. Standar minimum oksigen terlarut untuk kehidupan ikan adalah 5 ppm dan dibawah standar ini akan menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. 2.1.2.2. Baku mutu limbah cair industri Susu

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 mengenai baku mutu limbah cair yang diperbolehkan untuk pabrik susu adalah

Catatan: 1. 2. 3. 4. susu. 2.2. Tinjauan Produksi Bersih dan Penerapannya di Industri Susu 2.2.1. Pengertian produksi bersih Produksi Bersih didefinisikan sebagai strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan integrasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan terhadap proses dan jasa, untuk meningkatkan ekoPabrik Susu Dasar : menghasilkan susu cair, susu kental manis dan Pabrik Terpadu : menghasilkan produk susu, keju, mentega dan Kadar maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas Beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di

atau susu bubuk. atau es krim. dinyatakan dalam miligram parameter per liter air limbah. atas dinyatakan dalam kg parameter per ton total padatan susu atau produk

efisiensi dan mengurangi terjadinya resiko terhadap manusia dan lingkungan. Reduksi pada sumbernya merupakan bagian dari strategi Produksi Bersih. Untuk kegiatan proses, Produksi Bersih mencakup upaya konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan berbahaya dan beracun (B3), mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum meninggalkan proses. Menurut Soeriatmadja dalam Paradigma Produksi Bersih (20:1999) Produksi Bersih merupakan jalan menuju pembangunan ekonomi dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan hidup sebelumnya. Program Produksi Bersih merupakan upaya proaktif dalam sistem produksi. 2.2.2. Prinsip-prinsip pokok produksi bersih Produk Bersih didasarkan pada empat strategi, yaitu: 1. Merupakan upaya penerapan strategi pencegahan yang berkelanjutan terhadap proses dan produk untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan hidup serta sumber daya alamnya. 2. Merupakan upaya untuk menggarap proses produksi dengan strategi yang meliputi pelestarian bahan baku dan energi, penghilangan pemakaian B3, dan pengurangan kadar racun dari semua bentuk buangan dan limbah sebelum meninggalkan proses produksi. 3. Dalam proses menghasilkan produk, strategi produksi bersih memusatkan perhatian pada upaya pengurangan dampak lingkungan di seluruh daur suatu produk, mulai dari ekstraksi bahan mentah sampai ke pembuangan limbah produk tersebut. 4. Meliputi upaya penguasaan teknik pelaksanaan, penyempurnaan teknik yang sudah ada, dan pengubahan sikap, pandangan dan perilaku produsen. Ada tiga lingkup kegiatan yang dapat memperoleh keuntungan melalui kegiatan Produksi Bersih yaitu : Kegiatan proses, Produksi Bersih mencakup upaya konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan berbahaya dan beracun (B3), mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum meninggalkan proses.

Untuk produk, Produksi Bersih memfokuskan pada upaya

pengurangan dampak di keseluruhan daur hidup, mulai dari ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan. Untuk jasa, Produksi Bersih menitikberatkan pada upaya mengintegrasikan aspek lingkungan sejak perancangan sampai dengan pemberian jasa. Secara garis besar konsep Produksi Bersih melibatkan beberapa faktor, yaitu : 1. Teknologi, yang meliputi desain produk (eco product design), dan tenologi proses. 2. Sistem manajemen, yang meliputi sistem pembelian ramah lingkungan. 3. Sumber daya manusia 4. Kondisi operasi yang sedang berlangsung. Keuntungan penerapan produksi bersih, yaitu : 1. Memberi keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya dan penggunaan kembali limbah di dalam proses. Penerapan produksi bersih secara dini mungkin akan dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau perbaikan lingkungan. 2. Mencegah pencemaran dan perusakan lingkungan. 3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui konservasi sumber daya, bahan baku dan energi. 4. Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan. 5. Memelihara ekosistem lingkungan. 6. Memperkuat daya saing produk pasar. 2.2.3. Good Housekeeping Sesuai dengan buku pedoman pengelolaan internal yang baik, disusun oleh P3U-GTZ pengertian Good Housekeeping (pengelolaan Internal yang baik) berkaitan dengan sejumlah langkah praktis, sederhana, tidak

memerlukan investasi (no investment) atau sedikit investasi (low investment) yang dapat segera diambil oleh badan usaha dan atas inisiatif mereka sendiri untuk meningkatkan operasi mereka, dan keselamatan tempat kerja sehingga merupakan sarana manajemen untuk pengelolaan biaya, lingkungan hidup, dan perubahan organisasional. Penerapan GHK dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan melalui perbaikan kinerja lingkungan, penyempurnaan operasional dan penghematan biaya produksi. GHK dapat dilaksanakan dengan cara memperhatikan tata cara penyimpanan bahan yang baik, penanganan dan pengangkutan bahan yang baik. pengeloaan

2.2.4. Penerapan produksi bersih pada industri susu Contoh penerapan teknologi bersih pada pengolahan susu antara lain: 1. 2. Kotoran ternak digunakan sebagai pupuk organik, untuk memupuk Kotoran ternak digunakan untuk energi alternatif seperti biogas dan

rumput yang digunakan untuk makanan ternak bioarang

BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan kesatuan sistem dalam penelitian yang terdiri dari prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam penelitian. Pada bab ini akan diuraikan beberapa aspek yang terkait dengan metode penelitian yang meliputi rancangan penelitian, ruang lingkup penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisa data, dan waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode study literatur dikarenakan kunjungan lapang belum dilaksanakan. 3.1. Rancangan penelitian Dikarenakan proposal yang diajukan belum diterima, kami menggunakan studi pustaka sebagai bahan dalam menyelesaikan penelitian ini. 3.2. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kondisi PT. Greenfields Indonesia, sistem produksi susu Real Good Strawberry dan penerapan Good Housekeeping pada industri yang meliputi bahan baku, mesin peralatan yang digunakan, proses produksi dan pengawasan mutu. 3.3. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Greenfields Indonesia yang terletak di Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Gunung Kawi, Kabupaten Malang-Jawa Timur. 3.4. Jenis dan sumber data Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain). Sumber data ini diperoleh dengan pencarian melalui komputer secara online. Sumber kepustakaan yang digunakan diantaranya abstrak hasil penelitian dan jurnal.

3.5. Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan dalam studi pustaka ini adalah abstrak hasil

penelitian, buku, dan jurnal yang diperoleh dari pencarian secara online. 3.6. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan studi kepustakaan. 3.7. Analisa data Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dan dibuat dalam bentuk narasi. 3.8. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada hari minggu, 7 Oktober 2012 pukul 09.00 12.00 WIB.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Data umum perusahaan

4.1.1 Sejarah PT Greenfields Indonesia PT Greenfields Indonesia didirikan pada tanggal 14 Maret 1997. Ketika pertama kali berdiri, PT Greenfields Indonesia bernama PT Prima Japfa Jaya. PT Prima Japfa Jaya ialah perusahaan yang berdiri dari hasil kerja sama koperasi Bina Sentosa dan PT Santosa Agrindo. Ketika awal berdirinya, PT Prima Japfa Jaya mendatangkan 97 ekor sapi perah yang diimpor dari Australia. Lokasi peternakan berada di ketinggian 1,100-1,200 m dpl (di atas permukaan laut). Wilayah tersebut memiliki suhu udara rata-rata 18 derajat Celcius dan curah hujan sekitar 2,750-3,200 mm/tahun dengan kelembaban sebesar 45%. Daerah tersebut dipilih dengan pertimbangan memiliki udara yang segar, bersih, dan berangin lembut, yang sangat menunjang pemeliharaan sapi impor agar dapat hidup optimal seperti habitat asalnya di Australia. PT Prima Japfa Jaya terbagi menjadi 2 divisi, yaitu peternakan (dairy farm) dan industri susu dibawah manajemen yang terpisah. Pada tahun 1998, PT Prima Japfa Jaya membangun sistem pemerahan milking parlour dengan kapasitas 24 ekor/pemerahan. Sejak sistem pemerahan tersebut beroperasi, PT Prima Japfa Jaya mulai menjual susu hasil perahannya ke koperasi-koperasi yang berada di Jawa Timur dan kepada private brand. Pada pertengahan tahun 2000, PT Prima Japfa Jaya yang merubah namanya menjadi PT Greenfields Indonesia mulai mengoperasikan fasilitas pengolahan susu pribadinya yang mulai dibangun sejak April 1999. Pabrik

pengolahan susu modern ini dihubungkan langsung dengan ruang mesin pemerahan susu sapi di peternakan, yang lokasinya berdekatan. Dengan demikian susu yang dihasilkan dalam proses ini langsung dapat didinginkan untuk diolah, tanpa tersentuh tangan manusia secara langsung. Hal ini menjamin higienitas yang tinggi bagi produk yang dihasilkan perusahaan. Susu segar yang dihasilkan dari peternakan ini, sesuai dengan standar internasional yang paling ketat. Pada saat ini, sapi perah yang diimpor dari Australia telah berjumlah 1700 ekor. 4.1.2 Lokasi dan Topografi Sejak pertama didirikan, PT. Geenfields Indonesia

bertempat di Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Gunung Kawi, Kabupaten Malang-Jawa Timur. Perusahaan terletak di atas lahan dengan luas areal 25,2 ha (hektar) pada ketinggian 1200 m dpl (dari permukaan laut). Lokasi perusahaan dikelilingi oleh persawahan penduduk disekitarnya. Alasan pemilihan lokasi diantaranya adalah : 1) memiliki kondisi ideal untuk pemeliharaan sapi, 2) dekat dengan bahan baku dan sumber air, dan 3) kemudahan penanganan limbah. Pengaturan ruang untuk penempatan fasilitas produksi dan fasilitas lainnya ditata sedemikian rupa agar memudahkan proses produksi. Pengaturan fasilitas-fasilitas tersebut menggunakan tipe product layout, yaitu penempatan fasilitas produksi sesuai dengan alur proses produksi. Hal ini dilakukan untuk efisiensi proses produksi dan agar tercipta ruang yang terlihat rapi. Selain itu, juga terdapat tiga buah bis untuk mengantar divisi, jemput karyawan dan staf tinggal setiap di harinya. Bangunan penunjang terdiri atas kantin dan musola di setiap dormitori sebagai tempat lingkungan perusahaan untuk level manajer, single man untuk staf, mess barak untuk karyawan, dan sebuah multi purpose hall sebagai aula berbagai acara dan pertemuan.

4.1.3 Produk yang Dihasilkan 1. ESL Susu Greenfields ESL (Extended Shelf Life) adalah susu yang mengalami proses pasteurisasi dan dipanaskan pada suhu 130 derajat Celcius selama empat detik untuk membunuh bakteri patogen namun tetap menjaga kesegarannya. Dikemas dalam kemasan Tetra Rex 1000 ml untuk menjamin kualitas susu tetap terjaga. Selama disimpan dalam suhu dingin (0-4 derajat Celcius), kesegaran susu segar Greenfileds mampu bertahan hingga 40 hari. Mengandung vitamin dan mineral seperti kalsium, protein, dan fosfor yang baik bagi kesehatan, dan tidak mengandung bahan pengawet. Tersedia dalam 4 varian: Full Cream, Choco-malt, Low Fat dan Skimmed Milk. 2. UHT Susu Greenfields UHT (Ultra High Temperature) diolah dengan teknologi mutakhir. Dipanaskan pada suhu 137 derajat Celcius selama empat detik untuk membunuh bakteri patogen namun tetap menjaga kesegarannya. Dengan kemasan Tetra Pak 1000 ml yang praktis terbuat dari karton aseptis yang higienis mampu menjaga kandungan dan kualitas susu selama sembilan bulan. Setelah dikonsumsi, sebaiknya disimpan dalam keadaan dingin. Mengandung vitamin dan mineral alami seperti kalsium, protein, dan fosfor yang baik bagi kesehatan, dan tidak mengandung bahan pengawet. Tersedia dalam empat varian: Full Cream, Choco-malt, Low Fat dan Skimmed Milk. 3. Whipping Cream Susu Krim Greenfields terbuat dari susu segar dengan kualitas premium dengan rasa yang istimewa, dan diproduksi dengan metode dan peralatan yang modern demi menjaga kesegaran dan menjamin kualitasnya. Cocok untuk membuat kue dan topping makanan penutup. Dikemas dalam Tetra Pak 1000 ml. 4.1.3 Penggunaan Listrik dan Generator

Sumber listrik diperoleh dari PLN dan generator/genset. Listrik yang dihasilkan dari PLN memiliki kapasitas sebesar 865 kVA (efektif 450 kVA) dengan frekuensi 50 Hz. Listrik dari PLN disimpan di dalam gardu induk, kemudian dialirkan melalui travo untuk diturunkan tegangan listriknya baru kemudian didistribusikan untuk berbagai keperluan umum seperti lampu, komputer, kulkas, dan lain-lain. Listrik dari PLN tidak digunakan Listrik untuk keperluan proses karena dapat dengan mengganggu proses seandainya terjadi down/mati listrik. untuk kebutuhan proses dijalankan menggunakan tiga buah genset dengan kapasitas masingmasing 500 kVA (dua buah) dan 750 kVA. Akan tetapi, dalam kebutuhan proses produksi, tegangan yang digunakan juga efektif 450 kVA. Jumlah tegangan efektif dapat dihasilkan dari dua buah genset, sedangkan genset sisanya stand by untuk mengantisipasi terjadinya down/mati listrik dari PLN. Genset yang akan digunakan untuk menyuplai listrik harus disinkronisasi terlebih dahulu antara satu dan yang lainnya jika akan digunakan secara bersamaan. Setelah tegangan listrik stabil, listrik baru dapat didistribusikan untuk keperluan proses produksi. 4.2. Proses produksi dan limbah 4.2.1. Proses produksi Susu UHT Real Good sereal strawberry merupakan jenis susu cair UHT yang paling sering diproduksi oleh PT. Greenfields Indonesia. Proses pengolahan susu UHT Real Good sereal strawberry meliputi beberapa tahapan, yaitu : 1) penerimaan susu segar dan termisasi, 2) separasi dan termisasi, 3) mixing dan blending, 4) sterilisasi, serta 5) filling dan packaging.

1. Penerimaan Susu Segar dan Termisasi Susu segar yang digunakan dalam proses pengolahan susu di PT. Greenfields Indonesia berasal dari tiga sumber, yaitu susu segar yang dihasilkan dari peternakan sendiri (Dairy Farm), susu segar yang berasal dari koperasi (KUD), dan susu segar kemitraan dari peternak-peternak daerah sekitar pabrik. Susu segar diperiksa terlebih dahulu oleh Departemen kualitasnya memasuki dengan QC tahap (Quality Control) untuk disesuaikan Sebelum akan dari dengan spesifikasi perusahaan.

pengolahan, 40C.

susu-susu Susu

tersebut berasal

disimpan terlebih dahulu di dalam tiga buah reception tank suhu maksimum yang peternakan sendiri akan disimpan di dalamreception tank 1 dan 2 dengan kapasitas masing-masing 15.000 L, sedangkan susu segar dari koperasi dan kemitraan disimpan di dalam reception tank 3 dengan kapasitas 20.000 L. Sebelumnya, untuk susu segar dari farm dimasukkan terlebih dahulu ke dalam balance tank. Namun, untuk susu segar dari kemitraan, terlebih dahulu disaring dengan filter berukuran 200 mikron lalu dimasukkan dalam cooling tank dengan suhu maksimum 40C yang dilengkapi dengan cooling jacket untuk penyesuaian suhu. Susu segar yang berasal dari peternakan sendiri boleh disimpan di dalam reception tank maksimum selama 72 jam, sedangkan susu segar yang berasal dari koperasi dan kemitraan hanya boleh disimpan maksimum selama 36 jam. Susu segar dari reception tank kemudian disaring menggunakan slot filter berukuran 105 mikron agar kotorankotoran yang terlarut di dalam susu segar dapat dipisahkan kemudian susu dialirkan menuju balance tank. Selanjutnya sebagian susu segar akan melalui proses preheating pada suhu 75 0C dan dilakukan proses homogenisasi dua tahap

pada tekanan 150/50 bar. Lalu dilakukan proses termisasi pada suhu 850C selama 20 detik, kemudian dilakukan pendinginan awal hingga suhu 50 0C dan dilanjutkan hingga suhu turun sampai 4 0C. Setelah itu, dilakukan penyimpanan di dalam storage tank dengan suhu maksimum 4 0C. Termisasi merupakan istilah yang digunakan oleh PT. Greenfields Indonesia terhadap pemanasan susu dengan suhu pasteurisasi. 2. Separasi dan Termisasi Sebagian susu segar lainnya akan mengalami proses preheating dengan suhu 55-60 untuk dipisahkan antara menggunakan separator.
0

C dan dilakukan separasi skim dan krimnya separator dengan

bagian Pemisahan

menggunakan gaya sentrifugal, sehingga bagian dengan berat jenis yang lebih besar akan berada pada bagian yang paling luar. Bagian krim akan berada di tengah-tengah pusat rotasi karena memiliki berat jenis yang lebih ringan daripada skim, sedangkan bagian skim akan berada di luar pusat rotasi. Selanjutnya, skim dan krim yang telah terpisah tersebut akan memasuki tahap termisasi. Untuk krim, sebelum dilakukan termisasi, akan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam cream tank yang dilengkapi Proses dengan termisasi agitator diawali scrapper dengan untuk proses mengatur aliran krim dan agar krim tidak menempel pada dinding tanki. pemanasan pada suhu 85 0C (75 0C untuk krim) selama 20 detik lalu dilakukan pendinginan awal hingga suhu 50 0C dan dilanjutkan hingga suhu turun sampai 4
0

C. Setelah itu,

dilakukan penyimpanan di dalam storage tank dengan suhu maksimum 4 0C. Skim dapat disimpan di dalam storage tank maksimum selama 72 jam, sedangkan krim disimpan maksimum selama 168 jam.

3. Mixing dan Blending Pencampuran bahan (mixing) dilakukan di ruangan dengan tangki yang terpisah dengan susu (bredo mixer), sedangkan untuk mencampurkan bahan dalam jumlah kecil digunakan mixer module. Bahan-bahan dimasukkan dalam tangki pencampur lalu ditambah air panas dengan suhu 90 0C. Setelah itu bahan-bahan tersebut dialirkan ke dalam blending tank. Susu termisasi dari storage tank juga dialirkan ke dalam blending tank. Seandainya digunakan susu skim, maka dalam bahan digunakan minyak sawit. Seandainya digunakan susu segar, maka minyak sawit tidak perlu ditambahkan. Bahanbahan dan susu kemudian diaduk (blending) di dalam blending/storage tank dan disimpan sementara pada suhu 4
0

C. Susu ini hanya boleh disimpan maksimum selama 12 jam

sebelum selanjutnya dilakukan proses sterilisasi. 4. Sterilisasi Sterilisasi dilakukan untuk membunuh semua mikroba, terutama dilakukan bakteri-bakteri menggunakan tahan VTIS panas (Vacuum pembentuk Thermal spora Instant seperti Bacillus stearothermophillus. Sterilisasi susu dapat Sterilizer) maupun TA-Flex.VTIS merupakan teknik sterilisasi secara langsung (direct system), yaitu dengan menginjeksikan uap panas (steam) sehingga bersentuhan secara langsung dengan susu/produk. Tahapan sterilisasi VTIS diawali dengan penyaringan susu menggunakan slot filter berukuran 177 mikron lalu susu dialirkan menuju balance tank. Selanjutnya susu disterilisasi dengan injeksi uap panas dengan suhu 138
0

C selama 5 detik. Uap panas yang dialirkan sebelum

diinjeksikan memiliki suhu sekitar 85-110 0C. Setelah itu, dilakukan flash cooling untuk menurunkan suhu susu sampai

90 0C. Kemudian susu dihomogenisasi dua tahap pada tekanan 150/50 bar. Kebutuhan steam barrier dalam proses homogenisasi sebesar 85 0C. Selanjutnya dilakukan pendinginan awal hingga suhu 50 0C dan dilanjutkan hingga suhu turun sampai 25-30 0C. Sterilisasi dengan TA-Flex merupakan teknik sterilisasi secara tidak langsung (indirect system), yaitu menggunakan THE (Tubular Heat Exchanger) yang dipanaskan dengan air sehingga susu/produk tidak bersinggungan secara langsung dengan sumber panas. Tahapan sterilisasi TA-Flex diawali dengan penyaringan susu menggunakan slot filter berukuran 200 mikron lalu susu dialirkan menuju balance tank. Berbeda dengan sterilisasi VTIS, tahap homogenisasi TA-Flex dilakukan sebelum proses sterilisasi. Homogenisasi susu dilakukan secara dua tahap pada tekanan 150/50 bar. Selanjutnya susu disterilisasi di dalam THE pada suhu 133 0C selama 5 detik. Setelah itu dilakukan pendinginan awal hingga suhu 50 0C dan dilanjutkan hingga suhu turun sampai 25-30 0C. Setelah dilakukan proses sterilisasi, susu akan ditampung di dalam aseptic tank. Aseptic tank yang terdapat berjumlah dua buah, masingmasing dengan kapasitas 10.000 L dan 30.000 L Produk susu UHT Real Good akan ditampung dan diturunkan suhunya hingga 25-30 0C sebelum dilakukan proses pengisian (filling) dan pengemasan (packaging). 5. Filling dan Packaging Susu yang disimpan di dalam aseptic tank kemudian dialirkan menuju AFM (Aseptic Filling Machine) untuk dilakukan proses pengisian dan pengemasan produk. AFM selalu dibersihkan setiap sebelum dan setelah digunakan. Proses pembersihan yang dilakukan sama dengan yang dilakukan pada proses pengolahan susu yaitu dengan teknik

CIP. CIP yang dilakukan meliputi CIP intermediate dan CIP final. CIP intermediate berlangsung selama 45 menit dan dilakukan apabila produk masih berada di dalam valve produk, sedangkan CIP final berlangsung selama 1,5 jam dan dilakukan setiap sebelum dan setelah proses filling. Mesin filling untuk produk UHT Real Good terdiri atas dua jenis, yaitu A1 Fino dan TFA (Tetra Fino Aseptic). A1 Fino terdapat sebanyak tiga unit dengan kapasitas masing-masing 10.700 pak/jam, sedangkan TFA terdapat sebanyak dua unit dengan kapasitas 4.500 pak/jam. Sebelum dilakukan proses pengisian produk, kemasan primer (paper) produk akan disterilisasi terlebih dahulu. Untuk mesin TFA, salah satu sisi paper akan ditempelkan dengan strip khusus melalui elemen SA (Strip Aplicator) pada suhu 170
0

C dengan tekanan 1,6 kPa.

Selanjutnya paper disterilisasi dengan cara dilewatkan pada rol yang setengah bagiannya tercelup larutan H2O2 35 % lalu dikeringkan dengan squee gee roller (steam barrier 130 0C). Kemudian paper dilewatkan pada elemen LS (Longitudinal Sealing) pada suhu dan tekanan yang sama dengan elemen SA, sehingga paper berbentuk silinder. Setelah itu baru dilakukan proses pengisian melalui pipa produk yang dilengkapi dengan tube heater pada suhu 460 0C. Untuk mesin A1 Fino, pemanasan elemen SA dengan pemanas suhu 240 0C agar strip menempel sebagian pada paper setelah dilewatkan pada rol pengepres. Selanjutnya paper dicelupkan ke dalam larutan H2O2 35 % lalu dikeringkan di dalam heating chamber dengan suhu 93-200 0C. Sebelum menuju aseptic chamber, sisa-sisa larutan H2O2 yang mungkin masih menempel dikeringkan juga dengan squee gee roller. Aseptic chamber disterilisasi dengan menggunakan udara steril bersuhu 130-150 0C dan larutan H2O2 yang disemprotkan. Kemudian paper dilewatkan pada elemen LS dengan suhu 270

0C dan tekanan 0,1 bar sehingga paper berbentuk silinder. Setelah itu baru dilakukan proses pengisian secara aseptik dan dilakukan transversal sealing pada bagian atas dan bawah paper. Produk dari AFM kemudian disalurkan melalui belt conveyor menuju ruang packaging sekaligus diberikan waktu kadaluwarsa dengan menggunakan mesin domino. Waktu kadaluwarsa yang diberikan meliputi tanggal, bulan, dan tahun. Produk UHT Real Good memiliki masa kadaluwarsa 6 bulan setelah diproduksi. Produk dikemas dengan kemasan sekunder berupa karton dengan jumlah 36 pak/karton. Kartonkarton kemudian ditumpuk dengan tumpukan maksimal 7 karton diatas palet dengan jumlah 112 karton/palet. Hal ini dilakukan agar produk tidak bersentuhan secara langsung dengan lantai dan memudahkan penanganan produk untuk penyimpanan dan pengangkutan.

Diagram strobery

proses

pengolahan

susu

realgood

sereal

4.2.2. Tinjauan limbah Waste Water Treatment Limbah cair dihasilkan dari proses produksi, terutama yang berasal dari proses CIP. Limbah cair yang dihasilkan dialirkan menuju lagoon sebagai tempat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Limbah cair mula-mula akan mengalami proses screening/penyaringan kemudian dialirkan menuju inlet somp. Setelah itu akan dilakukan proses flokulasi dengan penambahan tawas 18 % di dalam equalization tank. Hal ini menyebabkan lemak yang terkandung akan mengalami koagulasi agar mudah dipisahkan setelah melewati fat trap. Selanjutnya air ditambahkan HCl dan NaOH agar diperoleh nilai pH antara 6,5-8,5. Jika pH kurang dari 6,0 maka ditambahkan NaOH 1 % w/v, sedangkan jika pH melebihi 9,0 ditambahkan HCl 2 % w/v. Setelah keluar dari equalization tank, air dialirkan menuju SBR (Sequencing Batch Reactor). SBR menggunakan proses aerobik dengan mekanisme lumpur aktif (active sludge) dan penambahan bakteri aerob BOD 5. Lumpur aktif dihasilkan dengan kecepatan 2 m3/jam. Setelah tanki SBR terisi 80 %, terjadi proses aerasi selama 16 jam dan penambahan TSP/urea sebagai nutrisi bagi bakteri. Aerasi dilakukan dengan mengalirkan 7,69 kg O2/jam. TSP yang ditambahkan sebanyak 3,5 kg/hari, sedangkan urea sebanyak 2,3 kg/hari. Namun jika laju aliran mencapai maksimum, nutrisi ditambahkan sebanyak 10 kg/m3. Selanjutnya dilakukan proses sedimentasi selama 2-3 jam sehingga dihasilkan air dengan kondisi 50 % jernih. Air yang dihasilkan

dari

IPAL

digunakan

untuk

flushing

kandang

sapi

di

peternakan (Dairy Farm). 4.3. Produksi bersih 4.3.1. Upaya produksi bersih yang sudah Dilakukan perusahaan
1. CIP (Clean In Place)

CIP (Clean In Place) merupakan proses pembersihan mesin-mesin dan peralatan yang digunakan di dalam proses pengolahan susu tanpa harus memindahkan atau membongkar mesin atau peralatan yang digunakan. CIP dilakukan setiap sebelum dan setelah melakukan proses produksi. CIP yang ada di PT. Greenfields Indonesia memiliki tiga buah line pembersihan, yaitu : 1) CIP processing line, 2) CIP storage line, dan 3) CIP aseptic line. Selain itu juga terdapat lini CIP sendiri yang terintegrasi dengan mesin untuk bagian sterilisasi VTIS dan TA-flex. CIP yang dilakukan terdiri atas dua jenis, yaitu CIP intermediate dan CIP final. CIP intermediate berlangsung selama 45 menit dan dilakukan ketika mesin mengalami masalah/trouble. CIP final berlangsung selama 1,5 jam dan dilakukan pada saat awal dan akhir proses produksi. CIP dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : 1) pencucian dengan air suhu 50 0C, 2) pencucian dengan soda kaustik (NaOH) 2-2,5 % suhu 85 0C, 3) pembilasan dengan air suhu 60 0C, 4) pencucian dengan asam nitrit (HNO3) 1-1,5 % suhu 70 0C, 5) pembilasan dengan air suhu 60 0C, 6) sirkulasi dengan air panas suhu 85 0C, dan 7) pembilasan dengan air suhu 30 0C. CIP intermediate dilakukan hanya sampai tahap pencucian dengan soda kaustik kemudian dibilas dengan air.
2. Improvement (perbaikan)

Improvement biasanya terkait dengan project, tetapi lebih ditujukan untuk meningkatkan fungsi bangunan yang sudah adaSalah satu contohnya adalah improvement yang dilakukan pada ruang packaging material. Ruangan tersebut dulunya masih berupa ruangan terbuka, sehingga rentan terkena cahaya matahari, hujan, atau debu secara langsung yang dapat menyebabkan barang di dalamnya lebih cepat rusak. Sekarang ruangan tersebut sudah dilengkapi dengan dinding untuk melindungi barang yang disimpan di dalamnya. Improvement lainnya dilakukan terhadap lantai dan dinding di ruang produksi.Lantai ruang proses produksi harus dilengkapi dengan epoksi agar lebih tahan terhadap beban dan bahan-bahan kimia. Dinding ruang produksi dulunya juga dilapisi dengan menggunakan epoksi. Namun, karena epoksi merupakan senyawa kimia dari minyak (solvent base) dan dapat menimbulkan bau, maka dinding ruang produksi sekarang dilapisi dengan cat elastomeric (water base) agar lebih mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan bau yang dapat mengontaminasi produk. 3. Maintenance Maintenance adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga bangunan dan peralatan yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Maintenance dilakukan terhadap bangunan dan peralatan seperti dinding, lantai, forklift, AC, lampu, cold storage, dan sebagainya. Maintenance forklift dilakukan setiap 6 bulan sekali dari kontraktor yang bersangkutan. Akan tetapi, sebagai upaya pencegahan, juga dilakukan maintenance mandiri setiap bulannya. Maintenance cold storage dan lampu di ruang proses produksi dilakukan setiap 3 bulan. Lampu di ruang proses produksi dilengkapi dengan cover akrilik yang biasanya diganti setiap 3 bulan.

4.3.2. Hambatan dalam penerapan produksi Proses produksi susu Real Good PT. Greenfields Indonesia belum ditemukan hambatan pada penerapan produksi bersihnya. Produksi bersih yang diterapkan pada PT. Greenfields Indonesia sudah cukup memenuhi standart internasional. 4.3.3. Peluang-peluang Produksi Bersih Perbaikan tempat sampah untuk pembuangan limbah padat seperti bahan pengemas, karton, maupun plastik. Selain itu, juga sedang direncanakan pembuatan coving antara lantai dan dinding yang ada di ruang produksi sehingga menjadi tidak bersudut. Hal ini dilakukan agar ruang produksi lebih mudah dibersihkan dan dapat meminimumkan residu kotoran yang kemungkinan dapat tertinggal di dalam ruangan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN

PT. Greenfields Indonesia merupakan perusahaan bisnis sebagai produsen di bidang pengolah susu berteknologi tinggi yang menghasilkan produk susu ESL (Extended Shelf Life), susu UHT, dan whipping cream yang dikemas dalam kemasan TBA (Tetra Brik Aseptic) dan TFA (Tetra Fino Aseptic).

Good Housekeeping adalah pengelolaan Internal yang baik untuk meningkatkan operasi mereka, dan keselamatan tempat kerja sehingga merupakan sarana manajemen untuk pengelolaan biaya, pengeloaan lingkungan hidup, dan perubahan organisasional.

Penerapan Good Housekeeping pada PT. Greenfields dilakukan sbb.


a) Bahan Baku : Susu yang berasal dari peternakan dan KUD

disimpan pada reception tank agar tidak terkontaminasi udara luar. Selain itu, susu dari KUD sebelum dimasukkan dalam reception tank di uji mutunya agar memiliki kualitas yang sesuai dengan susu dari peternakan b) Mesin dan Peralatan : Diterapkan biosekuriti sebelum memasuki kawasan produksi susu. Pada peternakan, sapi dan lingkungannya dilakukan pembersihan secara berkala sedangkan untuk mesin dan peralatan yang digunakan selama proses produksi dilakukan perawatan berupa pencucian menggunakan zat kimia, pembilasan dan sterilisasi alat dengan susu tinggi.
c) Proses Produksi : Proses Produksi dengan menggunakan sistem

Pasteurisasi Ultra High Temperature (UHT) yaitu pemanasan pada suhu tinggi dan segera didinginkan pada suhu 10C (suhu minimal pertumbuhan bakteri susu)
d) Pengawasan Mutu : Pengawasan mutu dilakukan pada saat

kedatangan susu dari KUD, Reception Tank, Balance Tank, Storage

Tank, Blending Tank, Aseptic Tank, Filling, Chlorine Water, dan Air test. Pengawasan tersebut berupa menganalisis kandungan susu secara kimia dan mikrobiologi sesuai standart
e) Pengolahan Limbah : Penanganan limbah dilakukan dengan

membuat kolam penampungan limbah (lagoon). Limbah cair yang terpisah dari hasil endapan akan digunakan kembali untuk proses cleaning kandang secara flushing. 5.2. SARAN Diharapkan sebelum melakukan kunjungan lapang untuk melakukan briefing tentang good Housekeeping terlebih dahulu agar saat pelaksanaan kunjungan lapang ke industri peserta dapat menganalisis secara langsung penerapan sistem tersebut

DAFTAR PUSTAKA Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu, Winalti Pudji. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta: Sastrawijaya, A. Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. PT Rineka Cipta, Jakarta Soeriatmodjo, RE, 1999 : Teknologi Bersih untuk menghasilkan produk ramah lingkungan, Nuansa, Bandung

Anda mungkin juga menyukai